0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
37 tayangan10 halaman
Kebijakan pemekaran di awal reformasi menjadikan beberapa daerah baru
bermunculan menjadi provinsi, kabupaten dan kota baru. Pemekaran didorong
percepatan terwujud, dengan mengemuka sentimen etnis, agama, wilayah dan alasan-
alasan yang lain.
Kebijakan pemekaran di awal reformasi menjadikan beberapa daerah baru
bermunculan menjadi provinsi, kabupaten dan kota baru. Pemekaran didorong
percepatan terwujud, dengan mengemuka sentimen etnis, agama, wilayah dan alasan-
alasan yang lain.
Kebijakan pemekaran di awal reformasi menjadikan beberapa daerah baru
bermunculan menjadi provinsi, kabupaten dan kota baru. Pemekaran didorong
percepatan terwujud, dengan mengemuka sentimen etnis, agama, wilayah dan alasan-
alasan yang lain.
umal Adiinisirare, Volume | No, 1, Juli - esember 2011
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMEKARAN DAERAH
DAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK
{Studi Kasus Pemekaran Kabupaten Kolaka Utara)
Muhammad Yahya
Universitas Sawerigading Makassar
Abstrak
Kondisi pelayanan publik pada wilayah pemekaran masih
Rerlu terus ditingkatkan. Sosok birokrat yang menjadi
pelayan haus memiliki pendidikan, keterampilan dan
Pengetzhuan memadai. Modal keterampilan itu menjadi
syarat mutiak menghaditkan birokrat profesional dalam
memberi pelayanan. Pemekaran suatu wilayah harus
dibarengi kesiapan seluruh komponen, termasuk
masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, Pengalaman di beberapa wilayah pemekaran
termasuk Kabupaten Kolaka Utara, pengisian posisi di
struktur birokrasi seringkall tidak lagi mempertimbangkan
kompetensi dan kemampuan. Keterbatasan kualitas
sumber daya dan sarana serta prasarana lainnya,
menjadikan harepan dari awal cita-cita mula pemekaran,
‘menyajikan kualitas pelayanan lebih berkualiias, agak
lebin suit tersajikan,
Kata kunci: Implementasi Kebijakan — Pemekaran
Daerah - Pelayanan Publik
Pendahuluan
Reformasi politik ditandai jatuhnya rezim Ode Baru 1998.
Perubshan tatanan kehidupan politik itu, membawa implikasi
Sangat jauh dalam perjalanan berbangsa dan benegara. Pola
/hubungan dan komunikast antara pemerintah pusat dan daerah juga
mengalamiperubahan sangat drastis dan luar biasa‘Muhammad Yahya
Pola patemalistik dan sentralistik sangat kuat di masa lalu,
mengalami perubahan sangat cepat. Regulasi dalam hubungan:
pemerintah pusatdan daerah, juga mengalami revis! sangat cepat,
UU Nomor 5/1974 tentang pemerintahan didaerah, diubah menjadi
UU No.22/1989.
Regulasi baru pemerintahan di daerah lewat UU No.22/1999
itu member tik fokus otonomi daerah pada pemerintah kabupaten
dan kota, Pemberlakukan UU ity menjadikan ketergantungan daerah
tidak lagi sekuat seperti dimasa lalu. Kabupaten dan kota secara
mandir dan bebas untuk membangun dan meningkatkan kualitas.
‘hidup dati rakyat.
‘Salah satu klausal dalam aturan baru pemerintahan di daerah
itu, adalah, membuka kesempatan bagi daerah ditingkat provinsi,
kabupaten dan kota untuk dilakukan pemekaran,
Pemekaran di masa lalu seakan menjadi tabu politik,
kemudian menemukan ruang dan momentum di era reformasi .
Kebijakan pemekaran menjadikan daerah yang selama ini dari segi
geo politik termasuk cukup luas, seakan berlomba untuk
memekarkan wilayahnya,
Kebljakan pemekaran di awal reformasi menjadikan
beberapa daerah baru bermunculan menjadi provinsi, kabupaten
dan kota baru. Pemekaran didorong percepatan tenwujud, dengan
mengemuka sentimen etnis, agama, wilayah dan alasan-slasan yang
lain,
Pemekaran wilayah sejatinya memotong rentang kendali
pelayanan kepada masyarakat, Seringkaliarak dan waktu menjadi
hambatan jika ada urusan administrasi pemerintahan harus
diselesaikan masyarakat di pusal pemerintahan kota, Kabupaten
dan provinsi
Pemekaran daerah seperti kabupaten dipecah menjadi
beberapa kabupaten sebenamya merupakan tindakan balk jika
konsep awal dalam otonomi daerah diterapkan, yakni dalam rangka
pemerataan pembangunan daerah. Yang dikhawatirkan malah
sebaliknya dan akan menguntungkan beberapa kelompok dan
golongan saja. Hal itu dibuktikan ketika sudah mutai muncul wacana
pemekaran daerah, muncul pula beberapa tokoh politik, agama,
masyarakat, pemuda, akademisi, militer dan pengusaha seolah-
olah ikut andil dalam proses pemekaran. (Bungaran AntoniusMuhammad Yahya
potensidaerah, sosial budaya, sosial poiitk, jumtah penduduk, luas
daerah dan pertimbangan lain memungkinkan terselenggaranya
otonomi daerah.
Prosedur pembentukan daerah sesuai PP No.129 tahun 2000
pasal 16, menyebutkan, adanya kemauan poltik dari pemerintah
daerah masyarakat bersangkutan. Pembentukan daerah harus
didukung oleh penelitian awal yang dilaksanakan pemerintah daerah.
Usul pembentukan kab upaten dan kota disampaikan kepada
pemerintah oq. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi melalui gubernur
dengan melampiran hasil penelitian daerah dan persetujuan DPRD
kabupaten dan kota
Memperhatikan usulan gubernur maka Mendagri dan Otoda
memproses lebih lanjut dan menugaskan tim melakukan observasi
ke daerah yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada
Dewan Pertimbangan Otoda. Berdasarkan rekomendasi Mendagri
dan Otoda , Ketua Dewan Perfimbangan Otoda dapat menugaskan
Tim Tekhnis Sekretariat Dewan Pertimbangan Otoda untuk
metakukan penelitian lebih lanjut.
Para anggota dewan pertimbangan Otoda memberikan saran
dan pendapat secara tertulis kepada Ketua Dewan Pertimbangan
Otoda. Berdasarkan saran dan pendapat Dewan Pertimbangan
Otoda usul pembentukan suatu daerah diputuskan dalam rapat.
anggota dewan pertimbangan otoda
Apabila hasil keputusan anggota dewan pertimbangan otoda
menyetujui usul pembentukan daerah maka Mendagri dan Otoda
selaku Ketua Dewan Pertimbangan Otoda mengajukan usul
pembentukan daerah kepada presiden. Apabila presiden menyetujui
usul dimaksud, rancangan UU pembentukan daerah disampaikan
kepada DPR Rl untuk mendapat persertuyjuan.
Biaya pembentukan daerah pemekaran sesuai PP No.129
tahun 2000 pasal 18, cikatakan, untuk kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, terhitung sejak
diresmikannya pembentukan kabupaten dan kota yang baru
dibentuk, pembiayaan yang diperlukan pata tahun pertama sebelum
disusun APBD kabupaten dan kota yang baru dibentuk dibebankan
kepada APBD kabupaten dan kota induk, berdasarkan hasil
pendapatan yang diperoleh dari kabupaten kota yang baru dibentukJurnal Admninistrare, Volume | No. 1, Jul Desember 2011
Pemekaran Kolaka Utara
Gagasan warga masyarakat yang tinggal di wilayah bagian
utara Kabupaten Kolaka membentuk satu kabupaten sudah ada
sejak 1960-an. Kala itu sejumlah elite masyarakat mendiskusikan
dan mewacanakan membentuk satu kabupaten tersendiri dengan
melihat kualitas pelayanan masyarakat yang sangat sulit dan
tentang kendali cukup panjang dan berbelit-belt.
Masyarakat yang punya urusan administrasi pemerintahan
dengan pemerintah kabupaten di Kolaka, maka butuh waktu berhari-
hari baru bisa sampai di pusat kota dengan menggunakan perahu
keel. Kala itu sarana jalan darat sangat buruk dan hancur,
Kondisi demikian menjadikan wilayah di bagian utama
Kabupaten Kolaka, terisolasi dan menjadi daerah buangan bagi
aparat yang ditempatkan bertugas di wilayah tersebut,
Seliap kali ada mutasi pejabat birokrasi di kabupaten induk
Kolaka dan aparat tersebut ditempatkan di wilayah Kolaka bagian
Utara, maka itu menjadi isyarat, orang bersangkutan dibuang,
karena alasan melanggar atau hukuman Sarana dan prasarana
pelayanan diwilayah itu. sangat kurang dan terbatas. Akibat sarana
yang minim, maka kualitas pelayanan kepada masyarakat juga tidak
maksimal dan malah membuat masyarakat repot dan susah, karena
terkadang harus menuju ke Kolaka dengan waktu dan dana yang
‘cukup besar dan memberatkan, harus dikeluarkan,
Reformasi tahun 1998 membawa angin segar dengan
semakin menguatkan tuntutan dan keinginan warga untuk
merealisasikan gagasan tahun 1960-an, wilayah utara menjadi
‘sebuah kabupaten baru,
Gagasan lama pemekaran itu mendapat respon dan
sambutan dari Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Drs. H.Laode
Kaimuddin ketika melakukan kunjungan kerja ke Batu Putih, 8 Mei
1999 melantik Drs.Syamsu Bachri sebagai Kepala wilayah
Kecamatan Batu Putih
Gubemur Sultra kala itu dalam sambutannya menegaskan, *
kalau hari ini yang dimekarkan adalah sebuah kecamatan, maka
ke depan tidak menutup kemungkinan wilayah ini dimekarkan
‘menjadi sebuah kabupaten. Apalagi wilayah Provinsi Sultra masih
cukup luas dan terbuka peluang untuk dilakukan pemekaran,‘Muhammad Yahya
termasuk wilayah utara Kolaka dapat diproses menjadi sebuah
kabupaten yang baru, “ (Moh Yahya Mustafa dkk, hal 7).
‘Sejak isyarat politik pemekaran wilayah dilontarkan gubernur,
maka mulai pula elite dan tokoh masyarakat menyambut dan
merespon sangat positif. Sejumiah elite melakukan pertemuan
formal dan informal untuk segera menjalani tahapan pemekaran
wilayah,
Diantara sekian banyak elemen masyarakat yang memiliki
kepentingan memekarkan wilayah, melakukan pertemuan dan
sepakat membentuk forum pemekaran. Lembaga itu diberi nama
Forum Pembentukan Kabupaten Kolaka Utara (FPKKU), forum itu
menjadi payung bagi seluruh anggota masyarakat dan kelompok
dalam memperjuangkan percepatan pemekaran Kabupaten Kolaka
Utara,
FPKKU terbentuk dalam rapat akbar digelar 20 November
2000 di Lasusua. Forum ini dipimpin ketua, H. Djafar Harun, S.Pd;
Sekretaris, Ir. Baso Pdan Bendahara, Haeruddin Pawelloi. Anggota
forum ini mencapai ratusan orang mefibatkan hampir seluruh elemen
yang ada di tengah masyarakat. Animo masyarakat cukup besar
ikut dalam forum member’ isyarat kalau aspirasi untuk secepatnya
menghadirkan kabupaten baru semakin menguat.
FPKKU ini melakukan advokasi ke seluruh elemen masyarakat
asal wilayah bagian utara Kolaka baik yang tinggal did an di luar.
Selain itu juga melakuikan komunikasi dengan kabupaten induk.
Selama dalam proses komunikasi dengan kabupaten induk, cukup
banyak dinamika dijalani oleh para pengurus forum. Keterbatasan
dana dari forum menjadi salah satu kendaiam memperdepat proses,
dinamika dari kerja forum, Walau dibatasi dana, tetapi semangat
dan keinginan untuk secepatnya mekar mempersatukan seluruh
masyarakat
Lewat FPKKU, tahapan demi tahapan pemekaran sesuai
tuntutan dari regulasi pemekaran berupaya dipenuhi. Studi
kelayakan dibuat dengan menyusun proposal berisi potensi dari
berbagai aspek yang memungkinkan wilayah itu dimekarkan.
Proposal yang berhasil disusun kemudian diajukan ke kabupaten
induk, bupati dan DPRD.
Perjuangan panjang mendapatkan rekomendasi dari bupati
dan DPRD Kolaka dijalani dengan segala suka dan dukanya. LewatJumal Administraro, Volume 1 No. 1, Juli « Desember 2011
Jalan damai dan demonstrasi juga terus dilakukan dengan tujuan
agar surat rekomendasi persetujuan diperoleh dari kabupaten
induk.
Kerja keras tanpa mengalami kelelehan akhimya berhasil,
pada tanggal 14 Agustus 2001 fraksi-fraksi yang ada di DPRD
Kolaka menyetujui persetujuan pemekaran Kabupaten Kolaka
Utara, Bupati Kolaka kemudian membentuk tim tehnis perstapan
pemekaran melibatkan elite birokrasi dan tokoh masyarakat asal
Kolaka Utara yang tinggal di Kolaka,
Rekomendasi dari Bupati dan DPRD Kolaka, menjadi bahan
pertimbangan bagi Gubernur dan DPRD Provinsi Sulawesi
‘Tenggara, memberikan surat rekomendasi . persetujuan untuk
dimekarkan.
Gubernur Suttra La Ode Kaimuddin pada 12 Agustus 2002
memberi persetujuan pemekaran calon kabupaten baru Kolaka
Utara, Tiga hari kemudian 15 Agustus 2002, DPRD Provins! Sultra
juga memberikan persetujuan untuk pemekaran,
‘Surat rekomendasi persetujuan gubernur dan DPRD Sultra
ini kemudian dibawa ke pemerintah pusat lewat Menteri Dalam
Negeri dan Otoda, Proses berlanjut pada pemerintah pusat,
akhirnya tanggal 7 Januari 2004, Mendagri mensahkan kelahiran
Kolaka Utara menjadi salah satu kabupaten baru. Setelah
sebelumnya dikeluarkan UU Pemekaran Kolaka Utara No.28 Tahun
2003, tanggal 18 Desember 2003 ditantangani oleh Presiden
Megawati
Mempersiapkan pemerintahan definitif, pemerintah menunjuk
dr. Ansar Sangka, selaku pelaksanan tugas bupati . Dokter medis
iniditantik pada tanggal, 21 Januari 2004, Sebelum terpilih bupati
definitif, ditunjuk empat kali pelaksana tugas bupati yakni,
Drs.H.Kamaruddin, MBA, Drs.Djaliman Mady serta Drs,H.Andi
Kaharuddin.
Masa transisi politik di kabupaten baru ini, berjalan sangat
dinamis, Pilkada dilaksanakan dalam dua putaran. Putaran pertama
digelar 29 September 2005 dengan calon bupati yang ikut bertarung
sebanyak 6 paket calon.
Para calon bupatiitu yakni, Rusda Mahmud — Suhariah Muin
dicalonkan PNBK meraih suara sah 12.774 (23,98 %) ; Ansar
‘Sangka- Abbas dicalonkan PKS dan Pelopor suara diraih 11.070Muhammed Yahya
(20,78 %); Bustam - Safaruddin dicafonkan POK, POIP, PIB, PSI,
PNUI Merdeka, 9.926 (18,62 %) ; Muh Hakku Wahab-Zakaria
dicalonkan PAN suara diperoleh 8.911 (16.73 %) ; Sutan Harhara-
‘Syamsul Ridjal diusung Partai Golkar peroleh suara 5.477 (10,28
5); Syarifuddin Rantegau-llham Labbase peroleh suara 5.115 (0,60
%) di usung PBR, PKPI, PKB, PKPB, PNI Marhaenisme, PPDI,
PBSD, PPD dan Patriot Pancasila,
Perolehan suara masing-masing calon dalam pilkada putaran
pertama, tidak ada mencapai 25 persen dari keseluruhan suara
sah, maka pada tgl 19 Juni 2007 digelar putaran kedua dengan
dikuti dua calon yakni, Rusda Mahmud-Suharian Muin dengan Ansar
Sangka-Abbas. Hasil akhir menunjukkan pasangan Rusda dan
Suharian Muin meraih suara mayoritas, maka secara otomatis
pasangan ini menjadi bupati definiti pertama di kabupaten yang
baru di ujung utara provinsi Sulawesi Tenggara ini.
Penyelengga
n Pelayan Publik
Kabupaten baru Kolaka Utara, usai diresmikan kehadirannya
diperhadapkan dengan kelerbatasan sumberdaya manusia, Aparat
birokrasi yang sangat dibutuhkan guna memperlancar pelayanan
kepada publik, jumlahnya sangat terbatas. Generasi pertama
birokrasi yang datang dari kabupaten induk berjumiah 11 orang
dilambah dengan 6 camat,
Parapegawai itu adalah modal ulama pelaksana tugas bupati
pertama Ansar Sangka, yang diberi amanah mempersiapkan
terpillvanya bupati definitf serta menyempurnakan susunan birokrasi
dikabupaten baru Kolaka Utara,
Mereka para birokrat yang menjadi perintis di kabupaten baru
yakni, Drs.H.Burhanuddin, S; Drs.Syamsul Rizal, Drs. Wahyuddin,
Drs. Ashar; Dra.Warda Mahmud; Drs.Mansur, Sos, MH;
Salawangeng, .Pd; Drs. Alimus; Muh Firdang, dr-Hj. Sufiat; Muh
idrus, S.Sos
Keputusan Bupati No.07/2004 tentang pembentukan
organisasiditetapkan, perangkat daerah Kabupaten Kolaka Utara
terdiri alas, 2 asisten yakni, bidang pemerintahan dan ekbang serta
bidang administrasi, Sekretaris Dewan serta delapan kepala dinas,
Dinas yang dibentuk yakni; 1. dinas pendapatan daerah, 2.urna Administraro, Volume I No, 1, Jull- Desomber 2011
Pendidikan kebudayaan dan pariwisata.3. kesehatan KB dan
kesejahteraan sosial, 4. PU dan perhubungan 5. pertanian kelautan
dan perikanan.6, perindustrian perdagangan koperasi tenaga kerja
dan penanaman modal.7. kehutanan perkebunan, pertambangan
energidan lingkungan hidup, Serta kantor kependudukan dan catatan
sipil serta kantor kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat,
Organisasi birokrasi yang dibentuk pada awal memulai
kabupaten baru beroperasi. Kendala utama yang dihadapi adalah,
kuranyanya sumber daya manusia yang dapar mengisi posisi dan
jenjang karier di struktur administrasi pemerintahan yang baru.
Keterbatasan birokrat karier dapat mengisi posisi tersebut,
menjadikan bupati dan pengambil kebijakan lainnya menempuh
jalan pintas,
Beberapa jabatan tersebut disi oleh sosok birokrat yang tidak
sosuai dengan peruntukan. Sejumlah guru dengan pangakat yang
‘cukup tinggi, direkrut menjadi pejabat guna mengisi strkutur yang
harus berjalan, memberikan pelayanan publik kepada masyarakat,
Para guru dengan kepangkatan cukup tinggi, diperhadapkan
dengan persoalan pengalaman admnistrasi pemerintahan berbeda
dengan administasi pendidikan dalam sekolah, Keterbatasan
tenaga birokrat yang sesuai kompetensi dan kemampuan,
menjadikan, organisasi pemerintahan yang dibentuk di tahun
pertama pemekaran, berjalan kurang maksimal.
Selain keterbatasan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana perkantoran dan fasilitas lainnya juga sangat terbatas,
Beberaps kantor badan yang sudah terbentuk struktumnya, karena
keterbatasan lokasi dan tempat maka rumah-rumah penduduk
disewa untuk dijadikan kantor. Kekurangan sarana demikian
menjadi kendala dan tantangan bagi aparat yang sudah minim
keterampilan untuk memberikan pelayanan lebih maksimal kepada
warga masyarakat.
Keterbatasan alat tulig kantor juga menjadi kendala utama di
awal pemekaran, Aliran listrik dari PLN juga kurang maksimal,
dengan kebijakan pemadaman bergilir menjadikan pelayanan
kepada publik seringkali mengalami gangguan. Pemadaman listik
dilakukan bergilirsiang dan matam, Ketika bertepatan pemadaman
pada siang hari maka pelayanan di kantor kurang maksimal
diberikan kepada rakyat, Beberapa instansi menggunakan gensetMuhommed Yahya
guna mengantisipasi pemadaman, tetapi cara demikian juga
kadang kurang efektif apalagi bahan bakar juga kadang menjadi
barang langka di wilayah itu.
Mengisi posisi tenaga di kantor dinas dan badan yang sudah
dibentuk, ada di antaranya menggunakan tenaga honorer seria
menarik sejumlah guru-guru senior yang sudah cukup lama
mengabdi mengajar anak-anak bangsa, Peralihan status para guru
tersebut, pada sisi lain membawa dampak pada proses
pembelajaran di sekolah tempat tugasnya.
Eksodus tenaga guru menjadi pejabat di struktur baru
birokrasi kabupaten Kolaka Utara, membawa implikasi cukup jauh
terhadap proses pencerdasan anak-anak bangsa, guna
mendapatkan kualitas sumber daya manusia masa depan yang
memiliki daya saing
Dominannya tenaga honorer dengan tingkat pendidikan SLTA
dan $1 ditambah miskin pengalaman, menjadikan pelayanan publik
kepada warga masih sangatjauh dari harapan masyarakat. Realitas
ini sekaligus memberi pertanda, kalau pemekaran sebuah wilayah,
seharusnya dibarengi dengan kesiapan segalanya, termasuk
ketersediaan sumber daya manusia birokrat yang memilki kualitas
diri yang berdaya saing,
Simpulan
Kondisi pelayanan publik pada wilayah pemekaran dirasa
masih periu terus ditingkatkan, Sosok birokrat yang menjadi pelayan
harus memiiki pendidikan, keterampilan dan pengetahuan yang
memadai, Modal keterampilan itu menjadi syarat untuk
menghadirkan birokrat profesional dalam memberi pelayanan.
Pemekaran suatu wilayah harus dibarengi dengan kesiapan
seluruh komponen, termasuk sumber daya manusia, sarana dan
prasarana. Pengalaman di beberapa wilayah pemekaran termasuk
Kolaka Utara, pengisian posisi di struktur birokrasi seringkali tidak
lagi mempertimbangkan kompetensi dan kemampuan,
Keterbatasan kualitas sumber daya dan sarana serta
prasarana lainnya, menjadikan harapan dari awal cita-cita mulia
pemekaran, menyajikan kvalitas pelayanan lebih berkualitas, agak
lebih sulit tersajikan,
10urna Administrare, Volume i No, 1, Jull- Desembar 2041
DAFTAR PUSTAKA
Bungaran Antonius Simanjuntak, Qtonemi Daerah,
Etnonalionalisme, Dan Masa Depan Indonesia, Yayasan
Obor, Jakarta, 2011
Bobby Perdana Riza, Dinamika Politik dalam Implementasi
Kebijakan Pemekaran (Sérgketa Aset Antar Kabupaten
Pasaman Barat dengan Kabupaten Pasaman),
Jumal Kebjjakan Administrasi Publik, Magister Administrasi Publik
Universitas Gajah Mada, Vol IVNo.2 (November 2007 —
Hal 185-202)
Jeko Harmantyo, Pemekaran Daerah dan Konflik Keruangan,
Kebijakan Otoda dan Implikasinya di indonesia, Makara
Sain, Vol IV/No.1 April 2007.
Moh Yahya Mustafa dkk, Jejak Pemokaran Kabupaten Kolaka Utara,
Fahmis Pustaka, Makassar, 2008
Profil Daerah Kabupaten Kolaka Utara, Buku Kerja 2011, Bappeda
Kolaka Utara
Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah
Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Otenomi Daerah,
Permata Pres Bandung 2007
i