Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eceng gondok merupakan salah satu tanaman air yang banyak tersebar di berbagai
perairan di permukaan bumi, seperti sungai, danau, waduk, dll. Eceng gondok
merupakan tanaman gulma yang dapat mengganggu ekosistem biota air. Tanaman ini
tersebar luas di atas permukaan air sehingga dapat menyebabkan sinar matahari tidak
dapat masuk ke dalam air. Selain menghalangi sinar matahari, apabila persebaran eceng
gondok ini dibiarkan maka tanaman ini juga dapat menyebabkan berkurangnya
kapasitas tampung pada badan air.
Eceng gondok mengandung selulosa dan hemiselulosa pada kadar tinggi dan lignin
yang rendah sehingga berpotensi menjadikan tanaman ini bahan baku dalam pembuatan
biogas. Hemiselulosa merupakan polisakarida kompleks yang merupakan campuran
polimer yang jika dihidrolis akan menghasilkan dua senyawa campuran sederhan yaitu
metana dan karbon dioksida.
Pada penelitian Saputri, et al(2010) dalam perlakuan dengan hidrolisis asam pada eceng
gondok tanpa penggunaan biostarter menghasilkan o,1 kali. Sedangkan dengan
menggunakan kotoran sapi sebagai biostarter dapat menghasilkan 6,3 kali. Sehingga
bila dilakukan perlakuan tanpa menggunakan biostarter akan terkendala dalam
sedikitnya jumlah biogas yang dihasilkan dan juga waktu produksi yang lama.
Kemudian dilakukan perlakuan dengan menggunakan campuran kotoran sapi dan EM4
untuk meningkatkan jumlah biogas yang dihasilkan dan juga mempercepat waktu
produksi.
Dalam penelitian ini digunakan campuran eceng gondok dalam pembuatan biogas.
Sehingga eceng gondok tidak hanya dikenal sebagai tanaman pengganggu tapi juga
dapat menghasilkan energi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
1.2 Rumusan Masalah
a. Berapa banyak biogas yang akan dihasilkan dalam penelitian ini
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pembentukan biogas ini dengan bantuan
biostarter
c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan biogas dengan campuaran
eceng gondok dan kotoran sapi.
1.3 Batasan Masalah
a. Penelitian ini hanya dalam skala laboratorium
b. Pengujian biogas ini dilakukan secara continue selama 10 minggu
c. Pengujian dilakukan satu kali dalam seminggu dengan menggunakan 1 liter bahan
baku dalam setiap pengujian.
1.4 Tujuan
Tujuan penelitian yang dirumuskan dalam bentuk uraian sebagai berikut :
a. Mengetahui banyaknya biogas yang akan dihasiklan dalam penelitian ini.
b. Mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam pembentukan biogas dengan bantuan
biostarter
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan biogas.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ilmu bagi masyarakat tentang
pembuatan energi alternatif biogas dengan menggunakan tanaman eceng gondok dan
kotoran sapi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya
menemukan energi alternatif bagi kehidupan di masa kini dan yang akan datang..
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Biogas
2.1.1 Karakteristik Biogas
Biogas adalah campuran beberapa gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan
organik dalam kondisi anaerobik, dengan gas yang dominan adalah gas metana (CH4)
dan gas karbon dioksida (CO2).Komposisi biogas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2.1. Komposisi biogas
No
Komponen Biogas
Rumus
1
Metan
CH4
2
Karbondioksida
CO2
3
Nitrogen
N2
4
Hidrogen
H2
5
Oksigen
O2
6
Hidrogen Sulfida
H2S
Sumber : Energy Resources Development dalam Kadir (1987)
Persentase (%)
55-65%
36-45%
0-3%
0-1%
0-1%
0-1%
Biogas mempunyai sifat mudah terbakar dan dapat menyala dengan sendirinya pada
suhu 650750C. Panas pembakaran yang dihasilkan berkisar antara 19,7 sampai dengan
23 Mega Joule (MJ)/m3. Energi yang dihasilkan setaraf dengan 21,5 MJ atau 563
Btu/ft3. Kerapatan relatif sekitar 80% dari kerapatan udara dan 120% kerapatan metan
(Yani dan Darwis, 1990).
Gas metana (CH4) yang merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar
yang berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi (Tabel 2).Karena nilai
kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan penerangan,
memasak, menggerakkan mesin dan sebagainya (Abdullah, 1991; GTZ, 1997; UN,
1980 dalam Nurhasanah dkk, 2006).Sistem produksi biogas juga mempunyai beberapa
keuntungan seperti (a) mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi
bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Koopmans,
1998; UN, 1980; Yapp et al., 2005 dalam Nurhasanah dkk, 2006).
Tabel 2.2. Nilai Kalori Biogas dan Bahan Bakar Lain
Bahan Bakar
Bio Gas
Kayu
Arang
Minyak Tanah
(Ginting, 2007).
Nilai Kalori
(KJ/Kg)
15.000
2.400
7.000
8.000
Menurut Hambali et al., bahwa ada tiga jenis bahan baku yang prospektif untuk
dikembangkan sebagai bahan baku biogas, diantaranya kotoran hewan dan manusia,
sampah organik dan limbah cair.
1. Kotoran Hewan dan Manusia
Pemanfaatan kotoran ternak dan manusia sebagai bahan baku biogas akan
mengatasi beberapa permasalahan yang timbul akibat kotoran tersebut bila
dibandingkan limbah lain yang menumpuk tanpa pengolahan. Kotoran hewan yang
menumpuk akan mencemari lingkungan. Jika kotoran tersebut terbawa air masuk
kedalam tanah atau sungai.
rentang temperatur
Rentang temperatur
Temperatur
( oC)
2 - 20
Optimum(oC)
12 - 18
Mesophilic
20 - 45
30 - 40
Thermophilic
45 - 75
50 - 60
Pengaruh temperatur terhadap daya tahan hidup bakteri (Harold, 1981).
Suhu berpengaruh terhadap proses pencernaan anaerobik bahan organik
dan produksi gas. Pencernaan berlangsung baik pada suhu 30 - 40 C untuk
kondisi mesofilik dan pada suhu 45 - 55C, suhu 50 - 60C untuk kondisi
termofilik. Kecepatan fermentasi menurun pada suhu di bawah 20C.Suhu
optimal kebanyakan bakteri mesofilik dicapai pada 35C, tetapi utuk bakteri
termofilik pada suhu 55C. Suhu optimal untuk berbagai desain tabung pencerna
termasuk Indonesia adalah 35C (Sahirman, 1994).Keasaman (pH)
2. Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) pada proses perombakan anaerob biasa berlangsung antara
6,6-7,6; bakteri metanogen tidak dapat toleran pada pH di luar 6,7-7,4; sedangkan
bakteri non metanogen mampu hidup pada pH 5-8,5 (NAS, 1981). Praperlakuan
kimia umumnya diperlukan pada limbah cair dengan derajat keasaman tinggi (< pH
5) dan umumnya penambahan Ca(OH)2 dan NaOH digunakan untuk meningkatkan
pH limbah cair menjadi netral (Bitton, 1999).
3. Substrat
Sel mikroorganisme mengandung Carbon, Nitrogen, Posfor dan Sulfur
dengan perbandingan 100 : 10 : 1 : 1. Untuk pertumbuhan mikroorganisme, unsurunsur di atas harus ada pada sumber makanannya (substrat). Konsentrasi substrat
dapat mempengaruhi proses kerja mikroorganisme. Kondisi yang optimum
dicapai jika jumlah mikroorganisme sebanding dengan konsentrasi substrat
(Manurung, 2004).
Kandungan air dalam substart dan homogenitas sistem juga mempengaruhi
proses kerja mikroorganisme. Karena kandungan air yang tinggi akan
memudahkan proses penguraian, sedangkan homogenitas sistem membuat kontak
antar mikroorganisme dengan substrat menjadi lebih intim (Manurung, 2004).
Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik menjadi
biogas, bisa digunakan lumpur aktif organik atau cairan isi rumen (Ginting,
produksi
biogas
dapat
ditingkatkan
melalui
pemberian
maksimum harian metana, bervariasi dari 7,9 hari untuk limbah susu untuk 14,8
hari untuk kotoran unggas, dan berbagai variasi lainnya yang sejenis.
7. Senyawa Toksik
Senyawa dan ion tertentu dalam substrat dapat bersifat racun bagi pertumbuhan
mikroorganisme pembentuk gas metan, misalnya senyawa dengan konsentrasi
berlebihan ion Na+ dan Ca+> 8000 mg/l; K+>12000; Mg++ dan NH4+> 3000,
sedangkan Cu, Cr, Ni dan Zn dalam konsentrasi rendah dapat menjadi racun bagi
kehidupan bakteri anaerob (Bitton, 1999).
Isi rumen adalah limbah padat Rumah Pemotongan Hewan (RPH) diperkaya oleh
kandungan protein yang berasal dari protein mikroba dan protein pakan,vitamin B dan
vitamin K yang dapat disintesis sendiri oleh mikroba rumen dan mineral
(Abbas,1987 Dalam : Teda, 2012). Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau,
kambing dan domba) terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan
rumen mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 10 pangkat 9
setiap cc isi rumen, sedangkan protozoa bervariasi sekitar 10 pangkat 5 - 10 pangkat 6
setiap cc isi rumen (Tillman, 1991).
Komposisi kimia isi rumen (%BK) adalah : abu 11%,protein kasar 17.6%, lemak kasar
2.1%,
serat
kasar
28%,
Beta-N
41.40%,
Ca0.79%
dan
P0.67% .
Menurut Suhermiyati (1984) dalam Darsono (2011), kandungan zat makanan yang
terdapat pada isi rumen sapi meliputi: air (8,8%), protein kasar (9,63%), lemak (1,81%),
serat kasar (24,60%), BETN (38,40%), Abu (16,76%), kalsium (1,22%) dan posfor
(0,29%) dan pada domba meliputi: air (8,28%), protein kasar (14,41%), lemak (3,59%),
serat kasar (24,38%), Abu (16,37%), kalsium (0,68%) dan posfor (1,08%).
Pada sistem pencernaan ruminansia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak
(ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam
rumen. Pada saat hewan beristirahat,
4.
5.
6.
7.
8.
Bakteri Amilolitik
Bakteri yang memfermentasikan gula
Bakteri Lipolitik
Bakteri pemanfaat Asam
Bakteri Hemiselulotitik
Serta ditambah beberapa contoh spesies protozoa dan jamur diantaranya :lsotricha
intestinalis (memfermentasi gula, pati dan pektin), Sedangkan jamur Neocalimastik sp
(Winugroho dkk., 1997 dalam Suwandi, 1997) .
BAB III
KEGIATAN RISET
3.1Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian kurang lebih dalam 3 bulan. Lokasi perancangan dan pembuatan
digester, serta kegiatan penelitian di Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas
Teknik. Sedangkan pengujian sampel bahan isian digester dilakukan di Laboratorium
Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda.
tang,
gunting,
gergaji besi,
alat ukur meteran,
pisau,
kunci inggris,
lem silikon,
lem pipa,
amplas.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain;
eceng gondok
limbah isi rumen sapi,
aquadest,
pipa pvc tipe aw diameter 8 inchi panjang 3 meter,
dop pipa pvc diameter 8 inchi 6 buah,
outlet dan inlet pipa pvc tipe aw 1,5 inchi,
pipa pvc tipe aw diameter 0,5 inchi panjang 2 meter sebagai saluran gas,
katup pvc diameter 0,5 inchi 12 buah,
elbow pvc 0,5 inchi,
sambungan pvc 0,5 inchi
papan 0,5 x 1 m,
kertas berpetak ukuran 0,5 x 1 m,
selang plastik inchi,
selang silikon diameter 1 cm untuk mengalirkan gas sepanjang 1 m sebanyak 3
buah.
3.3Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel kontrol merupakan faktor yang perlakuannya secara tetap dan dikontrol, adapun
variabel kontrol dalam penelitian ini adalah perbandingan eceng gondok dengan kotoran
sapi yaitu 100% : 0%, 75% : 25%, 50% : 50%.
Kemudian larutan dititrasi dengan larutan HCl 0,02 sampai berubah warna kemerahan.
Setelah itu dihitung menggunakan persamaan.
3. Pengukuran Nilai Volatile Solid Eceng Gondok dan Limbah Isi Rumen
Sapi
Cawan porselen yang telah dibersihkan disiapkan kemudian dikeringkan di dalam oven
dengan suhu 105oC selama 1 jam.Cawan porselen tersebut lalu dimasukkan ke dalam
desikator.Setelah beberapa saat, cawan porselen ditimbang dan didapatkan bobot
porselen yang dilambangkan dengan (B). Kemudian ditimbang eceng gondok dan
rumen sapi yang sudah dikeringkan masing-masing sebanyak 1,00 gram dan
dimasukkan ke dalam cawan porselen dilambangkan dengan (A). kemudian eceng
gondok dan rumen sapi dipanaskan dalam tanur dengan suhu 550 oC selama satu jam
hingga seluruh bahan organik menjadi abu. Setelah itu, eceng gondok dan rumen sapi
yang sudah menjadi abu didinginkan menggunakan desikator hingga mencapai suhu dan
bobot seimbang.Bobot ini dilambangkan dengan (C).Setelah itu dilakukan perhitungan
menggunakan persamaan.
3.5.2 Pembuatan Biodigester Anaerobik
Pada penelitian ini tipe digester yang digunakan adalah tipe batch dengan bahan unit
digesteranaerobik berupa pipa pvc diameter 8 inchi (r = 10,8 cm) panjang 100 cm
dengan total volume 36.625 mL. Pada digester anaerobik terdapat lubang inlet, oulet,
dan keluaran gas.Bahan isian maksimum adalah 29.300 ml yaitu 80% dari volume
digester anaerobik. Hal ini dimaksudkan agar gas yangdihasilkan dapat tertampung
di dalam digester anaerobik.
Perhitungan volume total digester :
Keterangan ;
= volumetotal (
= ml)
= konstanta pi (3,14)
r
dan Limbah isi rumen 600 gr/L, kemudian diukurrasio C/N dan nilai % VS.
Eceng Gondok
Limbah isi
Air
10 L
7,5 L
5L
rumen
0
2,5 L
5L
20 L
20 L
20 L
yang sudah ditempel pada papan dan dibuat grafik. Dari grafik tersebut
3.6Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi literatur yang kemudian diaplikasikan
ke dalam sebuah pengolahan.Dalam penelitian ini dilakukan analisis laboratorium yang
kemudian dilanjutkan dengan analisis deskriptif yang merupakan uraian penalaran guna
mengkaitkan berbagai data dalam mencari kejelasan masalah yang sedang
diamati.Analisis deskriptif adalah suatu cara menggambarkan persoalan berdasarkan
data yang dimiliki yakni dengan cara menata data tersebut sedemikian rupa sehingga
dengan mudah dapat dipahami tentang karakteristik data, dijelaskan dan berguna
untuk keperluan selanjutnya. Jadi dalam hal ini terdapat aktivitas atau proses
pengumpulan data, dan pengolahan data berdasarkan tujuannya. Secara rinci
kerangka kerja dari statistika deskriptif adalah sebagai berikut:
3.6.1 Metode Pengumpulan Data
Metode Pengambilan datanya adalah sebagai berikut.
1. Volume Produksi Biogas
Dalam penelitian ini volume biogas di ukur dengan menggunakan selang
silikon.Pengukuran volume biogas dilakukan dengan cara mengamati kenaikan
tinggi air pada manometer setiap harinya dan selanjutnya produksi biogas dapat
dihitung dengan menggunakan rumus volume tabung.
V = r h
Dimana : V = Volume biogas, (mm)
= 3,14
r = Jari - jari selang, (mm)
Uji nyala api digunakan untuk mengetahui apakah kandungan biogas yang dihasilkan
oleh masing-masing digester dapat terbakar atau tidak sehingga dapat digunakan untuk
mengasumsikan kadar metana dalam kandungan biogas tersebut serta indikator
bahwa produksi biogas dapat diaplikasikan untuk kegiatan memasak. Uji nyala api
dilakukan setiap minggu dengan cara menggunakan kompor gas yang telah
dimodifikasi dan tersambung dengan kantung penampung gas (gas holder), bila gas
yang ditampung tersebut terbakar berarti biogas sudah mengandung lebih dari 50%
metana dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA