Anda di halaman 1dari 22

Akuntansi Pajak Bab 1

Akuntansi
PSAK, IFRS
(Ekstern) Stakeholder, Kreditur,
Serikat Pekerja, Pemerintah,
Manajemen(Internal)
Rupiah dan mata uang lain

Pedoman
Pengguna
Laporan
Keuangan
Mata Uang
dalam penyajian
laporan
Pencatatan
Asas Substance Over Form

Pajak
KUP, PP, KepMenkeu,
Fiskus

Rupiah

memenuhi syarat dan ketentuan

mengutamakan substansi ekonomi

perpajakan

daripada hakikat formal dan hukum

mengutamakan hakikat formal atau


hukum daripada substansi

Batas Waktu

6 bulan setelah tahun buku

Penyampaian

berakhir (UU No 40/2007)

Laporan
Keuangan

1.
2.
3.
4.
5.

Laporan Laba Rugi


Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Neraca
Laporan Arus Kas
Catatan atas laporan
keuangan

ekonominya
4 bulan setelah akhir tahun pajak

1. Laporan Laba Rugi


2. Laporan Neraca

Akuntansi Pajak Bab 2

LAPORAN KEUANGAN FISKAL


Pedoman
Fungsi laporan

Akuntansi

Pajak

PSAK dan interpretasi

Ketentuan undang-undang

sebagai ukuran kinerja bisnis

perpajakan
sebagai dasar menentukan pajak

keuangan
Pengguna

Sifat Informasi
Mata Uang
Penyajian
Pencatatan

yang harus dibayar ke negara.

pemegang
saham,
kreditur, fiskus
karyawan, fiskus, manajemen,
regulator, dan masyarakat
dapat digunakan oleh umum
Rahasia
dapat disusun dengan mata
wajib disampaikan dengan mata
uang rupiah, atau mata uang lain
uang selain rupiah
yang diizinkan
Asas Substance Over Form
memenuhi syarat dan ketentuan
mengutamakan substansi ekonomi

perpajakan

daripada hakikat formal dan hukum

mengutamakan hakikat formal atau


hukum daripada substansi

Batas Waktu

6 bulan setelah tahun buku

Penyampaian

berakhir (UU No 40/2007)

Laporan
Keuangan

Tujuan
Penyajian

Ciri-ciri

6. Laporan Laba Rugi


7. Laporan Perubahan Ekuitas
8. Laporan Neraca
9. Laporan Arus Kas
10. Catatan atas laporan
keuangan
11.

12.

ekonominya
4 bulan setelah akhir tahun pajak

3. Laporan Laba Rugi


4. Laporan Neraca

a) memberikan informasi yang


diperkukan
untuk
menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak
dan Dasar Pengenaan Pajak
b) membantu Wajib Pajak untuk
menghitung besarnya pajak yang
terhutang
c) mengetahui dan menilai tingkat
kepatuhan Wajib Pajak dalam
menjalankan
sistem
self
assessment, terutama ketika sedang
dilakukan pemeriksaan.
1) dapat dipahami oleh fiskus
2) sensitivitas informasi, bukan
materialitas
3) disajikan secara jujur, dengan

Akuntansi Pajak Bab 2

itikad baik, substansi penghasilan


dan beban yang disajikan merupakan
penghasilan dan beban yang
diperbolehkan oleh undang-undang
4) dapat dibandingkan dengan
periode sebelumnya
5) disampaikan tepat waktu
6) bersifat independen terhadap
akuntansi komersial
7) apabila akuntansi komersial tidak
mampu
menerbitkan
laporan
keuangan tepat waktu, akuntansi
pajak harus mampu menerbitkan
laporan keuangan fiskal sendiri.
A. Laporan Keuangan Fiskal
Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran dan
pengakuan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam laporan keuangan. Ukuran tersebut
seringkali tidak sejalan dengan prinsip yang digunakan dalam akuntansi umumnya.
Argumentasi yang yang membuat perbedaan itu adalah laporan keuangan perpajakan
mempunyai motivasi untuk memperkecil usaha penghindaran pajak dan pemberian
dorongan investasi.
Dengan penyusunan laporan keuangan fiskal,kelompok kerja standar akuntansi dari
Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Negara Maju (Organization for
Ekonomic Cooperation and Development), dalam laporan seri harmonisasi standar
akuntansi, membagi praktek pendekatan peyusunan laporan keuangan fiskal sebagai
solusi antara Standar Akuntansi keuangan dan ketentuan perpajakan dengan 3
pendekatan:
1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi.
Menurut pendekatan ini pengusaha harus menyelenggarakan pembukuan sesuai
dengan ketentuan perpajakan dengan tanpa kelonggaran terhadap ketidaksamaan
prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan. Pendekatan ini menghendaki laporan
keuangan fiskal murni disusun berdasarkan ketentuan perpajakan.
2. Ketentuan Pajak, untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar
independen terpisah dari prinsip akuntansi.
Menurut pendekatan ini para pengusaha bebas menyelenggarakan pembukuan
berdasarkan prinsip dan metode akuntansi dan laporan keuangan fiskal disusun

Akuntansi Pajak Bab 2

terpisah diluar jaringan proses pembukuan (Laporan Keuangan merupakan produk


tambahan)
3. Ketentuan Pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi
Menurut pendekatan ini Laporan keuangan disusun terutama mengikuti standar
akuntansi , namun preferensi diberikan kepada ketentuan pajak kalau terdapat
pengaturan yang tidaksejalan dengan standar akuntansi.
B. Perbedaan Orientasi Pelaporan Antara Laporan Keuangan Komersial dan Laporan
Keuangan Fiskal
Dalam sistem perpajakan, negara mempunyai instrumen untuk mencapai dua
tujuan utama yaitu menutup kebutuhan finansial sesuai dengan fungsi budgetair pajak
yaitu pajak merupakan alat untuk mentransfer sumber daya dari sektr privat (masyarakat)
kepada sektor publik dan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi nasional.
Apabila kita lihat dari pemakai laporan keuangan fiskal, yaitu pihak negara
(administrasi pajak) lebih berkepentingan terhadap beberapa unsur yang terdapat laporan
keuangan fiskal antara lain Laba tahun berjalan untuk mengitung pajak penghasilan,
Distribusi laba untuk menghitung pajak atas pembayaran dividen, Peredaran usaha untuk
menghitung Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), pengeluaran untuk karyawan dan pembelian jasa lain untuk menghitung
pemotongan pajak penghasilan.
Berbeda dengan Laporan keuangan fiskal, pemakai laporan keuangan komersial
adalah berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbedabeda sehingga
informasi yang diperlukan adalah berkaitan dengan kinerja ekonomi dan keadaan
finansial perusahaan.
Pelaporan akuntansi komersial dan akuntansi pajak memerlukan penilaian atas
setiap fakta untuk menentukan posisi finansial (harta,utang dan modal) dan hasil operasi
(pendapatan dan biaya). Walaupun berbeda antara kedua laporan keuangan tersebut tetapi
mempunyai keterkaitan satu sama lain. Dalam penyusunan laporan keuangan komersial
dan pajak terdapat perbedaan orientasi dan sifat pelaporan terutama menyangkut tingkat
toleransi fleksibilitas pemilihan standar. Pelaporan keuangan komersial disusun
berdasarkan konsep Kewajaran penyajian dengan implikasi manajemen dapat
mengambil suatu pertimbangan sepanjang batasan toleransi prinsip/standar akuntansi.
Apabila terdapat keraguan pengukuran atas suatu transaksi (yang belum merupakan
fakta), prinsip konservatisme dalam akuntansi komersial untuk mengambil solusi yang

Akuntansi Pajak Bab 2

akan menghasilkan under statedagar laporan tampak low profile. Laporan keuangan
fiskal umumnya kurang memberikan toleransi atau fleksibilitas pemilihan standar.
Ekualisasi (persamaan) perlakuan kepada semua Wajib Pajak menghendaki adanya
keseragaman penyelenggaraan dan pengaturan untuk keperluan penentuan laba yang
digunakan sebagai dasar penentuan besarnya pajak. Walaupun mengikuti prinsip
akuntansi, assesment pajak bergantung pada kebijakan dan putusan otoritas pajak yang
dapat mengesampingkan praktek dan pemikiran profesi dan ketentuan pajak yang
terutama didesain untuk kebijakan ekonomi dapat mengakibatkan pelaporan yang
dihasilkan menyimpang dari konsep Kewajaran penyajian yang digunakan dalam
akuntansi komersial.
C. Prinsip Akuntansi Sebagai Subyek Perbedaan Orientasi
Prinsip akuntansi yang menjadi fokus perbedaan orientasi antara pelaporan
keuangan fiskal dan pelaporan keuangan komersial adalah:
1. Penetapan Beban dan Pendekatan
Akuntansi komersial menghendaki pengakuan penghasilan pada saat realisasi
transaksi pertukaran dan pembebanan beban atau biaya dalam masa yang sama
dengan pengakuan penghasilan mendasarkan

kebijakan pemajakan yang

menyimpang dari prinsip itu, misalnya:


a. Perlakuan pembayaran kenikmatan karyawan atau natura bukan sebagai
pengurang penghasilan.
b. Penyusutan aset mulai pada tahun pengeluaran.
c. Imputasi penghasilan pada BUT atas dasar Force of attraction: penghasilan
kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di
Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk
usaha tetap di Indonesia.
2. Konsistensi
Akuntansi komersial menekankan penerapan suatu metode akuntansi secara taat asa,
kecuali terdapat alasan dan bukti yang cukup kuat untuk melakukan penggantian
metode pajakdalam konteks konsepsional menetukan lain, misalnya pengakuan hasil
operasi mancanegara (dengan penolakan terhadap konsolidasi kerugian berdasarkan
penjelasan Pasal 4 UU PPh).
3. Konservatisme
Akuntansi komersial bersifat konservatif terhadap sesuatu transaksi yang belum
menjadi suatu fakta, dengan cara membentuk penyisihan atas resiko kerugian yang

Akuntansi Pajak Bab 2

mungkin diderita (Penghapusan piutang dan cadangan kerugian). Akuntansi Pajak


kurang tertarik kepada estimasi dan perhitungan angka yang belum terjadi
secaranyata dan menganut realitas, kecuali untuk jenis perusahaan bank dan
Asuransi
4. Substansi mengesampingkan Bentuk Formal
Akuntansi komersial menitikberatkan kepada substansi ekonomi daripada bentuk
formal tiap transaksi atau fakta bisnis Akuntansi Formal dalam kasus tertentu
mengutamakan bentuk formal misalnya leasing.
D. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Fiskal
Beberapa sifat dan keterbatasab laporan keuangan komersial yang relevan terhadap
laporan keuangan fiskal antara lain:
1. Laporan keuangan bersifat historis.
2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan estimasi dan
berbagai pertimbangan.
3. Lebih mengutamakan hal yang material (tanpa mengurangi kelengkapan materi).
4. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis (substansi)setiap
transaksi/peristiwa

(tanpa,

dalamkondisi

tertentu,

memperhatikan

yuridis

formalnya).
5. Terdapat alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan mengakibatkan variasi
dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar WP.
6. Informasi kualitatif, sedangkan fakta (yang tidak mendasar) yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya dikesampingkan.
E. Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal
Dengan prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan yang mengatur tentang
pengukuran dan pengakuan maka timbul bagaimanakah Wajib Pajak melakukan
pembukuan agar terpenuhi kebutuhan untuk keperluan pelaporan komersial dan pajak.
Agar semua kebutuhan dapat terpenuhi pembukuan dapat diselenggarakan berdasarkan
standar akuntansi dan laporan keuangan fiskal yang disusun berdasarkan standar
akuntansi sedangkan untuk kepentingan perpajakan maka laporan keuangan fiskal dapat
dihasilkan melalui suatu rekonsiliasi antara standar akuntansi dan ketentuan perpajakan.
Laporan keuangan fiskal disusun setelah laporan keuangan komersial selesai. Jadi bisa
dikatakan bahwa laporan keuangan fiskal merupakan produk sampingan dari laporan
keuangan komersial.

Akuntansi Pajak Bab 2

Penyusunan laporan keuangan fiskal dengan pendekatan rekonsiliasi prosesnya


sama dengan penyusunan laporan keuangan komersial yaitu dimulai dengan proses input
transaksi berdasarkan dokumen dasar atau bukti transaksi ke dalam buku harian atau
Jurnal, pengklasifikasian transaksi ke dalam buku besar melalui proses posting,
untukkeperluan pengawasan dicocokkan dengan buku tambahan dan pada akhir tahun
disusun neraca percobaan dengan penyesuaian terhadap fakta yang terdapatpada akhir
periode dan jurnal penutup akan dihasilkan laporan keuangan komersial.Selanjutnya
untuk menghasilkan laporan keuangan fiakal perlu dilakukan rekonsiliasi terhadap
perturan perpajakan. Proses penyusunan laporan keuangan fiskal tampak pada gambar
berikut ini:
Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal

Dokumen
Dasar

Jurnal

Buku
Besar

Dicocokan

Neraca
Percobaan

Neraca
Percobaan

Rekonsiliasi

Laporan
Buku Besar
F. Hubungan Laporan Keuangan Fiskal Dengan Laporan Keuangan Komersial
Keu. Fiskal
Pembantu
Laporan keuangan fiskal (yang dilampirkan pada SPT) dapat disusun dengan
proses penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan perpajakan terhadap laporan keuangan
komersial. Untuk

mengamankan data historis, atas penyesuaian itu perlu diadakan

pencatatan terhadap pos-pos yang menyebabkan perbedaan sementara (timing difference)


antara ketentuan pajak dan standar akuntansi keuangan (misalnya penyusutan). Implikasi
dari aktivitas itu menunjukkan adanya perangkat pembukuan ganda terhadap pos-pos
tertentu yang memungkinkan adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan
standar akuntansi komersial untuk mengamankan kontinuitas rekonsiliasi. Namun,
karena pembukuan itu dapat direkonsiliasikan, secara yuridis fiskal pembukuan ganda
itu dapat dipertimbangkan.
Dalam praktek, pajak penghasilan dapatdihitung (untuk keperluan penghitungan
laba komersial) berdasarkan laba akuntansi (pajakteoritis) atau laba kena pajak (pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

riil). Selisih antara keduanya dicatat sebagai pos aktiva lain-lain di neraca yang secara
teoritisdapat dialokasikan dari waktu ke waktu. Dari praktek itu tampak SAK
memberikan kelonggaran kepada pengusaha untuk memilih metode akuntansi pajak
penghasilan.
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL DAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL.
Akuntansi komersial atau disebut juga akuntansi keuangan merupakan aktivitas jasa yang
menyediakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Informasi ini diperoleh
melalui suatu proses akuntansi. Lebih lanjut informasi tersebut diperlukan oleh setiap entitas
usaha untuk mengetahui posisi dan hasil usahanya. Sehingga tujuan utamanya antara lain
untuk menyediakan laporan keuangan kepada manajemen dan pihak-pihak pemangku
kepentingan.
Sedangkan Akuntansi fiskal atau biasa disebut akuntansi pajak merupakan bagian dari
akuntansi keuangan yang menekankan pada penyusunan laporan perpajakan (Surat
Pemberitahuan (SPT)) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau
kegiatan perusahaan. Atau dengan kata lain akuntansi pajak bertujuan menyediakan informasi
keuangan perusahaan yang ditujukan secara khusus kepada otoritas pajak sebagai salah satu
pemenuhan kepatuhan pajak (tax compliance).
Akuntansi komersial, dalam penyusunan dan penyajiannya, berpedoman kepada standar yang
berlaku umum, yaitu PSAK/IFRS. Sedangkan akuntansi pajak berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan. Purba dalam Izzudin (tanpa tahun penerbitan) menyebutkan terdapat
beberapa perbedaan mendasar antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak, diantaranya:
Laporan keuangan komersial dapat juga diubah menjadi laporan keuangan fiskal dengan
melakukan koreksi seperlunya atau penyesuaian dengan peraturan perpajakan. Koreksi
tersebut karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal diperlukan adanya koreksi fiskal. Hasil dari koreksi
fiskal tersebut diungkapkan dalam rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal. Ada dua jenis perbedaan yang perlu diketahui untuk melakukan rekonsiliasi
fiscal yaitu :
1. Perbedaan tetap
Perbedaan permanen (beda tetap) terjadi karena administrasi pajak menghitung laba fiskal
berbeda dengan laba pembukuan (menurut standar akuntansi) tanpa koreksi dikemudian hari.
Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi
(ekonomi perusahaan) yang besifat permanen.
2. Perbedaan sementara
Perbedaan waktu terjadi karena adanya ketidaksamaan saat (waktu) pengakuan penghasilan
dan beban oleh administrasi perpajakan dan masyarakat profesi akuntan. Namun perbedaan

Akuntansi Pajak Bab 2

itu akan terkoreksi secara otomatis dikemudian hari. Dengan demikian tidak ada perbedaan
total laba fiscal dan laba pembukuan, yang terjadi adalah adanya perbedaan alokasi beban dan
penghasilan antar periode untuk tujuan fiscal dan akuntansi.
Untuk dapat menghitung dan mengakui pajak tangguhan berdasarkan PSAK No. 46 tentang
perbedaan sementara sebagai berikut:
Perbedaan antara accounting base yaitu nilai buku atau nilai tercatat aktiva dan kewajiban
menurut akuntansi dengan tax base yaitu nilai buku fiskal aktiva dan kewajiban yang
digunakan sebagai dasar pelaporan SPT PPh Badan.
Menurut PSAK No. 16 Par. 77 :
Apabila perusahaan memilih untuk menghitung PPh menurut laba akuntansi, selisih
perhitungan tersebut dengan utang-utang pajak (yang dihitung menurut laba kena pajak),
yang disebabkan perbedaan waktu, pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan
akuntansi dengan tujuan pajak, ditampung dalam akunpajak penghasilan yang
ditangguhkan, diketahui sebagai bagian dari aktiva lain yang dialokasikan pada beban pajak
penghasilan tahun-tahun mendatang.
Permasalahan :
Pelaporan keuangan komersial dan pajak masih memakai laporan keuangan belum
sesuai dengan ketentuan pajak dan akuntansi ?
Berdasarkan penelitian dalam pengajarannya, beberapa laporan perusahaan, toko buku
karangan buku masih memakai cara lama yang belum sesuai dengan standar akuntansi dan
pajak pelaporan, pembahasannya dan pengajarannya, sementara pelaporan pajak dan
akuntansi sudah satu pelaporan.
Berikut perbedaan pelaporan untuk laporan keuangan komersial dan Pajak :

Akuntansi Pajak Bab 2

Uraian

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan

Aturan Lama

Aturan Baru

Akuntansi Pajak

Akuntansi Pajak

Ada

Ada

Neraca
Aktiva Pajak Tangguhan
Tidak Ada

Ada

Hutang Pajak
Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Tidak Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Tidak Ada

ada

ada

Ada

2.004.421.769
Ada

Ada

Ada

Kewajiban Pajak Tangguhan

Laba-Rugi
Taksiran Pajak:
Kini

Tangguhan
PERHITUNGAN PAJAK KINI
Laba (rugi) komersial :
Perbedaan tetap dan sementara
Perbedaan tetap:
Sumbangan
22.039.714
Pendapatan jasa giro
(19.019.859)
3.019.855
Perbedaan waktu:
Selisih AT Fiskal & Komersial
(96.379.629)
Keuntungan atas pelepasan aktiva tetap
(14.000.000)

Laporan
keuangan
aturan
baru
menunjukkan
laporan
keuangan
komersial dan
fiskal
hanya
satu
laporan
keuangan
(khusus pajak
bisa dilihat di
SPT Tahunan
PPh Badan)

Akuntansi Pajak Bab 2

Sewa Guna UsahaKompensasi kerugian


(118.626.165)
(229.005.794)
(3.151.492.195)
Rugi fiskal
(1.373.056.365)
PERHITUNGAN PAJAK TANGGUHAN:
Aktiva (Kewajiban pajak tangguhan tahun
berjalan:
Selisih AT Fiskal dan komersial
(28.913.889)
Sewa Guna Usaha
(35.587.850)
Keuntungan penjualan aktiva
(4.200.000)
Kompensasi kerugian
411.916.910
Mutasi (Pajak Tangguhan)
343.215.171
Saldo awal pajak tangguhan
13.786.783.767
Saldo akhir Pajak Tangguhan
14.129.998.938

Laporan keuangan yang disusun perusahaan biasanya harus disesuaikan dengan


peraturan fiskal ketika laporan keuangan tersebut sebagai dasar pada SPT PPh yang
disampaikan ke kantor pajak. Hal ini disebabkan laporan keuangan perusahaan mengacu pada
standar akuntansi komersial. Untuk memenuhi kebutuhan pelaporan pajak maka perusahaan
melakukan penyesuaian fiskal (koreksi fiskal).
Perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal berdasarkan
pembebanannya
1.BedaTetap
2. Beda Waktu.

dapat

dibedakan

dua

macam,

yaitu:

Akuntansi Pajak Bab 2

1. Beda Tetap, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak boleh
dikurangkan pada penghasilan kena pajak, contohnya : sumbangan, entertain (tanpa daftar
nominatif), pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan perusahaan dan lain2.
2.

Beda waktu, yaitu perbedaan pembebanan suatu biaya dimana jangka waktu pembebananya
berbeda.
Misal

Biaya penyusutan, perusahaan menetapkan masa manfaat aktiva 10 tahun, tapi berdasarkan
fiskal Cuma 4 tahun, maka akan terjadi pembebanan yang berbeda.Hal hal yang perlu
tercakup dalam laporan keuangan fiskal terdiri dari: 1.neraca fiskal; 2.perhitungan laba rugi
dan perubahan laba yang ditahan; 3.penjelasan laporan keuangan fiskal; 4.rekonsiliasi laporan
keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal; 5. ikhtisar kewajiban pajak. Wajib pajak
diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang dilampiri oleh
laporan keuangan.
Hubungan Antara Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal : Laporan
keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal memiliki peraturan atau prinsip masing
masing dalam menentukan biaya. Jika laporan keuangan komersial disusun berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan untuk memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan
dalam jangka waktu tertentu, maka laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan peraturan
pajak yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan,
nsehingga terjadi perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.
Untuk mencocokan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal maka perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal / koreksi fiskal. Secara umum ada
dua cara untuk menyusun laporan keuangan fiskal: 1.Pendekatan terpisah (separated
approach) dimana wajib pajak membukukan segala transaksi atau informasi berdasarkan
prinsip pajak untuk penghitungan PPh terutang dan berdasarkan prinsip akuntansi untuk
keperluan komersial. Tapi pendekatan ini sangat jarang digunakan karena memakan banyak
biaya dan tenaga.
Penyimpangan yang terjadi dalam: Laporan Keuangan Komersial yakni pengambilan
keputusan yang tidak tepat oleh manajemen, dan opini yang buruk terhadap laporan keuangan
dari stakeholder. Sedangkan dalam Laporan Keuangan Fiskal adalah sanksi administrasi dan
sanksi pidana.
Perbedaan Konsep Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal 1.Perbedaan
mengenai konsep penghasilan atau pendapatan Penghasilan (Income) menurut IAI (2007:13),
adalah Kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan
atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Akuntansi Pajak Bab 2

Dari sisi fiskal, konsep penghasilan tidak jauh berbeda dengan konsep akuntansi, yaitu:
Segala tambahan kemampuan ekonomis yang diterima/diperoleh Wajib Pajak baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari Luar Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah
kekayaan Wajib Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun. Lebih lanjut fiskal
membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga kelompok yang sesuai dengan UU No 36
Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu: a) Penghasilan yang merupakan Objek
Pajak Penghasilan b) Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final c) Penghasilan
yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan Pengelompokan penghasilan tersebut akan
berakibat adanya perbedaan mengenai konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal.
2.Perbedaan Konsep Beban (Biaya) Beban (expense) menurut IAI (2007:13), diartikan
sebagai Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Sisi Fiskal sendiri, mengartikan Beban sebagai biaya untuk menagih, memperoleh dan
memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan perolehan
penghasilan. Perbedaan inilah yang menyebabkan pihak fiskus sering berbeda pendapat
dengan wajib pajak dalam hal menentukan beban/biaya yang boleh atau tidak boleh
dikurangkan sehingga harus dikeluarkan/tidak boleh diperhitungkan sebagai pengurangan
penghasilan.
3.Perbedaan dalam konsep Penyusutan dan Nilai Persediaan a)Konsep Penyusutan Perbedaan
utama antara akuntansi dengan undang-undang perpajakan adalah penentuan umur aktiva dan
metode penyusutan yang boleh digunakan. Akuntansi menentukan umur aktiva berdasarkan
umur sebenarnya walaupun penentuan umur tersebut tidak terlepas dari tafsiran Judgement.
Menurut IAI (2007) Akuntansi memiliki beberapa metode penyusutan yaitu: 1). Metode garis
lurus (Straight line method) yaitu, menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur
manfaat asset jika dinilai residunya tidak berubah. 2). Metode Saldo Menurun (diminishing
balance method) yaitu, menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset.
3). Metode Jumlah Unit (sum of the unit method), yaitu menghasilkan pembebanan yang
menurun selama umur manfaat asset.
Ketentuan perpajakan hanya menetapkan dua metode penyusutan yang harus dilaksanakan
wajib pajak berdasarkan pasal UU No 36 tahun 2008 pasal 11 tentang Pajak Penghasilan
yaitu berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo menurun yang dilaksanakan secara
konsisten Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tidak berwujud dan
pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dilakukan juga dengan
memakai dua metode yaitu : metode garis lurus dan metode saldo menurun,
b) Konsep Nilai Persediaan Dalam UU PPh Indonesia, persediaan dan pemakaian persediaan
untuk menghitung harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan (cost) yang dilakukan
dengan metode rata-rata (average) atau dengan metode mendahulukan persediaan yang
diperoleh pertama yang dikenal dengan first in first out (FIFO). Penggunaan metode tersebut

Akuntansi Pajak Bab 2

harus dilakukan secara konsisten. Secara akuntansi ada 3 jenis metode yang dilakukan untuk
menilai persediaan yaitu : FIFO, rata-rata tertimbang (weight average cost method) dan LIFO
SIKLUS AKUNTANSI & FISKAL
Pengidentifikasian dan pengukuran Data Kegiatan persh hrs dpt diukur dlm bentuk
satuan uang seperti rupiah, dolar dll, sehingga kegiatan persh tsb sering disebut dng transaksi
keungan atau transaksi akuntansi (accounting transaction) Pemrosesan Data /transaksi
keuangan diproses dlm kegiatan pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran. Kegiatan
pencatatan (recoding) adalah pencatatan data keuangan menurut cara tertentu secara
kronologis. Kegiatan berikutnya penggolongan (classifying) dlm kelompok tertentu, seperti
kelompok beban listrik, beban gaji pegawai dsb. Terakhir kegiatan pengikhtisaran
(summarizing), adalah menyajikan hasil penggolongan ke dlm laporan keuangan.
Laporan Keuangan Lap. Keuangan (finacial statement) dihasilkan dari sistem
akuntansi seperti neraca(balance sheet), laporan laba rugi (profit and loss statement/income
statement). Laporan arus kas (statement of cash flow) dst. Lap. Lain yg dpt dihasikan
umumnya berkaitan dng pihak lain, seperti untuk kepentingan pajak. Analisis dan
Interprestasi Laporan Keuangan Untk pengambilan keputusan, perlu dilakukan analisis dan
interprestasi terhadap laporan keuangan. Analisis dilakukan dng cara menghub kan angkaangka yg ada pd lap. Keuangan dng memperhatikan tingkat perubahannya. Analisis
horizontal : perbandingan angka pos yg sama ant. satu tahun dng tahun yg lain., sedangkan
Analisis vertikal: perbandingan angka suatu pos dengan angka pos lain dlm tahun yg sama.
D. Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi
1.

Metode Penyusutan dan amortisasi : Akuntansi komersial membolehkan memilih metode


penyusutan seperti straight line method, sum of the years digits method, declining balance
method, double declining balance method, metode jam jasa, jumlah unit produksidll. Dalam
fiskal untuk asset non bangunan, pemilihan metode penyusutan terbatas pada metode garis
lurus (straigth line method) dan Metode saldo menurun (declining balance method).
Sedangkan untuk asset bangunan hanya metode garis lurus saja (straigth line method).

2.

Metode Penghapusan Piutang : Dalam akuntansi komersial, penghapusan piutang ditentukan


berdasarkan metode cadangan. Dalam fiskal, penghapusan piutang dilakukan pada saat
piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih.

E. . Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya.


1.

Penghasilan diakui dalam akuntansi komersil, tetapi bukan merupakan objek pajak. Dalam
rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari Penghasilan Kena Pajak.
Contoh

Penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura.

Akuntansi Pajak Bab 2

Penghasilan dividen yang diterima oleh perseroan terbatas, koperasi, BUMN/BUMD


sebagai Wajib Pajak dalam negeri dengan persyaratan tertentu.

Hibah, bantuan, sumbangan.

Penghasilan lain yang termasuk dalam kelompok bukan objek pajak.


Untuk detail, lihat pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2.

Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersil tetapi pengenaan pajaknya bersifat
final. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total Penghasilan
menurut akuntansi komersial. Contoh :

Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dll.

Penghasilan hadiah undian.


Untuk detail, lihat pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan.

3.

Penyebab perbedaan lain yang berasal dari penghasilan :

Kerugian usaha di luar negeri : Dalam akuntansi komersial, kerugian

tersebut mengurangi laba bersih, dalam fiskal tidak boleh dikurangkan dari total penghasilan
kena pajak.

Kerugian usaha dalam negeri tahun-tahun sebelumnya : dalam akuntansi

komersil, kerugian tersebut tidak berpengaruh dalam perhitungan laba bersih tahun berikut.
Secara fiskal rugi tahun sebelumnya, dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak tahun
sekarang.

4.

Pengeluaran tertentu diakui dalam akuntansi komersil sebagai biaya atau pengurang
penghasilan bruto, tetapi dalam fiskal pengurangan tersebut tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto. Dalam SPT tahunan PPh, merupakan koreksi fiskal positif yang diatur
dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh. Contoh :

Imbalan atau penggantian dalam bentuk natura.

Pajak Penghasilan.

Sanksi administrasi berupa denda, bunga, kenaikan dan sanksi pidana.

F. Penyusuna Laporan Keuangan

Akuntansi Pajak Bab 2

Dalam penyusunan laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang mengatur tentang
pengukuran dan pengakuan berarti dapat dipertanyakan bagaimana suatu laporan keunagan
dapat memenuhi baik untuk keperluan pelaporan komersial maupun laporan fiscal. Dalam
penyampaian SPT pajak badan diharapkan agar dapat melampirkan laporan keangan, tetapi
untuk keperluan komersial perusahaanpada umumnya jarang sekali membuat laporan
keuangan. Seadangkan untuk penyampaian SPT orang pribadi tidak perlu melapirkan laporan
keuangan.
Susunan laporan keuangan fiscal :
1.

Input berupa dokumen dasar

2.

Dicatat dalam buku harian jurnal

3.

Diklasifikasikan dengan pencatatan posting pada buku besar

4.

Untuk pengawasan, konfirmasi, dan klarifikasi maka di buat buku tambahan, seperti piutang,
hutang dll

5.

Akhir periode akuntansi di susun neraca percobaan yang di sesuaikan terhadap fakta pada
akhir tahun dan catatan penutup.

6.
7.

Dari neraca percobaan tersebut dibuat laporan keuangan komersial


Rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan fiscal di atur dalam ketentuan
perpajakan

8.

Setelah laporan keuangan diatur dalam kketentuan perpajakan akan menghasilkan laporan
keuangan fiscal.

G. Hubungan laporan keuangan fiscal dengan laporan keuangan komersial


Dalam laporan keuangan fiscal dapat di sesuaikan atau direkonsiliasikan ketentuan
perpajakan terhadap laporan keuangan komersial. Dari rekonsiliasi tersebut untuk
mengamankan perbedaan sementara seperti penyusutan, dapat dibuat pos- pos tertentu. Dari
aktivitas tersebut dapat dibuat pembukuan ganda yang memungkinkan adanya perbedaan
antara ketentuan perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk mengamankan
kontinuitas rekonsiliasi.
Dalam praktek, pajak penghasilan dapat dihitung berdasarkan laba akuntansi (pajak teoritis)
atau laba kena pajak (pajak riil). Selisih antara keduanya di catat sebagai pos aktiva lain- lain
di neraca yang secara teoritis dapat dialokasikan dari waktu - kewaktu. Dari praktek tersebut
SAK memberikan kelonggaran kepada pengusaha untuk memilih metode akuntansi pajak
penghasilan.
Laporan Keuangan Fiskal

Akuntansi Pajak Bab 2

Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan
perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Akuntansi pajak tercipta
karena adanya suatu prinsip dasar yang diatur dalam undang-undang perpajakan dalam
mengimplementasikan sebagai kebijakan pemerintah. Prinsip-prinsip dasar akuntansi dapat
digunakan atau berlaku bagi akuntansi pajak, hanya karakteristik dan tujuan pelaporan
keuangan fiskal yang berbeda. Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tentang peraturan
dan pengakuan komponen yang terdapat dalam laporan keuangan. Pengukuran tersebut tidak
selamanya sejalan dengan prinsip akuntansi komersial, karena terdapat argumentasi dari
motivasi laporan keuangan fiskal untuk memperkecil erosi potensi pengenaan pajak dan
memberi dorongan untuk merealokasi dalam bentuk-bentuk investasi.
Tiga pendekatan dalam penyusunan laporan keuangan fiskal adalah sebagai berikut :
1.

Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi.


Pada pendekatan ini terdapat adanya dua perangkat pembukuan, yaitu untuk kepentingan
komersial dan untuk kepentingan fiskal. Bukanlah bentuk kecurangan karena keduanya telah
disusun berdasarkan standar atau norma yang berlaku pada masing-masing akuntansi.

2.

Ketentuan pajak, untuk penyusunan laporan keuangan merupakan standar independent


terpisah dari prinsip akuntansi.
Wajib pajak bebas menyelenggarakan pembukuannya dengan dasar prinsip dan metode
akuntansinya. Laporan keuangan fiskal disusun secara terpisah di luar proses pembukuan.
Pendekatan ini lebih banyak digunakan sebagai pilihan, yaitu dengan menyusun laporan
keuangan fiskal melalui rekonsiliasi.

3.

Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi.


Merupakan prinsip common basis (maasgeblichkeits concepts). Dalam konsep ini laporan
keuangan disusun terutama mengikuti standar akuntansi.

D.

Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal


Dari dokumen dasar dibuat jurnal, lalu diposting ke buku besar. Buku besar ini dicocokkan
dengan Buku Tambahan. Kemudianmenjadi laporan keuangan komersial, setelah itu
dilakukan koreksi fiskal untuk menjadi laporan keuangan fiskal.
Koreksi fiskal ini maksudnya adalah mengoreksi laporan keuangan komersial untuk
disesuaikan dengan Peraturan Pajak atau laporan keuangan komersial dikoreksi untuk
menjadi laporan keuangan fiskal.

E. Keterbatasan Akuntansi Pajak


Beberapa sifat dan keterbatasan laporan keuangan komersial terhadap laporan keuangan
fiskal antara lain :

Akuntansi Pajak Bab 2

1.

Laporan keuangan bersifat historis.

2.

Proses penyusutan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan estimasi dan berbagai
pertimbangan.

3.

Lebih mengutamakan hal yang material.

4. Laporan keuangan terutama menekan makna ekonomis setiap transaksi atau peristiwa.
5.

Terdapat alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan mengakibatkan variasi dalam
pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar wajib pajak.

6.

Infomasi kualitatif, sedangkan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya


dikesampingkan.

Akuntansi Pajak Bab 3

KAS dan Bank


Akuntansi

Pajak

Akuntansi Pajak Bab 5

Persediaan
Akuntansi

Pajak

Persediaan adalah aset: (a)


tersedia untuk dijual dalam
kegiatan usaha biasa; (b)
dalam proses produksi untuk
penjualan tersebut; atau
dalam bentuk bahan atau
perlengkapan untuk digunakan
dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Persediaan harus diukur

rendah.

Penilaian persediaan hanya diperbolehkan


menggunakan harga perolehan,
yang didasarkan atas pemakaian persediaan
untuk penghitungan harga pokok
yang dilakukan secara rata-rata ataupun
yang dilakukan dengan mendahulukan
persediaan yang didapat pertama (FIFO).

Biaya persediaan harus

UU KUP Pasal 10(3)

berdasarkan biaya atau nilai


realisasi neto, mana yang lebih

meliputi semua biaya


pembelian, biaya konversi, dan
biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam
kondisi dan lokasi saat ini.

Ketentuan pada ayat ini mengatur bahwa


penilaian persediaan barang hanya boleh
menggunakan harga perolehan. Penilaian
pemakaian persediaan untuk penghitungan
harga pokok hanya boleh dilakukan dengan
cara rata-rata atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang didapat
pertama (first-in first-out atau disingkat
FIFO). Sesuai dengan kelaziman, cara
penilaian tersebut juga diberlakukan
terhadap
sekuritas.
Pada umumnya terdapat 3 (tiga) golongan
persediaan barang, yaitu :
a. barang jadi;
b. barang dalam proses produksi;
c. bahan baku dan bahan pelengkap.

Akuntansi Pajak Bab 5

Akuntansi Pajak Bab 6

Anda mungkin juga menyukai