c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis.
PENATALAKSANAAN MEDIS.
a. Pemberian cairan.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
c. Obat-obatan.
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau
zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Diare pada Anak, Bagaimana Menanganinya ?
Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Diperkirakan, anak berumur di bawah lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya dan empat juta anak
meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malanutrisi. Kematian akibat diare umumnya disebabkan dehidrasi
(kehilangan cairan). Lebih kurang 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit tubuh
secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar.
Karena itu, penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare adalah mencegah dan mengatasi keadaan
dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun
parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang
menderita diare.
Oralit merupakan cairan rehidrasi oral (CRO) yang mengandung elektrolit (Na, K, CI, HC03) dan glukosa telah
terbukti dapat mengganti kehilangan cairan saluran secara efektif dan memberikan dehidrasi. Saat ini telah banyak
cairan rehidrasi oral di pasaran dengan berbagai nama.
Pengamatan klinis merupakan langkah awal yang penting dalam serangkaian penanganan diare pada anak, terutama
dalam hal penentuan derajat dehidrasi. Kita mengenal 3 status dehidrasi pada seorang anak yang mengalami diare,
yaitu: (1) tanpa dehidrasi, (2) dehidrasi ringan-sedang, dan (3) dehidrasi berat. Tetapi cairan yang diberikan pun
disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang ada.
Pada keadaan tanpa dehidrasi, secara klinis anak masih terlihat aktif dan buang air kecil masih berlangsung normal.
Pada keadaan ini tidak perlu membatasi pemberian makanan dan minuman termasuk susu formula. ASI diteruskan
pemberiannya.
Untuk mencegah dehidrasi dapat diberikan CRO sebanyak 5-10 cc/kg BB setiap buang air besar dengan tinja cair.
Pada bayi, oralit dapat diberikan dengan cara berselang-selang dengan cairan yang tidak mengandung kadar Na
seperti air putih atau ASI.
Rehidrasi dengan menggunakan clear fliud (air putih, cairan rumah tangga, sari buah, dsb) akan memberikan hasil
tidak optimal. Karena, kandungan natriumnya kurang. Sebaiknya, pemberian jus buah dan coal dapat memperbesar
keadaan diare, karena mengandung osmolaritas tinggi di samping kadar Na yang rendah.
Dehidrasi ringan-sedang
Pada keadaan dehidrasi ringan-sedang, anak terlihat gelisah, rewel, sangat haus, dan buang air kecil mulai
berkurang. Mata agak cekung, tidak ada air mata, turgor (kekenyalan kulit) menurun, dan mulut kering. Rehidrasi
dilaksanakan dengan memberikan CRO sebanyak 75ml/kg BB yang diberikan dalam 3-4 jam.
Apabila telah tercapai rehidrasi dapat segera diberikan makan dan minum, ASI diteruskan, pemberian CRO rumatan
(5-10 ml/kg BB) setiap buang air besar cair. Minuman, seperti cola, gingerale, aple juice, dan minuman olah raga
sports drink umumnya mengandung kadar Na yang rendah sehingga tidak dapat mengganti kehilangan elektrolit
yang telah terjadi.
Makanan tidak perlu dibatasi, karena meneruskan pemberian makanan (early feeding) akan mempercepat
penyembuhan. Bila disertai muntah, CRO dapat diberikan secara bertahap; 1 atau 2 sendok teh setiap 1 atau 2 menit
dengan peningkatan jumlah sesuai dengan kemajuan daya terima anak. Tindakan ini perlu di bawah pengawasan,
sehingga dapat dilaksanakan pada suatu ruang observasi yang dikenal dengan ruang Upaya Rehidrasi Oral atau
Ruang Rawat Sehari.
Pada akhir jam ke 3-4, pasien dapat dipulangkan untuk mendapat terapi rumatannya di rumah, atau tetap diobservasi
untuk mendapat terapi lebih lanjut bila dehidrasi masih berlangsung. Suatu hal yang paling penting sebelum
memulangkan pasien adalah orangtua harus paham betul dalam menyiapkan dan memberikan CRO dengan benar.
Seorang anak tidak boleh hanya diberikan CRO saja selama lebih dari 24 jam. Early feeding harus segera diberikan.
Makanan sehari-hari dapat dicapai secara bertahap dalam 24 jam. Memuaskan anak yang menderita diare hanya
akan memperpanjang durasi diarenya.
Dehidrasi berat
Pada dehidrasi berat, selain tanda klinis pada dehidrasi ringan-sedang, juga terlihat kesadaran anak menurun, lemas,
malas minum, mata sangat cekung, mulut sangat kering, pola napas yang sangat cepat dan dalam, denyut nadi cepat,
dan kekenyalan kulit sangat menurun. Pada keadaan ini, anak harus segera dirawat untuk mendapat terapi rehidrasi
parenteral (malalui infus).
Pemberian susu formula khusus pada bayi diare hanya pada kasus yang terindikasi. Pemberian susu yang
mengandung rendah atau bebas laktosa hanya diberikan kepada anak yang secara klinis jelas memperlihatkan gejala
intoleransi laktosa (tidak dapat mencerna laktosa yang terdapat di dalam susu).
Sebagian besar diare pada anak terutama pada bayi disebabkan oleh virus, karena itu antibiotik pada bayi dengan
diare hanya diberikan pada kasus tertentu saja. Pemberian obat antidine yang banyak beredar saat ini meskipun dari
beberapa laporan memperlihatkan hasil yang baik dalam hal lama dan frekuensi diare. Tetapi, hal ini belum
dimasukkan ke dalam rekomendasi penanganan diare pada anak. Secara singkat, pemahaman gejala dehidrasi dan
penanganan yang benar merupakan kunci keberhasilan terapi anak dengan diare.
A. Kalium
Kalium merupakan unsur yang amat penting untuk mempertahankan membran potensial
elektrik. Perubahan pada ion ini akan berdampak terutama pada kardiovaskular,
neuromuskular dan gastrointestinal.
1. Hipokalemia (Kalium <3,5 mEq /L[<3,5 mmol/L])
Hipokalemi terjadi akibat kehilangan K di ginjal ataupun di luar ginjal, perpindahan
transeluler, dan penurunan intake. Manifestasi klinik hipokalemi yang mengancam jiwa
berupa kelainan jantung, dan sistem neuromuskuler. Aritmia ( ventricular dan
supraventrikular, perlambatan konduksi, sinus bradikardi), EKG abnormal ( gelombang U, QT
yang panjang, gelombang T yang rata atau terbalik), kelemahan atau paralysis otot,
parestesia, ileus, kram abdominal, mual, dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan.
Penanganan hipokalemia ditujukan untuk memperbaiki kelainan yang mendasarinya serta
pemberian kalium. Penghentian pemberian obat pencetus (jika mungkin), koreksi
hipomagnesemia dan gangguan elektrolit yang lain, serta mengatasi alkalosis. Oleh karena
kalium merupakan ion utama intrasel, perkiraan deficit tidak dapat dihitung dari nilai serum.
Oleh karena itu, harus dititrasi pada saat pengecekan kembali kadarnya dalam serum. Jika
kadar kalium >3 mEq/l (3mmol/l) dan pasien asimtomatik, pemberian kalium dapat
dilakukan secara enteral (oral atau nasogatrik tube). Berikan KCl 20-40 mEq (20-40 mmol)
setiap 4-6 jam. Jika kalium <2-2,5 mEq/l (<2-2,5 mmol/l), (<3 mEq/l , 3mmol/l jika dengan
pengobatan digoksin), atau jika muncul gejala, berikan kalium iv. Jika terjadi aritmia atau
paralysis yang mengancam jiwa, berikan KCl 20-30 mEq/jam (20-30 mmol/jam) melalui
kateter vena sentral (masukkan secara perlahan 10 mEq(10 mmol) dalam 100 ml cairan
lebih dar 20 menit. Pemberian infus dapat diperlambat setelah gejala-gejala hilang. Jika
gejala yang mengancam hilang, berikan 10 mEq/jam iv.
Monitoring EKG perlu selama pemberian KCl parenteral konentrasi tinggi. Kadar kalium harus
sering dimonitor selama pemberian (setiap 1-2 jam pada pemberian awal). Jika ada
asidemia, perbaiki dulu kadar kalium sebelum memperbaiki pH, karena perubahan kalium
intrasel berpengaruh pada peningkatan pH.
Mengisap es lilin yang dibuat dari sari buah dan minuman olahraga.
Mengisap es chip.
Sip melalui sedotan (bekerja dengan baik untuk seseorang yang telah memiliki
rahang pembedahan atau luka mulut).
Cobalah untuk mendinginkan orang, apakah telah terjadi paparan panas atau jika orang memiliki temperatur tinggi,
dengan cara berikut:
Jika tersedia, gunakan botol atau misters semprot menyemprot air suam-hangat
permukaan kulit yang terbuka untuk membantu pendinginan oleh penguapan.
Hindari mengekspos berlebihan kulit dingin, seperti es packs atau es air. Hal ini dapat
menyebabkan pembuluh darah di kulit mengerut dan akan berkurang daripada
meningkatkan kehilangan panas. Paparan dingin yang berlebihan juga dapat
menyebabkan menggigil, yang akan meningkatkan suhu tubuh - efek sebaliknya
Anda coba capai.
Medical Treatment
Perawatan di pusat gawat darurat pertama mengembalikan volume darah dan cairan tubuh, sementara menentukan
penyebab dehidrasi.
Jika suhu tubuh inti lebih besar dari 104 F, dokter akan mendinginkan seluruh tubuh. Mereka mungkin
mempromosikan pendinginan oleh penguapan dengan kabut dan penggemar atau pendinginan selimut dan mandi.
Penggantian cairan
o Jika tidak ada mual dan muntah, penggantian cairan dimulai. Anda diminta
untuk minum elektrolit / karbohidrat yang mengandung cairan bersama
dengan air.
Disposition
o