Bab 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG ......................................................................
MAKSUD, TUJUAN & SASARAN ....................................................
LINGKUP KEGIATAN ....................................................................
METODA PENDEKATAN .............................................................
SISTIMATIKA PENULISAN LAPORAN .............................................
1
2
2
2
3
2.2
5
5
6
8
9
3.2
12
3.1.1
12
12
13
16
20
20
26
35
37
37
38
39
40
40
41
Ketentuan Terkait
Ketentuan Terkait
Ketentuan Terkait
Ketentuan Terkait
Ketentuan Terkait
44
44
44
46
46
47
48
48
49
52
4.2
56
4.3
4.4
59
ANALISIS
ANALISIS
ANALISIS
ANALISIS
66
74
78
83
86
6.2
88
6.3
91
6.4
97
6.5
98
ii
1.1
LATAR BELAKANG
Dengan demikian kajian ini dapat sebagai input guna menyusun arahan
peruntukan dan penggunaan lahan di kawasan KSN HoB. Kajian ruang KSN HoB
dapat sebagai kajian fakta dan analisis untuk memberikan masukkan dalam
penyusunan rencana penataan ruang KSN HoB.
1.2
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk menyiapkan dokumen kajian
ruang kawasan strategis nasional HoB bagi kepentingan kerjasama antar negara
dalam pengelolaan kawasan HoB.
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah :
1. Melakukan kajian ruang KSN HOB berdasarkan rencana aksi nasional HoB,
kondisi bio-fisik, kebijakan ruang propinsi di Kalbar, Kalteng dan Kaltim dan
aspek pendukung lainnya.
2. Melihat peluang kerjasama pengelolaan ruang dari aspek hukum internasional
3. Menyiapkan dokumen kajian Ruang KSN HOB
Sedangkan sasarannya adalah :
1. Adanya laporan yang mencakup hasil analisis keruangan KSN HoB sebagai
kebijakan nasional dan juga kebijakan kerjasama internasional serta rumusan
dari hasil diskusi dengan tim tata ruang HoB
2. Adanya peta tematik ruang HoB dan arahan tentang pola ruang KSN HoB
3. Adanya arahan penggunaan lahan sesuai dengan peruntukkan yang telah
diintegrasikan dalam dalam dokumen poin 1.
1.3
LINGKUP KEGIATAN
METODA PENDEKATAN
Beberapa pola pikir yang dapat dipergunakan sebagai landasan dalam menyusun
kajian ini, yaitu :
1. Menempatkan pengembangan
pengembangan dunia.
kawasan
HoB
sebagai
bagian
dari
2.1
Jakarta dan
10
11
3.1
12
13
14
2. Arahan Perijinan
Sebagai salah satu instrumen pengendalian pemanfaatan ruang,
perijinan sangat penting untuk dilakukan secara konsisten.
Perijinan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku
didasarkan pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Pemberian ijin bagi pemanfaatan yang berdampak besar dan
penting dilakukan oleh Menteri.
3. Arahan Insentif dan Disinsentif
Pemberian insentif dan disinsentif dilakukan oleh Pemerintah
kepada Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat. Insentif diberikan
terhadap pelaku kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
RTRWN, dan pemberian disinsentif dilakukan terhadap pelaku
kegiatan pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasar RTRWN.
4. Arahan Sanksi dikenakan terhadap :
- pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang nasional;
- pelanggaran ketentuan arahan zonasi sistem nasional;
- pemanfaatan ruang tanpa ijin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasar RTRWN;
15
perwujudan
kawasan
Heart
of
Borneo
16
17
Taman
Nasional
Kayan
Mentarang
(Provinsi
18
masyarakat
adat
yang
19
20
Taman Wisata Alam, Cagar Alam, Suaka Alam Darat, Hutan LIndung dan
Hutan Lindung Gambut. Adapun untuk bentuk pemanfaatan ruang untuk
kawasan budidaya meliputi: Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi,
Hutan Produksi Konversi yang dapat dikonversi dan area penggunaan lain.
Berikut strategi pengelolaan termasuk sarana dan prasarana untuk
pemanfaatan ruang tersebut di atas dalam RTRW Propinsi Kalimantan Barat.
Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung
Penetapan kawasan lindung di Kalimantan Barat didasarkan pada kriteria
kriteria sebagaimana dimuat dalam Keputusan Presiden No. 32 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Strategi pengelolaannya
mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Pemeliharaan kelestarian lingkungan;
Penanganan kegiatan budidaya (termasuk kawasan permukiman) yang
telah ada di dalam kawasan lindung; dan
2) Pengaturan prasarana dasar di kawasan lindung.
Untuk memelihara kelestarian lingkungan, ditetapkan strategi sebagai
berikut:
melarang semua kegiatan budidaya dalam kawasang lindung,
kecuali jika ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku; seperti diatur dalam Undang-undang No.5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (pada pasal 17), dan Keppres No.32/1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung (pada pasal 37 dan pasal 38).
mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah terganggu
secara bertahap.
mengupayakan agar kawasan lindung yang berada di daerah
perbatasan wilayah kabupaten/kota membentuk suatu kesatuan
yang serasi dan terpadu.
melaksanakan berbagai kegiatan untuk mengantisipasi kerusakan
lingkungan (diantaranya berupa menipisnya kawasan penambat air,
rusaknya kawasan hutan lindung, berkurangnya luas hutan lindung
bakau) terutama yang dapat mengakibatkan bencana alam (longsor,
banjir, dan abrasi pantai).
Luas kawasan hutan yang harus dipertahankan pada setiap wilayah
kabupaten minimal 30 % dari luas daerah aliran sungai (DAS) dan
atau pulau dengan sebaran yang proporsional.
pada setiap wilayah kota, dialokasikan ruang terbuka hijau (RTH)
berupa hutan kota, jalur hijau, taman kota, rekreasi, lapangan
olahraga, pemakaman umum, dan pertanian dengan luas
keseluruhan minimal 30% dari luas wilayah kota yang bersangkutan,
dengan sebaran yang proporsional.
Pengembangan
kerjasama
regional
penanganan
dampak
lingkungan.
Terhadap kegiatan budidaya yang telah ada di dalam kawasan lindung,
ditetapkan strategi sebagai berikut:
a. mengeluarkan kegiatan budidaya dari kawasan lindung secara
bertahap melalui program pembangunan terpadu. Kegiatan budidaya
yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan yang berlaku
21
22
23
24
25
26
27
28
29
budidaya
30
31
32
33
34
Kawasan
Cagar Alam
CA Sumber
Barito
CA.
Pararawen
Lokasi
Kabupaten
Murungraya
kabupaten Barito
Utara, diapit oleh
S. Penreh dan S.
Lemo
Taman Nasional
TN. Bukit
Hulu S. Katingan
Raya
pada perbatasan
Kabupaten
Katingan dengan
Kalimantan Barat
Hutan Lindung
Pada
Lokasi berbentuk
kawasan
memanjang
mulai
dan menerus,
ketinggian
pada bagian
500 dpl dan terhulu dari
kelerengan
rangkaian
40 %.
pegunungan
Schwaner, Muller,
dan Meratus.
Fungsi
perlindungan
ekosistem.
perlindungan
ekosistem
Luas
189.855 ha
6.829 ha
134.285
konotasi
konservasi
fungsi paru-paru
dunia.
2.294.705
hektar
35
Kawasan
Hutan
Produksi
Terbatas
(HPT)
Lokasi
Tersebar di
seluruh
wilayah
Kalimantan
Tengah
Hutan
Produksi
(HP)
kabupaten
Gunungmas
Hutan
Kawasan
Tertentu
Dalam
Kawasan
PLG (HKTPLG)
berdasarkan
ketetapan
pemerintah.
Fungsi
produksi kayu hutan
alam dengan
pembatasan
penebangan
yang ketat agar
meminimalkan
kerusakan lingkungan
produksi kayu hutan
alam dengan yang
penebangannya dapat
dilakukan lebih leluasa
Bagian areal dari
kawasan tertentu
Pengembangan Lahan
Gambut yang
diperuntukkan bagi
kegiatan perhutanan
yang statusnya akan
diarahkan sebagai
hutan rakyat.
Luas
3.469.762
hektar.
22.494
hektar
Kawasan
Lokasi
Areal yang sudah
Kawasan
Pengembangan sebagai
Produksi (KPP) perkebunan,
(Perkebunan Besar
Swasta berstatus
HGU maupun
Pekebunan Rakyat
dan Perkebunan
Plasma), serta areal
yang sudah dengan
Izin Lokasi untuk
perkebunan.
Fungsi
pengembangan
produksi,
khususnya
pertanian dan
perkebunan
skala besar.
Luas
3.149.942
hektar.
36
3.2
Kawasan
Pengembangan
Pemukiman
Dan
Penggunaan
Lain (KPPPL)
pemukiman
pedesaan &
pemukiman
perkotaan,
pengembangan
sarana dan
prasarana umum,
baik yang berfungsi
sosial maupun
komersial, baik
yang bersifat
tradisional maupun
moderen,
pengembangan
industri, bahkan
untuk usaha
pertanian
penyediaan
ruang gerak
bagi
perkembangan
kegiatan
budidaya nonkehutanan
secara umum.
Keseluruhan
luasnya
2.659.977
hektar.
rencana
tata ruang detail
yang disiapkan
untuk keseluruhan
Kawasan PLG
penyediaan
ruang gerak
perkembangan
kegiatan
budidaya nonkehutanan.
35.725 ha
KPP dan
680.663 ha
KPPL
37
Pemanfaatan
sumber
daya
alam tak
terpulihkan
perlu
memperhatikan kebutuhan antar generasi dan mempertahankan
daya pemulihannya.
d. Setiap warga negara mempunyai hak untuk mendapatkan
lingkungan yang baik dan sehat dan berkewajiban untuk
melestarikan lingkungan.
e. Dalam pelestarian lingkungan usaha pencegahan lebih diutamakan
daripada usaha penanggulangan dan pemulihan.
f. Kualitas lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsinya.
g. Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasar prinsip-prinsip
pelestarian melalui pendekatan manajemen yang layak dengan
sistem pertanggungjawaban.
c.
B. Kebijakan Kehutanan
Kebijakan kehutanan diatur berdasarkan PP No. 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan. Peratutran ini mengatur tentang pemanfaatan
hutan, hutan hak, industri primer hasil hutan, peredaran dan
pemasaran hasil hutan, pembinaan dan pengendalian, serta sanksi
administratif.
Dilandasi prinsip good governance dan pengelolaan hutan lestari ini
diatur tentang pengelolaan hutan berdasarkan kesatuan pengelolaan
hutan (KPH) dengan wilayah pengelolaan yang sesuai dengan fungsi
pokok dan peruntukan hutan yang dapat dikelola secara efisien dan
lestari. KPH yang ada meliputi KPH Konservasi, KPH Lindung dan KPH
Produksi. Diatur pula tentang pemanfaatan kawasan hutan,
pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan
bukan kayu secara optimal dan lestari.
Pemanfaatan hutan meliputi pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan
jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta
pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. Pemanfaatan hutan
dapat dilakukan pada seluruh kawasan hutan kecuali pada cagar alam,
dan zona rimba, serta zona inti pada taman nasional.
Pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan produksi dapat dilakukan
melaiui kegiatan: pemanfaatan jasa aliran air, pemanfaatan air, wisata
alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan
perlindungan lingkungan, serta penyerapan/penyimpanan karbon.
Untuk meningkatkan nilai tambah hasil hutan, pemerintah mengatur,
membina dan mengembangkan industri primer hasil hutan yang
meliputi kayu bulat dan bahan baku bukan kayu yang langsung
dipungut dari hutan. Pengaturan ini dimaksudkan juga untuk
menciptakan lapangan kerja, penggunaan bahan baku secara efisien,
mewujudkan industri yang efisien dan produktif serta berdaya saing
tinggi. Selain itu dimaksudkan pula untuk mencegah timbulnya
kerusakan sumberdaya hutan dan pencemaran lingkungan hidup,
disamping untuk mengamankan sumber bahan baku dalam rangka
pengelolaan hutan lestari.
Disamping itu Departemen Kehutanan telah menetapkan kebijakan
prioritas pembangunan kehutanan, sebagai berikut :
38
39
D. Kebijakan Perekonomian
Kebijakan
perekonomian
dikawasan
hutan
lindung
dengan
memanfaatkan hutan yang dilandasi oleh asas pengelolaan hutan
lestari dan disesuaikan dengan fungsi hutannya (konservasi, lindung
dan produksi). Melalui konsep tersebut maka hutan akan dapat
memberi sumbangan dalam menanggulangi kemiskinan melalui
terbukanya kesempatan kerja dan berusaha dengan memanfaatkan
hasil hutan kayu maupun non kayu (rotan, gaharu, madu dll) maupun
mengisi kesempatan kerja pada kegiatan-kegiatan pengusahaan hutan,
industri kehutanan.
Kebijakan terkait perekonomian di kawasan HoB sebagai KSN yang
tertuang dalam RTRWN menetapkan : pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang
produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian
internasional. Kemudian dituangkan dalam strategi sebagai berikut :
a. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya
alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama
pengembangan wilayah;
b. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
c. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung kawasan;
d. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak
menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
e. mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
f. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi.
E. Kebijakan Sosial Budaya
Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional terkait dengan
sektor sosial budaya diantaranya : pelestarian dan peningkatan sosial
dan budaya bangsa, serta pengembangan kawasan tertinggal untuk
mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan,
dimana dituangkan dalam berbagai strategi.
Untuk kebijakan pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya
bangsa strategi yang ditempuh adalah :
a. meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang
mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur;
b. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan
masyarakat; dan
c. melestarikan situs warisan budaya bangsa.
Sedang bagi kebijakan pengembangan kawasan tertinggal untuk
mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan strategi
yang ditempuh adalah :
a. memanfaatkan
sumber
daya alam
secara
optimal
dan
berkelanjutan;
b. membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan
tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;
c. mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi masyarakat;
d. meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; dan
40
41
PRINSIP
Memiliki kepedulian,
tanggung jawab dan
komitmen terhadap
pelestarian lingkungan
alam dan budaya,
melaksanakan kaidahkaidah usaha yang
bertanggung jawab
dan ekonomi
berkelanjutan.
Pengembangan harus
mengikuti kaidahkaidah ekologis dan
atas dasar
musyawarah dan
pemufakatan
masyarakat setempat.
KRITERIA
Memperhatikan kualitas daya dukung
lingkungan kawasan tujuan, melalui
pelaksanaan sistem pemintakatan
(zonasi).
Mengelola jumlah pengunjung, sarana
dan fasilitas sesuai dengan daya dukung
lingkungan daerah tujuan.
Meningkatkan kesadaran dan apresiasi
para pelaku terhadap lingkungan alam
dan budaya.
Memanfaatkan sumber daya lokal secara
lestari dalam penyelenggaraan kegiatan
ekowisata.
Meminimumkan dampak negatif yang
ditimbulkan, dan bersifat ramah
lingkungan.
Mengelola usaha secara sehat.
Menekan tingkat kebocoran pendapatan
(leakage) serendah-renahnya.
Meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat.
Melakukan penelitian dan perencanaan
terpadu dalam pengembangan
ekowisata.
Membangun hubungan kemitraan
dengan masyarakat setempat dalam
proses perencanaan dan pengelolaan
ekowisata.
Menggugah prakarsa dan aspirasi
masyarakat setempat untuk
pengembangan ekowisata.
Memberi kebebasan kepada masyarakat
untuk bisa menerima atau menolak
42
Memberikan manfaat
kepada masyarakat
setempat.
Memperhatikan
perjanjian, peraturan,
perundang-undangan
baik ditingkat nasional
maupun internasional.
pengembangan ekowisata.
Menginformasikan secara jelas dan
benar konsep dan tujuan
pengembangan kawasan tersebut
kepada masyarakat setempat.
Membuka kesempatan untuk melakukan
dialog dengan seluruh pihak yang
terlibat (multi-stakeholders) dalam
proses perencanaan dan pengelolaan
ekowisata.
Membuka kesempatan keapda
masyarakat setempat untuk membuka
usaha ekowisata dan menjadi pelakupelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik
secara aktif maupun pasif.
Memberdayakan masyarakat dalam
upaya peningkatan usaha ekowisata
untuk meningkatkan kesejahtraan
penduduk setempat.
Meningkatkan ketrampilan masyarakat
setempat dalam bidang-bidang yang
berkaitan dan menunjang
pengembangan ekowisata.
Menekan tingkat kebocoran pendapatan
(leakage) serendah-rendahnya.
Menetapkan kode etik ekowisata bagi
wisatawan, pengelola dan pelaku usaha
ekowisata.
Melibatkan masyarakat setempat dan
pihak-pihak lainya (multi-stakeholders)
dalam penyusunan kode etik wisatawan,
pengelola dan pelaku usaha ekowisata.
Melakukan pendekatan, meminta saransaran dan mencari masukan dari
tokoh/pemuka masyarakat setempat
pada tingkat paling awal sebelum
memulai langkah-langkah dalam proses
pengembangan ekowisata.
Melakukan penelitian dan pengenalan
aspek-aspek sosial budaya masyarakat
setempat sebagai bagian terpadu dalam
proses perencanaan dan pengelolaan
ekowisata.
Memperhatikan dan melaksanakan
secara konsisten: Dokumen-dokumen
Internasional yang mengikat (Agenda
21, Habitat Agenda, Sustainable
Tourism, Bali Declaration dsb.). GBHN
Pariwisata Berkelanjutan, Undangundang dan peraturan-peraturan yang
berlaku.
Menyusun peraturan-peraturan baru
yang diperlukan dan memperbaiki dan
menyempurnakan peraturan-peraturan
lainnya yang telah ada sehingga secara
keseluruhan membentuk sistem per-UUan dan sistem hukum yang konsisten.
43
44
Strategi/Prinsip
Gambaran lintasan sungai Rhine dan kondisi yang telah dicapai berkat
kerja sama pengelolaan tersebut.
Diskripsi Sungai Rhine
Panjang sungai 1.300 km
Cakupan kawasan 200.000 km2
Mempengaruhi 50 juta jiwa
Melintasi 9 negara
Memiliki fungsi yang
memberikan Ketergantungan
ekonomi
Memiliki fungsi yang
memberikan Ketergantungan
ekologi
Multiguna
45
46
perusakan dan penipisan lapisan ozon yang disebabkan oleh zatzat perusak ozon (ozone depleting substances) akan sangat
membahayakan kelestarian kehidupan di bumi;
47
4.1
Propinsi
Kalimantan
Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan
Tengah
Kabupaten
Tertulis
a. Nunukan,
b. Malinau,
c. Kutai Barat
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
Kapuas Hulu,
Melawi,
Sintang,
Katingan,
Gunung Mas,
Murung Raya,
Barito Utara
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
Pemetaan
Nunukan
Malinau
Kutai Barat
Kutai
Kutai Timur
Berau
Bulongan
Kapuas Hulu
Melawi
Sintang
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Katingan,
Gunung Mas,
Murung Raya,
Barito Utara
Kapuas
Seruyan
48
Luasan (Hektar)
Kalimantan Timur
8.894.650
Kalimantan Tengah
3.030.502
Kalimantan Barat
4.893.932
Total Indonesia
16.819.084
49
50
51
Negara,
kebijakan
nasional
dan
52
penting dimuka bumi ini, dan sangat mempengaruhi proses alam yang
berlangsung di suatu kawasan. Ada 7 (tujuh) fungsi hutan yang sangat
membantu kebutuhan dasar (basic needs) kehidupan manusia, yaitu :
1. Hidrologis, hutan
2. Penahan longsor
3. Pensupply hara
4. Pengatur iklim
5. Produsen embrio-embrio flora dan fauna
6. Produsen hasil alam baik kayu maupun non kayu
7. Pemberi jasa lingkungan bagi ilmu pengetahuan, pariwisata
serta penambah estetika alam bagi bentang alam wilayah.
Pemanfaatan lahan Kawasan HoB sampai saat ini (2009) masih
didominasi kawasan hutan lindung. Ekosistem hutan yang ada di
kawasan ini diantaranya kawasan yang ditetapkan sebagai Taman
Nasional dan Cagar Alam, disamping terdapat kawasan budidaya.
Ekosistem hutan di kawasan HoB yang memberikan manfaat dan peran
penting bagi dunia, yang berupa :
Paru-paru dunia
53
54
2. Ekosistem Danau
Danau merupakan sebuah ekosistem perairan yang bercirikan
komponen air sebagai medium bagi berlangsungnya kehidupan hayati
dan proses-proses biofisik-kimia, badan air dan daerah tangkapan
sebagai komponen pengaliran air dan penampung air (water reservoir)
dan komponen hayati yaitu biota-air. Danau merupakan bagian dari
sumber daya alam terutama sebagai reservoir air juga sebagai bagian
dari ekosistem secara keseluruhan. Dalam siklus hidrologi, danau
mempunyai peran penting sebagai retensi alam, tempat air
menetap/tinggal untuk beberapa waktu.
Kawasan HoB memiliki
kawasan danau yaitu Danau Sentarum yang terletak di wilayah Propinsi
Kalimantan Barat.
Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem
lahan basah danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di
Kalimantan. Sebagai danau musiman yang terletak pada sebelah
cekungan sungai Kapuas, yaitu sekitar 700 km dari muara yang
menuju laut Cina Selatan. Dibatasi oleh bukit-bukit dan dataran tinggi
yang mengelilinginya, Danau Sentarum merupakan daerah tangkapan
air dan sekaligus sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai
Kapuas. Dengan demikian, daerah-daerah yang terletak di hilir Sungai
Kapuas sangat tergantung pada fluktuasi jumlah air yang tertampung
di danau tersebut. Disini terdapat tumbuhan khas dan asli yaitu
tembesu/tengkawang (Shorea beccariana). Selain itu juga terdapat
tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata),
ramin (Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing
(Dipterocarpus sp.), dan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri).
Sistem perairan dari danau air tawar dan hutan tergenang ini
menjadikan Danau Sentarum tidak seperti danau-danau lainnya. Airnya
bewarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tannin yang
berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Pada saat musim hujan,
kedalaman air danau tersebut dapat mencapai 6-8 meter dan
menyebabkan tergenangnya hutan sekitarnya. Tetapi, pada saat musim
kemarau, dimana tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun,
air dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga
debit air di sungai tersebut relatif stabil. Akhirnya pada saat puncak
musim kemarau, keadaan Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan
menjadi hamparan tanah yang luas. Ikan-ikan yang tadinya berada di
danau, akan terlihat di kolam-kolam kecil.
3. Ekosistem Sungai
Kawasan HoB merupakan kawasan dengan banyak sungai yang
terbentuk dalam ekosistem DAS dan sub DAS. Terdapat 9 DAS dan 8
sub DAS pada kawasan HoB di wilayah Indonesia. Dari kaki-kaki
Pegunungan Muller mengalir sungai-sungai kecil yang membentuk DAS
besar seperti DAS Kapuas, DAS Sibau, DAS Mendalam, DAS Bungan dan
DAS Embaloh. Berbagai daerah aliran sungai tersebut membentuk
ekosistem, yang disebut ekosistem DAS. Ekosistem DAS merupakan
satu unit kesatuan ekologis yang paling mantap. Dalam ekosistem DAS
berbagai tataguna lahan, bentuk geomorfologi, flora dan fauna,
bangunan-bangunan fisik serta manusia dan aktivitasnya bersama-
55
56
57
yang berasal dari Suku Dayak banyak yang memiliki hubungan keluarga
dengan warga di negara tetangga Malaysia dan Brunei Darussalam. Karena
lokasinya yang terpencil dengan jumlah penduduk yang sedikit dan
penyebaran tidak merata, area ini rawan dari sisi keamanan,
penyelundupan dan tindak kriminal lainnya.
Pertahanan dan keamanan yang merupakan fungsi dari kawasan di daerah
perbatasan Indonesia-Malaysia dilaksanakan oleh TNI.
4.3
Jenis Hutan
Luas (Ha.)
1.
Hutan Lindung
3,569,804.049
11.78
2.
Taman Nasional
2,336,408.884
7.71
3.
1,842.099
0.01
4.
360,399.474
1.19
5.
Perairan
17,976.030
0.06
6.
Hutan Produksi
4,359,975.723
14.39
7.
8,786,183.114
29.00
8.
3,569,804.049
11.78
9.
7,291,715.036
24.07
30,294,108.458
100.00
Total Jumlah
Sumber: Departemen Kehutanan
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa kurang lebih 72,73% areal
hutan di wilayah HoB adalah fungsi hutan yang dapat dialihkan menjadi
fungsi lainnya, misalnya sebagai areal tanaman industri, atau dikonversi
menjadi fungsi lainnya misalnya sebagai kawasan budidaya. Kondisi
58
(c)
4.4
59
Menjaga keberadaan ekosistem lahan basah danau, hutan rawa air tawar
dan hutan hujan tropik.
60
DAS Berau
DAS Kahayan
DAS Kapuas
DAS Katingan
DAS Kayan
Nama DAS
DAS Sembakung
DAS Seruyan
DAS Sesayap
61
DAS Berau
DAS Kahayan
DAS Kapuas
DAS Katingan
DAS Kayan
62
Nama Perusahaan
DAS Berau
DAS Kahayan
DAS Kapuas
DAS Katingan
DAS Kayan
DAS Kedang Kepala
DAS Sembakung
DAS Seruyan
DAS Sesayap
Sub DAS Barito Hulu
BATAN
PT CHARISMA METCO
PT. MELAWI RIMBA MINERAL
63
Nama Perusahaan
DAS Berau
DAS Kahayan
DAS Kapuas
DAS Katingan
DAS Kayan
DAS Kedang Kepala
DAS Sembakung
DAS Seruyan
DAS Sesayap
Sub DAS Barito Hulu
LAHAI COAL , PT
64
Nama Perusahaan
Nama DAS
PT.
PT.
PT.
PT.
PT.
DAS Kahayan
DAS Kapuas
DAS Katingan
PT.
DAS Kayan
DAS Seruyan
DAS Sesayap
PT.
PT.
PT.
PT.
PT.
Nama Perusahaan
65
66
Unit analisis yang dipakai dalam penilaian HCVF ini adalah catcment area
(daerah tangkapan air), dimana terdapat 17 DAS dan Sub-DAS pada
kawasan HoB ini. Penetapan unit analisis tersebut didasarkan pada
pertimbangan pentingnya fungsi DAS bagi lingkungan. Daerah Aliran
Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan/kawasan
yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Fungsi
penting DAS juga tertuang dalam UU no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
yang menetapkan penyelenggaraan kehutanan yang bertujuan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat adalah dengan meningkatkan daya
dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dan mempertahankan kecukupan
hutan minimal 30 % dari luas DAS dengan sebaran proporsional.
Berlandaskan hal tersebut maka sangat relevan penetapan DAS sebagai
unit analisis pada kajian ruang KSN Hob ini. Hal ini juga sejalan dengan
arah kerangka kerja nasional pengelolaan DAS dimana prinsip pengelolaan
DAS yang mengacu pada kaidah satu DAS, satu rencana, & satu sistem
pengelolaan terpadu. 17 DAS dan Sub-DAS tersebut adalah :
Tabel 5.1. Nama DAS dan Luasan dalam Kawasan HoB.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nama DAS
Sub DAS Mahakam Hulu
Sub DAS Kedang Pahu
DAS Sesayap bagian hulu
DAS Berau
Sub DAS Belayan
DAS Kedang Kepala
Sub DAS Ketungau
DAS Seruyan
Sub DAS Kapuas Hulu
Sub DAS Kapuas Tengah
DAS Sembakung
SuB DAS Melawi
DAS Katingan
Sub DAS Barito Hulu
DAS Kahayan
DAS Kapuas
DAS Kayan
Total Area
Luas (Ha)
2,472,065.71
20,663.02
1,243,331.26
682,727.39
599,066.93
543,190.67
415,998.36
78,817.87
2,789,407.60
29,832.30
515,345.99
1,649,780.96
482,500.07
2,060,916.34
227,360.47
151,339.74
2,832,755.71
16,795,100.40
%
14.72
0.12
7.40
4.07
3.57
3.23
2.48
0.47
16.61
0.18
3.07
9.82
2.87
12.27
1.35
0.90
16.87
100.00
67
68
Tabel 5.2. Prosentase HCVF dan Non HCVF pada Kawasan HoB
VISI KAWASAN
Kawasan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Koridor Dataran Tinggi dan
Kawasan Konservasi
Kawasan Peruntukan Lain
Kawasan Konservasi
Total Area
HCVF
NON HCV
TOTAL
6,974,191.69
3,474,527.52
41.15
20.50
840,370.02
306,597.57
4.96
1.81
7,814,561.71
3,781,125.09
46.11
22.31
1,812,211.99
10.69
56,767.03
0.33
1,868,979.02
11.03
91,935.62
2,634,537.54
14,987,404.36
0.54
15.55
88.43
667,148.18
89,184.79
1,960,067.59
3.94
759,083.79
0.53 2,723,722.34
11.57 16,947,471.94
4.48
16.07
100.00
69
KETERANGAN
Awan
Belukar Rawa
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Rawa Sekunder
Permukiman
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering + Semak
Rawa
Semak Belukar
Tanah Terbuka
(blank)
Awan
Belukar Rawa
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Rawa Primer
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertambangan
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering + Semak
Rawa
Semak Belukar
Tanah Terbuka
(blank)
Belukar Rawa
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertambangan
Pertanian Lahan Kering + Semak
Semak Belukar
Tanah Terbuka
(blank)
Total
% Per
DAS
3,304.61
17,941.78
11,250.85
65,208.10
110,374.92
309.67
12.89
128,067.21
64,135.38
2,361.89
11,115.07
1,916.10
415,998.47
4,842.48
112,125.80
1,313,257.13
542,074.77
471.57
278,312.91
10,287.08
3,801.56
2,234.15
7,190.36
422,456.21
20,395.50
29,187.71
23,787.66
18,982.72
2,789,407.62
1,451.08
107.49
6,019.94
239.56
797.05
17,548.70
2,543.90
127.21
997.40
29,832.30
4,660.27
359.22
422,626.27
489,129.74
55.50
1,818.74
635.14
1,367.55
624,014.41
34,837.28
63,079.77
7,197.12
1,649,781.01
0.79
4.31
2.70
15.68
26.53
0.07
0.00
30.79
15.42
0.57
2.67
0.46
100.00
0.17
4.02
47.08
19.43
0.02
9.98
0.37
0.14
0.08
0.26
15.15
0.73
1.05
0.85
0.68
100.00
4.86
0.36
20.18
0.80
2.67
58.82
8.53
0.43
3.34
100.00
0.28
0.02
25.62
29.65
0.00
0.11
0.04
0.08
37.82
2.11
3.82
0.44
100.00
% Total
0.02
0.11
0.07
0.38
0.65
0.00
0.00
0.76
0.38
0.01
0.07
0.01
2.45
0.03
0.66
7.74
3.20
0.00
1.64
0.06
0.02
0.01
0.04
2.49
0.12
0.17
0.14
0.11
16.45
0.01
0.00
0.04
0.00
0.00
0.10
0.02
0.00
0.01
0.18
0.03
0.00
2.49
2.88
0.00
0.01
0.00
0.01
3.68
0.21
0.37
0.04
9.73
70
KETERANGAN
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Pertanian Lahan Kering + Semak
Semak Belukar
Tanah Terbuka
Awan
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Permukiman
Pertanian Lahan Kering + Semak
Savana
Semak Belukar
(blank)
Awan
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Permukiman
Pertambangan
Pertanian Lahan Kering + Semak
Savana
Semak Belukar
Tanah Terbuka
(blank)
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Tanaman
Permukiman
Pertambangan
Pertanian Lahan Kering + Semak
Semak Belukar
Tanah Terbuka
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Tanaman
Pertambangan
Pertanian Lahan Kering + Semak
Semak Belukar
Tanah Terbuka
(blank)
Total
% Per
DAS
20,610.19
52,734.92
2,172.90
3,006.64
293.24
78,817.89
239.14
244,739.53
194,942.85
27.60
730.01
47.10
41,374.46
399.09
482,499.77
3,866.02
866,051.81
1,103,115.83
643.74
208.13
55,662.09
18.35
24,153.20
2,131.21
5,065.51
2,060,915.89
10,655.21
118,496.47
1,589.69
2.19
35.76
10,143.83
10,215.61
200.87
151,339.61
59,720.97
141,194.58
2,329.29
11.29
230.94
23,443.61
363.17
66.62
227,360.46
26.15
66.91
2.76
3.81
0.37
100.00
0.05
50.72
40.40
0.01
0.15
0.01
8.58
0.08
100.00
0.19
42.02
53.53
0.03
0.01
2.70
0.00
1.17
0.10
0.25
100.00
7.04
78.30
1.05
0.00
0.02
6.70
6.75
0.13
100.00
26.27
62.10
1.02
0.00
0.10
10.31
0.16
0.03
100.00
% Total
0.12
0.31
0.01
0.02
0.00
0.46
0.00
1.44
1.15
0.00
0.00
0.00
0.24
0.00
2.85
0.02
5.11
6.51
0.00
0.00
0.33
0.00
0.14
0.01
0.03
12.15
0.06
0.70
0.01
0.00
0.00
0.06
0.06
0.00
0.89
0.35
0.83
0.01
0.00
0.00
0.14
0.00
0.00
1.34
71
KETERANGAN
Awan
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Mangrove Sekunder
Perkebunan
Pertanian Lahan Kering + Semak
Semak Belukar
(blank)
Awan
Belukar Rawa
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Permukiman
Pertanian Lahan Kering + Semak
Rawa
Sawah
Semak Belukar
Tanah Terbuka
(blank)
Awan
Belukar Rawa
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering + Semak
Rawa
Semak Belukar
Tanah Terbuka
(blank)
Awan
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Pertanian Lahan Kering + Semak
Semak Belukar
Tanah Terbuka
(blank)
Awan
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Pertanian Lahan Kering + Semak
Semak Belukar
(blank)
Awan
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Rawa Primer
Hutan Rawa Sekunder
Hutan Tanaman
Semak Belukar
Tanah Terbuka
(blank)
Awan
Belukar Rawa
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Rawa Primer
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertambangan
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering + Semak
Savana
Total
% Per
DAS
88,487.39
251,097.78
164,055.15
70.70
2,250.61
6,916.94
1,479.62
987.87
515,346.04
235,180.44
1,772.49
822,597.35
308,998.89
246.13
18,075.36
1,021.30
13.76
14,742.46
16.97
3,414.96
1,406,080.12
149,542.64
130.19
2,209,354.08
408,427.40
2,713.03
140.55
90.14
9,787.35
45.37
37,419.91
1,439.94
13,665.12
2,832,755.72
1,530.23
426,282.79
241,602.04
1,282.67
7,015.97
4,157.42
856.34
682,727.46
126,177.68
223,605.79
148,094.53
30.30
43,991.73
1,290.76
543,190.80
113,099.95
179,348.33
266,397.85
8,561.90
312.01
939.64
29,132.08
1,071.71
203.42
599,066.87
489,238.94
610.76
1,252,629.62
582,860.85
2,449.57
1,145.83
132.60
429.52
543.94
29.43
1,179.48
23.30
17.17
48.72
31.83
0.01
0.44
1.34
0.29
0.19
100.00
16.73
0.13
58.50
21.98
0.02
1.29
0.07
0.00
1.05
0.00
0.24
100.00
5.28
0.00
77.99
14.42
0.10
0.00
0.00
0.35
0.00
1.32
0.05
0.48
100.00
0.22
62.44
35.39
0.19
1.03
0.61
0.13
100.00
23.23
41.17
27.26
0.01
8.10
0.24
100.00
18.88
29.94
44.47
1.43
0.05
0.16
4.86
0.18
0.03
100.00
19.79
0.02
50.67
23.58
0.10
0.05
0.01
0.02
0.02
0.00
0.05
0.00
% Total
0.52
1.48
0.97
0.00
0.01
0.04
0.01
0.01
3.04
1.39
0.01
4.85
1.82
0.00
0.11
0.01
0.00
0.09
0.00
0.02
8.29
0.88
0.00
13.03
2.41
0.02
0.00
0.00
0.06
0.00
0.22
0.01
0.08
16.70
0.01
2.51
1.42
0.01
0.04
0.02
0.01
4.03
0.74
1.32
0.87
0.00
0.26
0.01
3.20
0.67
1.06
1.57
0.05
0.00
0.01
0.17
0.01
0.00
3.53
2.89
0.00
7.39
3.44
0.01
0.01
0.00
0.00
0.00
0.00
0.01
0.00
72
73
5.2.
Landcover kawasan.
74
Gambar 5.4.
PETA ARAHAN PENETAPAN
KAWASAN KONSERVASI
75
Gambar 5.5.
PETA ARAHAN PENETAPAN
KORIDOR KAWASAN
KONSERVASI
Kawasan Konservasi
Kawasan Penghubung (Koridor Konservasi)
Masih terdapat Kawasan Konservasi yang belum terkoneksi melalui
koridor, maka akan dipertimbangkan penghubungnya berupa
kawasan produksi terbatas dengan persyaratan khusus.
Pemahaman bahwa keterkaitan antar kawasan konservasi melalui
pembentukan keterhubungan sangatlah penting bagi kelangsungan fungsi
konservasi kawasan HoB. Untuk itu kebijakan dan strategi yang disusun
haruslah mendukung arah tersebut.
Berdasarkan pemahaman tersebut analisis terhadap pemanfaatan lahan
kedepan dengan berbagai pertimbangan menghasilkan peta sebagai
berikut :
76
77
5.3.
KAWASAN
Kawasan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Koridor Dataran Tinggi dan
Kawasan Konservasi
Kawasan Peruntukan Lain
Kawasan Konservasi
Total Area
LUAS (HA)
7,814,561.71
3,781,125.09
46.11
22.31
1,868,979.02
11.03
759,083.79
2,723,722.34
16,947,471.94
4.48
16.07
100.00
Hasil
pengklasifikasian
yang
tertuang
dalam
tabel
tersebut
menggambarkan bahwa penetapan visi pemanfaatan lahan di kawasan
HoB prosentase tertinggi ditetapkan sebagai Kawasan Lindung yang
mencapai 46,11%, kemudian fungsi Hutan Produksi Terbatas sebesar
22,31%, Kawasan Konservasi seluas 16.07%, Koridor Dataran Tinggi dan
Kawasan Konservasi seluas 11,06%, serta fungsi Kawasan Peruntukan Lain
seluas 4.48%. Dari hasil yang lebih rinci kawasan HoB juga termanfaatkan
dalam berbagai konsesi, yang secara detail dapat dilihat pada tabel.
78
NAMA DAS
FUNGSI EXISTING
HUTAN
LINDUNG
HUTAN
PRODUKSI
TERBATAS
KORIDOR
DATARAN
TINGGI &
KAWASAN
KAWASAN
KONSERVASI
DAS Berau
69.55
436,342.36
156,461.29
610.11
0.00
0.00
3,385.61
0.00
0.00
3,242.08
0.00
13,069.49
172.12
10,150.38
12,605.66
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3,040.91
31.83
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1,573.58
49,192.44
17,622.59
0.00
0.00
21.94
0.00
0.00
0.00
163.47
0.00
616.53
3,468.95
40,004.62
55,631.16
0.00
1,268.42
0.00
29,423.93
0.00
0.00
2.50
0.00
0.00
8,782.50
59,826.44
21,264.76
8,418.47
0.00
0.00
37,715.04
5,755.79
0.00
2,914.42
0.00
1,755.44
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
77.82
5,762.81
58,405.94
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
18,885.14
125,937.22
131,529.63
0.00
0.00
86.32
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5,437.26
12,730.17
721,484.74
195,962.04
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4,648.33
370.83
297,026.39
48,067.30
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
6,846.59
302,054.53
0.00
0.00
0.00
0.00
443.57
0.00
0.00
0.00
0.00
116,994.95
874.66
3,357.99
183.54
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8,010.00
5,256.61
22,106.09
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
20,968.31
663,641.93
106,823.78
0.00
0.00
8,469.72
0.00
0.00
0.00
7.69
2.90
13,895.96
4,547.73
105,349.87
31,877.95
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5.25
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7,766.62
47,682.12
21,088.47
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.59
180.91
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
138.70
167,273.28
2,307.96
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
12,840.04
18,253.75
917,446.77
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
9,785.28
884,165.43
8,135.64
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
220.53
72,735.68
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2,250.33
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3,537.59
142.28
907.10
21.05
0.00
0.00
10,616.94
2,073.09
0.00
0.92
34.02
1,017.36
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
11,634.02
135.69
0.00
0.00
164.78
1,355.84
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HTI
HTI HCV
HTI Sawit HCV
Sawit
Sawit HCV
KP Sawit
HTI Sawit
HPH HCV
KP HCV
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HPH HTI
HPH KP
HPH Sawit
KP
KP HTI
KP Sawit
HTI Sawit
HPH HCV
KP HCV
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HPH HTI
HPH KP
Sawit
KP
KP HTI
KP Sawit
HTI Sawit
Sawit HCV
KP HCV
-
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2,063.54
173.05
51.99
0.05
0.54
0.62
3,668.66
1,117.87
0.00
2.88
9.73
0.00
49,268.72
5,556.12
915.95
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
209.90
0.00
8,080.76
416.57
0.00
0.00
0.00
2,677.43
0.00
0.00
0.00
0.00
318.26
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
LUAS
79
NAMA DAS
FUNGSI EXISTING
DAS Sesayap
Bagian Hulu
10
Sub DAS
Barito Hulu
11
Sub DAS
Belayan
Bagian Hulu
12
DAS Kapuas
Hulu
13
DAS Kapuas
Tengah
Bagian Hulu
14
Sub DAS
Kedang Pahu
Bagian Hulu
15
Sub DAS
Ketungau
16
Sub DAS
Mahakam
Hulu
17
DAS Melawi
Bagian Hulu
HUTAN
LINDUNG
13,143.18
660,411.96
33,942.10
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
141.54
19,603.21
506,488.52
184,234.99
91,598.85
0.00
0.00
208,729.48
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
300.33
270,833.66
37,060.84
0.00
0.00
0.00
350.46
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
162,355.47
787,893.02
14,602.03
0.00
0.00
6,978.38
1,018.85
0.00
0.00
27,695.48
1,702.98
217,211.43
6,511.44
179.04
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7,193.31
45.99
17,433.18
0.00
0.00
0.00
0.00
2,277.10
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
29,445.44
30,642.98
230.08
0.00
0.00
120.69
696.81
0.00
28,794.65
4,249.19
565.75
73,032.76
21,915.34
735,447.64
352,697.74
38,903.80
1,056.10
7,767.01
80,534.47
0.00
15,624.88
4,114.29
45.63
67,210.75
184,317.64
107,777.42
50,420.37
3,108.22
0.00
0.00
30,248.12
0.00
0.00
0.00
0.00
30,556.92
HUTAN
PRODUKSI
TERBATAS
5,152.54
187,318.03
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7,527.08
0.00
0.00
34,221.00
157,093.88
74,862.19
44,845.16
0.00
4.79
197,918.48
0.00
0.00
0.00
0.00
3,120.30
4,761.43
87,305.89
175,353.55
3.53
0.00
0.00
2,335.55
0.00
0.00
41.75
56.69
0.00
13,512.28
86,471.31
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
140.82
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1,011.99
10,593.89
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3,568.03
8,145.44
0.00
0.00
0.00
0.00
625.62
0.00
5,370.89
0.00
0.00
20,806.02
36,824.81
414,529.52
246,385.31
13,143.37
563.61
12,261.20
87,666.86
0.00
15,052.02
8,969.31
148.46
38,956.90
24,635.23
299,733.32
2,820.54
0.00
0.00
0.00
31,970.27
0.00
0.00
1,436.50
555.23
107.17
KORIDOR
DATARAN
TINGGI &
KAWASAN
KONSERVASI
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
27,072.27
285,285.72
15,058.99
8,530.86
0.00
0.00
9,161.33
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
10,559.89
398,255.93
70,544.13
0.00
0.00
67.81
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2,016.52
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1,204.24
44,047.19
25,702.76
0.00
0.00
523.04
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
10,332.85
590.78
276,505.50
26,961.69
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7,057.89
349,747.58
63,941.57
144.51
0.00
0.00
1,231.26
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
FUNGSI
EXISTING
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HTI
HPH KP
HPH Sawit
KP
HTI HCV
KP Sawit
HTI Sawit
HPH HCV
KP HCV
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HPH HTI
HPH KP
HPH Sawit
KP
KP HTI
KP Sawit
HTI Sawit
HPH KP HCV
KP HCV
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HTI
HPH KP
HPH Sawit
KP
KP HTI
KP Sawit
HTI HVC
HPH HCV
KP HCV
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HPH HTI
HPH KP
Sawit
KP
KP HTI
Sawit HVC
HTI Sawit
HPH HCV
KP HCV
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HPH HTI
HPH KP
Sawit
KP
KP HTI
Sawit HVC
HTI Sawit
HPH HCV
KP HCV
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HPH HTI
HPH KP
Sawit
KP
KP HTI
Sawit HVC
HTI Sawit
HPH HCV
KP HCV
Fungsi Sesuai
HCV
HPH
HTI
Sawit
Sawit HVC
KP
HTI HVC
KP Sawit
HTI Sawit HVC
HPH HCV
KP HCV
LUAS
6,058.90
3,732.69
0.00
1,026.72
0.00
0.00
0.00
455.16
0.00
0.00
0.00
0.00
5,481.69
0.00
102.20
0.00
0.00
0.00
398,255.93
0.00
0.00
0.00
10,559.89
70,611.94
12,388.59
2,256.47
4,206.29
1,136.45
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
152.28
523.10
0.00
82,420.03
37,022.36
0.00
0.00
0.00
65,696.36
0.00
0.00
3,357.09
0.00
0.00
0.00
1,500.17
185.21
0.00
0.00
0.00
12,829.07
0.00
0.00
564.87
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3,624.46
9,612.79
0.00
0.00
0.00
397.51
1,086.56
0.00
346.06
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
261,391.15
16,424.91
0.00
6,913.34
71,027.67
729.16
26,859.18
413.54
0.00
787.09
0.00
886.24
80
81
82
5.4.
83
STATUS KAWASAN
Kawasan Ekosistem
Penting
Penyangga Jaringan
Ekosistem
Koridor Taman
Nasional
Kawasan
Pembangunan
Kawasan Lindung
84
PETA
85
6.1
Spot
Spot
Inti
Inti
Inti
Inti
Spot
Inti
Inti
Koridor
Inti
Koridor
Gambar 6.1. Pola Interaksi Kawasan dalam Konsep Infrastruktur Hijau
Inti : dalam kebijakan ruang bisa berupa taman nasional, cagar alam,
suaka margasatwa, taman wisata, taman buru, cagar budaya, tempat
sakral dan termasuk kawasan budidaya kehutanan dan pertanian dsb
Koridor : menghubungi kawasan yang memiliki level ketinggian yang
sama (horisontal) bisa hutan lindung, koridor satwa, bisa juga
menghubungi dari ketinggian dan daerah rendah (hutan riparian),
86
2.
3.
4.
5.
6.
7.
87
8.
9.
88
89
90
Dalam upaya untuk mencapai maksud dan tujuan ditetapkannya kawasan HoB,
diperlukan kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan yang tepat.
6.3.1. Kebijakan & Strategi Umum
1. Kawasan Lindung
Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi :
a. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
lingkungan hidup meliputi :
a. menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi;
b. mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau
dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau
tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan
c. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam
rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem
wilayah.
Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang
dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi:
91
keterpaduan
dan
92
93
b.
c.
d.
e.
94
Tabel 6.1. Penetapan Kebijakan dan Strategi Berdasarkan Potensi Konflik pada Setiap Rencana Pemanfaatan Lahan.
NO
RENCANA
PEMANFAATAN
POTENSI KONFLIK
KEBIJAKAN
STRATEGI
Kawasan
Lindung
Kawasan
Konservasi
95
Kawasan
Peruntukan Lain
Koridor Dataran
Tinggi dan
Kawasan
Konservasi
Hutan Produksi
Terbatas
96
6.4
peninjauan ijin
penghentian kegiatan
pengamanan kawasan
restorasi, yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak diantaranya :
pemerintah pusat
pemerintah daerah
masyarakat
Kawasan budidaya dalam kawasan HoB harus dikembangkan dengan konsep dan
pola-pola yang mendukung fungsi kawasan konservasi. Termasuk pola
pengembangan kota dan kawasan permukiman. Sebagai pusat-pusat kegiatan
yang berhirarki mulai dari pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah
(PKW) hingga pusat kegiatan lokal (PKL) harus dikembangkan menggunakan
konsep pengembangan kawasan HoB secara menyeluruh yaitu network and
connectivity. Konsep ini digambarkan sebagai pola pengembangan dimana
kawasan-kawasan pusat-pusat kegiatan harus saling terhubung dengan unsur
penghubung yang dibangun berdasarkan konsep infrastruktur hijau.
Destination
Social
Facility
Destination
HUB
HUB
HUB
HUB
Social
Facility
Destination
Social
Facility
HUB
Destination
Central
Dev.
Gambar 6.3. Pola Pengembangan Kawasan Peruntukan Lain Pda Kawasan HoB
97
Upaya mengkoneksikan antar pusat kegiatan dalam kawasan HoB baik yang
berbentuk kota maupun kawasan-kawasan permukiman dengan membangun
jalur-jalur yang mempertimbangkan berbagai hal, antara lain :
lahan,
misalnya
jalur
6.5
obyek
wisata
yang
Dalam konsepsi kerja sama antar negara dan antar wilayah ini masing-masing
negara dan wilayah yang terlibat dalam program HoB memiliki kedaulatan
sepenuhnya untuk mengelola sumberdaya dan wilayah masing-masing sesuai
aturan yang berlaku di setiap negara dan setiap wilayah.
Kawasan HoB dikembangkan untuk tidak menjadi beban bagi pemerintahan
suatu negara dan bagi pemerintah daerah, tetapi sebaliknya akan memberi
manfaat bagi semua pihak. Namun juga harus dipahami bahwa manfaat yang
akan diterima tersebut perlu diperjuangkan bersama melalui upaya dan investasi
bersama.
6.4.1. Proposal Kerjasama Antar Negara
Kerja sama antar negara yang akan dilakukan adalah bagaimana
mensinergikan pengelolaan sumberdaya alam dan kegiatan konservasi di
kawasan HoB Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.
1. Prinsip Kerja Sama Antar Negara
Prinsip kerja sama antar negara yang disatukan dalam pengelolaan
kawasan HoB diantaranya :
98
99
FORUM INTERNASIONAL
F
O
R
U
M
M
U
L
T
Y
S
T
A
K
E
H
O
L
D
E
R
S
NEGARA
BRUNAI DARUSALLAM
NEGARA INDONESIA
NEGARA MALAYSIA
F
A
S
I
L P
I B
T B
A
T
O
R
DEWAN EKSEKUTIF
INTERNASIONAL
MANAGER
KERJASAMA
PEREKONOMIAN &
INVESTASI
KERJASAMA
HUKUM & PERUNDANGUNDANGAN
KERJASAMA PEMASARAN
setiap
komoditas
100
Pengembangan strategi
keanekaragaman hayati.
konservasi
sumber
daya
alam
dan
FORUM REGIONAL
F
O
R
U
M
M
U
L
T
Y
S
T
A
K
E
H
O
L
D
E
R
S
PROPINSI
KALIMANTAN BARAT
PROPINSI
KALIMANTAN TENGAH
PROPINSI
KALIMANTAN TIMUR
DEWAN EKSEKUTIF
REGIONAL MANAGER
KERJASAMA
PEREKONOMIAN &
INVESTASI
KERJASAMA
HUKUM & PERUNDANGUNDANGAN
F
A
S
I
L
I
T
A
T
O
R
KERJASAMA PEMASARAN
101
P
E
M
E
R
I
N
T
A
H
P
U
S
A
T
FORUM REGIONAL
F
O
R
U
M
M
U
L
T
Y
S
T
A
K
E
H
O
L
D
E
R
S
BUPATI
KABUPATEN
BUPATI
KABUPATEN
BUPATI
KABUPATEN
BUPATI
KABUPATEN
BUPATI
KABUPATEN
DEWAN EKSEKUTIF
REGIONAL MANAGER
KERJASAMA
PEREKONOMIAN &
INVESTASI
KERJASAMA
HUKUM & PERUNDANGUNDANGAN
F
A
S
I
L
I
T
A
T
O
R
P
E
M
E
R
I
N
T
A
H
P
R
O
P
I
N
S
&
I
P
U
S
A
N
KERJASAMA PEMASARAN
102