Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Di negara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada,


mortalitas akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang
lebih dini dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat
mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola
hidatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah
jantung dan tirotoksikosis. 1
Penyakit trofoblas mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi
ganas dan menimbulkan berbagai bentuk metastase keganasan dengan berbagai
variasi (Manuaba, 2007). Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika,
dan Amerika Latin dibandingkan dengan negara-negera Barat. Di negara-negara
Barat dilaporkan 1:2000 kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di
Asia lebih tinggi sekitar 1: 120 kehamilan (Prawirohadjo, 2009). Di Amerika
Serikat dilaporkan insidensi mola sebesar 1 pada 1000-1200 kehamilan. Di
Indonesia sendiri didapatkan kejadian mola pada 1 : 85 kehamilan. Biasanya
dijumpai lebih sering pada usia reproduktif (15-45 tahun); dan pada multipara.
Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola akan lebih besar.
Mola hidatidosa terjadi pada 1-3 dalam setiap 1000 kehamilan. Sekitar 10% dari
seluruh kasus akan cenderung mengalami transformasi ke arah keganasan, yang
disebut sebagai gestational trophoblastic neoplasma. 1
Penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas dimana
terjadi suatu keabnormalan konsepsi plasenta yang disertai sedikit atau bahkan
tanpa perkembangan janin (Hadijanto, 2010). Di dalam tubuh wanita sel
trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan sel-sel
trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit
trofoblas

yang

berasal

dari kehamilan

disebut

sebagai Gestational

Trophoblastic Disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non


Gestational Throphoblastic Disease.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana terjadi keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan
perkembangan parsial atau tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir
seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropobik. Janin
biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu
hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan mengeluarkan hormon
human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada
kehamilan biasa. 1
2.2 Epidemiologi
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin
dibandingkan dengan negara negara barat. Dinegara negara barat dilaporkan
1:200 atau 2000 kehamilan . dinegara negara berkembang 1:100 atau 600
kehamilan. Soejoenoes dkk (2011) melaporkan 1:85 kehamilan, Rs Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta 1:31 Persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat A siregar
(Medan) tahun 1982 : 11 16 per 1000 kehamilan; Soetomo (Surabaya) : 1:80
Persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung) : 9-21 per 1000 kehamilan.
Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada
multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas kemungkinan menderita mola lebih
besar.
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Mola hidatidosa disebabkan oleh adanya over-production jaringan yang
membentuk plasenta. Dalam keadaan kehamilan normal, plasenta berfungsi
memberikan nutrisi untuk janin. Namun pada kasus mola hidatidosa, jaringan
berkembang menjadi suatu masa yang abnormal sehingga tidak dapat berfungsi
secar normal. 3
Penyakit trofoblastik gestasional disebabkan oleh gangguan genetik
dimana sebuah spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya

atau dua sperma memasuki ovum tersebut. Pada lebih dari 90 persen mola komplit
hanya ditemukan gen dari ayah dan 10 persen mola bersifat heterozigot.
Sebaliknya, mola parsial biasanya terdiri dari kromosom triploid yang memberi
kesan gangguan sperma sebagai penyebab. 3
Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik
sehingga embrio 'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus
tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi ke jaringan ibu.
Peningkatan aktivitas sinsitiotrofoblas menyebabkan peningkatan produksi hCG,
tirotrofin korionik dan progestron. Sekresi estrodiol menurun, karena sintesis
hormone ini memerlukan enzim dari janin, yang tidak ada. Peningkatan kadar
hCG dapat menginduksi perkembangan kista teka-lutein di dalam ovarium. 2
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya yang kini telah diakui adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena
penyakit ini.
3. imunoselektif dari sel trofoblast
4. paritas tinggi
5. defisiensi vitamin A
6. kekurangan protein
7. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
2.4 Patogenesis
Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa
yaitu karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur
patologik yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3
5 minggu dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi
penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi. 1
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola
memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan
mola hidatidosa adalah mola lengkap dan mempunyai 46 kariotipe XX.
Penelitian khusus menunjukkan bahwa kedua kromosom X itu diturunkan dari

ayah. Secara genetik, sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari
pembuahan pada suatu telur kosong (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu
sperma haploid (23 X), yang kemudian berduplikasi untuk memulihkan
komplemen kromosom diploid (46 XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46 XY.
Pada mola yang tidak lengkap atau sebagian, kariotipe biasanya suatu
triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau
69 XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola
lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu
biasanya triploid dan cacat. 4

Gambar 1.1. Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa. A. Sumber kromosom dari
mola lengkap. B. Sumber kromosom dari mola sebagian yang triploid. (Hacker).

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari


penyakit trofoblas: 1
1. Teori missed abortion.
Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5
minggu (missed abortion). Hal ini lah yang menyebabkan gangguan peredaran
darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian
mudigah itu disebabkan karena kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine

pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan
angiogenesis.
2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas,
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal.
Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi
sehingga menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran
darah dan kematian mudigah.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. Ukuran gelembung-gelembung ini bervariasi dari beberapa
milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari
trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban; (3)
Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel
polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells).
Pada kasus mola banyak dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter
10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan
kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh. 4

2.5 Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai
janin maka disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai
janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau Parsials mole. 3
Tabel 1.2. Perbandingan bentuk mola hidatidosa

Gambaran
Kariotipe

Mola Komplit
46,XX atau 46,XY

Mola Parsial
Umumnya 69,XXX
atau 69,XXY (tripoid)

Patologi

Edema villus
Proliferasi trofoblastik
Janin
Amnion, sel darah
merah janin
Gambaran klinis
Diagnosis
Ukuran uterus
Kista teka-lutein
Penyulit medis
Penyakit pascamola
Kadar hCG

Difus
Bervariasi, ringan s/d berat
Tidak ada
Tidak ada

Bervariasi,fokal
Bervariasi, fokal,
ringan s/d sedang
Sering dijumpai
Sering dijumpai

Gestasi mola
50% besar untuk masa
kehamilan
25-30%
Sering
20%
Tinggi

Missed abortion
Kecil untuk masa
kehamilan
Jarang
jarang
<5-10%
Rendah tinggi

1. Mola hidatidosa komplit


Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel2 jernih dengan ukuran
bervariasi, berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan
histologik ditandai oleh:
degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma vilus
tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
proliferasi epitel trofoblas dengan derajat bervariasi
tidak adanya janin dan amnion 5% mola sempurna mengalami
transformasi menjadi maligna.

2. Mola Hidatidosa Parsial


Perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, tampak
sebagian jaringan janin (biasanya kantung amnion). Terjadi pembengkakan
hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian vili yang biasanya
avaskular, sementara vili-vili berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin

plasenta yang masih berfungsi.


Mola parsial lebih jarang menjadi maligna (0.05%).

2.6 Gejala Klinis


a. Amenorrhoe dan tanda tanda kehamilan
b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan gejala
utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa
minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi.

c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
d. Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballotement
e. Hiperemesis, Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
Dan menurut Cuningham, 2011. Dalam stadium pertumbuhan mola yang
dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal,
namun pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering
terlihat perubahan sebagai berikut 4:
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi
mulai dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat
dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara
intermiten selama berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat
perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering dijumpai. Anemia
defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya
dan teraba lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak
teraba bagian janin.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis,
secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test
dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta
yang kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satu
plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat
normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola
inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang
hidup.
4. Embolisasi

Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma


villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah
tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta
tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang
terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang
menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk
menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut
trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase
yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari
trofoblas saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma
villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut
bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat
terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan
kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan
yang efektif.

5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar
sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus
lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada
kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu. 5
2.7 Diagnosis
1.

Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang

berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat


dan kadang bergelembung seperti busa.
(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola
komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari
desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi)
oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa
mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang
berat. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam
hormon -HCG.
(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti
takikardi, tremor dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya
gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan
karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300
mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia
2.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi :

Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba


lembek

Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan


janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin


Pemeriksaan dalam :

3.

Memastikan besarnya uterus

Uterus terasa lembek

Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar B-hCG
BetaHCG urin > 100.000 lU/ml
Beta HCG serum > 40.000 IU/ml
Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi
parameter dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
Pemeriksaan kadar T3 /T4
B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin,
mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat.
Terjadi gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia,
tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu
makan meningkat tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat
terjadi krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai hipertermia,
kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran
sampai delirium-koma. 4

4.

Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi

Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin

Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai


salju.

10

2.8 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.

Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap

Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan


12 jam kemudian dilakukan kuret.

b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan


umum penderita.
c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan.
d. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih
2. Pengawasan Lanjutan

Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai


kontrasepsi oral pil.

Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :


o Setiap minggu pada Triwulan pertama
o Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3
bulan.

Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :


a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
o

Keadaan Serviks

Uterus bertambah kecil atau tidak

b. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :


o 1x seminggu sampai hasil negatif

11

o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya


o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
o 1x3 bulan selama tahun berikutnya
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai
adanya keganasan

2.9 Prognosis
Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive,
dimana akan masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan
perdarahan dan komplikasi yang lain yang mana pada akhirnya akan
memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola dapat berkembang menjadi
korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat menyebar dan membesar.5
2.10

Komplikasi

Perdarahan yang hebat sampai syok

Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

Infeksi sekunder

Perforasi karena tindakan atau keganasan5

12

BAB III
KESIMPULAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Mola dapat mengandung
janin (mola parsial) atau tidak terdapat janin di dalamnya (mola komplit).
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat
menyebabkan antara lain, faktor ovum, imunoselektif dari tropoblast, keadaan
sosioekonomi yang rendah, paritas tinggi, kekurangan protein, infeksi virus dan
factor kromosom yang belum jelas.
Pada pasien ini, ciri-ciri mola yang dapat dilihat antara lain perdarahan
uterus yang merupakan gejala utama pada kasus, gejala ini bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak,. Ukuran uterus yang lebih besar dari usia
kehamilan. Selain itu, gejala lain yang ditampakkan pasien yang dapat digali dari
anamnesis yaitu hiperemesis gravidarum, dimana 1 bulan sebelumnya pasien
mengeluhkan mual muntah, hal ini merupakan salah satu manifestasi klinis yang
ditimbulkan mola akibat peningkatan kadar beta HCG. Gerakan janin juga tidak
pernah dirasakan pasien selama hamil, dimana pada kehamilan normal gerakan
janin sudah mulai bisa dirasakan pada minggu ke 18-20.

BAB IV
LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS
Nama
Usia

: Ny. MN
: 49 tahun

13

Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Suku
Nama Suami
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Suku
Alamat
RM
Tanggal Masuk
II.

: Ibu Rumah Tangga


: SMA
: Islam
: Batak
: Tn. M
: 50 tahun
: SMA
: Wiraswasta
: Islam
: Jawa
: Jalan Katamso No. 15
: 21 37 77
: 19 September 2014

ANAMNESIS
Ny M, 49 tahun, G4P3A0, Islam, Batak, SMA, IRT, istri dari Tn. M, 50 tahun,
SMA, Islam, Jawa, Wiraswasta.
Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir.
Telaah :
Pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan keluar darah dari
kemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku sedang hamil 2 bulan,
darah yang keluar dari kemaluan berwarna merah kecoklatan disertai
keluarnya gelembung seperti telur ikan. Pasien mengaku terdapat nyeri perut,
mual dan muntah sejak awal hamil. Pasien juga mengaku pusing dan lemas.
Pasien sudah melakukan tes kehamilan (+). BAK (+) N, BAB (+) N.
Riwayat Penyakit Terdahulu :

Jantung (-)
Hipertensi (-)
Diabetes Milletus (-)
Asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti
pasien. Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan
asma disangkal.
Riwayat Alergi :

14

Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan


makanan.
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien tidak memakai alat dan pil kontrasepsi
Riwayat Obstetri :
-

III.

Menarche
: Usia 15 tahun.
siklus haid
: Teratur (30hari).
Lama haid
: 5-6 hari.
Riwayat Pernikahan : Menikah 1x usia pasien saat menikah 20 tahun.
HPHT
: 20 Juli 2014
Riwayat KB
:Riwayat Persalinan:
1. Perempuan, usia sekarang 17 tahun
2. Laki-Laki, usia sekarang 15 tahun
3. Perempuan, usia sekarang 10 tahun

STATUS GENERALISATA
Keadaan umum
Kesadaran

: Baik
: Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu

:
:
:
:

120/80 mmHg
96 x/menit
20 x/menit
37oC

Pemeriksaan Fisik Umum

Jantung
Paru
Ekstremitas
IV.

Mata
: Anemis (-/-), Ikterus (-/-)
: S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
: Edema (- /-) Akral teraba hangat (+/+)

STATUS GINEKOLOGI
Abdomen :

15

Inspeksi

pembesaran, Linea alba (-),


Palpasi :Teraba tinggi fundus uteri 3 jari di bawah

umbilikus, ballotement (-), tidak teraba bagian janin


Auskultasi
: Denyut Jantung Janin tidak

:Abdomen

tampak

mengalami

terdengar

V.

Inspekulo

: Tampak darah di introitus vagina dibersihkan kesan


tidak menetes

VT

: Cerviks tertutup

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap (sebelum kuretase)
1. Hb
2. Ht
3. Eritrosit
4. Lekosit
5. LED
6. Trombosit
7. MCV
8. MCH
9. MCHC
10. SGOT
11. SGPT
12. GDS
13. Ureum
14. Kreatinin

: 11,8 g/dL
: 37,8 %
: 4,2 juta/uL
: 4.400/uL
: 11mm
: 155.000/ uL
: 85,1 fl
: 29,9 pg
: 32,0 %
: 30 U/L
: 32 U/L
: 100 mg/dl
: 11 mg/dl
: 0,68 mg/dl

Ultrasonografi (USG) Abdomen


Pemeriksaan HCG

12-14 g/dL
37- 47 %
4-5 juta/ uL
4.000-11.000/uL
0-20 mm
150.000-450.000/ uL
82-92 fl
27-31 pg
30-34 %
< 40 U/L
< 40 U/L
140 mg/dl

:Uterus membesar, gambaran janin (-),


adneksa: massa (-), kesan: Mola Hidatidosa
:Kehamilan 8 minggu 455.883 mIU/ml non
pregnant <7 normalnya 32.065- 149.571

VI.

DIAGNOSIS
Mola Hidatidosa
Rencana

: Tirah Baring
Pasang Infus RL 500 mL/ 20gtt
Pemeriksaan Laboratorium: darah lengkap
Observasi keadaan umum, perdarahan
Pasang laminaria
Crossmach sedia darah

VII.
PENATALAKSANAAN
Tanggal 19 September 2014

16

Lapor dr. muslich perangin-angin Sp.OG rencana kuretase di OK tanggal 20


September 2014 pukul 10.00 WIB, pasang laminaria jam 22.00 WIB (ukuran XL),
sedia darah PRC 2 bag.

Laporan Kuretase Mola hidatidosa


Ibu dibaringkan dengan posisi litotomi dibawah spinal anastesi, dilakukan vulva
higine, dilakukan pengosongan kandung kemih dengan kateter. Dilakukan
pemasangan sim bawah dan atas. Tenakulum dijepit arah jam 11 sim spekulo
dilebarkan dilakukan sonde VT AF dilakukan pemasangan busi hegar. Dilakukan
evaluasi jaringan mola didapatkan tampak jaringan seperti mata ikan, dilakukan
kuretase dengan sonde tumpul mulai arah jam 12 searah putaran jam sampai
bersih,didapatkan jaringan mola dan darah sebanyak 300 cc.dilanjutkan dengan
sonde tajam sampai terdapat suara seperti parutan kelapa.
Sim spekulo bawah dilepas tenakulum dilepas.
Keadaan umum ibu post kuretase: Baik.
Pemeriksaan Darah Lengkap (setelah kuretase)
1. Hb
2. Ht
3. Eritrosit
4. Lekosit
5. LED
6. Trombosit
7. MCV
8. MCH
9. MCHC
10. SGOT
11. SGPT
12. GDS
13. Ureum
14. Kreatinin

: 10,8 g/dL
: 38,7 %
: 4,2 juta/uL
: 4.400/uL
: 32mm
: 155.000/ uL
: 90,1 fl
: 28,9 pg
: 34,0 %
: 35 U/L
: 31 U/L
: 110 mg/dl
: 11 mg/dl
: 0,68 mg/dl

Follow up Pasien
Tanggal 20 September 2014

12-14 g/dL
37- 47 %
4-5 juta/ uL
4.000-11.000/uL
0-20 mm
150.000-450.000/ uL
82-92 fl
27-31 pg
30-34 %
< 40 U/L
< 40 U/L
140 mg/dl

Anemis

:-

Oedem

:-

Ikterik

:-

Dispsnoe

:-

Sianosis

:-

17

Kesadaran
TD
HR
RR
T
Abdomen
P/V
BAK
BAB
Terapi

Diagnosa

: CM
: 130/70 mmHg
: 88x/menit
: 20x/menit
: 36,3C
: Soepel, Peristaltik (+), Normal
: (-)
: (+) Normal
: (-)
Flatus
: (+)
:
Infus RL 20 gtt
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Pondex 3x1
Metronidazole 3x1
Methylergometin 3x1
Grahabion 2x1
: Post Kuretase a/i Mola Hidatidosa +NH1

Tanggal: 21 September 2014


Kesadaran
: CM
TD
: 110/70 mmHg
HR
: 72x/menit
RR
: 20x/menit
T
: 36,2C
Abdomen
: Soepel, Peristaltik (+),
P/V
: (-)
BAK
: (+) Normal
BAB
: (+) Normal
Terapi

Diagnosa

Anemis

:-

Oedem

:-

Ikterik

:-

Dispsnoe

:-

Sianosis

:-

:
Infus RL 20 gtt
Metronidazole 3x1
Methylergometin 3x1
Grahabion 2x1
: Post Kuretase a/i Mola Hidatidosa + NH2

Tanggal: 22 September 2014


Kesadaran
: CM
TD
: 120/80 mmHg
HR
: 76x/menit
RR
: 20x/menit
T
: 36,3C
Abdomen
: Soepel, Peristaltik (+),
P/V
: (-)
BAK
: (+) Normal
BAB
: (+) Normal

Anemis

:-

Oedem

:-

Ikterik

:-

Dispsnoe

:-

Sianosis

:-

Flatus

: (+)

18

Terapi

Diagnosa
Rencana

:
Infus RL 20 gtt
Metronidazole 3x1
Methylergometin 3x1
Grahabion 2x1
: Post Kuretase a/i Mola Hidatidosa + NH3
: Pasien pulang pada tanggal 23 September 2014
dan melakukan berobat jalan (PBJ)

DAFTAR PUSTAKA
1. Hacker, N.F., Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam:
Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2. Hipokrates : Jakarta
2. Manuaba I.B.G.F, Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam:
Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta
3. Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2009. Mola Hidatidosa. Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo: Jakarta
4. Cunninngham. F.G. dkk. 2006. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik
Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. EGC: Jakarta.Sumapraja S,
Martaadisoebrata D. 2005. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput
Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo: Jakarta
5. John T. 2006. Gestational Throphoblastic Disease. The American
College of Obstetricians and Gynecologists. Lippincott
Williams & Wilkins.

19

Anda mungkin juga menyukai