Skenario B Blok 26
Skenario B Blok 26
ririn
2. raisa
3. randi
4. kartik
5.mitha
6. rezi
7. ayu
8. mutia
9. rima
10. nisa
11. aji
Skenario
Anto, seoranganaklaki-lakiberusia 5 tahun, dibawaolehibunyaberobatkarena kaki
dantangannyaterabadinginseperties.Empathari yang
laluAntodemamtinggiterusmenerus, tidakmenggigil, disertaisakitkepala, pegalpegaldansakitperut.Tidakadabatukpilek, buang air besardanbuang air
kecilsepertibiasa.Antosudahdiberiobatpenurunpanas,
namunpanasturunsebentardankemudiannaiklagi.Satuhari yang
lalupanasmulaiturundanAntomulaibatuk-batuksertasedikitsesaknafas,
disertaimimisan.Sejak 8 jam yang lalupasientidakbuang air kecildisertaitangandan
kaki terabadinginseperties.
Riwayatmimisan
keadaanUmum : gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi: filliformis, RR: 36x/menit,
T: 36,2C, BB: 15kg, TB: 98cm. Rumple leede test: (+)
KeadaanSpesifik:
Kepala: konjungtivatidakpucat, nafascupinghidung (-)
Thorak: simetris, dyspnea (-), Jantung: bunyijantung I-II normal, bisingjantung (-),
iramadepan (-). Paru: suaranapasvesikuler, kiri = kanan, wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, hatiteraba 2 cm di bawaharcus costae, lien tidakteraba, BU
(+) normal
Extremitas: akraldingin, capillaru refill time 4
Pemeriksaanpenunjang:
Hb: 12g.Dl Ht: 45 vol% Leukosit: 2800/mm3 Trombosit: 45.000/mm3
Klarifikasiistilah
1. mimisan :epistaksisadalahperdarahandarihidung yang dapatterjadiakibatsebab
local atausebabumum (sistemik).
2. tangan kaki terabadingin
3. sesaknafas
: gangguanfungsipernafasan (dipsnea) yang
diakibatkanmengecilatautersumbatnyasaluranpernafasanataulemahnya organ
pernafasan.
4. nafascupinghidung
7. Filliformis :
8. Rumple leede test :
pemeriksaanbidanghematologidenganmelakukanpembendunganpadabagianlengan
atasselama 10 menituntukuji diagnostic kerapuhan vascular danfungsitrombosit.
9. capillary refill time
: tes yang dilakukanpadadaerahdasar kuku
untukmmonitordehidrasidanjumlahalirandarahkejaringan.
Identifikasimasalah
1. kalimat 1
2. kalimat 2 &3
3. kalimat 4
4. kalimat 5,6,7
5. pemeriksaanfisik
6. pemeriksaanpenunjang
Analisimasalah
1. kalimat 1
a. apahubunganusidanjeniskelaminterhadapkasus?(1,2,3)
b. apa makna klinis dan mekanisme tangan dan kaki teraba seperties?(4,5,6)
Etiologi:
Kaki dan tangan yang teraba dingin seperti es memiliki banyak penyebabnya, namun
yang paling sering adalah karena sirkulasi darah yang buruk. Di bawah ini adalah
penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan kaki dan tangan teraba dingin seperti es:
Frostbite
Anemia
Diabetes
Lupus
Raynauds Disease
Scleroderma
Buergers Disease
Thyroid Disease
Poor circulation
Nervous system disorders
Mekanisme:
Infeksi Dengue Virus karena gigitan oleh nyamuk betina Aedes aegyptiVirus
menginfeksi sel target, terutama sistem retikuloendotelial, seperti sel dendritik,
hepatosit, dan sel endothelial Respon imunitas tubuhAktivasi respon imun seluler
dan humoral Terbentuk kompleks antigen virus-antibodi Pelepasan histamine,
c3a, c5aPeningkatan permeabilitas kapilerKebocoran pembuluh darah (plasma
leakage)Aliran darah ke perifer berkurang Ekstremitas (kaki dan tangan) teraba
seperti es
2. kalimat 2 &3
a. apasajatipe-tipedemamdantermasukjenisapa yang di alamiolehAnto?(7,8,9)
b. bagaimanamekanismedemam yang dialamiAnto?(11,1,2)
3. kalimat 4
a. mengapasetelahdiberiobatpenurunpanasdemam yang di
alamiAntohanyaturunsebentarkemudiannaiklagi?(1,2,3)
4. kalimat5,6,7
a. mengapa gejala sesak nafas dan mimisan baru timbul setelah demamnya mulai
turun?(4,5,6)
JAWAB: Mimisan, terbanyak disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di daerah
mukosa hidung yang disebabkan oleh rangsangan baik dari dalam ataupun dari luar tubuh
seperti demam tinggi, udara yang terlampau dingin, udara yang terlampau panas,
terlampau letih sehingga kurang istirahat atau makan kurang teratur, dan sebagainya. Bila
anak pernah menderita mimisan sebelumnya, maka mimisan mungkin tidak berbahaya;
tetapi pada seorang anak yang belum pernah mimisan kemudian demam tinggi disertai
mimisan merupakan tanda penting dan perlu diwaspadai. Selain itu, riwayat mimisan
disangkal dapat menyinggkirkan diagnosis penyakit ITP dan Scorbut (defisiensi vitamin
C), dimana keadaan tersebut dapat menimbulkan epistaksis.
5. pemeriksaanfisik
a. interpretasidanmekanismeabnormal
keadaanUmum : gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi: filliformis, RR: 36x/menit,
T: 36,2C, BB: 15kg, TB: 98cm. Rumple leede test: (+)(2,3,4)
36X/menit, T: 36,2oC, BB: 15 kg, TB: 98 cm. Rumple leede test: (+)
Gelisah/delirium
Interpretasi:abnormal
Mekanisme abnormal: permeabilitas pembuluh darah meningkat peremberasan
plasma melalui dinding endothel (natrium menurun dan Ht meningkat) hipovolemi
normal.
dan TB
kurang
DHF
Shock
-
bisa
juga
dijumpai
pada
campak,defisiensi
vitamin
KeadaanSpesifik:
Kepala: konjungtivatidakpucat, nafascupinghidung (-)
Thorak: simetris, dyspnea (-), Jantung: bunyijantung I-II normal, bisingjantung (-),
iramadepan (-). Paru: suaranapasvesikuler, kiri = kanan, wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, hatiteraba 2 cm di bawaharcus costae, lien tidakteraba, BU
(+) normal (5,6,7)
Extremitas: akraldingin, capillaru refill time 4(8,9,10)
6. pemeriksaanpenunjang
Hb: 12g.Dl Ht: 45 vol% Leukosit: 2800/mm3 Trombosit: 45.000/mm3
a. interpretasidanmekanisme abnormal(11,1,2)
b. pemeriksaan penunjang lainnya(3,4,5)
JAWAB: Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit
dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran
limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes
serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody
total, IgM maupun IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma
biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
1. Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG.
TEMPLATE
a. how to diagnose6,7,8
b.dd9,10,11
c.wd1,2,3
d.epidemiologi4,5,6
JAWAB: Penyebaran secara geografi dari kedua vektor nyamuk dan virus dengue
menyebabkan munculnya epidemi demam dengue dan demam berdarah dengue dalam
dua puluh lima tahun terakhir, sehingga berkembang hiperendemisitas di perkotaan di
negara tropis. Pada tahun 2007 di Asia Tenggara, dilaporkan peningkatan kasus dengue
sekitar 18% dan peningkatan kasus dengue yang meninggalsekitar 15% dibanding tahun
2006.Di Indonesia demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting. Infeksi dengue terjadi secara endemis di Indonesia selama dua
abad terakhir dari gejala yangringan dan self limiting disease.Indonesiamerupakan negara
dengan jumlah populasi yangpadat mencapai 245 juta penduduk. Hampir 60%penduduk
tinggal di pulau Jawa, daerah kejadian luarbiasa infeksi dengue terjadi.
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah
air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga
1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000
penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga
mencapai 2% pada tahun 1999.
e.etiologi7,8,9
f. patofisiologi10,11,1
g. manifestasi klinis2,3,4
JAWAB: Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimtomatik maupun simtomatik yang
meliputi demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam berdarah dengue
termasuk sindrom syok dengue (DSS). Penyakit demam dengue biasanya tidak
menyebabkan kematian, penderita sembuh tanpa gejala sisa. Sebaliknya, DHF merupakan
penyakit demam akut yang mempunyai ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan, dan
berpotensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Gambaran klinis
bergantung pada usia, status imun penjamu, dan strain virus. Berikut ini adalah bagan
manifestasi infeksi virus dengue :
h. komplikasi5,6,7
i. tatalaksana8,9,10
j. edukasidanpreventif11,1,2
k. prognosis3,4,5
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang didapat secara
pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan
syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus.
Keselamatan secara langsung berhubungan dengan penatalaksanaan awal dan intensif. Pada
kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok berkepanjangan atau
perdarahan intracranial (Isselbacher, 2000).Pada kasus dubia ad bonam
l. KDU6,7,8
HIPOTESIS
Antoseoranganaklaki-laki 5 tahun,
mengalamishokhipovolemikdisebabkanolehdemamberdarah dengue.
LI
1. DBD9,10,11
2. MEKANISME IMUNOLOGI PADA DBD1,2,3,5
3. VEKTOR DBD4,5,6,3
4. FISIOLOGI PENGATURAN SUHU TUBUH DAN SALURAN NAFAS PADA DBD7,8,9,6,4
Tatalaksana awal DBD pada anak dapat dibagi dalam beberapa bagan, yaitu:
Bagan 2 dan 3 untuk tatalaksana tersangka Dengue, bagan 4 untuk penderita DBD derajat
I dan II, dan bagan 5 untuk penderita DBD derajat III dan IV (sindrom syok dengue).
Pada kasus ini, budi mengalami DBD derajat 3 sehingga bagan yang kita gunakan adalah
bagan 5.
Keterangan bagan 5:
Sindrom syok dengue adalah DBD dengan gejala-gejala gelisah, nafas cepat, nadi teraba
kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit (misalnya sistolik 90 dan diastolic
80 mmHg, jadi tekanan nadi < 20 mmHg), bibir biru, tangan kaki dingin, tidak ada
produksi urin.
1. Segera beri infus kristaloid ( ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20 ml/KgBB ( pada kasus:
150-300 ml ) secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2-4
liter/menit. Untuk SSD berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak terukur)
diberikan ringer laktat 20 ml/KgBB/jam bersama koloid. Observasi tensi dan nadi tiap 15
menit, hematocrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah.
2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap dilajutkan
15-20 ml/KgBB/jam ( pada kasus: 225-300 ml), ditambah plasma (fresh frozen plasma)
atau koloid sebanyak 10-20ml/KgBB, maksimal 30 ml/KgBB (koloid diberikan pada
lajur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya). Observasi keadaan
umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematocrit tiap 4-6 jam.
Koreksi asidosis, elektrolit, dan gula darah.
a. Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/hematocrit, tekanan nadi
> 20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10ml/KgBB/jam. Volume
10 ml/KgBB/jam dapat dipertahankan sampai 24 jam atau sampai klinis stabil dan
hematocrit menurun <40%. Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml/KgBB/jam
sampai keadaan klinis dan hematocrit stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan
5 ml/KgBB/jam dan seterusnya 3 ml/KgBB/jam. Dianjurkan pemberian cairan tidak
melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi klinis, tekanan darah, nadi, jumlah urin
dikerjakan tiap jam (usahakan urin > 1 ml/KgBB/jam, BD urin < 1.020) serta
pemeriksaan hematocrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaaan umum baik.
b. Apabila syok belum teratasi, sedangkan kadar hematocrit menurun, tetapi masih >40vol%
berikan darah segar dalam volume kecil (10ml/KgBB). Apabila tampak perdarahan
massif, berikan darah segar 20ml/KgBB dan lanjutkan cairan kristaloid 10ml/KgBB/jam.
Pemasangan CVP ( dipertahankan 5-8 cmH2O) pada syok berat kadang-kadang
diperlukan , sedangkan pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan.
c. apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui kebutuhan cairan
untuk mengetahui jumlah urin. Apabila CVP normal (>10 mmH 2O), maka diberikan
dopamine.
1. Pasien diberikan terapi awal cairan IV berupa kristaloid 6-7 ml/KgBB/jam pada
kasus : 6-7 ml ( 15 kg ) = 90-105 ml/ jam diberikan dengan cara di kocor.
2. kemudian, kita evaluasi 3-4 jam dengan terus mengecek Ht, nadi, TD dan produksi
urin. Apabila kondisi membaik maka kita kurangi infus kristaloid nya menjadi 5
ml/KgBB/jam pada kasus: 5 ml ( 15 kg ) = 75 ml / jam
3. evaluasi kembali 2 jam kemudian, apabila kondisi membaik maka kurangi kembali
infus kristaloid menjadi 3 ml/KgBB/jam pada kasus : 3 ml ( 15 kg ) = 45 ml/jam
4. apabila ada pebaikan maka terapi cairan dihentikan dalam waktu 24-48 jam.