Anda di halaman 1dari 3

Masalah Transportasi di kota Bandung

LATAR BELAKANG MASALAH


Semakin lama masalah transportasi di kota Bandung tampaknya semakin parah. Jumlah
kendaraan semakin bertambah, sementara lebar jalan tidak mampu mengatasi pertambahan
jumlah kendaraan yang demikian cepat. Kemacetan terutama terjadi pada jam-jam sibuk
(rusu'h hours) pada pagi ketika orang memulai aktivitas dan pergi ke sekolah, kantor, pasar,
dsb. Repotnya, pada jam ini beberapa pasar tumpah yang beroperasi sejak tengah malam
masih menyisakan kesibukan yang memakan sebagian (seperempat) badan jalan, misal di
pasar Suci dekat Pusdai. Ada pedagang, ada pembeli yang tawar-menawar dengan pedagang,
ada tukang becak, tukang ojek, angkot yang sembarangan berhenti dan ngetem. Dibeberapa
tempat seperti Dayeuh Kolot, atau daerah Gunung Batu, delman juga ikutan ngetem.
Rasanya bagus nih kalau ada mahasiswa FSRD yang mengambar kesibukan pagi hari di pasar
tumpah Bandung yang riuh rendah.
Pada hari libur, ternyata lalu lintas tidak jadi lengang, malah dalam beberapa kasus dan pada
beberapa ruas jalan seperti dago, cihampelas, kopo, sukajadi, pasar baru, dalem kaum macet
parah. Di dago tumbuh menjamur factory outlets, di Cihampelas pusat per-jeans-an, sukajadi
ada Paris van Java, pasar baru jelas ada pasar baru Tumbuhnya berbagai pusat perbelanjaan
(supermarket, mall) ditempat-tempat strategis bikin riuh rendah suasana.
PEMECAHAN MASALAH
Penanganan masalahnya Pertama, Bandung perlu angkutan massal yang bagus. Terlalu
banyak angkot yang suka-suka berhenti dan jalan lagi jelas memberikan masalah tambahan
bagi transportasi Bandung. Apalagi tidak ada lokasi khusus untuk pemberhentian angkot
tersebut. Ada beberapa armada bis yang melayani beberapa trayek tertentu seperti CicaheumLeuwipanjang, Dipatikukur-Cileunyi (UNPAD), tapi masalahnya itu jumlahnya sangat
terbatas, dan bisnya sudah tua-tua dan rasanya ukurannya kegedean untuk jalan-jalan di
Bandung yang relatif kecil. Jadi Bandung perlu bis-bis ukuran tiga perempat, mungkin
seperti ukuran bis Antapani-KPAD yang lebih diperbanyak. Mungkin juga kalau ada yang
ukurannya lebih kecil dari bis tiga perempat itu, misal seukuran mobil Elf akan membantu.
Membuat busway dengan meniru Jakarta jelas tidak mungkin bagi Bandung, karena rusa jalan
yang ada saat ini terlampau sempit, kecuali mungkin untuk daerah-daerah tertentu seperti
Soekarno Hatta dan Sudirman. Solusi sarana transportasi yang reasonable untuk kota
Bandung, yang tidak makan tempat atau ruas jalan banyak mungkin monorail cukup bagus.

Kedua, komplek-komplek perumahan bagusnya dilengkapi dengan berbagai saranaprasana dan fasilitas publik yang mencukupi, dari pasar, toko atau super market, sarana
pendidikan, taman untuk rekreasi dan hiburan, rumah sakit atau klinik, dan lainnya, sehingga
orang tidak harus keluar komplek perumahan untuk mencari berbagai kebutuhannya. Ini
mestinya bisa dilakukan terutama untuk komplek-komplek besar seperti Riung Bandung,
Margahayu, kota Parahyangan, dll. Untuk komplek kecil mungkin susah, tetapi jika komplek
tersebut berdekatan, bisa dibuat cluster untuk sarana publik bersama mereka. Dengan selfcontained nya komplek-komplek perumahan, masyarakat tidak perlu keluar dari kompleknya
untuk mencari berbagai keperluan, sehingga hal ini bisa mengurangi volume kendaraan di
jalan raya.

Seputar Permasalahan Transportasi


Masalah transportasi merupakan salah satu permasalahan yang banyak menimpa kota-kota
besar. Dan masalah trasportasi yang paling banyak terjadi adalah masalah kemacetan lalulintas. Sedangkan masalah kemacetan merupakan salah satu masalah yang paling diinginkan
masyarakat, terutama di kota-kota besar untuk segera diselesaikan, karena masalah ini
menyangkut kepentingan orang banyak. Namun sayangnya, meskipun masalah kemacetan
adalah masalah yang klasik, banyak usaha yang telah dicoba gagal untuk menyelesaikannya.
Bila dilihat dari kacamata infrastruktur, maka masalah kemacetan merupakan akumulasi dari
berbagai permasalahan infrastruktur. Masalah kemacetan dapat dianggap sebagai akibat dari
pertambahan volume kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Meningkatnya jumlah
penduduk bisa jadi sebagai salah satu sebab meningkatnya pula volume kendaraan bermotor
yang ada di jalan raya. Hal ini bisa diperparah dengan adanya migrasi penduduk yang masuk
ke dalam suatu wilayah, baik yang sifatnya temporer maupun permanen.
Selain itu, masalah pertambahan jumlah kendaraan bermotor ini akan bersinergi dengan
masalah lainnya, yaitu keterbatasan prasarana jalan raya. Prasarana jalan tidak dapat
bertambah dengan cepat sebagaimana bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. Sehingga
terjadi ketimpangan antara demand dan supply terhadap jalan raya. Saat ini mulai muncul
suatu konsep pengendalian kemacetan berbasis demand, yang dikenal dengan Transport
Demand Management.
Yang berikutnya adalah belum optimalnya sarana transportasi umum. Sarana transportasi
umum yang ada saat ini belum digunakan secara optimal oleh masyarakat, hanya dipandang
sebagai sarana trasnportasi alternatif saja.
Dahulu mungkin orang akan berpikir dengan cepat bahwa solusi dari masalah kemacetan
adalah dengan menambah lebar jalan. Akan tetapi, pembangunan infrastruktur merupakan hal
yang butuh kepada perencanaan dan pertimbangan yang matang. Infrastruktur yang dibangun
harus sesuai dengan kebutuhan dan mempertimbangkan efektivitas pembangunannya dalam
menyelasaikan masalah. Pada kasus-kasus tertentu, penambahan lebar jalan memang dapat
menyelesaikan permasalahan kemacetan. Namun demikian, untuk kasus-kasus yang terjadi di
kota-kota besar di Indonesia, penambahan lebar jalan bukanlah solusi yang dirasa pas untuk
menyelesaikan masalah kemacetan. Letak permasalahannya tidak di sana. Penambahan lebar
jalan mungkin akan mengurangi kemacetan, tapi hanya sementara saja. Kondisi ini justru
akan memancing masyarakat untuk lebih senang menggunakan kendaraan pribadinya.
Akibatnya, jumlah kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya akan ikut bertambah juga.
Ujung-ujungnya, kembali macet. Menyelesaikan masalah untuk membuat masalah lagi.

Pengoptimalan sarana angkutan umum sebagai transportasi massal mungkin merupakan


cara yang paling realistis saat ini untuk menuntaskan permasalahan kemacetan yang terjadi di
kota-kota besar di Indonesia. Untuk itu, pengadaan sarana pendukung transportasi massal
perlu dilakukan, seperti pembangunan jalur busway, pengadaan angkutan umum itu sendiri,
pengadaan feeder service, terminal, dsb.
Selain itu perlu juga digalakkan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dengan
program bersepeda dan berjalan kaki. Selain menyehatkan tubuh, program ini dapat
mengurangi beban lalu lintas. Akan tetapi, ini juga mebutuhkan infrastruktur pendukung
seperti penyediaan jalur sepeda, penciptaan suasana yang kondusif seperti penanaman pohon
perindang, jalur hijau, dsb. Sehingga dapat disimpulkanbahwa pengadaan infrstruktur bidang
transportasi membutuhkan infrastruktur lainnya dalam tujuannya memberikan pelayanan
transportasi yang nyaman bagi masyarakat

Anda mungkin juga menyukai