PENDAHULUAN
1.2
1.
Tujuan
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah Untuk Mengetahui dan Memahami Tentang
Konsep Dasar Teori dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sectio Ceasarea.
2.
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari
dalam rahim.
Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)..(dunn j. Leen
obstetrics and gynekology)
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Jadi operasi Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan guna melahirkan
janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian depan
sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir
dengan keadaan utuh dan sehat.
2.1.2 Etiologi
Ini biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu dari tiga faktor yang terlibat
dalam proses persalinan yang menyebabkan persalinan tidak dapat berjalan lancar dan bila
dibiarkan maka dapat terjadi komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin. 3 faktor
tersebut adalah:
Jalan lahir (passage)
Janin (passanger)
Kekuatan yang ada pada ibu (power)
1.
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau meningktanya
tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran
disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. ( saifudin, 2000 ).
Menurut manuaba 1998 penyebab ketuban pecah dini antara lain :
a.
Servik incompetent
Yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis selalu terbuka.
Misalnya pada letak sungsang dan letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang
menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah.
d. Kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
f. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
2.1.3. Macam Macam Sectio Caesarea
1.
a)
Sectio cesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri sedangkan
sectio cesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim.
SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang
baik
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
b)
SC ektra peritonealis
Tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low
servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke
rongga peritoneum
Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah
sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
2.
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut (Mochtar,
Rustam, 1992) :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )
2. Sayatan melintang ( Transversal )
3. Sayatan huruf T ( T insicion )
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir.
Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan
yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit,
berat janin 3000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir.
Selain janin yang besar, berat janin kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau
pertumbuhan janin terlambat , juga menjadi pertimbangan dilakukan seksiocaesarea.
b. Kelainan letak
- Letak sungsang.
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan alami diperkirakan 4x
lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat
penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam
kurang menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat
penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan asidosis
bertambah berat. Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena
penekanan, traksi ataupun kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang,
tulang rangka dan viseral abdomen.
- Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul sempit,
kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan ketuban pecah
banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya
bayi terhenti dan macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu
lama, mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
- Gawat janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) yang
diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air
ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika
tindakan seksio caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis
akibat keadaan asidosis yang progresif.
- Janin abnormal
Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan kerusakan genetik.
2. Plasenta
a. Plasenta previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebahgian dan atau seluruh jalan lahir.
Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit lebih dahulu dari janin. Hal ni menyebabkan janin
kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila tidak dilakukan SC,
dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat implantasi plasenta sehingga serviks dan
SBR menjadi tipis dan mudah robek.
b. Solusio plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin lahir. SC
dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban pada janin.
Terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun
yang menumpuk di dalam rahim.
c. Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa plasenta yang
menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak perlu dilakukan
pengangkatan rahim.
d. Yasa previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati janin dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak.
4. Faktor ibu
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko melahirkan dengan
seksiocaesarea karena pada usia tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti hipertensi,
jantung, DM, dan preeklamsia.
b. Cephalopevic disspiroprion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin menimbulkan
kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan
tinggi badan kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang
atau lebih, PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau diameter
transversal <12>6 minggu solusio plasenta, dan emboli air ketuban.
Retensio plasenta atau plasenta rest, :gangguan pelepasan plasenta menimbulakan
perdarahan dari tempat implantasi palsenta
c. Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga
menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh :
Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intrauterin, sudah terdapat infeksi.
Perluakaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri.Terdapat retensio plasenta
Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.
d. Trauma tindakan operasi persalinan .
Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga menimbulkan trauma
jalan lahir. Trauma operasi persalinan dijabarkan sebagai berikut :
- Perluasan luka episiotomi
- Perlukaan pada vagian
- Perlukaan pada serviks
- Perlukaan pada forniks-kolfoporeksis
- Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap
- Terjadi fistula dan ingkontinensia
5. Komplikasi pada janin
Terjadi trias komplikasi bayi dalam bentuk : asfiksia, trauma tindakan, dan infeksi.
a. Asfiksia
- Tekanan langsung pada kepala yang mengakibatkan penekanan pusat-pusat vital pada
medula oblongata
- Aspirasi oleh air ketuban, mekonium,dan cairan lambung
- Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.
Insisi transversa
Insisi transversa merupakan insisi pilihan saat ini. Secara kosmetik memuaskan, lebih sedikit
menimbulkan luka jahitan dan lebih sedkit ketidaknyamanan, memungkinkan mobilitas
pascaoperasi yang lebih baik. Insisi secara teknis lebih sulit khususnya pada operasi
berulang. Insisi ini lebih vaskular dan memberikan akses yang lebih sedikit.
Variasinya meliputi insisi Joel Choen ( tempat abdomen paling atas ) dan Misvag Ladach
( menekankan pada perjuangan struktur anatomis ).
2.
Insisi uterus
Jalan masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi garis tengah atau insisi segeman
transversa.
a.
Ini adalah pendekatan yang lazim digunakan. Insisi transversa ditempatkan di segmen
bawah uterus gravid di belakang peritoneum utero-vesikel.
Keuntungannya meliputi :
Lokasi tersebut memiliki lebih sedikit pembuluh darah sehingga kehilangan darah yang
ditimbulkan hanya sedikit.
Penyembuhan lebih baik dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih sedikit seperti
pelekatan.
Implantasi plasenta di atas bekas luka uterus kurang cenderung terjadi pada kehamilan
berikutnya.
Kerugiannya meliputi :
Lokasi uterus yang berdekatan dengan kandung kemih meningkatkan risiko kerusakan
khususnya padap prosedur pengulangan.
b.
Insisi ini ditempatkan secara vertikal di garis tengah uterus. Indikasi penggunaanya
meliputi :
Kerugiannya meliputi :
3.
Insisi Kroning-Gellhom-Beck
Insisi ini adalah garis tengah pada segemen bawah, yang digunakan pada pelahiran
prematur apabila segmen bawah terbentuk dengan buruk atau dalam keadaan terdapatnya
perluasan ke segmen uterus bagian atas yang dilakukan untuk memberi lebih banyak akses.
Insisi ini menyebabkan lebih sedikit komplikasi seksio sesaria klasik. Insisi ini tidak menutup
kemungkianan pelahiran pervginam.
Keadaan Lain
Insisi T terbalik atau insisi J suatu saat diperlukan jika ditemukan akses tidak adekuat tanpa
memperhatikan insisi segmen bawah.
Insisi tersebut lebih baik dihindari. Seperti halnya pada seksio sesaria klasik, kehamilan
selanjutnya akan memerlikan seksio sesaria elektif.
2.1.7 Komplikasi
Pada Ibu :
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1.
Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
-
2.
Perdarahan
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu
tinggi
4.
Pada Anak :
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut
statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik,
kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999)
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1.
2.
Pemantauan EKG
3.
4.
Elektrolit
5.
Hemoglobin/Hematokrit
6.
Golongan darah
7.
Urinalisis
8.
9.
10.
2.1.9 Penatalaksanaan
PERAWATAN PRAOPERASI
Pastikan alasan untuk pembedahan adalah valid. Kolega senior harus mengemukakan
alsan ini dan mendiskusikan secara jelas dengan ibu dan pasangannya
Riwayat obstetri dan rewayat medis harus ditinjau ulang. Periksa gestasi.
Idealnya jenis anestesia atau anagesia harus didiskusikan lebih lanjut saat klinik
gabungan dengan dokter anestensi
Cek apakah pencocokan silang darah telah tersedia. Sebagian besar bangsal persalinan
saat ini menyimpan 2 unit darah O Rhesus negatif untuk keadaan darurat
Berikan antibiotik profilaksis, terutama relevan pada seksio sesaria darurat. Kaji
kebutuhan profilaksis terhadap tromboelisme. Ibu yang memiliki faktor resiko tiga atau lebih
seperti usia yang lebih 35 tahun, obesitas dengan berat badan melebihi 80 kg, telah emapt
kalu melahirkan, vena varikosa yang nyata, infeksi yang menyertai, pre-eklamsia, imobilitas
4 hari sebelum pembedahan, riwayat trombosis vena atau emboli paru (trombofilia) baik
pada pasien sendiri atau keluarga dan adanya antibody antifosfolipid akan memerlukan
heparin profilaksis dan stoking kaki.
PERAWATAN OPERATIF
Buka abdomen melalui garis tengah atau insisi plannenstiel ransversa. Pada pendekatan
plannenstiel insisi kulit transversa dilakukan di bawah simfisis pubis. Tindakan ini diikuti
dengan pemisahan vagina rektus dan pemisahan uskulus rektus sebelum pembukaan
peritoneum abdominal.
Identifikasi dan angkat peritoneum ysng longgar di atas segmen uterus bagian bawah
dan buka secara melintang. Pasang kembali retrakyor Doyen untuk memindahkan
peritoneum dan kandung kemih jauh dari insisi uterus yang dimaksud. Hindari diseksi
berlebihan di belakang kandung kemih, jika tidak penyukit perdarahan vena dapat terjadi.
Insisi segmen uterus bawah secara ,melintang di atas area 2-3 cm sampai rongga
amniotik atau ketuban teridentifikasi. Perluas insisi secara lateral dengan jari sampai
terdapat ruang yang adekuat untuk pelahiran.Perdarah sering terjadi jika segmen bawah
diinsisi dan di perlukan perawatan untuk menghindari kerusakan janin.
Lepaskan retraktor. Masukkan satu tangan ke dalam sayatan uterus di belakang bokong
atau kepala janian. Bagian presentasi di angkat secara hati-hati melalui uterus dan insisi
abdomen. Karakteristik desis dapat terdengar ketika efek vakum hilang. Permudah pelahiran
dengan tekanan pada fundus ( gunakan tangan yang bebas atau tangan asisten ). Bagian
presentasi yang tertahan dapat dilonggarkan oleh asisten dengan dorongan secara lembut
melalui vagina.
Saat kepala janin dilahirkan, bersihkan jalan napas ( mulut terlebih dahulu ). Lahirkan
bahu dengan hati-hati untuk menghindari pelebaran insisi lebih lanjut pada sudut lateral.
Berikan sintosinon ( 5 unit ) atau ergotamin ( 0,25 mg ). Klem dan potong tali pusat. Ambil
sampel darah tali pusat arteri dan vena untuk mengkaji Ph dan base excess janin
( khususnya relevan untuk seksio sesaria darurat ). Plasenta dilepaskan secara manual.
Pastikan rongga uterus kosong. Lewatkan satu jari melalui os servikal untuk memudahkan
pengeluaran lokia.
Identifikasi sudut lateral dan tutup perdarahan pembuluh darah dengan klem.
Identifikasi ujung bawah insisi uterus, tutup sudut lateral, tutup lka uterus dalam dua
lapis dengan jahitam kontinu
Keluarkan uterus bila perlu untuk memudahkan penutupan sayatan uterus ( siagakan
dokter anestesi jika digunakan anestesi spinal atau epidural ).Jika hemostasis telah tercapai
tutup peritoneum dengan jahitan kontinu.
Bersihkan darah dan bekuannya dari rongga peritoneal. Cek kenormalan tuba falopi dan
ovarium. Keluarkan tampon abdomen jika digunakan. Gunakan drain jika pengeluaran
mengakibatkan masalah.
PERAWATAN PASCAOPERASI
Ibu yang mengalami komplikasi obstetri atau medis memerlukan observasi ketat setelah
seksio sesaria. Bangsal persalinan adalah tempat untuk pemulihan dan perawatan. Fasilitas
perawatan intensif atau ketergantungan tinggi harus siap tersedia di rumah sakit yang
sama. Perawatan umum untuk semua ibu
meliputi:
Kaji tanda-tanda vital dengan interval teratur (15 menit). Pastikan kondisinya stabil
Lihat tinggi fundus, adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia. Hal ini khususnya
penting jika persalinan berlangsung lama, jika uterus telah mengembangkan oleh
polihidramnion atau kehamilan multipel dan jika terdapat ancaman defek koagulasi,
contohnya setelah pendarahan antepartum dan toksemia pre-eklamsia.
mencukupi untuk ibu dengan risiko rendah dengan kehamilan tanpa komplikasi dan tidak
ada faktor resiko hindari pengunaan Dextan 70. Heparin subkutan atau metode mekanik
diperlukan jika risiko diyakini sedang. Jika risiko trombo-embolisme tinggi trombo
embolisme yang lalu pada kehamilan masa nifas harus, trombo-profilaksis harus dilanjutkan
untuk 6 minggu pasca melahirkan
Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan dan
tanggung jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Persetujuan ditandatangani.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
SECTIO CAESAREA
1.1
1.1.1
PENGKAJIAN
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio
plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998).
1.1.1.1
Identitas klien :
Riwayat kesehatan :
- Riwayat DM
- Riwayat penyakit menular dalam keluarga
Riwayat menstruasi
- Siklus menstruasi
- Lama menstruasi
- Gangguan menstruasi seperti dismenorhea, hipermenorhea dll
- Umur menarche
Riwayat perkawinan
- Riwayat menikah
- Riwayat waktu pertama kali mendapat keturunan
Pemeriksaan Fisik
Klien terlihat cemas dan gelisah dan tidak mampu mempertahankan kontak mata, Bibir/
mulut kering
Neurosensori$ : Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah pengaruh anestesi spinal dan
epidural
1.1.2
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut),resiko tinggi terhadap peningkatan atau kontrkasi otot yang lebih lama
pasca oprasi.
2.
3.
Harga diri rendah, berhubungan dengan kegagalan yang dirasakan pada kejadian hidup
1.1.3
NCP
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kretertia Hasil
Intervensi
Rasional
Nyeri
(akut),resiko
tinggi terhadap
peningkatan
atau kontrkasi
otot yang lebih
lama pasca
oprasi.
Tidak terjadi
nyeri lagi.
Mengunggkap
kan
ketidaknyama
nan pada
nyeri
kaji
lokasi, sifat, dan
durasi nyeri,
kususnya saat
berhubungan
dengan indikasi
kelahiran .
Menandakan
ketepatan pilihan
tindakan.Klien yang
menunggu
kelahiran sesaria
iminen dapat
mengalami
berbagai derajat
ketidaknyamanan,
tergantung pada
indikasi terhadap
prosedur.
Berikan obat
nyeri setiap 3-4
jam,terapi
analgesa
pengontrol nyeri
(pain controlled
analgesa/ PCA)
Hilangkan
faktor-faktor yang
menghasilkan
ansietas
(mis,kehilangan
kontrol),berikan
informasi
akurat,dan
anjurkan
keberadaan
pasangan.
Tingkat toleransi
ansietas adalah
individual yang
dipengaruhi oleh
berbagai
faktor.ansietas
berlebiha pada
respon terhadap
situasi darurat
dapat
meningkatkan
ketidaknyamanan
karena rasa takut,
tegang,dan nyeri
yang Sali ng
berhubungan dan
merubah
kemampuan klien
untuk mengatasi.
Dapat membantu
dalam reduksi
ansietas dan
ketegangan dan
meningkatkan
kenyamanan.
Instruksikan
tehnik
relaksasi,posisikan
senyaman
mungkin.Gunakan
sentuhan
teraupeutik.
Kolaborasi :
Meningkatkan
kenyamanan dapat
memblok inplus
nyreri.
Kolaborasi :
Berikan sedatif,
narkotik, atau obat
pra oprasi.
2
Resiko tinggi
Infeksi b.d
perdarahan,
luka post
Tidak terjadi
infeksi dan
perdarahan
lagi
Bebas dari
infeksi.
Tinjau ulang
kondisi atau faktor
resiko yang ada
sebelumya.
Kondisi dasar
ibu seperti
hemoragi,meningga
lkan potensial
operasi
Kaji terhadap
gejala infeksi (mis,
peningkatan
suhu,nadi,jumlah
sel darah putih,tau
bau).
Pecah ketuban
terjadi 24 jam
sebelum
pembedahan dapat
mengakibatkan
korioaminionitis
sebelum intervensi
bedah dan dapt
mengubah
penyembuhan luka.
Menurunkan
resiko infeksi
asenden.
Berikan
perawatan
perineal sedikitnya
setiap 4 jam bila
ketuban telah
pecah.
3
Harga diri
rendah,
berhubungan
dengan kegagal
an yang
dirasakan pada
kejadian hidup
Tidak
menghindar
kan
perasaan
negatif
Mengungkapk
an percaya
diri pada
dirinya dan
kemampuany
a
Tentukan
perasaan yang
biasanya dari klien
tentamg diri
sendiri dan
kehamilan
Mendiagnosa
perubahan konsep
diri didasarkan pada
pengetahuan
persepsi diri masa
lalu dan
pengalaman.Kelahir
an sesaria,apakah
direncanakan atau
tidak,mempunyai
pitensi untuk
mengubah
perasaan klien
terhadap dirinya
sendiri.Klien melihat
bahwa rencana
kelahiran teah
diubah,dan
intervensi
pembedahan
diperlukan untuk
melahirkan bayi,
sementara
kebanyaakan
wanita mampu
melahirkan tanpa
adanya intervensi
ini.
Anjurkan
pengungkapan
perasaan.
Mengidentifikasi
area untuk
diatasi.Reaksi klien
bervariasi dan
dapat menyulitkan
diagnosa pada
priode pra
oprasi.perasaan
citra diri negatif
berhubungan
dengan kekecewaan
akibat pengalaman
melahirkan dapat
mengganggu
aktivitas pasca
partum yang
berhubungan
dengan
keberhasilanmenyu
sui dan perawatan
bayi.
Bila masalah
harga diri timbul
pada klien ini dapat
menjadi berat pada
priode pasca
partum.selama
priode pra
oprasi,klien
difokuskan pada
saat ini dan disini
serta tidak siap
untuk membaca
atau menerima
informasi.
Berikan
komunikasi verbal
dari pengkajian
dan
intervensi.Informa
si tertulis dapat
diberikan pada
waktu selanjutya.
1.1.4
IMPLEMENTASI
1.1.5
EVALUASI
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria
hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum
tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap tahap
proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol
Vestal, 1998)
Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai
berikut :
1. Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam
persiapan prabedah
2.
3. Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau
gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
4. Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3
sampai 4 hari setelah pembedahan
5. Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara
normal
6.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secsio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).Sectio caesaria adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 1991). Jadi operasi Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan
guna melahirkan janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus
bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim
agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat
3.2 Saran
Bagi ibu yang sedang menjalani seksio sesaria kami hanya menyarankan ibu
dapat menjalani semua yang disarankan dari bidan maupun penolong persalinan lainya
,mengetahui bagaimana keadaan pada waktu seksio sesaria itu sendiri dan perubahanperubahan yang akan terjadi .
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, Jakarta : EGC
Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta.
Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, EGC. Jakarta.
Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.