Anda di halaman 1dari 14

Bab I

Latar Belakang

A. Pendahuluan
Salah satu titik awal kelahiran ilmu ekonomi makro adalah adanya permasalahan
ekonomi jangka pendek yang tidak dapat diatasi oleh teori ekonomi klasik. Masalah jangka
pendek ekonomi tersebut yaitu inflasi, pengangguran dan neraca pembayaran. Munculnya
ekonomi makro dimulai dengan terjadinya depresi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1929.
Depresi merupakan salah satu malapetaka yang terjadi dalam ekonomi dimana kegiatan
produksi terhenti akibat adanya inflasi yang tinggi dan pada saat yang sama terjadi
pengangguran yang tinggi pula.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Inflasi ?
2. Apa Indikator Inflasi ?
3. Apa Jenis-jenis Inflasi ?
4. Apa Penyebab Inflasi ?
5. Apa Teori Inflasi ?
6. Bagaimana Perhitungan/Pengukuran Tingat Inflasi ?
7. Apa Dampak Inflasi ?
8. Bagaimana Mengatasi Inflasi ?
9. Apa Hubungan antara Inflasi dan Pengangguran menggunakan Kurva Philips ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa Pengertian Definisi Inflasi ?
2. Mengetahui Apa Indikator Inflasi ?
3. Mengetahui Jenis-jenis Inflasi ?
4. Mengetahui Penyebab Inflasi ?
5. Mengetahui Teori Inflasi ?
6. Mengetahui Bagaimana Perhitungan/Pengukuran Tingat Inflasi ?
7. Mengetahui Dampak Inflasi ?
8. Mengetahui Bagaimana Mengatasi Inflasi ?
9. Mengetahui Hubungan antara Inflasi dan Pengangguran menggunakan Kurva Philips ?
1

BAB II
Pembahasan
A. Definisi Inflasi
Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukan kenaikan tingkat harga umum yang
berlangsung terus-menerus. Dari pengertian tersebut maka apabila terjadi kenaikan harga hanya
bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat
dikatakan inflasi. Semua negara didunia selalu menghadapi masalah inflasi ini. Oleh karena itu,
tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur
baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara.
Jika diperhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang dan jasa
kebutuhan kita harganya terus naik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai
barang, gejala ini merupakan inflasi. Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan
harga-harga barang jasa secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga yang sifat sementara
seperti momen hari raya(tidak terus menerus) dan kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada
barang lainnya. Misalnya kenaikan harag telur, sedang barang lain konstan, maka tidak dapat
disebut inflasi. Tetapi kenaikan harga minyak atau listrik dapat mengakibatkan harga-harga
barang lainnya menjadi naik. Kenaikan harga minyak dan listrik ini dapat dimasukan sebagai
pemicu inflasi.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga
umum barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai
macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut
tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus
selama satu periode tertentu. Biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukan sampai
dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi.
Terdapat tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadinya
inflasi:
1. Kenaikan harga
2. Bersifat umum
3. Berlangsung terus menerus
Tujuan jangka panjang pemerintahan adalah menjaga agar tingkat inflansi yang berlaku
berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama
kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk
diusahakan adalah mejaga agar tingkat inflasi tetap rendah.
Adakala tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu
peristiwa tertentu yang berlaku diluar ekspetasi pemerintah, misalnya efek dari pengangguran,
nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat brsar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi

masalah inflasi yang bertambah cepet ini pemerintahan akan menyusun langkah0langkah yang
bertujuan agar kestabilan harga-harag dapat diwujudkan kembali.

B. Indikator Inflasi
Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti:
1. Indeks harga konsumen (IHK) atau Consumers price index (CPI) / Indeks harga
produsen (IHP) Producers Price Index (PPI)
Indeks harga konsumen (IHK) atau Consumers price index (CPI) yaitu suatu indeks yang
digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah
barang bagi kebutuhan hidup. Indeks harga konsumen menunjukan pergerakan harga dari paket
barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45 kota,
di pasar tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang/jasa disetiap kota dan secara
keseluruhan terdiri dari 742 komoditas. Indeks harga konsumen mengukur inflasi berdasarkan
sekumpulan harga pada kebutuhan hidup konsumen yang paling banyak digunakan, dan
masing-masing item memiliki bobot. Indonesia menggunakan sembilan bahan pokok dalam
menghitung indeks harga konsumen. Nilai indeks harga konsumen digunakan sebagai indikator
patokan nilai inflasi.
Rumus : IHK = (Pn/Po)x100
Pn = Harga sekarang
Po = Harga pada tahun dasar
Contoh perhitungan indeks konsumen

IHK,2012 = (Pn/Po)x100
IHK,2012 = (495.000/300.000) x 100
IHK,2012 = 165

Indek Harga Konsumen tahun 2007 adalah 100, sedangkan pada tahun 2012 Indeks Harga
Konsumennya adalah 165. Harga telah meningkat sebesar 165 persen atau 1,65 kalinya dari
harga tahun 2007.
2. GDP/GNP deflator
Dalam ilmu ekonomi, GDP atau Produk domestik bruto (PDB) Deflator menunjukkan besarnya
perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa. jumlah
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah
suatu negara (domestik) selama satu tahun. PDB deflator, bersama dengan IHK, sering
digunakan untuk mengukur tingkat inflasi di suatu negara.
GNP Deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana
indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termaksud dalam hitungan GNP sehingga
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan indeks yang lain.

GDP Deflator :

GDP Nominal
GDP Rill

x 100%

GNP Deflator :

GNP Nominal
GNP Rill

x 100%

C. Jenis-jenis Inflasi
Ukuran parah tidaknya

Inflasi Ringan (dibawah 10% setahun)


Inflasi Sedang (antara 10% - 30% setahun)
Inflasi Berat (antara 30% - 100% setahun)
Inflasi Tak Terkendali (diatas 100% setahun)

Di indonesia pernah terjadi inflasi diatas 500% pada tahun 1966, pada masa sekarang
pemerintahaan menargetkan inflasi dibawah 10% , namun dampak inflasi bagi masyarakat
tidak semata mata ditentukan tingginya tingkat inflasi, namun juga kelompok barang yang
mengalami inflasi. Jika inflasi disebabkan oleh kelompok barang kebutuhan pokok, maka akan
berpengaruh besar pada masyarakat, sebaliknya jika hanya barang mewah yang mengalami
kenaikan, maka hanya berpengaruh pada sekelompok kecil masyarakat.
Menurut Samuelson dan Nordhaus mengkatagorikan inflasi menjadi tiga:
1. Low Inflation

Atau disebut juga inflasi satu digit, yaitu inflasi dibawah 10%, inflasi ini masih dianggap
normal. Dalam rentang inflasi ini, orang masih percaya pada uang dan masih mau megang
uang.
2. Galloping Inflation
Atau disebut juga double digit atau tripel digit inflation, yaitu inflasi antara 20% sampai 200%
pertahun. Inflasi seperti ini terjadi karena pemerintahaan yang lemah, perang, revolusi atau
kejadiaan lain yang menyebabkan barang tidak tersedia, sementara uang berlimpah, sehingga
orang tidak percaya pada uang.
3. Hyper inflation
Yaitu inflasi di atas 200% pertahun. Dalam keadaan seperti ini orang tidak percaya pada uang.
Lebih baik membelanjakan uang dan menyimpan dalam bentuk barang daripada menyimpan
uang. Karena kebanyakan barang sepeti emas, tanah, bangunan mengalami kenaikan harga
yang setara (bahkan bisa lebih tinggi) dari inflasi.

D. Penyebab Inflasi
Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi
biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut:
a. Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pasat.
Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya
menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.
Disamping dalam masa perekonomian berkembang pesat, inflasi penarikan permintaan juga
dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terus menerus. Dalam masa
seperti ini pemerintaahan berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai
kelebihan pengeluaran tersebut pemerintahaan terpaksa mencetak uang atau meminjam dari
banksentral. Pengeluaran pemerintahaan yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan
agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka
keadaan ini akan mewujudkan inflasi.
b. Inflasi desakan biaya
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika
tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan masih menghadapi permintaan
yang bertambah, mereka kan berusaha menaikan produksi dengan cara memberikan gaji dan
upah yang lebih tinggi kepada pekerjaannya dan mencari pekerjaan baru dengan tawaran
pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang
akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang. Pada tingkat kesempatan

kerja yang tinggi perusahaan-perusahaan sangat memerlukan tenaga kerja. Keadaan ini
cenderung akan menyebabkan kenaikan upah dan gaji karena:
1. Perusahaan-perusahaan akan berusaha akan mencegah perpindahan tenaga kerja dengan
menanikan upah dan gaji
2. Perusahaan untuk memperoleh pekerjaan tambahan akan berhasil apabila perusahaanperusahaan menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi.

c. Inflasi diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Inflasi ini
akan wujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan
yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan. Satu contoh yang nyata dalam hal ini
adalah efek kenaikan harga minyak dalam tahun 1970an kepada perekonomian negara-negara
barat dan negara-negara pengimpor minyak lainnya. Minyak penting artinya dalam produksi
barang industri. Maka kenaikan harga minyak tersebut menaikan biaya produksi, dan kenaikan
harga produksi mengakibatkan kenaikan harga. Kenaikan harga minyak yang sangat tinggi
tahun 1970an (yaitu dari US$3.00 pada tahun 1973 menjadi US412.00 pada tahun 1974 dan
menjadi US$30.00 pada tahun 1979) menyebabkan masalah stagflasi, yaitu inflasi ketika
pengangguran adalah tinggi, diberbagai negara.
Contoh lain dari stagflasi adalah keadaan dalam ekonomi Indonesia sesudah krisis ekonomi
di asia pada tahun 1997. Pada tahun berikutnya pendapatan Indonesia menurun sebesar 13%,
pengangguran mengalami kenaikan yang sangat nyata dan tingkat inflasi mencapai lebih dari
70%. Stagflasi ini berlaku sebagai akibat kemerosotan nilai uang Rupiah yang sangat besar dan
ketidakstabilan politik yang ditimbulkan oleh penurunan nilai mata uang yang drastis tersebut.
Dengan demikian stagflasi menggambarkan keadaan dimana kegiatan ekonomi semakin
menurun, pengangguran semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan harga
semakin bertambah cepat.

E. Teori Inflasi
Secara garis besar ada 3 kelompok teori inflasi yaitu:
1. Teori Kuantitas
Teori ini persamaan MV=PT. Menurut teori ini inflasi hanya bisa terjadi jika pertambahan
volume uang yang beredar (kartal maupun giral) tanpa diiringi oleh pasokan (suplai) barangbarang yang tersedia. Inflasi juga dapat terjadi oleh harapan ekspetasi psikologi masyarakat
mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.
Inti dari teori kuantitas:
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal
maupun giral.

Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh
harapan (ekspetasi) masyarakat mengenai kenaikan harga dimasa mendatang.

2. Terori Keynes
Menurut pemikiran Keynes, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas
kemampuan ekonomisnya dan permintaan masyarakat akan barang-barang melebihi jumlah
barang-barang yang tersedia, sehingga dari keadaan tersebut kemudian nantinya akan
menyebabkan permitaan masyarakat terhadap barang-barang akan melebihi jumlah barangbarang yang tersedia, akibatnya akan inflionary gap.
Keadaan keterbatasan jumlah persediaan barang ini terjadi karena dalam jangka pendek
kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan,
dengan kata lain, dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak mengalami peningkatan
secepat kenaikan permintaan yang terjadi.
3. Teori Struktural
Teori ini lebih menekan penyebab inflasi berasal dari struktur perekonomian yang tidak
mampu mengantisipasisecara cepat dan fleksibel atas perkembangan perekonomianyang
terutama terjadi di negara-negara berkembang. Negara berkembang biasanya hanya
menghasilkan hasil alam dan pertanian yang daya tukarnya tidak berkembang juga menghadapi
permasalahan kependudukan.
Dengan semakin banyak jumlah penduduk dan ditambah lagi dengan meningkat sector
industry akibat dari perkembangan ekonomi, akan membuat perpindahan penduduk dari sector
pertanian menuju sector indistri. Keadaan tersebut kemudianakan menyebabkan kenaikan
permintaan akan bahan makanan namun di satu sisi jumlah prosuksi akan bahan makanan
menurun sehingga akanmengakibatkan harga bahan makanan mengalami kenaikan. Dengan
meningkatnya harga bahan makanan akan menimbulkan tuntutan untuk menaikan tingkat upah
di sector industry dan selanjutnya akibat dari meningkatnya upah maka akan meningkatkan
pula biaya produksi yang nantinya akan mengakibatkan barang-barang industry juga akan
mengalami kenaikan.

F. Perhitungan/pengukuran Tingkat Inflasi


Indeks harga konsumen, IHK dan Inflasi Indonesia sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2011
ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah.

Pada akhir tahun 2010 indeks harga konsumen adalah 125,17 dan di akhir tahun 2011 indeks
harga konsumen naik menjadi 129,91. Maka tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2011.
Tingkat inflasi dalam tahun 2011adalah:
Tingkat Inflasi = {(126,46 126,29)/126,29} x 100%
Tingkat Inflasi = 3,787%
Pada akhir tahun 2011 harga-harga barang yang dikonsumsi oleh masyartakat telah mengalami
kenaikan sebesar 3,878% dari tahun 2010.

G. Dampak Inflasi
Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bersemangat untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu terjadi pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
tidak kondusif, orang menjadi tidak bersemangat untuk bekerja, menabung atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, para penerima pendapatan tetap
seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung
dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari
waktu ke waktu.
1. Efek Terhadap Masyarakat
Secara umum inflasi akan mengurangi daya beli seseorang apalagi bagi masyarakat yang
memiliki pendapatan tetap inflasi ini sangat merugikan. Inflasi juga menyebabkan orang
enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Bagi orang yang meminjam uang

kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang menimpa uang akan mengalami kerugian karena niali uang
pengembalian lebih lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi produsen,
inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan
produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan
naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan
untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara
waktu, bahkan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, bahkan bagi usaha kecil bisa
menyebabkan kerugian bahkan sampai gulung tikar.
2. Efek Terhadap Efisiensi
inflasi dapat mengubah pola alokasi faktor produksi. Perubahan harga barang konsumsi dan
harga barang faktor produksi akan mengubah pemakaian barang tersebut pada kegiatan
produksi dan konsumsi yang lebih yang lebih efisen.
3. Efek Terhadap Output
Inflasi bisadibarengi dengan kenaikan output, apabila kenaikan harga barang-barang
mendahului kenaikan biaya produksi sehingga menyebabkan keuntungan produsen dalam
jangka pendek, namun lebih banyak inflasi menurunkan output apabila laju inflasi cukup tinggi
menyebabkan daya beli menurun dan mengurangi daya serap output produksi.
4. Efek Terhadap Pendapatan
Apabila harga naik, maka daya beli masyarakat akan menurub, namun ada sekelompok
masyarakat yang mampu menaikkan daya belinya akibat kenaikan barang tersebut.
5. Bagi Perekonomian Nasional
1) Investasi berkurang
2) Mendorong tingkat bunga
3) Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif
4) Menimbulkan ketidakpastian keadaan masa yang akan dating
5) Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang
6) Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan
7) Menimbulkan deficit neraca pembayaran
8) Merosotnya tingkat kehidupaan dan kesejahteraan masyarakat
Table Dampak Positif Dan Negatif Inflasi
N
o
1
2

Dampak Positif

Dampak Negatif

Peredaran barang lebih cepat

Harga barang dan jasa naik

Produksi barang bertambah, karena


keuntugan bertambah

Nilai terhadap kepercayaan uang


menurun
9

Kesempatan kerja bertambah

Penimbunan tindakan spekulasi

Pendapatan nasional bertambah,


tetapi pebdapatan real berkurang
---

Banyak proyek pembangunan terlantar

Kesadaran menabung masyarakat


berkurang

H. Kebijakan Mengatasi Inflasi


Kebijakan Moneter
Tight Money Policy

Kebijakan Fiskal
Menaikan Pajak
Salah satu cara untuk merendam inflasi akibat
cosh push adaah dengan mengurangi agregat
demend, yaitu dengan menaikan pajak.

Kebijakan untuk mengurangi jumlah uang


beredar:
MV=PT
Dimana:
M= Money
V= Velositas Uang
P= Harga Harga Umum
T= Volume transaksi perdagangan
Menaikkan Suku Bunga SBI
Dengan menaikan suku bunga SBI maka akan
banyak bank swasta ingin memilikinya,
akhirnya bank umum itu akan menaikan suku
bunga deposito.

Menekan Pengeluaran Pemerintah


Anggaran pengeluaran untuk kegiatan
kepemerintahan di posikan sesuai dengan
kebutuhan dan disusun seefektif dan seefisien
mungkin.

Memperbaiki Nilai Tukar Mata Uang


Dengan melakukan intervensi terhadap mata
uang asing, maka nilai akan dapat diatur,
sehingga pada akhirnya akan mempermudah
ekspor dan mempermudah impor barangbarang material (input).

Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi


Dengan menggunakan deragulasi-deragulasi
dalam perizinan serta kemudahan dalam
pendistribusian harga barang menjadi turun
atau paling tidak tetap, sehingga perekonomian
tidak dalam keadaan inflasi.

I. Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran Kurva Philip

10

Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun dalam
jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat
inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.
Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal
menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai
ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik.
Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk
dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi
berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.
Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan indikasi awal
memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral
menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor
riil
Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat
inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik
buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara.
Hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran untuk jangka pendek dapat dijelaskan
dengan menggunakan Kurva Phillip yang dikemukakan oleh ekonom bernama A.W. Phillips.
Kurva ini digunakan oleh Phillips ketika melakukan pengamatan terhadap korelasi antara pengangguran
dengan upah dan inflasi di negara Inggris. Hubungan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran yang
merepresentasikan Kurva Phillips dapat dilihat pada gambar di bawah.

11

Gambar 1. Hubungan Tingkat Inflasi Dengan Tingkat Pengangguran

Dari Gambar 1 diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran memiliki hubungan yang
negatif. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran akan menjadi rendah. Atau sebaliknya,
penganggguran akan menjadi tinggi jika perekonomian suatu negara mengalami inflasi yang rendah.
Gambar 1 menunjukkan kurva Phillip untuk negara Amerika Serikat pada kurun waktu dari Januari
2008 sampai dengan Oktober 2009. Karena kedua variabel ekonomi ini memiliki hubungan yang
negatif, maka usaha untuk menurunkan tingkat inflasi , dapat menimbulkan peningkatan pengangguran.

12

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Dengan demikian, yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga
umum barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai
macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut
tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus
selama satu periode tertentu. Biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukan sampai
dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi.
Tujuan jangka panjang pemerintahan adalah menjaga agar tingkat inflansi yang berlaku
berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama
kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk
diusahakan adalah mejaga agar tingkat inflasi tetap rendah.

13

Daftar Pustaka
Mai, Chandra dan Fitri Amalia.2012.Teori Ekonomi Makro.Jakarta: Unindra Press
Sukirno, Sadono.2012.Makro Ekonomi Terori Pengantar.Jakarta: Rajawali Press
http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/indeks-harga-konsumen-dan-tingkat-inflasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Deflator_PDB
http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/pengaruh-inflasi-terhadap-pengangguran-kurvaphillips/

14

Anda mungkin juga menyukai