Anda di halaman 1dari 23

PENATALAKSANAAN FROZEN SHOULDER MENGGUNAKAN TEHNIK

PENJARUMAN PENETREATING PADA TITIK TE10, TE11 DAN TE12

I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Frozen shoulder atau nyeri bahu adalah penyakit kronis dengan gejala
khas berupa keterbatasan lingkup gerak sendi bahu secara aktif maupun
pasif ke segala arah yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif
bahu yang berlangsung 18 bulan sehingga mengganggu aktifitas kerja
sehari-hari.1
Frozen shoulder dibagi 2 klasifikasi, yaitu :1,2
a. Primer/ idiopatik
Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Biasanya terjadi pada
lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orangorang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan
berulang.
b Sekunder
Yaitu frozen yang diikuti trauma yang terjadi pada bahu misal fraktur,
dislokasi, luka bakar yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi
beberapa tahun sebelumnya.
Kapsul
Sendi mengalami
peradangan

Capsulitis Adhesiva Bahu Kiri Tampak dari Anterior1

Frozen shoulder lebih sering (60%) terjadi pada wanita (60%),


biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 4060 tahun, bersamaan
dengan datangnya menopause. Penderita diabetes, peradangan kronis sendi
bahu, atau setelah operasi dada maupun payudara, immobilitas dari bahu
juga dapat menyebabkan frozen shoulde3

Secara patologis, frozen shoulder bisa diakibatkan

oleh proses

degeneratif berupa inflamasi sinovial sehingga terbentuknya infiltrasi seluler


dalam bentuk fibrosis pada kapsul persendian bahSecara patologis, frozen
shoulder bisa diakibatkan oleh proses degeneratif berupa inflamasi sinovial
sehingga terbentuk infiltrat seluler dalam bentuk fibrosis di kapsul sendi
bahu. Infiltrasi selular terdiri atas fibroblast dan miofibroblast yang akan
menyebabkan penebalan matriks kolagen. 2,4

2. Etiologi
Etiologi dari frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva masih belum
diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain periode
immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada
sendi, Dupuytren diseases, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,
clinical depression dan Parkinson. Kadang kadang muncul setelah menjalani
operasi bedah syaraf.5,6
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS

tahun 2007

mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah :7


a.

Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita
bersamaan dengan datangnya menopause.

b.

Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen
shoulder, contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik
pasti menderita pada saat yang sama.
2

c.

Teori auto immun


Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap
hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.

d.

Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan
berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu
ligamen bahu.
3. Patologi
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan
dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak
dan sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi,
dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, sinovium tidak
meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan
gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental
yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak
membeku, tidak berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relatif kecil (1-3
ml). Cairan sinovium juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan
sendi. 1,4,6
Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena
terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam
kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi
fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi
impingement yang terlalu lama.1,2
Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu
persatu bagian secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi
sindroma nyeri bahu, maka dapat dikelompokkan menjadi: 8,9,10

a. Faktor Penyebab:
1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas
gerak dan struktur anatomi
2) Faktor penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan
keluhan neurologik yang menyertai baik secara langsung
maupun tidak langsung yang berupa nyeri rujukan.
b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :
(a) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler
(b) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan
mengikuti pola kapsuler.
4. Tanda dan gejala 1,3,5,7
a. Tanda
Tanda-tanda klinis yang khas dari frozen shoulder yaitu berkembang
secara lambat dan terdiri dari 3 fase yaitu;
1. Fase nyeri atau pain (freezing): pada fase ini nyeri hebat terjadi
pada semua gerakan bahu bahkan saat istirahat dan gerakan bahu
mulai terbatas.
2. Fase kaku atau stiffness (frozen) : ditandai dengan rasa nyeri

saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang nyata dan


keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti oleh
keterbatasan gerak scapula. Pada fase ini nyeri mulai
berkurang, tapi kekakuan sendi bahu bertambah dan pergerakan
berlebih pada sendi bahu akan menimbulkan rasa sakit.
3. Fase penyembuhan atau recovery (thawing) : pada fase ini

tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada synovitis


tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang
nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih
b. Gejala

1. Nyeri
Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma,
seringkali ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara
berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat
tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri
berkurang, tetapi sementara itu kekakuan semakin terjadi,
berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri menghilang.
Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi
tidak lagi normal.
Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada
malam hari sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat
lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan
mengangkat bahunya (shrugging).
2. Keterbatasan lingkup gerak sendi
Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan lingkup
gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun
pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai
tendinitis, infark myokard, diabetes melitus, fraktur immobilisasi
berkepanjangan atau radikulitis cervicalis.
3. Penurunan kekuatan otot dan atropi otot
Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita
dalam mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan
kekuatan otot. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila
terjadi

pada

malam

hari

sering

menggangu

tidur.

Pada

pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran penderita dalam


mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan
melakukan dengan mengangkat bahunya (shrugging). Juga dapat
dijumpai

adanya

atropi

bahu

(dalam

berbagai

tingkatan).

Sedangkan pemeriksaan neurologik biasanya

dalam batas

normal.
4. Gangguan aktifitas fungsional
Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan
pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti
adanya nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan
kekuatan

otot

mempengaruhi

dan

atropi

maka

(mengganggu)

secara

aktifitas

langsung
fungsional

akan
yang

dijalaninya.
5. Komplikasi5,7
Pada kondisi frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva yang berat
dan tidak dapat mendapatkan penanganan yang tepat dalam jangka waktu
yang lama, maka akan timbul problematik yang lebih berat antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Kekakuan sendi bahu


Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu
Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu
Atropi otot-otot sekitar sendi bahu
Adanya gangguan aktifitas keseharian

II. DIAGNOSIS 1,2,3,5,9,11


Diagnosis frozen shoulder dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan gambaran perjalanan klinis yang muncul
berangsur-angsur atau akut tergantung riwayat luka atau cedera yang
pernah terjadi pada pasien sebelumnya atau bisa juga idiopatik. Data
yang harus dicari apakah ada riwayat arthritis, post traumatic atau
post operative sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Terdapat kerterbatasan lingkup gerak sendi bahu dan rasa nyeri. Data
klinis bisa dijadikan acuan untuk menegakan diagnosis, berdasarkan
karakteristik sebagai berikut :

1.

Gerakan yang terbatas dan nyeri dengan hasil pemeriksaan

2.

x ray yang normal.


Progressivitas yang sesuai dengan 3 fase penyakit

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menemukan
adanya fraktur, dislokasi sendi dan kerusakan
perubahan

degenerative.

Pemeriksaan

jaringan

penunjang

yang

serta
dapat

dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis antara lain:


- Pemeriksaan darah rutin: tidak di temukan adanya leukositosis
dan peningkatan LED (Laju Endap Darah) atau CRP (C Reactive
-

Protein).
Foto x ray bahu: untuk melihat apakah adanya kelainan pada
tulang atau tanda tanda kalsifikasi. Bisa ditemukan fraktur,
subluksasi atau dislokasi sendi glenohumeral maupun calcifying
tendinitis. Biasanya pada frozen shoulder tidak ditemukan

kelainan pada tulang.


Magnetic Resonance Imaging (MRI) : terdapat jaringan ekstra
artikular di regio sendi bahu, sinovitis bagian anterosuperior dari
sendi bahu dan perlengketan ligamentum di korakohumeralis

4. Diagnosis banding
Tidak semua nyeri bahu atau kaku tergolong frozen shoulder.
Adapun diagnosis pembanding dari kondisi frozen shoulder yang
diakibatkan capsulitis adhesiva antara lain: bursitis subacromial,
tendinitis bicipitalis, acromio-clavicular osteoatritis, nekrosis vaskular
kaput humerus, artritis gout dan lesi rotator cuff.
Adapun beberapa kondisi yang harus diperhatikan antara lain :
infeksi, post traumatic stiffness, difuse stiffness dan reflex symphatetic
dystrophy

Tabel 1 penyebab nyeri bahu1

Reffered pain syndromes


Cervical spondylosis
Mediatinal pathology
Cardiac ischaemia

Rotator Cuff Disorders


Tendinitis
Rupture
Frozen shoulder

Joint disorders
Glenohumeral arthritis
Acromioclavicular arthritis
Bone lesions
Infection
Tumours

Instability
Dislocation
Subluxation
Nerve Injury
Suprascapular nerve
entrapment

III. TERAPI 3,5,9,11


Terapi frozen shoulder harus dilakukan sesegera mungkin untuk
menghindari terjadinya kekakuan sendi bahu. Tujuan terapi adalah
menghilangkan nyeri dan memperbaiki gerakan sendi bahu.

Terapi

terdiri atas farmakologi dan non-farmakologi.


Terapi farmakologi yaitu: obat analgesik golongan NSAID, golongan
pelemas otot dan suntikan kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi
pada sendi bahu. Sedangkan terapi non farmakologi terdiri atas terapi
invasif pembedahan, manipulasi dalam anesthesia, fisioterapi untuk
melemaskan

tonus otot dan akupunktur. Pada sebagian kecil kasus

frozen shoulder, tindakan pembedahan menjadi pilihan terapi yang


bertujuan untuk menghilangkan jaringan parut dan perlengketan di
sendi bahu
IV. PENELITIAN AKUPUNKTUR PADA FROZEN SHOULDER
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain:
1. Penelitian Green S.12
Green menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari
perbaikan jangka pendek antara terapi akupuntur dan efek placebo.
Penelitian dilakukan pada 9 pasien dengan diagnosis frozen shoulder dan
beberapa penyebab penyakit bahu lainnya seperti rotator cuff dan
osteoarthiritis.

Hal ini bisa saja terjadi karena ukuran sampel yang kecil. Tetapi
akupunktur memiliki keunggulan dari plasebo dalam meningkatkan
Constant Skor Murley (ukuran fungsi bahu) pada 4 minggu (dengan WMD
(weighted mean difference) 17, 3, 95% CI 7, 79-26, 81). Setelah 4 Bulan,
perbedaan antara akupunktur dan kelompok plasebo masih signifikan
secara statistik, tetapi tidak signifikan secara klinis (WMD 3.53, 95% CI
0,74-6,32). Tidak ada perbedaan efek samping yang ditimbulkan akibat
akupunktur jika dibandingkan dengan plasebo.
Green menyimpulkan bahwa, karena sejumlah kecil uji klinis dan
metodologis beragam, sedikit dapat disimpulkan dari tinjauan mereka,
dan bahwa ada sedikit bukti untuk mendukung atau menyangkal
penggunaan akupunktur untuk nyeri bahu walaupun dimungkinkan
terdapat

keuntungan

pada

jangka

pendek

sehubungan

dengan

pengurangan rasa sakit.


2. Penelitian Cheing 13
Penelitian bertujuan menguji efek electroacupuncture untuk mengatasi
gejala frozen shoulder. Sebanyak 70 subjek yang telah dipilih secara
acak dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama yang
diberikan

terapi

(10

sesi)

electroacupuncture

atau

interferential

electrotherapy selama 4 minggu dan kelompok kedua yang tidak


diberikan perlakuan tambahan apapun (sebagai pembanding). Hasil dari
kedua kelompok tersebut diamati secara kualitatif dengan nilai Constant
Murley Assessment (CMA) dan secara visual pada saat pasca-terapi dan
6 bulan pasca terapi. Pada kelompok yang diberikan terapi, nilai CMA
meningkat dan penilaian secara visual terukur menunjukan penurunan
(mejadi lebih baik) secara signifikan (dengan masing-masing p<0,001).
Tidak ada perubahan yang signifikan yang dialami kelompok
pembanding dan tidak ada ada perbedaan signifikan yang ditemukan
antara kedua kelompok intervensi (semua p> 0,05). Peningkatan yang
diamati pada kedua kelompok intervensi bertahan sampai 6 bulan pasca
terapi.

Peneliti

menyimpulkan

bahwa

electroacupuncture

atau

interferential electrotherapy yang dikombinasi dengan latihan bahu efektif


untuk kasus frozen shoulder.

3. Penelitian Ma T et al.14
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan akupunktur dengan
terapi fisik untuk mengobati frozen shoulder pada 75 pasien dengan usia
rata-rata 54,8 tahun dan durasi rata-rata frozen shoulder adalah 25,8
minggu. Sebanyak 30 pasien kelompok pertama diobati dengan terapi
fisik dan 30 pasien pada kelompok kedua diberikan akupunktur serta 15
pasien diberikan kedua terapi. Sebelum pengobatan, semua pasien
dievaluasi untuk nyeri statis, nyeri gerak aktif dan pasif, rentangan
tangan dan kualitas hidup. Penilaian lanjutan dilakukan pada minggu ke2 dan ke-4.
Semua pasien menunjukkan perbaikan dalam kualitas hidup (Short
Form-36). Gejala nyeri bahu menjadi lebih baik dengan akupunktur
sementara rentangan tangan membaik setelah terapi fisik. Akan tetapi
pasien yang diobati dengan kedua metode menunjukkan hasil terbaik.
Peneliti menyimpulkan bahwa kombinasi akupunktur dan terapi fisik
untuk mengobati frozen shoulder memberikan hasil yang lebih baik
daripada hanya menggunakan satu terapi saja.
4. Peneliitian Sun Ko, et al15
Penelitian ini membagi penderita frozen shoulder secara acak
menjadi dua kelompok yaitu kelompok fisioterapi dan kelompol fisioterapi
ditambah dengan akupunktur pada titik Zhongping kontralateral. Terapi
diberikan selama 6 bulan. Dibandingkan dengan kelompok yang diberi
fisioterapi saja, kelompok yang diberikan fisioterapi plus akupunktur
memberikan hasil perbaikan yang lebih signifikan.

Pada penilaian

setelah 6 minggu kelompok fisioterapi memberikan perbaikan sebesar


39,8%, kelompok fisioterapi ditambah akupunktur sebesar 76,4% dan
pada evaluasi 20 minggu didapat pada kelompok fsioterapi 40,3% dan
pada kelompok fisioterapi ditambah akupunktur 77.2%.
5. Penelitian Jaung GL et al16
Peneliti melakukan evaluasi kuantitatif pada pergerakan pasien frozen
shoulder yang di terapi pada titik Tiaokou (ST38) ke arah Chengshan
(BL67). Terapi dilakukan hanya satu kali. Pengukuran perubahan

10

pergerakan sendi bahu dilakukan dengan bantuan video

based

stereophotogrammery. Akupunktur dapat menaikan pergerakan sendi


secara signifikan, dengan rata-rata kenaikan sebesar 8.34 derajat.

Penetration of Acupoint atau dikenal juga teknik penjaruman penetreating


ialah teknik akupuntur dengan menggunakan satu jarum akupunktur untuk
menusuk beberapa titik akupunktur secara bersamaan dengan tujuan
memperkuat efek akupunktur dan efek penyembuhan. Teknik ini dilakukan
dengan menusukan jarum pada satu titik akupuntur, lalu ujung dari jarum
tersebut diarahkan sehingga menyuntuh beberapa titik akupuntur lain tanpa
melakukan penusukan pada kulit di tempat lain.
Teknik penjaruman penetrating secara garis besar dapat dilakukan secara
horizontal dan tegak lurus. Terdapat sangat banyak variasi dari teknik
penjaruman penetrating untuk mendapatkan efek yang berbeda-beda di
antaranya;

vertex

needling,

implusive

needling,

tangtian

needling,

tongtianzhen duifengci needling, neeling of hardness, dan lain-lain.


Pada penelitian yang saya lakukan, saya melakukan teknik penjaruman
degan variasi needling of hardness, yaitu memasukan jarum dari titik
Tianjing menuju Qinglengyuan menuju titik yang lebih atas, Xiaoluo.

Selain memperkuat dari efek akupuntur, teknik penjaruman penetrating ini


juga

memiliki

keunggulan;

penggunaan

jarum

yang

lebih

sedikit,

menstimuliasi lebih banyak titik akupuntur, serta mengurangi rasa sakit yang
ditimbulkan akibat pensukan jarum.

11

V. KASUS
A. IDENTITAS
Nama

: Ny. M

Umur

: 51 tahun

Alamat

: Jorong Tanjuang Batuang, Mungka Lima


Puluh Koto, Sumatera Barat

Pekerjaan

: Tidak Bekerja

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Tanggal pertama berobat

: 17 september 2014

B. ANAMESIS
1. Keluhan utama:

12

Bahu kanan tidak dapat digerakkan dan terasa sakit sejak 9 bulan
sebelum berobat.
2. Riwayat penyakit sekarang:
Tujuh belas tahun yang lalu pasien terjatuh dengan posisi menahan
pada telapak tangan. Pasien menyatakan akibat jatuh tersebut tulang
tangannya

pada

sisi

kelingking

pada

pergelangan

tangannya

menonjol, tidak ada luka terbuka. Pasien berobat ketukang urut di


Padang dan tulang tetap menonjol tetapi nyeri hilang.
Sebelas bulan sebelum berobat ke RSCM, pasien mulai merasa nyeri
pada jari jari tanganya dan tangan menjadi tidak dapat digerakkan,
pasien berobat ke dokter bedah di dhamasraya, dan dilakukan
operasi kista (menurut keterangan dokter bedah kepada pasien) pada
lengan bawah pasien, beberapa saat setelah operasi pasien merasa
pergelangan tangannya semakin membengkak dan sakit, sehingga
pasien tidak dapat mengunakan tangan kanannya.
Sejak 9 bulan yang lalu pasien tidak dapat menggerakkan bahu
kanan dan terasa sakit sepanjang waktu sehingga menganggu waktu
istirahat. Nyeri dirasakan menjalar kebelakang dan ke lengan bawah.
Keluhan nyeri dirasakan semakin hari semakin hebat diikuti dengan
pergerakan bahu yang semakin terbatas. Keluhan kesemutan atau
rasa baal ditangan dan tanda peradangan di bahu disangkal.
Sejak 4 bulan sebelum berobat ke RSCM, pasien mengatakan nyeri
di pergelangan tangan semakin hebat, pasien kemudian berobat ke
bagian Orthopaedi dan Traumatologi divisi Hand.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat penyakit DM, hipertensi, rheumatik disangkal oleh pasien
4. Riwayat pengobatan :
Operasi di Padang November 2013 (dicurigai Ganglion, tetapi tulang
dipotong)
Operasi Ulnar Nerve Exploration di RSCM September 2014
5. Riwayat penyakit keluarga:
Orang tua tidak ada yang mempunyai penyakit DM, hipertensi
6. Profil pasien : Pasien merupakan seorang janda 1 anak dan ibu
rumah tangga
C. PEMERIKSAAN FISIK
13

1. Pemeriksaan Fisik Umum


1.1. Keadaan Umum dan Tanda Vital
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Frekwensi nadi
: 78 kali/menit
Suhu
: afebris
Pernafasan
: 20 kali/menit
Keadaan gizi
: baik
Tinggi
: 155 Cm
Berat Badan
: 49 Kg
1.2. Pemeriksaan kulit
Lesi primer
: (-) tidak ada
Perubahan lokal
: (-) tidak ada
Warna kulit
: (-) tidak ada
1.3. Pemeriksaan fisik
Kepala
Mata

: normochephali, Rambut hitam


: Pupil bulat, isokhor, konjungitiva tidak
Anemis, sklera tidak ikterik
Telinga
: Normotia, Serumen-/ Hidung
: Devisiasi septum -/-, hipertropi konka-/ Mulut dan tenggorokan
:
- Bibir dan rongga mulut
: tidak pucat,
- Gigi geligi
: karies( - )
- Lidah
: otot lidah ; warna merah,
pergerakan bebas, selaput (-)
- Tenggorokan
: Tidak hiperemis,tonsil T1 T1
1.4. Pemeriksaan Leher
Simetris, kaku kuduk (-), kelenjar ; tidak membesar
1.5. Pemeriksaan Thorak
Paru
: vesikuler , ronkhi -/-, wheezing -/ Jantung
: Bj I-II normal, gallop(-), mumur (-)
1.6. Pemeriksaan abdomen dan pelvis
Hati
: tidak teraba membesar
Limpa
: tidak teraba membesar
Ginjal
: nyeri ketok -/-, ballottement -/ Usus
: bising usus (+) normal
Perenium
: tidak dilakukan pemeriksaan
Dubur
: tidak dilakukan pemeriksaan
Genetalia
: tidak dilakukan pemeriksaan
1.7. Pemeriksaan ekstremitas:
Akral hangat

14

Status Lokalis Regio Shoulder Kanan


Look : deformitas tidak ada, sulcus sign tidak ada, muscle wasting
ada, skar tidak ada, luka tidak ada
Feel : nyeri tekan VAS 5-6, edema tidak ada, sensorik baik
Move : ROM shoulder kanan terbatas karena nyeri
Active Range of Movement (ROM) :
Abduksi 450
Forward Flexion 700
Backward Extension 100
Internal Rotation S1
Pasive Range of Movement (ROM) :
Abduksi 600
Forward Flexion 800
Backward Extension 150
Internal Rotation S1
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Electromyography (EMG) tanggal 26 Juni 2014


Kesimpulan : sesuai dengan lesi fungsional n. ulnaris kanan tipe
demielinisasi letak lesi sangat mungkin pada pergelangan tangan
Pemeriksaan X Ray Shoulder Kanan tanggal 25 September 2014
Kesimpulan : kedudukan tulang masih baik, Tampak sklerotik dan
osteofit minimal di inferior acromion kanan. Struktur tulang intak, tidak
tampak fraktur/ destruksi. Sendi glomerohumeral dan akromiovaskuler
tidak menyempit, tidak tampak dislokasi. Jaringan lunak tidak tampak
kalsifikasi.

Pemeriksaan Darah tanggal 08 Agustus 2014


Pemeriksaan
Laju Endap Darah
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hitung jenis
Basofil

Hasil
11.3
12.1
4.08
4.95
302

Satuan
Mn/jam
g/dl
10 6/
I03
103

Nilai Rujukan
0-20
12,0-14,0
4-5
5,0-i0
150-400

0.5

0-1

15

Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Hematokrit
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Asam urat
Trigliserida
Kolesterol Total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Glukosa Darah Puasa

0.3
68.5
27.2
3.5
36.5
18
10
35
0.80
3
100
130
45
110
85

%
%
%
%
%
U/L
U/L
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl

1-3
52,0-76,0
20-40
2-8
40-43
<27
0-50
10-50
0.6-1.1
<5,7
<150
120-200
>40
<130
70-110

E. RESUME
Pasien seorang perempuan, 51 tahun datang dengan keluhan tidak dapat
mengangkat dan nyeri pada sendi bahu kanan saat mengangkat lengan
bawah, keluhan ini dirasakan secara perlahan dan semakin memberat
diikuti oleh gerakan yang semakin terbatas. Riwayat imobilisasi sendi
bahu selama 10 bulan karena nyeri pada pergelangan tangan kanan.
Pada pemeriksaan sendi bahu didapatkan adanya restriksi dan nyeri pada
saat sendi bahu digerakkan.
F. DIAGNOSA KERJA
Frozen shoulder dextra
G. RENCANA TERAPI
1. Alat yang digunakan : jarum akupunktur ukuran 0.40125 mm
2. Pemilihan titik

: TE10 sampai TE12

Seri dan sesi terapi : 2x seminggu (12 kali terapi atau 1 seri), lama terapi
satu sesi 30 menit
H. PROGNOSIS
-

Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam

: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

16

I.

EVALUASI DAN TINDAK LANJUT


Kunjun
gan

II

Tanggal

ROM Aktif

24 -09-14

III

26-09-14

IV

03-10-14

08-10-14

Abduksi 450

Abduksi 600

Forward Flexion 700

Forward Flexion 800

Backward Extension 100

Backward Extension 150

Internal Rotation S1
Abduksi 500

Internal Rotation S1
Abduksi 650

Forward Flexion 750

Forward Flexion 850

Backward Extension 150


Internal Rotation L5

Backward Extension 200

Abduksi 600

Internal Rotation L5
Abduksi 800

Forward Flexion 850

Forward Flexion 950

Backward Extension 200


Internal Rotation L4

Backward Extension 250

Abduksi 750

Internal Rotation L3
Abduksi 950

Forward Flexion 900

Forward Flexion 1000

Backward Extension 250


Internal Rotation L3

Backward Extension 300

Abduksi 80
VI

10-10-14

15-10-14

Forward Flexion 1150

Backward Extension 300


Internal Rotation L2

Backward Extension 350

VIII

17-10-14

5-6

4-5

3-4

2-3

1-2

Internal Rotation L1
Abduksi 1100

Forward Flexion 1000

Forward Flexion 1250

Backward Extension 350


Internal Rotation L1

Backward Extension 400

Abduksi 100

Internal Rotation Th 12
Abduksi 1200

Forward Flexion 1150

Forward Flexion 1400

Backward Extension 400


Internal Rotation Th 12

Backward Extension 500

VAS

Internal Rotation L2
Abduksi 1000

Forward Flexion 950

Abduksi 90
VII

ROM Pasif

Internal Rotation Th 11

VI. DISKUSI
Diajukan satu kasus perempuan berusia 51 tahun dengan keluhan
nyeri sendi bahu kanan dan sulit digerakan dan di diagnosis sebagai
frozen

shoulder.

pemeriksaan

fisik

Diagnosis
dan

ditegakan

pemeriksaan

berdasarkan

penunjang.

Dari

anamesis,
anamesis

didapatkan keluhan utama berupa bahu kanan tidak dapat digerakkan


dan terasa sakit sejak 9 bulan. Terdapat riwayat immobilisasi yang lama,

17

terlebih lagi pasien ini mempunyai risiko


shoulder yaitu faktor usia 51 tahun

untuk terjadinya

(merupakan usia

frozen

terbanyak

penderita frozen shoulder) dan perempuan yang sudah menopause.


Pada pemeriksaan fisik pada sendi bahu didapatkan hambatan gerak
dan nyeri pada pemeriksaan gerak aktif maupun pasif, Active Range of
Movement (ROM)

Abduksi 450, Forward Flexion 700, Backward

Extension 100, Internal Rotation setingggi S1, sedangkan Pasive of ROM


Abduksi 600, Forward Flexion 800, Backward Extension 150, Internal
Rotation setinggi S1, hal ini sesuai dengan kondisi patologis yaitu
adhesive/perlengketan pada sendi bahu yang merupakan gambaran
patologis frozen shoulder. Selain itu, pada pemeriksaan penunjang
memperlihatkan tidak adanya infeksi, fraktur, dislokasi atau sublukasi,
tumor serta tanda tanda arthritis sendi bahu. Hal-hal tersebut diatas,
mendukung pasien ini untuk dapat di diagnosa mengalami frozen
shoulder.
Pada pasien ini dilakukan penusukan titik akupunktur pada TE
10,11 dan 12. Alasan titik akupunktur TE 10, 11 dan 12 adalah karena
titik akupunktur tersebut berada dilateral dari lengan atas dipersyarafi
oleh

nervus

posterior

cutaneous

(C5,C6,C7)

yang

merupakan

percabangan dari nervus Radialis yang berasal dari Plexus Brachialis.


Plexus Brachialis mensyarafi otot Supraspinatus, Infraspinatus, teres
minor, subscapularis, yang diperlukan pada gerakan abduksi, fleksi dan
rotasi sendi bahu.
Metode akupunktur yang digunakan adalah penetrating needle
atau Single needle through multiple points (SNMP) dimana penusukan
menggunakan satu jarum akupunktur untuk merangsang beberapa titik
akupunktur secara bersamaan. Salah satu keutamaan dari teknik ini
adalah mengurangi jumlah jarum dan jumlah penusukan sehingga
mengurangi nyeri yang ditimbulkan dari penusukan jarum. Penusukan
dengan metode ini dapat merangsang lebih banyak reseptor sensorik
pada jaringan sehingga akan menghasilkan terapi yang lebih baik.

17

18

Metode ini dikenal juga sebagai Needling of Hardness dan dapat


digunakan pada paralisis ekstremitas atas, kekakuan pada ekstremitas
atas, kesulitan dalam mengangkat bahu, nyeri pada bahu dan siku.

18

Setelah mendapatkan terapi akupunktur pertama dan kedua pasien ROM


secara aktif dan pasif belum mengalami perubahan yang berarti, hal
tersebut kemungkinan disebabkan penggunaan jarum akupunktur
dengan panjang yang kurang tepat, pada kunjungan ketiga sudah terjadi
perbaikan dari ROM secara aktif dan pasif, dan terjadi pengurangan dari
derajat nyeri. Begitu pula pada kunjungan kunjungan selanjutnya terjadi
perbaikan dari ROM secara aktif maupun pasif. Setelah dilakukan 8 kali
sesi terapi, ROM aktif Abduksi 100 0, Forward Flexion 1150, Backward
Extension 100 menjadi 400, Internal Rotation hanya bisa pada awalnya
hsetinggi Th 12, sedangkan ROM pasif Abduksi 120 0, Forward Flexion
1400, Backward Extension 500, Internal Rotation setinggi Th 11.
Semua parameter pergerakkan sendi bahu (Abduksi, Forward Flexion,
Backward Extension, Internal Rotation) mengalami kenaikan yang
signifikan. Untuk Parameter Abduksi mengalami perbaikan dari 45 0
menjadi 1000. Sedangkan, Forward Flexion dari 700 menjadi 1150,
Backward Extension sebelum terapi 100 menjadi 400, Internal Rotation
.
Pada tingkat lokal penjaruman pada titik akupunkur menimbulkan
relaksasi otot dan mempebaiki sirkulasi darah melalui perantara
neurotransmiter. 19,20,21
Pada

tingkat

segmental:

penjarum,

yang

dilakukan

akan

merangsang serabut saraf A yang akan merangsang stalk cell


mengeluarkan enkafalin untuk menghambat inpuls nyeri melalui wide
dynamic range (WDR). 19,20,21
Pada tingkat sentral : rangsangan akupunktur dapat menghambat
nyeri pada tingkat medulla spinalis melalui jalur nucleus raphe magnus
(NRM) dan nucleus para gigantocellularis. Pada tingkat ini rangsangan
penjaruman juga akan melepaskan endorphin dan ACTH melalui aksis

19

HPA yang akan masuk dalam sirkulasi darah dan cairan serebrospinal
sehingga memberikan efek analgesia. Pada tingkat selular juga akan
merangsang homeostatis dari beberapa sistem salah satunya sistem
kekebalan tubuh sehingga membantu proses penyembuhan. 20,21
Etiopatologi dari frozen shoulder belum semuanya diketahui
dengan pasti, secara patologis frozen shoulder disebabkan adanya
proses inflamasi berupa infiltrasi selular sehingga terjadi fibrosis kapsula
sendi

bahu.

Penelitian

membuktikan

bahwa

terapi

akupunktur

memberikan efek pada pada aksis hipotalamus hipofis adrenal, jaras


serotonin, jaras katekolamin dan dopamine. Aktivasi aksis HPA berefek
pada sekresi

propiomelanokortin termasuk beta endorphin, metionin

enkefalin, dan leukin enkefalin. Sementara leukosit memiliki

mRNA

proopiomelanokortin sehingga leukosit sendiri bisa mensintesis ACTH


dan beta endorphin yang selanjutnya akan mensintesis kortisol yang
berperan sebagai antiinflamasi. Selain itu reseptor opioid endogen
ditemukan pada limfosit sel B, limfosit sel T dan sel natural killer (NK)
berperan menekan inflamasi. 22,23
Terapi menggunakan titik TE 10, 11,12 untuk terapi frozen shoulder
memiliki keunggulan bahwa pasien tidak merasakan sakit dibandingkan
dengan penusukan pada ST 38 ke GB 57 yang umumnya menyakitkan.
Dari segi keamanan lebih aman karena dilakukan secara superfisial
dibandingkan ST 38 ke GB 57 memiliki resiko cedera neurovaskuler.
VII. KESIMPULAN
Terapi akupunktur pada titik TE 10, 11, 12 bisa menjadi salah satu
pilihan terapi untuk Frozen Shoulder dengan hasil yang memuaskan.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedics
and Fractures. Ninth Edition. UK. Hidder Arnold. 2010; 13:351-353.
2. Kim YS, Kim JM, Lee YG, Hong OK, Kwon HS, Ji JH.J Bone Joint
Surg Am. 2013 Feb 20;95(4):e181-8. doi: 10.2106/JBJS.K.00525
3. Rookmoneea M, Dennis L, et al. The effectiveness of interventions in
the management of patien with primary frozen shoulder. J Bone Joint
surg (Br) 2010; 92 B :1267-72
4. Purba J.S. Frozen Shoulder dalam buku Patofisiologi dan
penatalaksanaan nyeri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010: 76-82.
5. Xu Y, Bonar F, Murrell GA. J Shoulder Elbow Surg. 2012
Oct;21(10):1391-7. doi: 10.1016/j.jse.2011.08.046. Epub 2011 Oct 17.
6. Hagiwara Y, Ando A, Onoda Y, et al. Osteoarthritis Cartilage. 2012
Mar;20(3):241- 9
7. AAOS (American Academy of Orthopedic Surgeon), 2007. Frozen
Shoulder, diakses 20 Oktober 2014 dari http://orthoinfo.aaos.org/

21

8. Gramradt S, Rodeo S, Warren RF. Platelet rich plasma in rotator cuff


repair. Tech Orthop 2007; 22: 26-33.
9. Mengiardi B, Pfirrman CWA, Gerber C, Hodler J and Zanetti M,
Frozen shoulder: MR Arthrographic Findings. Radiology 2004; 233:
486-492.
10. Bunker TD, Anthony PP. The pathology of frozen shoulder: a
Dupuytren-like disease. J Bone Joint Surg Br 1995; 77:677-683.
11. Berghs B, Sole-Molins X, Bunker TD. Arthroscopic release of adhesive
capsulitis. J shoulder Elbow Surg 2004; 13:180-5.

12. Green S et al. Acupuncture for frozen shoulder pain. Cohcrane


Database Syst Rev 2005; 18: CD005319
13. Cheing GL et al. Effectiveness of Electroacupuncture and interferential
electro therapy in the management of frozen . J Rehabil Med 2008;
40: 166-70
14. Ma Yi, MaM, Cho 2H, Blomedical Acupuncture for Pain Management,
Elservier curcill living stone. 2005.
15. Sun KO, Chan KC, Lo SL, Fong D YT. Acupuncture for frozen
shoulder. HKMJ 2001;7:381-91.
16. Jaung GL, Chao TC, Tung Wl, Yen SL, Hao LC, Yueh SC. Quantitative
evaluation of the motion of frozen shoulder treated with Acupuncture
by Puncturing from Tiaokou (ST 38) Towards Chengshan (BL 57).
Biomed Eng Appl Basis Comm 2005; 17: 31-7.
17. Jin GY, Jin JJX, Jin LL. Contemporary Medical Acupuncture- A
Systems Approach. Higher Education Press. 2007.13: 253-56.
18. Yan L.Diagram of Acupuncture Manipulation.2001; 4:122
19. Cho ZH, Wong EK, Fallon J. Neuro-acupuncture: scientific evidence of
acupuncture revealed. Los Angeles: Q-puncture, Inc;2001.123-35.
20. Karavis M. The neurophysiology of acupuncture: a viewpoint Acupunct
Med 1997;15(1):33-34.

22

21. Kiswojo, Widya DK, Srilestari A. Mekanisme Kerja Akupunktur Medik.


Jakarta: Kolegium Akupunktur Indonesia . 2009
22. Ergene MTCN, Tan U. The mechanism of acupuncture and clinical
application Intern. J. Neuroscience 2006; 116: 115-125.
23. Khansori D N, Murgo AJ, and Golt P W. Effects of stress on the
immune system. Immunology Today 1990; 11:170-75.

23

Anda mungkin juga menyukai