Anda di halaman 1dari 3

Ika Yuni

Rachmawati
2314100133
Teknik Kimia

Pemandu
Kini dan Nanti
Seperti
apakah pemandu itu? apa yang dilakukan oleh
pemandu
itu? Apakah pemandu sebatas mahasiswa dengan
office
look-nya, menggenggam pointer di tangannya,
membawa presentasi dalam bentuk prezy atau power point? Orang yang memberikan
informasi selama kita berwisata juga pemandu bukan? Apakah dia mengenakan office
look dan membawa pointer? Pemikiran kita sangat sempit bila berpikiran pemandu
hanya sebatas mahasiswa yang mampu menyampaikan materi saat diadakannya
pelatihan. Hakikatnya kita ini memandu diri kita sendiri, apakah mengikuti yang benar
ataukah jatiuh ke tempat yang salah. Bagaimana harusnya kita membawa diri ketika
guyub di masyarakat. Mungkin memang tidak ada peserta dalam kepemanduan kita kali
ini. Tapi kita lah pemandu dan pesertanya. Sebagaimana tanggung jawab moral kita
sebagai manusia, yakni harus bermanfaat bagi orang lain, sebelum itu mari kita berkaca
dulu. Sudah pantaskah kita memberi manfaat? Atau jangan-jangan kita memaksa
manusia lain menerima sesuat dari kita padahal manusia tersebut mampu
memperolehnya sendiri? Jangan-jangan selama ini hati kita selalu bernafsu, demi
memperoleh sebuah reputasi, lalu berkoar-koar kesana kesini dengan dalih aku
bermanfaat bagi orang lain . inilah yang mesti kita pikir terlebih dahulu. Kita sekarang
ada di usia akhir belasan atau dua puluh. Usia dimana kita sedang genca-gencarnya
mencari jati diri. Bagaimana sikap kita saat menyikapi suatu masalah adalah bekal
pengalaman kita untuk kehidupan kita di masa dewasa kita. Lalu bagaimana kita
menyikapi case kita adalah mahasiswa FTI-ITS, yang diberi kesempatan untuk
mengikuti seleksi berkas PP LKMM X FTI-ITS, di saat ada teman-teman kita yang
menginginkan hal yang sama tetapi terbentur kendala. Sikap mana yang kita ambil?
Mencoba kesempatan itu, atau mundur sesaat sebelum pengumpulan berkas karena
penugasan belum terselesaikan, ataukah tidak kita ambil kesempatan itu karena kita
ragu dari awal? Seseorang yang mampu memandu dirinya sendiri akan memilih
setidaknya pilihan pertama atau ketiga. Dalam taraf ini, kita sudah bisa disebut
pemandu. Memandu diri kita sendiri untuk mengambil sikap yang matang. Selanjutnya,
dalam case yang sama, kita berhasil lolos di seleksi tahap berkas, lalu melanjutkan
untuk tes tulis dan screening, kita bertanya, haruskah dilanjutkan? kita yang mampu
memandu pada taraf ini akan menanyakan lagi, sudahkah benar niat kita? Sudahkah apa
yang akan kita lakukan ini diamini oleh orang lain? Karena jika belum, sama saja kita
maju perang tanpa amunisi. Setelah menemukan jawabnya, lalu kita berkata, Ya, akan
ku teruskan. Case terburuk, bila keinginan kita menjadi pemandu terbentur urusan
yang tidak bisa kita tinggalkan dan urusan tersebut hanya bisa selesai dengan campur
tangan kita, dan akhirnya kita memilih untuk mengundurkan diri demi menyelesaikan
amanah di tempat lain, pada taraf ini, kita juga sudah bisa dikatakan sebagai
pemandu.lalu jika kita diterima, apakah kita sudah bisa disebut pemandu? Belum.
Pemandu yang kita sandang hanyalah sebutan saja karena kita dierima sebagai pemandu
FTI-ITS. Kualifikasi seperti apa lagi agar kita yang sudah sampai tahap ini disebut
pemandu? Cukupkah setelah titel pemandu melekat ke diri kita, lalu kita kesana
kemari memandu pelatihan di ITS. Menggenggam pointer, menyampaikan materi

Ika Yuni
Rachmawati
2314100133
Teknik Kimia

dengan
semangat empat lima tentang AKU SRK atau
SWOT
atau semacamnya, dengan desain power point yang
super
keren? Seperti itukah? Bukan. Kita bisa disebut
pemandu
pada tahap ini jika kita masih mampu terus
membawa diri kita, dengan titel baru yang kita sandang, dengan penuh rasa kerendahhatian, senantiasa belajar, dan memperbaiki diri. Itu poin pertama. Poin kedua mampu
memandu dirinya sendiri untuk tetap bertanggung jawab terhadap kehidupan
akademiknya karena di ITS kita dibiayai bukan untuk menjadi pemandu, tapi untuk
belajar. Kegiatan yang kita ikuti ini hanyalah bagian kecil dari feedback yang
sepantasnya kita berikan. Poin ketiga adalah kita yang mampu melaksanakan tugas
sebagai pemandu sebagaimana amanah yang sudah dititipkan kepada kita dengan
catatan, melaksanakan tugas dengan hati, bukan dengan power point. Poin keempat, kita
mampu memandu peserta-peserta pelatihan kita menyusun pengertian yang selama ini
benar dalam versi mereka, menuju benar ke versi yang sesuai dengan kebutuhan
mereka. Bukan versi yang paling benar, setidaknya versi tersebut adalah versi yang
diterima oleh publik. Darimana seorang pemandu mengetahui hal tersebut versi yang
diterima? Tentu saja dari hasil dia belajar dari pengalaman sebelumnya. Sebenarnya,
tidak ada batasan antara pemandu dan peserta. Pemandu adalah mereka yang lebih tahu
terlebih dulu daripada pesertanya. Jadi harusnya tidak ada rasa bahwa kita sebagai
pemandu sudah ada di langit tertinggi. Tidak dipungkiri sampai poin keempat sudah
sebegini beratnya. Iya berat jika hanya disusun dalam secarik kertas lalu dibaca tanpa
ada eksekusi. Jadi, inilah visualisasi pemandu saat ini. Saat kita belajar menjadi
pemandu dengan wadah yang disediakan oleh Fakultas Teknologi Industri ITS di usia
kita saat ini. Pemandu bukan berarti sudah expert. Tentu saja belum. Kita semua masih
ada dalam tahap pembelajaran. Yang expert tentulah Maha Pencipta. Bukan pemandu
jika setelah dia mampu melaksanakan keempat poin tersebut lantas dia merasa ahli,
merasa bisa. Lalu bagaimana agar tetap berjalan sebagai pemandu ke depannya? Yang
pasti pertahankan sikap-sikap di atas. Meskipun kelak kita memilih untuk resign dari
kepemanduan ataupun melanjutkan sampai pada pemandu LKMM Tingkat Lanjut.
Identitas kita tetaplah pemandu. Seseorang yang telah diberi banyak sekali kesempatan
untuk belajar dan selalu ingat bahawa pemandu bukan hanya pemandu LKMM,
bukanlah pemandu pelatihan. Scoop pemandu itu luas. Kelak saat kita sudah menjadi
dewasa pun, saat kita sudah melepas titel Pemandu FTI, kita masih perlu menerapkan
prinsip-prinsip kepemanduan yang kita dapat. Sudah selayaknya, saat apa yang menjadi
cita-cita di hidup kita terwujud dan menjadi manusia yang kita impikan, kita tidak lupa
darimana kita berasal. Siapa atau apa yang membentuk kita. Kita masih bisa bertindak
sebagai wujud dari sikap kepemanduan yang kita miliki untuk terus memperbaiki
kepemanduan di rumah kita. Tentunya sesuai dengan ranah kita. Seperti itulah kirakira visualisasi dari pemandu kini dan nanti. Kini yang bisa diartikan sebagai hal apa
saja yang perlu kita kerjakan jika kita berhasil menjadi pemandu. Nanti adalah saat kita
tetap memakai hasil belajar kita sebagai pemandu di kehidupan kita selanjutnya. Tidak
bisa dielakkan lagi, tidak ada efisiensi yang seratus persen. Yang ada adalah daya
maksimum untuk dapat melakukan seuatu usaha. Begitu juga dalam bidang

Ika Yuni
Rachmawati
2314100133
Teknik Kimia

kepemanduan. Pemandu bukan berarti selalu


sempurna, kehidupannya teratur dan tanpa cela.
Pemandu
adalah manusia biasa, bisa bersalah, bisa khilaf,
tapi kita
yang memiliki jiwa pemandu kita mampu berbenah
saat bersalah, mampu memandu kehidupan kita sendiri dengan penuh tanggung jawab,
dan mampu memandu orang lain demi mendapatkan versi yang paling sesuai untuk
kebutuhan mereka. Hal yang patut dianut oleh kita saat menjadi pemandu kelak adalah
kesempurnaan dan pengetahuan hanyalah milik Maha Pencipta Alam, kita hanya dititipi
oleh-Nya saja untuk menyampaikan kepada sesama demi memenuhi perintah-Nya agar
bermanfaat bagi sesama makhluknya.

Anda mungkin juga menyukai