Anda di halaman 1dari 8

.

.
.
:


. ....








)(73 :

Maasyiral muslimin jamaah jumat Rahimakumullahu,

Setiap orang dalam kehidupan ini, mempunyai fungsi kepemimpinan, Mengingat


besarnya tanggung jawab menjadi pemimpin di dalam lingkungan masing-masing,
baik di lingkungan sekolah, masyarakat, atau bahkan dikeluaga kita. Maka
seyogyanya sifat dan akhlak kita untuk menjadi pemimpin harus kita tanamkan sejak
dini dan terus kita dikembangkan.

Pada kesempatan ini, akan kita uraikan apasaja sekiranya yang harus dipersiapkan
oleh seorang pemimpin itu. Seperti yang dituangkan oleh khalifah pertama Abu

Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu Anhu, tatkala beliau dilantik menjadi kepala
pemerintahan setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di antara Pidato
beliau adalah:
saudaraku sekalian.., sesungguhnya aku telah terpilih sebagai pimpinan
atas kalian dan bukanlah aku yang terbaik diantara kalian, maka jika aku
berbuat kebaikan bantulah aku. Dan jika aku bertindak keliru maka
luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementara dusta adalah suatu
pengkhianatan. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan RasulNya.
Tetapi jika aku tidak mematuhi keduanya maka tiada kewajiban Taat atas
kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan shalat
semoga Allah merahmati kalian(Ibnu Hisyam, as-Sirah anNabawiyah 4/413-414, tahqiq Hamma Said dan Muhammad Abu
Suailik)
Senada dengan pidato kenegaraaan khalifah yang pertama itu, dijelaskan juga
dalam al quran : Al imron 104


104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217];
merekalah orang-orang yang beruntung.

Dari situ dapat kita simpulkan ada sekitar 7 macam akhlak kepemimpinan yang perlu
kita tanamkan dalam diri kita
1.

Sifat Rendah Hati.

Banyak para pemimpin yang mulanya dekat dengan rakyat, dekat dengan bawahan,
tapi hanya untuk mencari simpati dari mereka, mencari perhatian kepada kaum yang
lemah, tapi begitu mempunyai kedudukan, timbullah apa yang disebutkan dalam
peribahasa Kalau hari sudah panas, kacang lupa kulitnya. Sifat sombong,
congkak, tinggi hati sudah mulai nampak, apasaja yang jadi kemauaannya harus
bisa tercapai.

Sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu Anhu menyatakan bahwa pada
hakekatnya kedudukan pemimpin tidak berbeda daripada rakyat biasa, bukan karena
ia orang istimewa. Tapi hanya sekedar orang yang didahulukan selangkah, yang
mendapatkan kepercayaan dan dukungan orang banyak.
Di atas pundak mereka terpikul satu tanggung jawab yang besar dan berat terhadap
bawahannya, masyarakat pada umumnya, terlebih lagi terhadap Allah Taala. Hal ini
juga ditegaskan oleh rosulullah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di
dalam kitabShahih-nya :

setiap kalian adalah pemimpin dan akan dipinta laporan pertanggungjawabannya

sangat jelas disini bahwa kelak kita akan dimintai laporan, apasaja yang sudah kita
perbuat setelah kita dijadikan seorang pemimpin, apa hanya duduk saja, apa hanya
bisa menyuruh saja..

maasyiral muslimin jamaah jumat rohimakumullah


Sifat rendah hati bukanlah merendahkan kedudukan seorang pemimpin, malah
sebaliknya akan mengangkat derajatnya, martabatnya dalam pandangan
masyarakat, terlebih dihadapan Allah swt.

2. Bersifat Terbuka untuk Dikritik.


Setiap pemimpin memerlukan dukungan dan partisipasi banyak orang.
Bagaimanapun kemampuannya ia tak akan bisa melaksanakan tugas-tugasnya
tanpa bantuan orang banyak. Jika orang banyak tersebut bersifat apatis, tak mau
tahu, masa bodoh terhadap segala anjuran dan tindakannya, maka segala program
kerja yang ada tidak akan pernah bisa berjalan dengan baik.
Oleh sebab itulah, seorang pemimpin harus terbuka untuk menerima kritik, meski
kadang tidak semua kritik itu sesuai dengan kekurangan yang ada, Tetapi Jangan
sampai orang yang memberikan kritik tersebut kita anggap sebagai lawan yang perlu

dibungkam. Sebaliknya bahwa orang yang berani mengungkapkan kritik kepada kita,
menunjukkan kesalahan, kekurangan seorang pemimpin, justru itulah yang
merupakan orang yang bisa kita jadikan teman untuk membangun sebuah
kepemimpinan itu menjadi lebih baik.
3. Sifat Jujur dan Memegang Amanah.
amanah dalam arti memelihara kepercayaan orang banyak adalah salah satu sifat
kepemimpinan Islam yang penting. Islam mewajibkan kepada setiap muslim dan
muslimah untuk menjaga dan memelihara amanah. Seperti yang dijelaskan di dalam
al-Quranul karim.













(58 :)
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat. (An-Nisa: 58)
Secara garis besar, ruang lingkup pemeliharaan amanah terbagi menjadi
tiga.Pertama, amanah terhadap Allah Taala. Kedua, amanah terhadap sesama
makhluk terutama kepada manusia. Ketiga, amanah terhadap diri sendiri.

Dari ayat diatas kita diharuskan untuk selalu memelihara amanah yang telah
diberikan kepada kita, hal ini kadang remeh dimata kita tetapi ini adalah salah satu
kunci yang harus dipegang oleh seorang pemimpin. Ketika amanah itu rusak, maka
rusaklah segala ikatan, hubungan, kepercayaan yang telah orang percayakan
kepada kita, mereka tidak akan segan untuk membantah kita, mereka tidak akan
segan untuk tidak menaati apa yang kita perintahkan, ketika seperti ini apalah arti
sebuah kepemimpinan.

penyelewengan terhadap suatu amanah bukan saja merugikan orang yang terkena
penyelewengan tersebut, tetapi akan mempunyai akibat mata rantai yang buruk di
dalam kehidupan masyarakat. Dalam pengertian memelihara amanah adalah
menyerahkan sesuatu urusan atau tanggungjawab kepada orang-orang yang
mampu dan cakap, serta memenuhi persyaratan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu dia berkata,
RasulullahShallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari Kiamat. Dia (Abu
Hurairah) bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimanakah menyia-nyiakan
amanah itu? Beliau menjawab: Jika satu urusan diserahkan kepada bukan
ahlinya, maka tunggulah hari Kiamat!. (Shahiih al-Bukhari, kitab arRiqaaq, bab Raful Amaanah (XI/333, dalam al-Fat-hul)

Oleh sebab itu seorang pemimpin harus bisa melaksanakan amanah yang telah
diberikan, menjalankannya sesuai dengan aturan yang ada.

4.

Berlaku Adil.

Adil ialah menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan cara yang sama dan
serupa, tidak pincang dan berat sebelah. Tidak melihat kawan tidak melihat lawan
.Islam meletakkan soal menegakkan keadilan dan menjauhi kezhaliman sebagai
satu sikap hidup yang sangat penting. Allah Taala memerintahkan secara umum di
dalam alquran:







(90: )


Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (An-Nahl: 90)
Keadilah haruslah diterapkan dalam segala bidang kehidupan tanpa memandang
orangnya, bahkan juga harus berlaku adil terhadap dirinya sendiri. Abu Bakar AshShiddiq menegaskan dalm penggalan pidato kepemimpinannya, bahwa orang yang
lemah haruslah dibela dan dilindungi. Orang-orang yang kuat tidak boleh berlaku
kejam dan sewenang-wenang.
5.

Konsisten dalam Berjuang.

Seorang pemimpin haruslah bersikap konsisten dalam perjuangan. Yaitu terus


menerus dan teguh dalam berjuang. Jangan acak-acakkan, pada satu waktu
semangat tak kunjung padam dan tak kenal menyerah, tapi pada waktu yang lain
mlempem dan mudah dijinakkan.
Dalam suatu perjuangan menegakkan cita-cita dan kebenaran, pasti akan berjumpa
dengan halangan dan tantangan. Halangan tersebut haruslah diatasi, jangan hanya
dielakkan, terlebih mundur dan meninggalkan medan perjuangan, hilang tak tentu
rimbanya. Disinyalir oleh khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam pidatonya di atas,
bahwa orang yang meninggalkan medan juang, apalagi kalau sampai berkhianat,
maka ia akan ditimpa kehinaan seumur hidupnya.
6.

Ditaati dan Bersikap Proporsional.

Seorang pemimpin haruslah mengabdikan dirinya kepada misi yang dipercayakan di


atas pundaknya. Ia harus mempunyai wibawa terhadap umat yang dipimpinnya,
dipatuhi. Jangan ketika berhadap-hadapan muka pengikutnya menganggukanggukan kepala dan mengatakan ya, karena takut. Sedang apabila di
belakangnya mereka mengatakan tidak. Seorang pemimpin harus bersedia dan
siap mundur apabila ia melakukan penyelewengan. Jangan terus menerus
mempertahankan kedudukannya.
7.

Berbakti dan Mengabdi kepada Allah Subhanahu wa Taala.

Kepemimpinan bersifat manusiawi, mempunyai kekurangan-kekurangan disamping


juga mempunyai kelebihan-kelebihan yang menentukan pada tingkat terakhir yaitu
petunjuk ilahi dan garis-garis yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, seorang

pemimpin harus senantiasa menghubungkan dirinya kepada Allah, berbakti kepadaNya, melaksanakan segala sesuatu yang diridhai-Nya dan menjauhi segala hal yang
dimurkai-Nya.
Hasil dari sikap berbakti kepada Allah, akan menempa setiap orang terlebih
pemimpin agar mempunyai sikap keseimbangan dan istiqamah dalam setiap situasi
dan kondisi. Ridha menerima apa yang dapat dicapai, bersyukur apabila mencapai
hasil, dan bersabar menghadapi tantangan demi tantangan.
Demikianlah 7 macam sifat kepemimpinan islam yang dapat dipetik dari khutbah
khalifah pertama, semoga kita bisa meneladani sikap yang dicontohkan oleh beliau
dan selalu mendapat ridha dari allah swt.




.

.


.

: .
:


)102:

:






.

.

.
.


.
, ,
,

Anda mungkin juga menyukai