Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN AKUNTANSI BIAYA

Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisa terhadap
biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa. Biaya didefinisikan
sebagai waktu dan sumber daya yang dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan mata uang. Penggunaan kata
beban adalah pada saat biaya sudah habis terpakai. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya menurut beberapa pakar:
1.
Menurut
Schaum
Pengertian dari Akuntansi biaya: adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan
barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan
pendapatan.
1.
Menurut
Carter
dan
Usry
Pengertian dari Akuntansi Biaya: Penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan
kualitas
dan
efisiensi,
serta
pembuatan
keputusan
yang
bersifat
rutin
maupun
strategis.

Pendekatan akuntansi biaya

Ada tiga pendekatan yang biasa dilakukan untuk akuntansi biaya, yaitu biaya standar (standard costing), biaya berdasarkan
kegiatan
(activity-based
costing),
dan
biaya
berdasarkan
hasil
(throughput
accounting).

Revolusi dalam akuntansi biaya

Akuntansi biaya telah mengalami perubahan yang dramatis, dimana perkembangan sistem komputer hampir menghapuskan
pembukuan secara manual. Akuntansi biaya kini telah menjadi kebutuhan nyata dalam semua organisasi termasuk bank,
organisasi profesional, serta lembaga pemerintah. Dewasa ini telah banyak perusahaan yang memasang metode pabrikasi
produk, perdagangan produk, atau pemberian jasa dengan bantuan komputer. Adanya teknologi ini telah sangat memberikan
dampak
terhadap
akuntansi
biaya.

Pengajaran dalam akuntansi biaya

Banyak bahan pelajaran yang diajarkan dalam akuntansi biaya, dimana kesemuanya selalu berkaitan dengan biaya-biaya yang
mungkin timbul dalam proses produksi. Pembelajaran yang dilakukan dalam akuntansi biaya antara lain mengenai penentuan
harga pokok produk: bersama dan sampingan, harga pokok proses, pembiayaan: biaya variabel dan biaya tetap, biaya overhead
pabrik, departementalasi biaya overhead, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja: langsung dan tidak langsung, pengendalian biaya,
serta
analisis
biaya
pemasaran.

Manfaat akuntansi biaya

Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat bagi manajemen untuk memonitor dan merekam
transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Manfaat biaya adalah
menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya, yaitu untuk perencanaan
dan pengendalian laba; penentuan harga pokok produk dan jasa; serta bagi pengambilan keputusan oleh manajemen.

Keterbatasan dalam sistem akuntansi biaya

Dalam akuntansi biaya juga terdapat beberapa kekurangan yang menyertainya, terutama dalam sistem akuntansi biaya yang telah
ketinggalan zaman. Gejala-gejala dari sistem biaya yang ketinggalan zaman diantaranya ialah hasil dari penawaran sulit
dijelaskan, harga pesaing nampak lebih rendah sehingga kelihatan tidak masuk akal, produk-produk yang sulit diproduksi
menunjukkan laba yang tinggi, manajer operasional berkeinginan menghentikan produk-produk yang kelihatan menguntungkan,
marjin laba sulit dijelaskan, pelanggan tidak mengeluh atas biaya naiknya harga, departemen akuntansi menghabiskan banyak
waktu hanya untuk memberi data biaya bagi proyek khusus, dan biaya produk berubah karena adanya perubahan peratauran
pelaporan.

KONSEP OBJEK BIAYA


Sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya kepada entitas yang disebut objek biaya
Objek biaya : produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitasdan sebagainya, di mana biaya diukur dan dibebankan
Aktivitas:
unit
dasar
kerja
yang
dilakukan
dalam
sebuah
organisasi

KLASIFIKASI BIAYA BERDASAR FUNGSI POKOK PERUSAHAAN

Perusahaan
1.

Manufaktur:
BIAYA

Bahan Langsung

PRODUKSI

Tenaga kerja langsung


Biaya Overhead Pabrik

2.

BIAYA

NON

PRODUKSI:

Biaya Penjualan dan marketing


Biaya administrasi

KLASIFIKASI BIAYA

Berdasarkan
1.BIAYA
Semua
Dalam
Karena

konsep

Akuntansi

Keuangan

(Konsep

biaya
yang
terkait
dengan
pemerolehan
atau
pembuatan
suatu
perusahaan
manufaktur
maka
biaya
produk
meliputi:
Bahan
Langsung,
TKL,
biaya
produk
ditentukan
dalam
persediaan,
maka
disebut
juga
Inventoriable

Akrual)
PRODUK
produk
BOP
Cost

2.BIAYA
PERIODIK
Semua biaya yang tidak termasuk dalam biaya produk. Biaya ini adalah beban dalam laporan laba rugi dalam periode dimana biaya tersebut
terjadi. Yang termasuk biaya periodik dalam produk manufaktur meliputi: Beban penjualan dan biaya administrasi

Klasifikasi Biaya Secara Umum


Akuntansi biaya menghasilkan biaya untuk memenuhi pencapaian tujuan antara lain penentuan harga pokok, perencanaan dan
pengendalian biaya serta pengambilan keputusan, maka dari itu penyajian biaya diklasifikasikan dengan tepat sangat diperlukan agar data
yang dihasilkan akurat sebab informasi tersebut diperlukan untuk tindak lanjut dalam melaksanakan kegitan perusahaan dalam
mengevaluasi
serta
melakukan
perbaikan
dimasa
yang
akan
datang.
Pada akuntansi biaya, umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang akan dicapai dengan penggolongan
tersebut, karena pada akuntansi biaya dikenal konsep different costs for different purposes, yang artinya biaya yang berbeda digunakan
untuk kepentingan yang berbeda pula. Pada dasarnya klasifikasi biaya adalah preses pengelompokan biaya atas keseluruhan elemen biaya
secara sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih rinci yang bertujuan memberikan informasi biaya yang lebih lengkap bagi
manajemen dalam mengelola perusahaan.

Peranan Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan
efisiensi, serta membuat baik keputusan rutin maupun keputusan strategik. Dalam hal ini, pengumpulan, penyajian, dan
analisis informasi dalam kaitannya dengan biaya dan manfaat sangat membantu manajemen dalam melaksanakan tugas-tugas berikut :
1. Menyusun dan melaksanakan rencana serta anggaran operasi dalam kondisi yang ekonomis dan bersaing.
2. Menetapkan metode kalkulasi biaya yang menjamin adanya pengendalian, pengurangan biaya, dan perbaikan mutu.
3. Mengendalikan jumlah persediaan secara fisis, dan menentukan biaya dari masing-masing barang dan jasa yang diproduksi untuk tujuan
penentuan harga dan mengevaluasi prestasi suatu produk, departemen atau divisi.
4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk suatu periode akuntansi.

1.
2.
3.

1.

METODE HARGA POKOK PROSES


KARAKTERISTIK METODE HARGA POKOK PROSES
Karakter produksinya sbb:
Produk yg dihasilkan merupakan produk standar
Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu
PERBEDAAN METODE HARGA POKOK PROSES DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN
pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulka biaya
produksi per departemen produksi per periode akuntansi

2.

3.

4.

perhitungan harga pokok produksi per satuan


metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk
pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat
pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total
biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi ( biasanya akhir bulan)
penggolongan biaya produksi
dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasar biaya sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung
dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka. Didalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk
( seperti perusahaan semen, pupuk, bumbu masak). Karena harga pokok persatuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam
metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka. Di dalam metode harga pokok proses,
biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja ( baik yang langsung
maupun yang tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi
selama periode akuntansi tertentu.

1.
2.
3.
4.

Manfaat informasi harga pokok produksi


Menentukan harga jual produk
Memantau realisasi biaya produksi
Menghitung laba atau rugi periodic
Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca

a.
b.
c.

METODE HARGA POKOK PROSES- TANPA MEMPERHITUNGKAN PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL
VARIASI CONTOH PENGGUNAAN METODE HARGA POKOK PROSES YANG DIURAIKAN DALAM BAB INI MENCAKUP:
metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya dioleh hanya melalui satu departemen produksi
metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi
pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan:
produk hilang pada awal proses
proiduk hilang pada akhir proses
METODE HARGA POKOK PROSES PRODUK DIOLAH MELALUI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI
Contoh 1.
PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi. Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan
Januari 19x1 disajikan dalam gambar 3.1
Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik

Rp 5.000.000
Rp 7.500.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000

Total biaya produksi

Rp 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah :


Produk jadi
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut: Biaya bahan
baku : 100 %;biaya bahan penolong 100 %, biaya tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %.
Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 19x1
Masuk ke dalam proses: 2.500 kg

Produk jadi : 2000 kg


Produk dalam proses akhir 500 kg

2.000 kg
500 kg

Perhitungan harga pokok produksi per satuan


Unsure biaya produksi

Total biaya

Unit ekuivalensi

(1)

(2)

(3)

Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik

Rp 5.000.000
Rp 7.500.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000
39.875.000

Biaya produksi per satuan


(2);(3)
2.500
2.500
2.250
2.150

Rp 2.000
3.000
5.000
7.500
17.500

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses
Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500

Rp 35.000.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses


Biaya bahan baku : 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
Biaya bahan penolong 100 % x 500 x Rp 3.000= Rp 1.500.000
Biaya tenaga kerja 50 % x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000
Biaya overhead pabrik 30 % x 500 x rp 7.500= Rp 1.125.000

Rp 4.875.000

Jumlah biaya produksi bulan januari 19x1

Rp 39.875.000

Jurnal pencatatan biaya produksi


jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses- biaya bahan baku
Persediaan bahan baku

Rp 5.000.000
Rp 5.000.000

Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong


Barang dalam proses- biaya bahan penolong
Persediaan bahan penolong

Rp 7.500.000
Rp 7.500.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja
Gaji dan upah

Rp 11.250.000
Rp 11.250.000

JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik
Berbagai rekening yang dikredit

Rp 16.125.000
Rp 16.125.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi
Rp 35.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku
Rp 4.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan penolong
Rp 6.000.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja
Rp 10.000.000
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik
Rp 15.000.000

Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai dioleh pada akhir bulan januari 19 x1
Persediaan produk dalam proses
Barang dalam proses biaya bahan baku
Barang dalam proses biaya bahan penolong
Barang dalam proses- Biaya tenaga kerja
Barang dalam proses biaya overhead pabrik

a.

Rp 4.875.000
Rp 1.000.000
Rp 1.500.000
Rp 1.250.000
Rp 1.125.000

METODE HARGA POKOK PROSES PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah merupakan
perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk
jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok
produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya

b.

biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama


Contoh2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya
produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan Januari 19x1
Departemen A

Departemen B

Produk yang dimasukkan dalam proses

35.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B

30.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke gudang

24.000 kg

Produk dalam proses akhir bulan


Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik

5.000 kg

6.000 kg

Rp 70.000
Rp 155.000
Rp 248.000

Rp 0
Rp 270.000
Rp 405.000

100%
20%

50%

Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses


akhir
Biaya bahan baku
Biaya konversi

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A


Unsur biaya produksi
Bahan baku
Tenaga kerja
Overbead pabrik

Total biaya

Unit ekuivalensi

Rp 70.000
155.000
248.000

Total

Biaya produksi per kg

35.000
31.000
31.000

Rp 173.000

Rp 2
5
8
Rp 15

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A
Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15

Rp 450.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses


Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000
Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000

Rp 23.000

Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1

Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A


Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A
Persediaan bahan baku

Rp 70.000
Rp 70.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A
Gaji dan upah

Rp 155.000
Rp 155.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A
Berbagai rekening yang di kredit

Rp 248.000
Rp 248.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke departemen B:
Barang dalam proses biaya bahan baku departemen B
Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A
Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A
Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A
Rp 240.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan
januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen A
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A

Rp 23.000
Rp 10.000
Rp 5.000
Rp 8.000

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B


Unsur biaya produksi

Total biaya

Tenaga kerja
Overbead pabrik

Unit ekuivalensi
270.000
405.000

Total

Biaya produksi per kg

27.000
27.000

Rp 675.000

10
15
Rp 25

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B
Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke gudang
Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25

Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang


24.000 x Rp 40

Rp 360.000
600.000
960.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir


Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000

90.000

Rp 75.000

Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B

165.000

Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 19x1

Rp 1.125.000

jurnal pencatatan biaya produksi departemen B


Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :
Barang dalam proses biaya bahan baku departemen B
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A

Rp 450.000
Rp 60.000
Rp 150.000
Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B
Gaji dan upah

Rp 270.000
Rp 270.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B
Berbagai rekening yang di kredit

Rp 405.000
Rp 405.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke gudang
Persediaan produk jadi
Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B
Rp 360.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B
Rp 240.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B
Rp 360.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan
januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen B
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B

Rp 165.000
Rp 90.000
Rp 30.000
Rp 45.000

PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER
SATUAN
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan
Contoh3:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya
produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan Januari 19x1
Departemen A
Produk yang dimasukkan dalam proses

1.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B

700 kg

Produk selesai yang ditransfer ke gudang

Departemen B

400 kg

Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat


penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi
40 %
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %

200 kg

Produk yang hilang pada awal proses

100 kg

100 kg
200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1


Departemen A
Biaya bahan baku

Departemen B

Rp 22.500

Rp

Biaya bahan penolong

26.100

16.100

Biaya tenaga kerja

35.100

22.500

Biaya overhead pabrik

45.800

24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jenis
biaya

Jumlah produk yang


dihasilkan
oleh
departemn A ( unit
ekuivalensi)

Biaya
produksi
Departemen
A

Biaya
per
kg produk
yang
dihasilkan
oleh
departemen
A

Biaya

700 kg + 100 % x

Rp 22.500

Rp 25

bahan
baku

200 kg = 900 kg

Biaya
bahan
penolong

700 kg + 100 % x
200 kg = 900 kg

26.100

29

Biaya
tenaga
kerja

700
+
40%x200kg=780kg

35.100

45

Biaya
overhead
pabrik

700
+
40%x200kg=780kg

46.800

60

Rp 130.500

Rp 159

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 159

Rp 111.300

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku
200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja
200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800

Rp 19.200

Jumlah biaya produksi Departemen A

Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A
Rp 111.300 : 700

Rp 159,00

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A setelah adanya produk yang
hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)

Rp 222.60

Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A

Rp 63.60

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1


Jenis biaya

Jumlah
produk
yang
dihasilkan oleh departemen B
( unit ekuivalensi)

Jumlah
biaya
produksi
ditambahkan di departemen B

yang

Biaya per kg
ditambahkan
Departemen B

Biaya bahan penolong

400 kg + 60 % x 100 kg = 460


kg

Rp 16.100

Rp 35

Biaya tenaga kerja

400 kg + 50 %x 100 kg = 450


kg

Rp 22.500

Rp 50

Biaya overhead pabrik

400 kg + 50 %x 100 kg = 450

Rp 24.750

Rp 55

yang

kg
Rp 63.350

Rp 140

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 362.60

Rp 145.040

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750

Rp 29.610

Jumlah kumulatif dalam departemen B

Rp 174.650

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan
Contoh:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya
produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan Januari 19x1
Departemen A
Produk yang dimasukkan dalam proses

1.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B

700 kg

Produk selesai yang ditransfer ke gudang

Departemen B

400 kg

Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat


penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi
40 %
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %

200 kg

Produk yang hilang pada akhir proses

100 kg

100 kg
200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1


Departemen A
Biaya bahan baku

Departemen B

Rp 22.500

Rp

Biaya bahan penolong

26.100

16.100

Biaya tenaga kerja

35.100

22.500

Biaya overhead pabrik

45.800

24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jenis biaya

Jumlah produk yang


dihasilkan
oleh
departemn A ( unit
ekuivalensi)

Biaya
produksi
Departemen
A

Biaya per kg
produk yang
dihasilkan
oleh
departemen
A

Biaya
bahan
baku

700 kg + 100 % x
200 kg + 100 kg=
1000 kg

Rp 22.500

Rp 22.5

Biaya

700 kg + 100 % x

26.100

26.10

bahan
penolong

200 kg+ 100 kg =


1000 kg

Biaya
tenaga
kerja

700 + 40%x200kg +
100 kg = 880kg

35.100

39.89

Biaya
overhead
pabrik

700 + 40%x200kg+
100 kg = 880kg

46.800

53.18

Rp 130.500

Rp141.67

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 141.67

Rp 99.169

Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang hilang pada akhir proses 100 xRp
141,67

14.167,00

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 700 x Rp 161,91
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku
200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220
Biaya tenaga kerja
200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4

113.334,40

Rp 17.165.60

Jumlah biaya produksi Departemen A

Rp 130.500,00

Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen produksi pertama
Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya

Biaya
penolong

Jumlah produk yang dihasilkan Jumlah


oleh departemen B ( unit biaya
ekuivalensi)
produksi
yang
ditambahka
n
di
departemen
B
bahan 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg
= 660 kg

Rp 16.100

Rp 24.39

400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg


= 650 kg

Rp 22.500

Rp 34.62

overhead 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg

Rp 24.750

Rp 38.08

Biaya tenaga kerja


Biaya

Biaya per kg
yang
ditambahkan di
Departemen B

pabrik

= 650 kg
Rp 63.350

Rp 97.09

Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 161.91
Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161.91+Rp 97.09
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 400 x Rp 388.5
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya tenaga kerja
100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904
Jumlah biaya produksi Departemen B

Rp 64.764,00
38.836,00
51.800,00
155.400,00

Rp 21.289.40
Rp 176.689.40

Anda mungkin juga menyukai