Cerpen Wajah Juveletta
Cerpen Wajah Juveletta
dan punya ibu Indonesia. Memang suatu hal yang aneh buat kita.
Ve melentikkan bulu matanya dan menyisir rambut panjangnya berkali-kali.
Keisha
Ve
: yuk cabut !
Mama
Keisha
Mama
: Hati-hati ya !
Begitulah mama, ia tidak pernah peduli terhadap Ve. Jangankan untuk menghabiskan
waktu bersama ve, seperti shopping atau ke salon, sarapan pagi bareng aja nggak pernah.
Mama terlalu disibukkan dengan bisnis fashionnya di Paris. Ve nggak tahu apa yang salah
padanya, padahal ia sudah mencoba menjadi anak yang baik. Tapi mama nggak pernah
memperlakukan Ve sebagai anaknya. Ve belum pernah melihat wajah papanya yang
bernama Jason Adams, karena menurut cerita Bi Darti, papanya sudah meninggal sejak ia
lahir.
Keisha
: Woi Ve, kok ngelamun seh. Untung gue yang nyetir. Elo kenapa sih?
Wah nyokap lo masih muda banget, cantik lagi. Umurnya berapa sih?
Ve
: Kalau nggak salah mama 35 tahun. Dia emang cantik tapi nggak mirip
sama gue ya?.
Keisha
: Emang sih, secara keseluruhan kalian nggak mirip tapi menurut gue mata
kalian tuch sama banget.
Ve
Keisha
Ve
Ve melipat kembali surat undangan dari sekolah yang udah dua kali ia baca.
( Di kantin )
Suasana riuh kantin membuatnya tambah gelisah.
Keisha
: Hai Mom, kangen nih. Ntar malam harus udah balik lho!
: Soalnya besok kan ada upacara kelulusan, orang tua di wajibkan hadir.
Pokoknya kalo mama nggak pulang Keisha bakal puasa tujuh hari tujuh
malam.
Ve iri melihat Keisha begitu manja pada mamanya. Padahal Keisha termasuk anak yang
biasa-biasa saja, prestasinya nggak ada yang menonjol, tapi mamanya begitu sayang dan
memperhatikannya.
( di rumah )
Ve
: Bi, mama ada di rumah nggak?. (Ve melepas tas dan sepatunya, lalu
meneguk segelas air dingin. )
Bi Darti
: Ada non. Lagi di rungan kerja, tapi sepertinya mau pergi. Soalnya tadi
ibu titip ini buat non. ( Bi Darti menyodorkan sesuatu )
Ve
: Apa? Cek? Empat lembar? Emang mama mau pergi berapa lama sih?
( Ve nampak kesal, menurutnya kali ini mama nggak boleh pergi besok
adalah hari yang terpenting untuknya. Dan besok nggak bisa ditukar dengan
cek seperti yang biasa mama berikan untuknya setiap bulan. )
: Masuk.
Ve
Mama Ve
Ve
Mama Ve
: Mama udah bilang, suruh Bi Darti yang datang. Nanti malam Mama
harus ke Paris.
Dada Ve bergemuruh. Kesabarannya sudah habis. Mungkin selama ini ia bisa menerima
perlakuan Mama, tapi kali ini tidak.
Brakkk......... ( Ve menggebrak meja )
Ve
: Sebenarnya, Ve anak siapa sih ma? Anak Bi Darti? Kenapa selama ini
mama nggak mau peduli sama Ve? Mama benci sama Ve? Apa salah Ve?
( Nada suara Ve mulai meninggi )
Tetapi mama tetap tenang menunduk dan menulis, yang membuat Ve semakin kesal.
Ve
: Begitu ceritanya!
Keisha
: Pantas aja nyokap lo keliatan cuek banget. Udah kalo soal besok, bilang
aja ke wali kelas kalo nyokap lo berhalangan hadir. Beres kan?.
Ve
: Iya sih, tapi gue udah nggak tahan. Selama ini gue di benci sama nyokap
gue sendiri tanpa tahu apa alasannya.
Keisha
: Kalo cara yang terbaik udah loe lakuin, tapi nyokap loe tetap nggak
berpaling, terpaksa lo harus melakukan cara yang lain.
Ve
Keesokan harinya, upacara kelulusan berjalan dengan lancar. Ve lulus dengan predikat
terbaik. Ve merayakannya hanya berdua dengan Keisha dan itu sempat membuat Ve
terisak.
Keisha
: Udah, gue tahu perasaan elo kok, tenang aja, rencana tetap jalan kan?
( di rumah Ve )
Mama tiba-tiba pulang dari paris dan melihat rumahnya di penuhi banyak pasangan muda
layaknya diskotik.
Mama Ve
: Party is over ! Kalo sampai hitungan kelima masih ada yang tersisa saya
akan lapor polisi.
Ve
: Emang kenapa? Bukannya mama nggak peduli sama Ve dan semua yang
Ve lakukan ?.
Mama Ve
Ve
: Tapi Ve tidak pernah di lakukan sebagai anak di rumah ini. Seorang anak
tidak hanya membutuhkan cek..... ( dua bulir air mata mulai jatuh di pipi
Ve), Tapi juga butuh kasih sayang. Kenapa mama nggak pernah
memberikan itu? Selama ini mama nggak pernah ngajak Ve ngomong,
mama benci sama Ve. ( Ve berteriak tepat di telinga mama )
Mama Ve
Ve
: Lalu?!
Mama Ve
Mama beranjak menuju laci, mengambil selembar foto dan meberikan kepada Ve sambil
menunduk.
Mama Ve
: Itu papamu.
Ve mengambil foto itu dan mengamatinya. Wajah yang mirip dengannya. Rambut, bibir,
hidung, hampir semuanya.
Mama Ve
Ve
Mama menatap Ve, dan tersenyum untuk yang pertama kalinya, mengharap Ve mau
memaafkan dan memeluknya dengan erat. Dan tanpa pikir panjang Ve memeluk mamanya.
Mama Ve
: Maafin mama....
Sambil terisak mereka berpelukan sangat lama hingga akhirnya mama terdiam. Ve
melepaskan pelukannya. Mata mama memandang lurus ke depan. Dan dia tidak bereaksi
lagi.
Hingga pada suatu hari mama di vonis sakit jiwa. Dan Ve sangat terpukul mendengar berita
tersebut.