Anda di halaman 1dari 10

47

BAB V
PEMBAHASAN

Kajian teknis sistem penyaliran tambang yang di lokasi penambangan akan


berhasil dengan baik apabila segala aspek dan perhitungan dilakukan dengan benar.
Dengan demikian, sistem penyaliran yang diterapkan dapat mengalirkan air tambang
sampai pada kondisi tertentu (tidak mengganggu kegiatan penambangan).
Pada penambangan endapan batubara saat ini, sistem penyaliran tambang
belum dapat berfungsi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari ketidaklengkapan
komponen-komponen dari sistem penyaliran tambang dan kurangnya perawatan
terhadap beberapa komponen sistem penyaliran tambang sumuran dan kolam
pengendapan.
5.1 Pemilihan Metode Sistem Penyaliran Tambang
Metode yang cocok digunakan di Pit 2 Taluk II adalah mengeluarkan air yang
masuk ke bukaan tambang (mine dewatering). Pemilihan metode ini berdasarkan
kenyataan bahwa sebagian besar sumber air yang masuk ke lokasi penambangan
berasal dari air hujan dan seluruh lokasi penambangan juga merupakan daerah
tangkapan hujan.
Air limpasan yang masuk bukaan tambang akan dialirkan oleh saluran
terbuka menuju sumuran (sump), sehingga air limpasan tersebut tidak menggenangi
jalan tambang. Pembuatan sumuran (sump) di sebelah Selatan Pit 2 Taluk II dengan
tujuan agar air yang masuk bukaan tambang dapat terkumpul untuk kemudian
dipompa ke luar bukaan tambang. Sebelum dialirkan ke sungai, air tambang terlebih
dahulu diendapkan di kolam pengendapan sehingga partikel-partikel padatan yang
terbawa bersama air tambang dapat terendapkan. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekeruhan dan pendangkalan di sungai. Daerah penambangan yang
letaknya lebih tinggi dibandingkan dengan kolam pengendapan akan memudahkan
air untuk mengalir dengan sendirinya.

48

5.2 Daerah Tangkapan Hujan


Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan peta topografi lokasi
penelitian. Daerah tangkapan hujan ini dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit
yang diperkirakan akan mengumpulkan air hujan. Setelah daerah tangkapan hujan
ditentukan, dapat diketahui luas dari daerah tangkapan hujan tersebut. Cara untuk
menentukan luas daerah tangkapan hujan adalah dengan menarik garis dari titik-titik
tertinggi disekeliling bukaan tambang membentuk poligon tertutup. Luas daerah
tangkapan hujan pada penelitian ini dicari dengan menggunakan program Autocad
(Tabel 5.1).

Tahun

Bulan

2006

Tabel 5.1
Luas Daerah Tangkapan Hujan

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei

Luas Bukaan
Tambang (Km)
0.021
0.021
0.021
0.021
0.021

Luas DTH 1
(Km)
0.023
0.023
0.023
0.023
0.023

Luas DTH 2
(Km)
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03

5.3 Debit Air Tambang


Melihat besarnya curah hujan di Pit 2 Taluk II, harus diupayakan
pengendalian

air

tambang

yang

diharapkan

mampu

mendukung

operasi

penambangan yang sedang berjalan. Debit air yang masuk ke lokasi penambangan
tidak boleh melebihi kapasitas dari saluran penyaliran yang akan dibuat, agar tidak
memunculkan permasalahan baru.
Besarnya air yang masuk bukaan tambang adalah jumlah air limpasan yang
masuk bukaan tambang (Tabel 4.3) ditambah dengan jumlah air hujan yang langsung
masuk bukaan tambang (Tabel 4.4). Debit air yang masuk bukaan tambang adalah
3119,87 m/jam (Tabel 5.2).

Tabel 5.2

49

Tahun

Bulan

2006

Debit Air Tambang

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei

Debit air hujan


(m/jam)
3119.7000
3119.7000
3119.7000
3119.7000
3119.7000

debit air
limpasan (m/jam)
0.173
0.173
0.173
0.173
0.173

Total air tambang


(m/jam)
3119.87
3119.87
3119.87
3119.87
3119.87

Total air tambang


(m/dtk)
0.87
0.87
0.87
0.87
0.87

5.4 Dimensi Saluran Terbuka dan Gorong-gorong


5.4.1

Dimensi Saluran Terbuka


Dimensi saluran terbuka dibuat untuk mengalirkan air limpasan tiap daerah

tangkapan hujan. Akan dibuat 2 (dua) saluran terbuka di Pit 2 Taluk II, untuk saluran
terbuka I dibuat pada sisi-sisi jalan tambang. Sedangkan saluran terbuka II dibuat di
sebelah Barat sampai Utara Pit 2 Taluk II, yang digunakan untuk mengalirkan air
tambang menuju sungai.
a. Saluran Terbuka I
Saluran terbuka I, berfungsi untuk mengalirkan air limpasan menuju sumuran
memiliki dimensi sebagai berikut (Lampiran E):
Kemiringan dinding saluran terbuka ()

= 60 o

Kedalaman saluran terbuka (d)

= 0,40 meter

Lebar dari dasar saluran terbuka (b)

= 0,25 meter

Lebar atas dari saluran terbuka (t)

= 0,65 meter

Kedalaman air (h)

= 0,20 meter

Tinggi jagaan saluran terbuka (l)

= 0,20 meter

Kemiringan dasar saluran terbuka (S)

=1%

50

Gambar 5.1
Penampang Saluran Terbuka I
b. Saluran terbuka II
Saluran terbuka II, berfungsi untuk mengalirkan air tambang dari kolam
pengendapan menuju sungai, memiliki dimensi sebagai berikut (Lampiran E):
Kemiringan dinding saluran terbuka ()

= 60 o

Kedalaman saluran terbuka (d)

= 0,70 meter

Lebar dari dasar saluran terbuka (b)

= 0,40 meter

Lebar atas dari saluran terbuka (t)

= 1,50 meter

Kedalaman air (h)

= 0,35 meter

Tinggi jagaan saluran terbuka (l)

= 0,35 meter

Kemiringan dasar saluran terbuka (S)

=1%

Gambar 5.2
Penampang Saluran Terbuka II

51

Tabel 5.3
Ukuran Saluran Terbuka
Saluran
terbuka
ST I
ST II
5.4.2

Debit air
(Q)

Koefisien Kemiringan
Manning
Saluran
(n)
(S)
0,00005
0,03
0,01
0,589
0,03
0,01

Dimensi Saluran Terbuka


d
b
t
h
A
(m)
(m)
(m)
(m)
(m2)
0,40 0,25 0,65 0,20
0,16
0,70 0,40 1,50 0,35
0,55

Gorong-gorong
Diperlukan pembuatan gorong-gorong untuk saluran terbuka I dengan

diameter 0,60 meter. Sedangkan untuk saluran terbuka II yang berfungsi mengalirkan
air menuju sungai memiliki diameter 1,3 meter, gorong-gorong ini direncanakan
terbuat dari besi.
5.5 Penentuan Letak dan Dimensi Sumuran (Sump)
Sumuran berfungsi untuk menampung air tambang agar tidak menggenangi
lantai bukaan tambang selama dilakukan pemompaan. Pembuatan sumuran harus
memperhatikan debit air tambang, sehingga sumuran tersebut dapat berfungsi dengan
baik.
5.5.1

Penentuan Letak Sumuran


Sumuran harus lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga air mudah untuk

mengalir menuju sumuran. Pada prinsipnya sumuran diletakkan jauh dari aktifitas
penggalian, jenjang di sekitarnya tidak mudah longsor, dekat dengan kolam
pengendapan, dan mudah untuk dibersihkan. Sumuran pada daerah penelitian
diletakkan di bagian Selatan bukaan tambang dan berada pada lantai dasar
penambangan.
5.5.2

Dimensi Sumuran Tambang


Dimensi sumuran tambang tergantung dari pada kuantitas air limpasan,

kapasitas pompa, waktu pemompaan, kondisi lapangan seperti kondisi penggalian


terutama pada lantai tambang dan lapisan batubara serta jenis tanah atau batuan pada
bukaan tambang. Dimensi dari sumuran yang akan dibuat berukuran panjang 9
meter, lebar 7 meter, kedalaman 4 meter (Lampiran F).

52

5.6 Perhitungan Pompa Sentrifugal Multiflo MFV-190


5.6.1 Julang Total Pompa
Tempat pembuangan air berada pada ketinggian 25 meter di atas permukaan
air laut, sehingga julang statis adalah 47 meter. Pompa yang akan digunakan adalah
pompa sentrifugal Multiflo MFV-190. Berdasarkan spesifikasi pompa diketahui
bahwa debit maksimal pompa adalah 396 m3/jam, dengan julang total maksimum 60
meter. Dari hasil perhitungan Julang Total dengan debit pemompaan 180 m3/jam
(Tabel 5.4), didapat:
a. Julang statis

= 47 meter

b. Julang gesekan

= 1,67 meter

c. Julang katup isap = 0,5811 meter


d. Julang belokan

= 0,0308 meter

e. Julang kecepatan = 0,3158 meter


Sehingga Julang total adalah 49,6 meter (Lampiran G).
Tabel 5.4
Perhitungan Julang Total Pompa Multiflo MFV-190
Debit
(m/jam)
90
180
240
290

Kecepatan
(m/detik)
4478.50
8957.01
11942.68
14430.73

hf gesekan
(m)
0.42
1.67
2.97
4.34

hf kecepatan
(m)
0.0790
0.3158
0.5615
0.8198

hf katup isap
(m)
0.1453
0.5811
1.0331
1.5085

hf belokan
(m)
0.0077
0.0308
0.0548
0.0801

Gambar 5.3
Penampang Sistem Penyaliran Tambang

hf statis
(m)
47
47
47
47

Total
(m)
47.65
49.60
51.62
53.74

53

5.6.2 Perhitungan Waktu Pompa


Pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal Multiflo MFV-190 memiliki
julang total (total head) maksimum 60 m, sehingga mampu untuk mengatasi julang
total yang ada yaitu sebesar 49,6 m. Debit air pemompaan harus dapat mengatasi
jumlah air tambang yang ada agar tidak terjadi genangan dalam jangka waktu yang
lama (waktu yang diijinkan 12 jam).
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah air tambang yang harus dikeluarkan
(tabel 5.4). Waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air tambang kurang dari 12
jam, oleh karena itu perlu hanya perlu satu pompa saja. Di bawah ini adalah jumlah
kebutuhan pompa setiap bulannya (Tabel 5.5).
Tabel 5.5
Perhitungan Pompa Sentrifugal Multiflo MFV-190

2006

Tahun

Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei

Debit limpasan
(m/jam)
3119.87
3119.87
3119.87
3119.87
3119.87

Volume
pompa (m)
290

kebutuhan
pompa
1
1
1
1
1

waktu
pemompaan
10.76
10.76
10.76
10.76
10.76

Berdasarkan perbandingan antara pompa sentrifugal Niagara GTO-6-1 (Bab


IV) dengan pompa sentrifugal Multiflo MFV-190, dapat disimpulkan bahwa pompa
sentrifugal Niagara GTO-6-1 membutuhkan waktu 62,4 jam sedangkan Pompa
sentrifugal Multiflo MFV-190 membutuhkan waktu 10,8 jam untuk mengeluarkan air
tambang dengan debit 3119,87 m3/jam. Artinya perlu dilakukan pergantian pompa
sehingga penggalian endapan batubara serta aktivitas pemuatan dan pengangkutan
batubara tidak terganggu oleh air tambang yang membanjiri lantai bukaan tambang.
5.7 Pembuatan Kolam Pengendapan

54

Pembuatan kolam pengendapan berfungsi sebagai tempat menampung air


tambang sekaligus untuk mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut bersama
air tambang tersebut. Kolam pengendapan dibuat pada daerah terendah dari suatu
daerah penambangan, sehingga air akan masuk ke kolam pengendapan secara alami,
dan selanjutnya dialirkan ke sungai melalui saluran pembuangan.
Rancangan

kolam

pengendapan

untuk

penyaliran

tambang

harus

mempertimbangkan ukuran dan bentuknya. Sebelum menentukan ukuran kolam


pengendapan, terlebih dahulu harus diketahui persen (%) padatan dan persen (%) air
yang terkandung dalam lumpur penambangan.
5.7.1

Bentuk Kolam Pengendapan


Dalam perencanaan ini bentuk kolam pengendapan yang akan dibuat

berbentuk segi empat dan berkelok-kelok. Kolam pengendapan dibuat berkelokkelok supaya kecepatan air dan material yang masuk dapat diperkecil. Dengan
kecepatan aliran yang kecil maka waktu yang dibutuhkan oleh air dan material untuk
keluar dari kolam pengendapan semakin lama, sehingga material mempunyai waktu
yang cukup untuk mengendap.
5.7.2

Letak Kolam Pengendapan


Untuk menentukan letak kolam pengendapan harus memperhatikan syarat-

syarat sebagai berikut :


a. Daerah sudah tidak ditambang.
b. Tidak menggangu kegiatan penambangan.
c. Terdapat pada daerah yang rendah.
Untuk mencegah terjadinya luapan air di kolam pengendapan, maka kapasitas
kolam harus disesuaikan dengan kapsitas maksimum dari pompa Sentrifugal Multiflo
MFV-190 yaitu 396 m/jam. Dengan memperhatikan beberapa syarat diatas, letak
kolam pengendapan adalah di sebelah Timur Pit 2 Taluk II.
5.7.3

Prosentase Pengendapan
Prosentase pengendapan diperoleh dari perbandingan antara waktu yang

dibutuhkan oleh air untuk keluar dari kolam pengendapan dengan waktu yang
dibutuhkan oleh padatan untuk mengendap ditambah waktu yang dibutuhkan air
keluar dari kolam pengendapan.

55

Sebelum melakukan perhitungan prosentase pengendapan, terlebih dahulu


menentukan volume air maupun volume padatan yang masuk kolam pengendapan,
dan diperoleh volume padatan sebesar 0,009 m3/detik dan volume air sebesar 0,446
m3/detik. Dengan menggunakan persamaan Stoke, diperoleh kecepatan pengendapan
sebesar 0,0042 m/detik (Lampiran H).
Dari total volume padatan 0,455 m3/detik, yang berhasil diendapkan 70,79 %.
Jadi dalam sehari, kolam pengendapan mampu mengendapkan padatan sebesar
560,66 m3/hari (Lampiran H).
5.7.4

Dimensi Kolam Pengendapan


Dimensi kolam pengendapan ditentukan berdasarkan kapasitas maksimum

dari

pompa

Sentrifugal

Multiflo

MFV-190

yaitu

396

m/jam

dengan

mempertimbangkan kadar lumpur yang terbawa oleh air dan juga alat mekanis yang
digunakan.
Berdasarkan analisis lumpur yang ada dilokasi penambangan, diperoleh kadar
air sebesar 95,2 %, dan kadar padatan sebesar 4,8 %. Sedangkan untuk jangkauan
gali excavator back hoe PC 200, horizontal sejauh 9 m dan vertikal setinggi 5 m.
Setelah dilakukan perhitungan seperti pada Lampiran H, diperoleh dimensi
kolam pengendapan sebagai berikut :
Luas Kolam

= 270 m2

Panjang Kolam

= 30 m

Lebar Kolam

=9m

Kedalaman Kolam

=4m

Volume Kolam

= 1080 m3

5.7.5

Upaya Perawatan Kolam Pengendapan


Untuk menjaga supaya kolam pengendapan tetap berfungsi sebagaimana

mestinya, maka perlu dilakukan perawatan secara teratur yaitu dengan melakukan
pengerukan terhadap kolam pengendapan. Material yang terlarut dalam air tidak
semuanya akan mengendap. Padatan yang berhasil diendapkan hanya 70,79 % dari
total padatan sebesar 0,455 m3/detik yang masuk ke kolam. Dengan membandingkan
volume kolam dengan volume total padatan yang berhasil diendapkan, diperoleh
waktu pengerukan 2 hari sekali (Lampiran H). Pekerjaan pengerukan ini

56

menggunakan alat excavator back hoe Komatsu PC 200, sama seperti yang
digunakan dalam pembuatan kolam pengendapan.

Anda mungkin juga menyukai