Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HIPERTENSI
Oleh:
Fitri Febrianti Ramadhan
G99142099
.
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular degeneratif. Penyakit tidak
menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases
merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas.1,2 Perubahan
sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk, saat masyarakat
telah mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas
fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol diduga
merupakan faktor risiko PTM.1-3
Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan insidens dan
prevalensi PTM secara cepat, yang merupakan tantangan utama masalah
kesehatan dimasa yang akan datang. WHO memperkirakan, pada tahun 2020
PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia.
Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara
berkembang termasuk Indonesia.3,4 Salah satu PTM yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai
the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita
hipertensi.5 Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target
organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal,
serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena
stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih
besar terkena serangan jantung.4,6 Menurut WHO dan the International Society
of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di
seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari
setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. 6,7
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. 8 Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun
2004.9 Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun
1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%,10,11 dan MONICA
2
Penelitian
epidemiologi
membuktikan
bahwa
hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
A.
DEFINISI
pada
orang
dewasa
terbagi
menjadi
kelompok
Normotensi,
B.
TDS (mmHG)
<120
120-139
140-159
160
TDD (mmHg)
<80
80-89
90-99
100
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan pengukuran tekanan darah pada penelitian Riskesdas 2007,
prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,2%, sedangkan prevalensi
hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau riwayat
minum obat hanya 7,8% atau hanya 24,2% dari kasus hipertensi di
masyarakat. Berarti 75,8% kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis
MANIFESTASI KLINIS
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.
Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata,
otak, atau jantung. Gejala lain yang lebih sering ditemukan adalah sakit
kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar
tidur, mata berkunangkunang dan pusing
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah,
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera.18
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada
masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.
Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan untuk menentukkan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium , natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, kolesterol HDL, kolesterol LDL) dan EKG. Sebagai tambahan dapat
dilakukan pemeriksaan yang lain seperti klirens kreatinin, protein urin 24
jam, asam urat, kolesterol HDL, dan EKG.18
E.
DIAGNOSIS
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan
yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan
Renin yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Pengukuran pertama harus dikonfirmasikan pada sedikitnya 2 kunjungan lagi
dalam waktu satu sampai beberapa minggu. Pengukuran tekanan darah
Angiotensin I
dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah pasien beristirahat
Angiotensin
I Converting
selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus
lengan yang
sesuai. Enzyme
(ACE)
Angiotensin
II tingkat hipertensi dan lamanya
Anamnesis yang dilakukan
meliputi
menderita, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit
jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dll. Apakah terdapat
Stimulasiyang
sekresi
aldosteron
dari
Sekresi
hormone
ADH dalam
rasa haus
riwayat
penyakit
keluarga dan gejala-gejala
berkaitan
dengan
korteks adrenal
makanan,
riwayat
obat-obatan
psikososial dsb.18
bebas,
faktor
lingkungan, pekerjaan,
Ekskresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Mengentalkan
F.
PATOGENESIS
Menarik cairan
intraseluler
ekstraseluler
Aldosteron
merupakan
hormon
steroid hasil
Konsentrasi NaCl
di pembuluh
darah
sekresi
korteks
adrenal
yang
ekstraseluler,
akan mengurangi ekskresi
NaCl
(garam)
dengan
ekstraseluler
Tekanan darah
Volume darah
Tekanan darah
menggambarkan
beberapa
faktor
yang
berperan
dalam
PENGOBATAN
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :
1. Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan
hipertensi.
2. Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ
target (misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal
jantung, dan penyakit ginjal) Mengurangi resiko merupakan tujuan
utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi secara
bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko.
Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII:21
1. Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
hewani
yang
tinggi
kolesterol
seperti
daging
merah
serta
bumbu
penyedap
lain
yang
pada
umumnya
mengandunggaram natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada
makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam
tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamurterutama di kota-kota
besardi Indonesia.
10
11
12
13
yang lain dengan dosis rendah baik tunggal maupun kombinasi. Kombinasi
yang terbukti dapat ditolerir pasien adalah : diuretika dan ACEI atau ARB,
CCB dan BB, CCB dan atau ARB, CCB dan diuretika, ARB dan BB, kadang
diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.
Berikut merupakan panduan untuk tatalaksana hipertensi menurut 2014
Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure19
14
BAB III
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. R
Umur
: 57 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Sragen
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
B. Keluhan Utama :
Kepala cekot-cekot
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 1 minggu yang lalu pasien sering mengeluh kepala cekotcekot. Cekot-cekot terutama dirasakan di kepala bagian belakang. Cekotcekot dirasakan hilang timbul terutama jika merasa stress menghadapi
pekerjaannya yang tak kunjung beres atau jika malamnya susah tidur.
Pasien sering tidak bisa bekerja karena sakit kepalanya itu.
Pasien
mengaku sering merasakan sakit yang sama namun hilang timbul sejak
setahun terakhir. Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur, nyeri dada,
berdebar-debar, sesak napas, maupun kesemutan. BAB dan BAK dalam
batas normal. Sekitar 3 bulan yang lalu pasien periksa ke puskesmas dan
dinyatakan darah tinggi. Dari puskesmas pasien mendapat obat, namun
pasien lupa obat yang telah dikonsumsinya. Pasien merasa baikan setelah
15
meminum obat dari puskesmas, dan tidak berobat lagi secara rutin karena
merasa sudah sembuh.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit jantung
: disangkal
Riwayat stroke
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
16
pada pekerjaannya. Pasien makan sehari 2-3 kali dengan sayur dan lauk,
suka makanan asin, pedas dan suka minum teh dan kopi.
pucat (-)
: Nyeri kepala (+), cekot-cekot (+), bentuk mesocephal, rambut
E. Mata
F. Telinga
strabismus (-/-)
: Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan
G. Hidung
H. Mulut
penghidu baik
: Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir kering (-),
pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-), luka
I. Leher
17
J. Thorax
K. Jantung :
a. Inspeksi
b. Palpasi
c.
d.
18
M. Punggung
kostovertebra (-),
N. Abdomen :
a. Inspeksi
(-), venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
b. Auskultasi
:Peristaltik (+) normal
c. Perkusi
:Timpani, pekak alih (-)
d. Palpasi :Supel, nyeri tekan (-). Hepar tidak teraba. Lien tidak
teraba.
O. Genitourinaria : Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
P. Ekstremitas : Kuku pucat (-), spoon nail (-)
Akral dingin
Oedem
-
dan mortalitas
penyakit kardiovaskuler,
19
hewani
yang
tinggi
kolesterol
seperti
daging
merah
serta
bumbu
penyedap
lain
yang
pada
umumnya
mengandunggaram natrium.
14. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
20
2. Medikamentosa
R/ Hidroklortiazid tab mg 12,5 No. V
S 1 dd tab 1 mane
R/ Captopril tab mg 12,5 No. X
S 2 dd tab 1 a.c.
Pro: Tn. R (57 tahun)
VII. PEMBAHASAN OBAT
Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:
1. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretik
2. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik
3. Penyekat beta dengan diuretik
4. Diuretik dengan agen penahan kalium
5. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis
kalsium
6. Agonis -2 dengan diuretik
7. Penyekat -1 dengan diuretic
Petunjuk dari JNC 7 merekomendasikan diuretik tipe tiazid bila
memungkinkan sebagai terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien, baik
sendiri atau dikombinasi dengan salah satu dari kelas lain (ACEI, ARB,
penyekat beta, CCB). Diuretik tipe thiazide sudah menjadi terapi utama
antihipertensi pada kebanyakan trial. Pada trial ini, termasuk yang baru
diterbitkan Antihypertensive and Lipid Lowering Treatment to Prevent Heart
Attack Trial (ALLHAT), diuretik tidak tertandingi dalam mencegah komplikasi
kardiovaskular akibat hipertensi. Kecuali pada the Second Australian National
Blood Pressure Trial; dimana dilaporkan hasil lebih baik dengan ACEI
dibanding dengan diuretik pada laki-laki kulit putih. Diuretik meningkatkan
efikasi antihipertensi dari banyak regimen obat, berguna dalam mengontrol
tekanan darah, dan harganya lebih
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Balitbangkes. Depkes RI. Operational study an integrated community-based
intervention program on common risk factors of major non-communicable
diseases in Depok-Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 2006.
2. Bonita R. Surveillance of risk factors for non-communicable diseases: the
WHO stepwise approach. Summary. Geneva: World Health Organization;
2001.
22
23
13.Kaplan NM. Clinical hypertension. 8th ed. Lippincott: Williams & Wilkins;
2002.
14.Resolution WHA57.17. Global strategy on diet, physical activity, and health.
In: Fifty-seventh World Health Assembly. 17-12 May 2004. Geneva: World
Health Organization; 2004.
15.Pusat Data dan Informasi. Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Agar
Terhindar dari Kerusakan Organ Jantung, Otak dan Ginjal. Jakarta Selatan:
Kementerian Kesehatan RI; 2014.
16.Martin
Jeffery.
Hypertension
Recommendations.
The
Guidelines:
Journal
of
Revisiting
Lancaster
The
General
JNC
Hospital:
Joint
National
Committee
(JNC8).
JAMA.
24