BRONKOPNEUMONIA
BRONKOPNEUMONIA
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Dasar
2.1.1 Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu
atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercakbercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary,
batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu
meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare,
1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu
radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan bendabenda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu
atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercakbercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda
asing.
2.1.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh
penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.(1)
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah
utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang
maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001
influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di
Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO
1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit
infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia
Faktor Infeksi
-
Pada bayi :
atipikal
Chlamidia
trachomatis,
Pneumocytis.
Pada anak-anak :
Virus
Parainfluensa,
Influensa
Virus,
Adenovirus,
RSP
Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah
atau sonde lambung ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak
tanah dan bensin).
Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung
minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap
keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
latoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau
pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak
yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada
jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak
contohnya seperti susu dan minyak ikan .
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk
terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderitapenderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang
belum berkembang pada bayi dan anak, malnutrisi energy protein
(MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
2.1.4 Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan
etiologi.
Beberapa
ahli
telah
membuktikan
bahwa
pembagian
Pneumonia lobaris
Jamur
Candida,
Coccidiomycosis,
2.1.5
Aspergillus,
Mucor,
Histoplasmosis,
Blastomycosis, Cryptoccosis.
Corpus alienum
Aspirasi
Pneumonia hipostatik
Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
non
spesifik.
Bila
pertahanan
tubuh
tidak
kuat
maka
Gambaran Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara
mendadak sampai 39-40C dan mungkin disertai kejang karena demam
yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal
basah
gelembung
halus
sampai
sedang.
Bila
sarang
Pemeriksaan Laboratorium
a.
b.
c.
Sinar x
e.
f.
JDL
Pemeriksaan serologi
h.
LED
i.
: meningkat
Elektrolit
k.
Bilirubin
: mungkin meningkat
l.
:menyatakan
biasanya
normal
atau
sedikit
menurun(1,2).
Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak
harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia berat :
10
Bronkopneumonia :
60
50
x/menit
x/menit
pada
pada
anak
anak
usia
usia
2
<
bulan
bulan
1
tahun
Bukan bronkopenumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu
dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan
dengan identifikasi kuman penyebab:
1. Kultur sputum atau bilasan cairan lambung
2. Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab),
terutama virus
3. Deteksi antigen bakteri
2.1.9 Diagnosa Banding
Bronkiolitis
Aspirasi pneumonia
Tb paru primer
2.1.10 Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu
yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi
maka yang biasanya diberikan:
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum
luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas
demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil
analisa gas darah arteri.
d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
11
Penatalaksanaan keperawatan:
Seringkali pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit
datang sudah dalam keadaan payah, sangat dispnea, pernapasan cuping
hidung, sianosis, dan gelisah. Masalah yang perlu diperhatikan ialah:
a.
b.
Kebutuhan istirahat.
c.
d.
e.
f.
2.1.11 Komplikasi
Otitis media
Bronkiektase
Abses paru
Empiema
2.1.12 Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih
tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energiprotein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan
makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.
Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang
lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan
malnutrisi apabila berdiri sendiri.
2.1.13 Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari
kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit
yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
bronkopneumonia
ini.
12
,beristirahat
yang
cukup,
rajin
berolahraga,
dll.
13
Tanda
f. Sirkulasi
Gejala
Tanda
g. Integritas Ego
Gejala
h. Makanan / Cairan
Gejala
Tanda
i. Neurosensori
Gejala
Tanda
: perubahan mental
j. Nyeri / Kenyamanan
Gejala
k. Pernafasan
Gejala
dangkal,
pelebaran nasal
14
penggunaan
otot
aksesori,
Tanda
Bunyi nafas
Framitus
Warna
l. Keamanan
Gejala
Tanda
m. Penyuluhan
Gejala
Nyeri pleuritik
Dispnea, sianosis
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Mandiri
Auskultasi paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan
bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)
15
Kolaborasi
ekspetoran,
bronkodilator, analgesik
2)
Kriteria Hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress
pernafasan
Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen
Intervensi :
Mandiri
Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
Kaji status mental
Awasi status jantung / irama
Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan
untuk menurunkan demam dan menggigil
Pertahankan istirahat tidur
16
Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar
Awasi GDA
3)
Dispnea, takipnea
GDA abnormal
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Mandiri
Kolaborasi
4)
Awasi GDA
17
Menggigil, takikandi
Kriteria Hasil :
Tidak menggigil
Nadi normal
Intervensi :
Mandiri
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : antiseptik
Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
5)
Pantau TTV
18
Kolaborasi
Berikan antimikrobal sesuai indikasi
6)
Intoleran aktivitas
Intervensi :
Mandiri
Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
Berikan lingkungan terang dan batasi pengunjung
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
7)
Nyeri
19
Kriteria Hasil :
Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol
Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas
dengan cepat
Intervensi :
Mandiri
Tentukan karakteristik nyeri
Pantau TTV
Ajarkan teknik relaksasi
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batuk.
8)
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Mandiri
9)
Faktor resiko :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
20
Mandiri
Kolaborasi
Kurang mengingat
Kesalahan interpretasi
Permintaan informasi
Kesalahan mengulang
Kriteria Hasil :
Intervensi
Mandiri
2.3
21
Mekanisme kerja obat : ialah cara kerja obat atau proses kerja
obat di dalam tubuh.
Efek samping : ialah efek atau pengaruh obat yang tidak ada
hubungannya dengan tujuan utama pemberian obat.
Toxic effect : ialah efek racun dari suatu obat terhadap tubuh.
asisten
Apoteker,
supaya
menyiapkan
22
obat
dan
Secara fisika
Secara kimiawi
memberikan
obat
pada
klien,
sebaiknya
23
2. Mengelola
penempatan,
penyimpanan,
pemeliharaan,
dan
klinis
dan
empiris
beberapa
pasien
selama
Kompetensi
Keterampilan
Mengkaji
a. Memkaji pasien riwayat pengobatan
keadaan
dan alergi.
umum
pasien
kaitannya
dalam
penggunaa
n obat
Merencanakan
diberikan.
a. Merencanakan diet pasien sehubungan
pemberian
mencapai
tingkat
dan penanggulangannya.
efektivitas
3
maksimal
Melaksanakan
pemberian
benar.
24
obat sesuai
b. Memberikan obat.
progam
1. Peroral (ditelan).
terapi
Intra muskuler
Intra vena
Subkutan
Intrakutan
5. Perrektal (supositoria)
6. Inhalasi
7. Efek lokal
Perkonjungtival.
Pernasal.
Tetes telinga.
Penghentian obat.
2.4
Ampisilin
Asam (2S,5R,6R)-6-[(R)-2-amino-2-fenilacetamido]3-3-dimetil-7-okso-
4-tia-1-azabisiklo[3,2,0]-
25
Sifat Fisikokimia
2]). C16H19N3O4S
Ampisilin berbentuk
anhidrat
atau
trihidrat
Keterangan
pH antara 5-7.5
Ampisilin adalah aminopenisilin. Perbedaan struktur
ampisilin dengan penicillin G hanya terletak pada
posis gugus amino pada alpha cincin benzena yang
terletak pada R dalam inti penisilin.
Golongan/Kelas Terapi
Anti Infeksi
Nama Dagang
- Actesin inj
- Ambripen
- Arcocillin
- Bannsipen
- Biopenam
Broada
- Amcillin
- Bimapen
- Ampi
- Binotal
- Cinam
- Corsacillin
- Erphacillin
- Kalpicillin
- Megapen
-
- Etabiotic
- Kemocil
- Metacillin
- Parpicillin
- Dancillin
- Etrapen
- Lactapen
pen
- Decapen
- Hufam
- Medipen
- Mycill
- Opicillin
Pampicil
- Penbritin
- Ronexol
lin
- Pincyn
- Sanpicillin
- Penbiotic
-
26
- Polypen
-
Primacil
lin
- Unasyn
- Akrotalin
Indikasi
Standacil
- Varicillin
- Viccillin
lin
- Xepacillin
27
obat dalam plasma. Diberikan dalam keadaan perut kosong untuk memaksimalkan
absorpsi (1 jam sebelum makan dan 2 jam setelah makan).
Farmakologi
Absorbsi: oral: 50%.
Distribusi: empedu, dan plasma jaringan; menembus ke cairan serebrospinal terjadi
hanya ketika terjadi inflamasi meningitis.
Ikatan protein: 15 25%
T eliminasi:
Anak anak dan dewasa: 1-1.8 jam.
Anuria/ARF:7-20 jam.
T max: Oral: 1-2 jam
Eksresi: urin (90% bentuk utuh) dalam 24 jam.
Dialisis: Moderat dilisis melalui Hemo atau peritonial dialisis: 20-50%
Stabilitas Penyimpanan
Ampisilin kapsul, serbuk oral suspensi disimpan pada wadah kedap dengan suhu
antara 15-30C, setelah mengalami pencampuran, ampisilin trihidrat disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu antara 2-8C dan akan bertahan selama 14 hari, tapi
jika disimpan dalam suhu ruangan maka akan bertahan selama 7 hari. Ampisilin
injeksi, setelah mengalami pelarutan sebaiknaya digunakan kurang dari 1 jam setelah
pencampuran. Stabilitas ampisilin injeksi setelah dilarutkan tergantung kenaikan
konsentrasinya, ampisillin peka sekali dengan cairan yang mengandung dextrose,
karena akan mengakibatkan efek katalitik dan menghidrolisis obat.
Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau
komponen lain dalam sediaan.
Efek Samping
SSP : Demam, penisilin encephalitis, kejang.
Kulit : Erythema multifom, rash, urticaria.
GI
Lidah
hitam
berambut,
diare,
enterochollitis,
glossitis,
mual,
28
Pengaruh
Terhadap Kehamilan : Data keamanan penggunaan pada ibu hamil belum ada
sehingga CDC (center for disease controle and prevention) memasukannya pada
Kelas faktor risiko B.
Terhadap Ibu Menyususi : CDC mengklasikasikan keamananya kategori B Karena
amoksisilin terdistribusi kedalam ASI (air susu ibu) maka dikhawatirkan amoksisilin
dapat menyebabkan respon hipersensitif untuk bayi, sehingga monitoring perlu
dilakukan selama menggunakan obat ini pada ibu menyusui.
Terhadap Anak-anak : Data tentang keamanan masih establish
Terhadap Hasil Laboratorium : Berpengaruh terhadap hasil pengukuran :
Hematologi dan hepar.
Parameter Monitoring
Pengamatan rutin terhadap : Fungsi ginjal (ClCr), Fungsi Hepar (SGPT, SGOT),
Hematologi. (Hb), Indikator infeksi.(Suhu badan, kultur ).
Bentuk Sediaan
Kapsul, Serbuk Kering Suspensi Oral, Serbuk Injeksi
Peringatan
Pada pasien yang mengalami gagal ginjal, perlu penyesuaian dosis. Tingkat kejadian
ruam akibat penggunaan ampisilin pada anak anak sebanyak 5 10% kebanyakan
muncul pada 7-14 hari setelah penggunaan obat.
Kasus Temuan Dalam Khusus
Informasi Pasien
Untuk menghindari timbulnya resistensi, maka sebaiknya amoksisilin digunakan
dalam dosis dan rentang waktu yang telah ditetapkan. Obat digunakan dalam
keadaan perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan). Amati jika
ada timbul gejala ESO obat, seperti mual, diare atau respon hipersensitivitas. Jika
masih belum memahami tentang penggunaan obat, harap menghubungi apoteker.
Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah menggunakan obat, maka harap
29
menghubungi dokter.
Mekanisme Aksi
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada
ikatan penisilin-protein (PBPs Protein binding penisilins), sehingga menyebabkan
penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam
dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat dan sel bakteri
menjadi pecah (lisis). Monitoring Penggunaan Obat
Lamanya penggunaan obat : Menilai kondisi pasien sejak awal hingga akhir
penggunaan obat. Mengamati kemungkinan adanya efek anafilaksis pada pemberian
dosis awal.
GENTAMISIN 2.4.2
Golongan
: Aminoglikosida
Komposisi
Indikasi
positif (Staphylococcus), infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan
jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan septikemia ,
penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri endokarditis dan tindakan bedah.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis diberikan secara individu karena indek terapinya relatif sempit
Dosis umum :
Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.
Anak
> 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.
Note : Usual dose yang lebih tinggi dan/atau frekuensi yang lebih tinggi (setiap 6
jam) yang diberikan pada kondisi klinik secara selektif ( cystic fibrosis) data serum
level yang dibutuhkan
Anak dan dewasa :
Intratekal : 4 8 mg/hari
Optalmik :
Salep : Dioleskan pada mata 2 3 kali sehari sampai setiap 3 4 kali
Tetes mata : Teteskan pada mata yang sakit 1 2 tetes setiap 2 4 jam, naikan 2tetes
setiap jam untuk infeksi parah
Topikal :
Salep : Salep dioleskan pada kulit yang sakit 3 4 kali sehari
Dewasa : Diberikan secara i. v. atau i. m.
Konfensional : 1 2,5 mg/kg BB/ dosis setiap 8 12 jam untuk mendapatkan kadar
puncak secara cepat pada terapi, dosis inisial yang lebih tinggi dapat diberikan
30
dengan pertimbangan yang cermat untuk pasien jika cairan ekstraseluler meningkat
(udem, syok
Dosis tunggal : 4 7 mg/kg BB/dosis tunggal/hari; beberapa klinisi memberikan
rekomendasi dosis tersebut untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal.
Indikasi spesifik :
Bruselosis : 240 mg/hari i.m. atu 5 mg/kg BB/hari secara i. v. selama 7 hari. Dapat
juga dikombinasi dengan Doxyciclin
Kolangitis : 4 6 mg/kg BB/hari dikombinasi dengan Ampisilin
Divertikulitis (komplikasi) : 1,5 2 mg/kg BB setiap 8 jam (kombinasi dengan
Ampisilin dan Metronidazol)
Profilaksis endokarditis : Gigi, mulut, saluran nafas bagian, atas, saluran pencernaan,
saluran urin 1,5 mg/kg BB dikombinasi dengan Ampisilin 50 mg/kg BB 30 menit
sebelum operasi
Endokarditis atau sejenisnya (untuk infeksi Gram Positif) : 1 mg/kg BB setiap 8 jam
(kombinasi dengan Ampisilin)
Meningitis Listeria : 5 7 mg/kg BB/hari dikombinasi dengan Penicillin selama 1
minggu
Meningitis Neonatal, 0 7 hari :
Neonatal dengan BB < 2000 gr : 2.5 mg/kg BB setiap 18 24 jam.
Neonatal dengan BB > 2000 gr : 2,5 mg/kg BB setiap 12 jam
Meningitis Neonatal, 8 28 hari :
Neonatal dengan BB < 2000 gr : 2.5 mg/kg BB setiap 8 12 jam.
Neonatal dengan BB > 2000 gr : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam
Inflamasi pelvik :
Loading Dose : 2 mg/kg BB, selanjutnya 1,5 mg/kg BB setiap 8 jam
Alternate therapy : 4,5 mg/kg BB/hari
Plague (Yersinia pestis) : 5 mg/kg BB/hari diikuti dengan postexposture dengan
Doksisiklin.
Pneumonia : 7 mg/kg BB/hari dikombinasi dengan antipseudomonas beta laktam
atau Carbapene
Tularemia : 5 mg/kg BB/hari dibagi setiap 8 jam untuk 1 2 minggu
Infeksi saluran Urin :1,5 mg/kg BB/dosis setiap 8 jam
Interval Dosis pada penurunan fungsi ginjal
Dosis konvensional :
Klirens kreatinin >= 60 ml/menit : diberikan setiap 8 jam
Klirens kreatinin 40 60 ml/menit : diberikan setiap 12 jam
Klirens kreatinin 20 40 ml/menit : diberikan setiap 24 jam
31
32
Stabil selama 24 pada suhu kamar dalam campuran NaCl fisiologis atau Dextrosa 5%
Penyimpanan :
Tidak berwarna sampai kuning muda pada penyimpanan pada suhu 2% - 30%
Jangan disimpan di refrigerator
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain
Efek Samping
> 10%
Susunan syaraf pusat : Neurotosisitas (vertigo, ataxia)
Neuromuskuler dan skeletal : Gait instability
Otic : Ototoksisitas (auditory), Ototoksisitas (vestibular)
Ginjal : Nefrotoksik ( meningkatkan klirens kreatinin) 1% 10%
Cardiovaskuler : Edeme
Kulit : rash, gatal, kemerahan < 1%
Agranulositosis
Reaksi alergi
Dyspnea
Granulocytopenia
Fotosensitif
Pseudomotor Cerebral
Trombositopeni
Interaksi
Peringatan
Jangan digunakan pada pengobatan yang lama karena dapat berisiko toksik
pemberian yang lama yaitu penurunan fungsi ginjal, miastenia gravis, hipokalsemia,
kondisi dengan depresi neuromuskuler transmitens
Aminoglikosoda
secara
parenteral
dapat
menimbulkan
nefrotoksisitas
dan
ototoksisitas dapat secara langsung secara proporsional dengan jumlah obat yang
diberikan dan durasi pengobatan; tinnitus atau vertigo adalah indikasi dari vestibular
injuri dan mengancam hilangnya pendengaran.
33
2.4.3
ULSIKUR
INDIKASI
Ulkus duodenum aktif, pencegahan ulkus duodenum kambuhan, ulkus
lambung akut yang jinak, sindroma Zollinger-Ellison.
PERHATIAN
Kerusakan ginjal, keganasan lambung, hamil, menyusui.
Interaksi obat :
meningkatkan kadar Lignokain, Fenitoin, Teofilin, Warfarin dalam darah.
mengurangi metabolisme hepatik dari antikoagulan tipe Warfarin,
Fenitoin,
Lidokain, Teofilin.
EFEK SAMPING
Diare, pusing, mengantuk terus/ketagihan tidur, ruam kulit, sakit kepala yang
bersifat reversibel, nyeri sendi, nyeri otot, keadaan kekacauan/kebingungan
yang bersifat reversibel, ginekomastia ringan, impotensi yang bersifat
reversibel, kebotakan, neutropenia/agranulositosis, trombositopenia, anemia
aplastik, demam, nefritis interstisial, hepatitis, pankreatitis.
KEMASAN
Ampul 200 mg x 5 biji.
DOSIS
Ulangi tiap 4-6 jam. Pasien dengan gangguan ginjal : 200 mg tiap 12 jam.
DIPHENHIDRAMI 2.4.4
Indikasi :
Dermatografisme
34
Mabuk perjalanan
Dosis :
Oral :
-
Parenteral :
Kontra Indikasi :
Perhatian :
35
glaukoma
narrowangel,
tukak
lambung,
obstruksi
SSP
mengantuk,
pusing,
gangguan
koordinasi,
keletihan,
menimbulkan
eksitasi
pada
anak
kecil,
overdosis
dapat
36
AMINOFILI 2.4.5
Komposisi : Aminophylline/Aminofilin.
Indikasi
Menghilangkan
&
mencegah
gejala-gejala
asma
&
37
2.4.7 VITAMIN A
Indikasi : Suplementasi vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau lebih
rendah) yang dilakukan secara berkala kepada anak, dimaksudkan untuk
menghimpun cadangan vitamin A dalam hati, agar tidak terjadi
kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya, seperti
xeroptalmia, kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati
dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Pemberian kapsul
vitamin A 200.000 SI kepada anak usia 1-5 tahun dapat memberi
perlindungan selama 6 bulan, tergantung berapa banyak vitamin A dari
makanan sehari-hari dikonsumsi oleh anak dan penggunaannya dalam
tubuh.
Dosis : 200.000 SI
Over Dosis : Hipervitaminosis A: Suatu kondisi dimana vitamin A dalam
darah atau jaringan tubuh begitu tinggi sehingga menyebabkan timbulnya
gejala-gejala yang tidak diinginkan. Hipervitaminosis akut: disebabkan
karena pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar, atau
pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk
dosis besar karena dikonsumsi dalam periode 1-2 hari. Hipervitaminosis
A akut: pada bayi dan anak biasanya terjadi dalam waktu 24 jam. Pada
beberapa anak, mengkonsumsi dosis 300.000 IU atau lebih dapat
menyebabkan mual, muntah dan sakit kepala. Penonjolan ubun-ubun
dapat terjadi pada bayi umur >1 tahun yang mengkonsumsi dosis yang
sangat besar, tetapi ini ringan dan akan hilang seketika dalam waktu 1-2
hari. Pengobatannya adalah menghentikan suplementasi vitamin A dan
pengobatan asimptomatis. Hipervitaminosis kronis : disebabkan karena
mengkonsumsi dosis tinggi yang berulang-ulang dalam waktu beberapaa
bulan atau beberapa tahun. Keadaan ini biasanya hanya terjadi pada orang
dewasa yang mengatur pengobatannya sendiri. Hipervitaminosis kronis :
pada anak-anak usia muda dan bayi biasanya menyebabkan anoreksia
(tidak nafsu makan), kulit kering, gatal dan kemerahan, peningkatan
tekanan intrakranial, bibir pecah-pecah, tungkai dan lengan lemah dan
membengkak. Pengobatannya adalah menghentikan suplementasi vitamin
38
39
40