Anda di halaman 1dari 18

AGRIBISNIS CABE RAWIT

KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia yang dicurahkan-Nya sehingga makalah yang
berjudul USAHA AGRIBISNIS CABE RAWIT dapat disusun.
Makalah ini disusun guna untuk pembelajaran tentang usaha agribisnis Cabe
Rawit dan berisikan tentang gambaran kegunaan / manfaat cabe, teknis budidaya,
pasca panen dan analisa usaha tani
Disadari apa yang telah disusun ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk
itu kritik dan saran menuju perbaikan selalu kami harapkan demi kesempurnaan
buku ini dan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini tak
lupa diucapkan terima kasih.
Akhir kata terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen Mata Kuliah
Pengantar Teknologi Pertanian yang dengan penuh kerelaan membantu serta tak
henti hentinya memberikan arahan dan motivasi hingga tersusunnya makalah ini,
kepada Allah semua ini kami kembalikan dan semoga senantiasa memberikan
petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Tilamuta,

Januari 2010
PENULIS

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR........................................................................................
2
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
3
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang....................................................................................... 4
2. Kegunaan Cabe rawit.. 5
3. Peluang Bisnis Cabe Rawit .. 6
II TEKNIS BUDIDAYA CABE RAWIT
1 Pesemaian ................................................ 8
2 Pengolahan tanah dan Pembuatan Bedengan...................................... .. 10
3. Penanaman . 11
4. Pemeliharaan . 12
5. Panen . 13
IV. PENANGANAN PASCA PANEN
1. Sortasi dan Grading .. .. 14
2. Pembersihan dan Pencucian . 15
3. Penyimpanan . 16
4. Pengemasan dan angkutan.. 17
V. ANALISA USAHA TANI CABE RAWIT
1. Perkembangan Harga Cabe Rawit 19
2. Analisa Usaha Tani Cabe Rawit... .............................. 20
VI PENUTUP
1. Kesimpulan .......................................................................................... 21
2. Saran
.................................................................................................. 22
Daftar Pustaka

BAB I .
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Cabe Rawit merupakan komoditas hortikultura yang penting di Kabupaten
Boalemo, hal ini mengingat masyarakatnya memiliki selera makan yang rasanya
pedas, disamping itu komoditas ini sudah dibudidayakan secara meluas oleh
para petani dan permintaan pasar yang sangat tinggi.
Jenis Cabe yang banyak diusahakan oleh petani adalah Cabe
Rawit
( Capricum Frutescens ), varitas unggul lokal cabe
rawit jenis sirup ( malita FM ) dan kapas ( jenis cabe rawit local ) merupakan
komoditas yang memiliki prospek bagus untuk usaha agribisnis , hal ini karena
memiliki beberapa kelebihan antara lain :
a.Toleran terhadap perubahan iklim
b. Tahan terhadap serangan hama penyakit
c. Produktifitas tinggi dan masa panen lama ( > 1 tahun )
d. Rasanya pedas
e. Tahan disimpan sampai I minggu tidak busuk.
Dengan kelebihan ini maka cabe rawit varitas local yang diproduksi petani
mampu menembus pasar luar daerah seperti Manado, Ternate, Kaltim dan Irian.
Harga pasaran di tingkat petani berfluktuasi antara Rp. 5.000 Rp 35.000 per Kg.
( 2009 )

2. Kegunaan Cabe rawit


Cabai rawit mengandung zat oleiresin, yang dapat diperolehdengan cara
ekstrasi menggunakan pelarut organik, misalnya alkohol dan heksan. Prosese
pembuatan oleoresin meliputi penggilingan ( maserasi ), ektrasi, penghilangan
pelarut ( destilasi ) dan finishing / bleeding.
Dalam industriformasi, zat oleoresin dan zat zat aktif ( capsaicin ) yang
terdapat dalam bentuk larutan capsicum adalah obat yang digunakan secara luas
untuk mengobati berbagai jenis penyakit, misalnya ganguan pada tulang, rematik,
sakit kepala, sakit pinggang, bisul, sakit perut, diare, sakit gigi,radang pada
tenggorokan, sesak napas, pegal pegal, penyakit kulit / gatal gatal, masuk angin
dll.
Cabai rawit juga dapat mencegah kanker karena kandungan Flavonoid dan
antioksidan yang terdapatnya didalamya. Buah cabe rawit juga mengandung minyak
asiri, yang dapat diperoleh melalui ektrasi. Minyak ini digunakan sebagai bahan baku

obat obatan dab bahan baku kosmetika dan dalam dunia formasi, minyak asiri
dapat menggantikan minyak kayu putih.
Buah Cabe rawit mengandung zat zat gizi yang cukup lengkap, yakni; kalori,
protein, lemak, karbohidrat, mineral ( kalsium, fosfor, besi ) vitamin. Dan zat zat
yang berkhasiat obat misalnya; Oleoresin, Capsaicin, bioflavonoid, minyak arsiri,
karotenoid ( kapsantin, kapsorubin, karoten dan leutin ), sedangkan kandungan rasa
pedis 0,1 1 %.

Tabel: Komposisi Gizi Buah Cabai Rawit Segar dalam 100 Gram bahan yang dapat
dimakan.
NO

JENIS ZAT

KADAR

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Zat Besi

103 kal
4,7 gram
2,4 gram
19,9 gram
45 mg
85 mg
2,5 mg

8.
9.
10.
11.
12.
13.

Vitamin A

11.050 SI
0,24 mg
70 mg
71,2 gram

Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin C
Niasin ( Vitamin B3 )
Air

3. Peluang Bisnis Cabe Rawit


Cabe rawit memiliki peluang bisnis yang baik, cakupan wilayah pemasaran Cabe
rawit sangat luas. Kebutuhan Cabe rawit akan terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri pengolahan yang

membutuhkan bahan baku cabe. Penggunaan oleoresin yang cukup luas untuk
berbagai keperluan industri pangan dan industri formasi juga mengakibatkan
permintaan cabai rawit terus meningkat.
Selain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan
industri pengoalahan yang berbahan baku cabe, peningkatan permintaan cabe di
Kabupaten Boalemo juga dipengaruhi oleh semakin luasnya jangkauan pemasaran
yang disebabkan oleh semakin lancarnya hubungan transportasi antar propinsi, baik
melalui hubungan darat jalan Trans Sulawesi maupun hubungan udara dan laut.
Permintaan cabe untuk dikirim ke Sulawesi utara mencapai 30 ton per hari
untuk pemasaran di Manado, Minahasa, Bitung, Bolang Mangondo serta pengiriman
ke Sangir, Ternate dan Irian. Sedangkan kearah barat kebutuhan cabe rawit
mencapai 20 ton dengan wilayah pemasaran ke Palu, Makasar dan Kalimantan
Timur.
Untuk pengiriman ke surabaya maupun jakarta tersedia Bandara Jalaludin di
Isimu Gorontalo dengan jarak 60 KM, sedangkan pemasaran eksport tersedia jalur
penerbangi yang berjarak ke Singapura melalui Bandara Samratulangi Manado.
Dalam memenuhi permintaan pasar, berbagai bentuk dapat ditawarkan baik
segar, kering, ektrak bubuk cabe maupun bentuk olahan misalnya saus cabai, pasta
cabai, oleoresin cabe dan lain lain
Dengan latar belakang tersebut diatas maka tidak mengherankan bahwa Cabe
merupakan merupakan komoditas utama yang diproduksi petani di Kabupaten
Boalemo dan sebagai gambaran produksi Cabe dibandingkan dengan sayuran
laiannya selama 5 ( lima ) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.
DATA PERKEMBANGAN PRODUKSI SAYUR - SAYURAN
TAHUN 2004 - 2009
KABUPATEN BOALEMO

NO JENIS KOMODITI

PRODUKSI HORTIKULTURA ( TON )


2004
2005
2006
2007
2008

2009*

1
2
3
4
5
6

CABE
TOMAT
TERONG
KACANG PANJANG
BAWANG MERAH
KETIMUN

1285.5
142
47
89.7
46
5

436
144
45
117
35
6

725
252
114
168
148.5
4

1915
448
80
104
302.5
3

1123
1533
436
176
110
3

2.045
1628
172
63
47
2

7
8

BAYAM
KANGKUNG

10
43

11
45

2.5
4

2.5
4

15
8

0
4

Keterangan : Tahun 2009 Posisi Agustus 2009.

Sumber dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Boalemo


BAB II.
TEKNIS BUDIDAYA CABE RAWIT
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) . Tumbuhan ini berasal dari Amerika
tropik, menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl.
Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbukubuku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan.
Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau.
Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3
bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang
ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat
telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm,
bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih
kehijauan, atau putih, buah yang masa.k berwarna merah terang. Bijinya
banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit
terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau,
dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang
buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua
menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan
setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu
masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap.Cabal rawit
dapat diperbanyak dengan biji.
a. Persemaian
Benih cabe yang baik berasal dari benih hasil benih unggulan. Dengan
menggunakan benih yang baik, berarti kita telah melakukan langkah maju dalam
meningkatkan produktivitas. Benih cabe yang telah diperoleh harus disemaikan
terlebih dahulu. Persemaian dimaksudkan untuk menyiapkan bibit yang sehat
dan kuat sebagai bahan tanam di lahan produksi. Adapun urutannya adalah :
pembuatan media semai, persiapan bedeng semai dan perlakuan sebelum
dipindah tanam. Media semai disyaratkan mempunyai struktur yang remah, tidak
menahan air dan cukup nutrisi. .
b. Pengolahan Tanah dan Penyiapan Bedengan

Kegiatan yang dilakukan sebelum tanam adalah melakukan penyiraman dan


penyemprotan terhadap bibit yang akan ditanam, mengelompokkan bibit
berdasarkan ukuran dan memilih bibit mana yang pertumbuhannya seragam dan
baik. Melakukan pengairan pada lahan serta membuat lubang tanam yang ditugal

sedalam 8 10 cm. Bibit pada polybag diletakkan pada lubang tanam dengan cara
merobek plastik kantong semai dengan menghindari pecahnya media yang dapat
menyebabkan putusnya akar. Selanjutnya bibit tersebut dimasukkan pada lubang
tanam. Supaya tumbuhnya bibit tegak, maka tanah disekitar bibit ditekan sedemikian
rupa dengan kedua telapak tangan. Untuk mengurangi kerusakan bibit akibat
panasnya pantulan cahaya matahari dari palstik, maka dapat dilakukan penutupan
terhadap bibit tersebut (misalnya dengan pelepah daun pisang). Penutupan
dilakukan sampai bibit benar-benar hidup ( 7 10 hst). Pembuatan lubang tanam
dilakukan dua baris setiap bedeng dengan dengan jarak antar baris tidak
bersebrangan namun zigzag. Hal ini karena kanopi dari tanaman cabe yang rimbun
akan saling menutupi satu sama lain bila ditanam secara bersebrangan

. Penanaman
Kegiatan yang dilakukan sebelum tanam adalah melakukan penyiraman
dan penyemprotan terhadap bibit yang akan ditanam, mengelompokkan bibit
berdasarkan ukuran dan memilih bibit mana yang pertumbuhannya seragam
dan baik. Melakukan pengairan pada lahan serta membuat lubang tanam
yang ditugal sedalam 8 10 cm. Bibit pada polybag diletakkan pada lubang
tanam dengan cara merobek plastik kantong semai dengan menghindari
pecahnya media yang dapat menyebabkan putusnya akar. Selanjutnya bibit
tersebut dimasukkan pada lubang tanam. Supaya tumbuhnya bibit tegak,
maka tanah disekitar bibit ditekan sedemikian rupa dengan kedua telapak
tangan. Untuk mengurangi kerusakan bibit akibat panasnya pantulan cahaya
matahari dari palstik, maka dapat dilakukan penutupan terhadap bibit
tersebut (misalnya dengan pelepah daun pisang). Penutupan dilakukan
sampai bibit benar-benar hidup ( 7 10 hst). Pembuatan lubang tanam
dilakukan dua baris setiap bedeng dengan dengan jarak antar baris tidak
bersebrangan namun zigzag. Hal ini karena kanopi dari tanaman cabe yang
rimbun akan saling menutupi satu sama lain bila ditanam secara
bersebrangan

Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman cabe mencakup kegiatan antara lain :
pangkas/wiwil, pengikatan tanaman, pengairan, penyiangan serta pengendalian
hama dan penyakit. Pemangkasan dilakukan terhadap tunas samping yang
muncul sebelum pembungaan, buah pertama pada cabang Y juga perlu
dipangkas agar tanaman tumbuh membesar terlebih dahulu. Pengairan lahan
dilakukan secara rutin setiap 7 10 hari. Hal yang harus diperhatikan dalam
pengairan ini adalah pada waktu pelepasan air dari petak tanaman harus
dilakukan dengan pelan-pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng
tanaman. Tanaman cabe juga tidak menyukai genangan air. Pengikatan
dilakukan untuk menghindari agar tanaman tidak roboh terkena terpaan angin
dan beban buah. Pengikatan dilakukan pada ajirnya setidaknya tiga simpul
untuk setiap tanaman yaitu pertama di bawah cabang Y pada umur 10 15 hari
hst, di atas cabang Y 30 40 hst dan pada waktu pembesaran buah 50 60 hst.
Antar ajir tanaman juga harus dihubungkan dengan tali plastik atau sayatan
bambu membujur untuk menopang tegaknya tanaman. Kegiatan yang lain yaitu
penyiangan. Penyiangan pada bedengan cabe yang telah diberi mulsa akan
lebih ringan dibandingkan bedengan tanpa mulsa. Penyiangan dilakukan pada
tanaman pengganggu/rumput yang tumbuh baik di lubang tanam maupun di
sekitar saluran drainase dan pematang. Pengendalian gulma dapat dilakukan
secara mekanis yaitu dengan tangan dan alat (cangkul), dapat juga dilakukan
dengan menggunakan herbisida. Penyiangan ini selain untuk mengurangi
persaingan dalam mendapatkan nutrisi tanaman juga untuk memotong siklus
inang pembawa virus yang menyebabkan penyakit pada cabe.
d. Panen

Pemanenan cabe dilakukan pada buah yang mulai memerah. Waktu


pemanenan cabe disesuaikan dengan jenis dan varietas cabe yang ditanam.
Karena tidak semua jenis maupun varietas cabe tersebut mempunyai umur
panen yang sama. Panen pertama cabe rawit adalah 2,5 4 bulan setelah
tanam, pemungutan cabe rawit dilakukan setiap 3 7 hari atau dua minggu
sekali tergantung pada kondisi permintaan pasar . Masa hidup tanaman cabe
rawit dapat mencapai empat tahun tergantung pemeliharaan tanaman dengan
masa produktif selama tiga tahun. Hasil total produksi pertahun per ha dapat
mencapai 30 ton

BAB III.
PENANGANAN PASCA PANEN

Cabai rawit merupakan komoditas yang mudah mengalami kerusakan setelah


panen, terutama jika ditangani dengan baik. Tanpa pengangan pasca panen yang
baik, kerusakan dapat mencapai 40% atau lebih. Kerusakan dapat disebabkan oleh
faktor mekanis, misalnya kerusakan akibat pengakutan atau penangan pasca panen
yang kurang baik; faktor fisiologi buah cabai itu sendiri, yakni proses kehidupan yang
tetap berjalan, misalnya proses resfirasi (pernapasan) dan transfirasi (penguapan
air); ataupun akibat serangan hama dan penyakit di gudang penyimpangan.
Penangan pasca panen cabai rawit yang baik harus dapat mencegah kerusakan
akibat faktor mekanis, fisiologis (khemis), maupun serangan hama dan penyakit.
Penanganan pascapanen yang baik juga harus dapat mempertahankan kesegaran
buah cabai dan menigkatkan daya simpangnya. Hal ini sangat penting mengingat
pada musim panen raya biasanya harga cabai menjadi sangat rendah. Dengan
pasca panen yang baik maka petani dapat menunda penjualan sampai harga cabai
meningkat.
Selain secara teknis mempertahankan mutu cabai hasil panen dan
meningkatkan daya simpang buah cabai, penganan setelah panen bertujuan untuk
meningkatkan daya tarik bagi konsumen; meningkatkan kepraktisan (daya guna)
sesuai dengan permintaan pasar; mendapatkan standar mutu yang memenuhi
syarat perdagangan, baik untuk konsumsi rumah tangga, rumah makan, maupun
industri pengolahan (industri makanan dan minuman, industri farmasi, industri
kosmetik, industri pakan ternak); dan meningkatkan nilai tambah dan harga jual.

Hal yang harus diperhatikan dalam penaganan pasca panen adalah:


1. Sortasi dan Grading
Pada umumnya buah cabai yang dipanen memiliki ukuran dan tingkat kerusakan
yang beragam. Oleh karenanya perlu dilakukan pemisahan (sortasi), untuk
menyeragamkan buah cabai rawit, baik dari segi ukuran maupun tingkat kerusakan
buah. Selanjutnya, hasil sortasi dikelompokkan menjadi beberapa kelas mutu
(grading).
Sortasi dan grading memberikan banyak keuntungan, antara lain memudahkan
pemasaran, memudahkaan konsumen dalam menentukan pilihan yang sesuai

dengan keperluannya, memudahkan penentuan tingkat harga yang layak menurut


kelas mutu, dan memberikan kepuasan dan kepercayaan pada konsumen.
Buah cabai rawit dikelompokkan menjadi tiga kelas mutu, menurut ukuran buah
dan tingkat kerusakan buah.
Kelas mutu I, terdiri atas buah cabe rawit yang memiliki ukuran besar, tekstur
keras, warna normal (hijau, merah, atau putih), varietas seragam, mulus (tidak
cacat), dan tidak terinfeksi hama maupun penyakit.
Kelas mutu II, terdiri atas buah cabai rawit yang memiliki ukuran kecil, tekstur
keras, warna normal, Varietas seragam, mulus, dan tidak terinfeksi hama serta
penyakit.
Kelas mutu III, terdiri atas buah cabai rawit yang berukuran besar maupun kecil
tapi cacat.
2. Pembersihan atau Pencucian
Pembersihan atau pencucian perlu dilakukan untuk membersihkan residu
pestisida yang berasal dari penyemprotan. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan Neutral Cleaner Brogdex dan Britex Wax
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a.

Disediakan bak tempat air, diisi dengan secukupnya, kemudian ditambah dengan
larutan Neutral Cleaner Brogdex dengan dosis menurut anjuran yang tercantum
dalam kemasan.
b. Buah cabai dimasukkan ke dalam bak dan dicuci, kemudiaan ditiriskan pada rege
atau widik dari bambu sampai kering.
c. Dilakukan pencucian kedua dalam bak yang lain, yang telah diisi air dan larutan
Britex Wax dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan, kemudian ditiriskan
kembali dan diangin-anginkan dalam bentuk kering.
3. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan untuk memperlambat laju transparasi buah cabai yang


dilakukan dalam ruang bersuhu rendah (dingin), penyimpanan dalam ruang dengan
sistem kontrol atmosfer atau penyimpanan atmosfer terkendali (control atmosphere
storage). Usaha untuk memperlambat laju transparasi buah cabai dapat dilakukan
dengan jalan menaikkan kelembaban udara, menurunkan suhu ruang penyimpanan,
dan membungkus atau mengemas buah cabai dalam kantong plastik berlubanglubang.
a. Penyimpanan dalam Ruangan Bersuhu Rendah
Penyimpangan dalam suhu rendah merupakan proses pendinginan bahan untuk
mencegah berkembangnya mikroorganisme dan perubahan biokimia pada cabai
yang disimpan (diawetkan). Penyimpanan dalam ruang bersuhu rendah memerlukan
ruang yang dilengkapi dengan peralatan pendingin. Cara ini memerlukan biaya
yang sangat tinggi. Suhu penyimpananyang digunakan berkisar antara 5 C - 10
C. Hasil penelitian Nur Hartuti dan R.M. Sinaga (dikutip Adhi Santika, 1995)
menunjukkan bahwa penyimpangan cabai merah yang sebelumnya diperlakukan
dengan Na2S2O5 1% dan dikemas dengan kantong plastik polietilen (PE) berlubang,
dengan suhu 5 C - 10 C, dapat mempertahankan kesegaran buah cabai selama 40
hari.
b. Penyimpanan dalam Ruangan Berventilasi
Penyimpanan dalam ruang berventilasi memerlukan konstruksi ruangan (gudang)
yang memiliki cukup banyak ventilasi untuk memperlancar pertukaran udara di
dalam penyimpanan. Ruang penyimpanan dilengkapi dengan rak-rak yang terbuat
dari anyaman bambu (rege/widik) untuk meletakkan buah cabai. Ruang
penyimpanan dan rak-rak harus dibersihkan dan disucihamakan agar terbebas dari
parasit dan hama, rak disusun rapi. Cabai yang disimpan diletakkan pada rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu bertumpukan. Penyimpangan dengan cara ini
cukup baik dan efisien, serta cukup murah.
c. Penyimpanan dengan sistem kontrol Atmesfer
Tehnik penyimpanan dengan sistem kontrol atmosfer adalah mengatur komposisi
gas oksigen (O2), karbondioksida (CO2), dan nitrogen (N2) di dalam runag
penyimpanan pada konsentrasi tertentu yang dapat memperlambat proses
pernafasan (respirasi) atau aktivitas metabolisme cabai. Udara bebas mengandung
20,99% O2; 0,09% CO2; dan 78,03% N2. Untuk memperlambat proses respirasi
atau aktivitas metabolisme cabai, kandungan O2 peru dikurangi hingga dibawah 8%,
sedangkan kandungan CO2 dan N2 ditingkatkan diatas 2%. Suhu udara dan
kelembaban udara dalam ruangan juga harus diatur pada kisaran yang sesuai.
d. Penyimpangan secara Hipobarik

Secara hipobarik adalah penyimpanan di dalam ruangan dengan pengaturan


tekanan udara, suhu udara, dan kelembaban udara. Penyimpanan secara hipobarik,
tekanan udara dalam ruang penyimpanan diatur sebesar 80 mm Hg, suhu udara
7,2 C - 10 C, dan kelembaban udara 90% - 95%. Suhu udara di bawah 7 C dapat
menyebabkan cabai mudah busuk.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil karena kerusakan
mekanis (akibat benturan, tekanan, dan himpitan karena tumpukan yang tidak
teratur pada pengakutan) maupun kerusakan biologis ataupun fisiologis (akibat
pengaruh lingkunga) yang dapat mempercepat proses transpirasi dan respirasi.Jenis
kemasan berupa keranjang bambu, karton, kantong jala, atau karung goni.
Kemasan karton memiliki kelemahan, yakni dapat menyerap kelembaban dan
mudah kehilangan kekuatan. Kemasan keranjang bambu mempunyai kekuatan pada
dindingnya sehingga lebih tahan terhadap tekanan dan goncangan dalam
pengangkutan.
Hal-hal yang harus diperapat mempercepat kerusakan hatikan dalam
pengemasan buah cabai antara lain :
a.

Anyaman keranjang bambu yang kasar dan anyaman yang mencuat harus
dihindari agar tidak melukai buah cabai yang dikemas. Luka yang terjadi dapat
mempercepat kerusakan akibat infeksi patogen (busuk dan berjamur)
b.
Alat kemas harus diberi label yang berisi tentang kelas mutu buah cabai dan jenis
untuk memudahkan pengontrolan.
c. Buah cabai yang dikemas dalam kantong plastik polietilen disusun secara rapi
dalam kotak kemas hingga penuh, kemudian ditutup rapi dan diikat kuat dengan tali.
d. Kebersihan kotak kemas harus dijaga untuk mencegah kerusakan buah akibat
serangan hama dan penyakit.
Pengangkutan buah cabai yang telah dikemas dari gudang penyimpangan ke
pusat-pusat pasar merupakan mata rantai yang penting dalam distribusi cabai ke
konsumen.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan
buah cabai selama dalam pengakutan adalah :
a. Penyusunan buah cabai (dalam kemasan) di dalam alat pengakutan harus
diusahakan serapi mungkin, dengan diberi sedikit celah untuk sirkulasi udara
sehingga keadaan di dalam ruang angkutan tidak panas dan tidak lembab.
b. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menghindari cuaca
yang panas selama perjalanan dan mencegah terjadinya penguapan air yang
berlebihan.

c.

Bila memungkinkan, alat pengangkut dilengkapi dengan ruang pendingin atau


ruang pengatur komposisi atmosfer (kontainer).
d. Alat pengangkut yang digunakan harus dipastikan berada dalam kondisi yang baik
agar tidak terjadi keterlambatan pengiriman.
e. Penanganan dalam pemuatan dan pembongkaran harus dilakukan secara hati-hati.
Perlakuan yang kasar dapat menyebabkan kerusakan pada alat pengemasan dan
buah cabai yang dikemas.

BAB IV.
ANALISA USAHA TANI

1. Perkembangan Harga Cabe Rawit


Sebagai daerah yang masyarakatnya menyukai makanan berselera pedas maka
harga cabe rawit cukup mahal dan berfluktuasi. Harga cabe tertinggi terjadi pada
bulan oktober - Nopember dan harga terendah pada bulan agustus september.
Pemasaran cabe biasanya petani membawa cabe ke pasar Desa disana pedagang
pengumpul membeli cabe dari petani.
Rantai pemasaran cabe rawit melalui jalur :
Petani produksen ------- Pedagang Pengumpul -------- Pedagang antar daerah ------Pedagang besar -------- Pengecer -------- Konsumen.
Adapun harga cabe di tingkat pedagang pengumpul selama satu tahun adalah :

BULAN

JANUARI
FREBUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOPEMBER
DESEMBER

PERKEMBANGAN HARGA CABE PER


MINGGU ( Rp / Kg )

Mg I
25.000
25.000
35.000
20.000
20.000
30.000
15.000
9.750
9.000
35.000
35.000
35.000

Mg II
22.000
22.000
35.000
10.000
16.000
25.000
25.000
10.250
5.500
35.000
35.000
12.000

Mg III
20.000
20.000
35.000
22.000
20.000
20.000
12.250
12.000
6.000
35.000
45.000
10.000

Mg IV
15.000
15.000
25.000
16.000
18.000
20.000
10.000
14.000
6.000
25.000
27.000
10.000

HARGA
RATA 2 PER
BULAN

20.000
20.000
32.500
17.000
18.500
23.750
15.625
11.500
6.625
32.500
35.500
16.000

2. Analisa Usaha Tani Cabe Rawit


A. Analisis Usaha Tani Skala Besar
Perhitungan biaya dan pendapatan usaha tani cabai rawit didasarkan pada
asumsi-asumsi sebagai berikut.
1. Tanaman cabai rawit yang ditanam adalah jenis malita FM
2. Keadaan agroklimat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
3. Kebun penanaman seluas satu hektar
4. Lokasi kebun memiliki sumber air yang cukup.
5. Penanaman dilakukan hanya dengan satu jenis tanaman
6. Budi daya tanaman dilakukan secara intensif tanpa menggunakan mulsa plastik
hitam perak.
7. Jarak tanam yang digunakan adalah 80 cm x 60 cm sehingga jumlah tanaman
keseluruhan adalah 18.200 tanaman.
8. Produksi rata-rata dalam satu periode produksi ( 10 12 bulan ) adalah 2,2
kg/tanaman.
9. Masa investasi dihitung selama satu periode produksi (satu tahun).
10. Harga jual cabai rawit di tingkat petani adalah dihitung Rp.5.000,00/kg.
11. Tingkat kerusakan tanaman diperiksa sebesar 10%.
12. Tenaga kerja diperhitungkan dalam satuan hari kerja setara pria (HKSP); 1
HKSP sama dengan 8 jam hari kerja.

13. Bunga modal diperhitungkan sebagai unsur biaya, yaitu sebesar 2% per bulan.
14. Biaya tak terduga diperhitungkan sebesar 10% dari biaya operasional.
Perkiraan biaya dan pendapatan yand disajikan dalam analisis usaha tani ini
akan berbeda dengan daerah lain karena perbedaan agroklimat dan agroekonomi.
Akan tetapi penggunaan sarana dan prasarana produksi pada prinsipnya sama.
Sehingga analisis usaha tani dapat disajikan dalam perhitungan biaya dan
pendapatan, meskipun pada kondisi daerah yang berlainan. Di samping itu, analisis
usaha tani ini tidak bersifat tetap, melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan
keadaan usaha yang sedang berlangsung.

A. Modal Usaha Tani


No

Rincian biaya

1.

Sewa tanah 1 hektar selama 1 tahun

2.

Pembuatan base camp ukuran 5 m x 5 m

3.

Jumlah
Rp. 1.500.000,-

- Bambu 15 batang @ Rp. 5000,-

Rp.

75.000,-

- Dinding bambu 5 m x 1,75 m 8 ptg @ Rp.25000,-

Rp.

200.000,-

- Paku 3,5 Kg @ Rp.12000,-

Rp.

12.000,-

- Tali 15 m @ Rp.2000,-

Rp.

30.000,-

- Atap seng 24 lbr @ Rp.42000,-

Rp. 1.008.000,-

- Tenaga Kerja 10 HOK @ Rp.30000,-

Rp.

300.000,-

- Hand Sprayer 2 buah @ Rp.375000,-

Rp.

750.000,-

- Cangkul 5 buah @ Rp.45000,-

Rp.

225.000,-

- Sabit 5 buah @ Rp.25000,-

Rp.

125.000,-

- Keranjang 5 buah @ Rp.15000,-

Rp.

75.000,-

- Kored 5 buah @ Rp.20000,-

Rp.

100.000,-

- Gembor 2 buah @ Rp.20000,-

Rp.

40.000,-

- Ember Plastik 4 buah @ Rp.10000,-

Rp.

40.000,-

Peralatan

4.

Benih 250 gram @ Rp.5.000,-

5.

Pupuk :

Rp. 1.250.000,-

- Pupuk kandang 15 ton @ Rp.500.000,-

Rp. 7.500.000,-

- Urea 250 Kg @ Rp.1200,-

Rp.

300.000,-

- NPK 100 Kg @ Rp.2200,-

Rp.

220.000,-

- KCL 100 Kg @ Rp.2500,-

Rp.

250.000,-

- PPC 5 liter @ Rp.50000,-

Rp.

250.000,-

- Furadan 3 G 10 Kg @ Rp.10000,-

Rp.

100.000,-

- Curacron 500 EC 5 liter @ Rp.120000,-

Rp.

600.000,-

- Fungisida 6 Kg, @ Rp.20000,-

Rp.

120.000,-

6.

Pestisida

7.

Tenaga Kerja
-

Pengolahan tanah I

Rp. 1.000.000,-

Pengolahan tanah II

Rp. 2.250.000,-

Pengolahan tanah III

Rp.

750.000,-

Pemupukan Dasar 15 HOK @ Rp.25000,-

Rp.

375.000,-

Pengaturan bedengan 30 HOK @ Rp.25000,-

Rp.

750.000,-

Pesemaian 30HOK @ Rp.25000,-

Rp.

750.000,-

Penanaman 37 HOK @ Rp.25000,-

Rp.

925.000,-

Pemupukan susulan 30 HOK @ Rp.25000,-

Rp.

750.000,-

Penyiangan 90 HOK @ Rp.25000,-

Rp. 2.250.000,-

Penyemprotan pestisida 60 HOK @ Rp.25000,-

Rp. 1.500.000,-

Panen dan pengangkutan 220 HOK @ Rp.25000,-

Rp. 5.500.000,-

Tenaga pengawasan tetap 1 orang selama 1 tahun

Rp. 6.000.000,-

8.

Lain lain
Biaya tidak terduga / cadangan .

Rp. 5.750.000,-

B. Analisis Biaya Usaha Tani


No

Rincian biaya

Jumlah

1.

Sewa tanah 1 hektar selama 1 tahun

Rp. 1.500.000,-

2.

Nilai Penyusutan Base Cam Pertahun

Rp. 1.625.000,-

3.

Nilai Penyusutan Hand Sprayer Pertahun

Rp.

150.000,-

4.

Nilai Penyusutan Cangkul Pertahun

Rp.

45.000,-

5.

Nilai Penyusutan Sabit Pertahun

Rp.

25.000,-

6.

Nilai Penyusutan Kranjang Pertahun

Rp.

15.000,-

7.

Nilai Penyusutan Kored Pertahun

Rp.

20.000,-

8.

Nilai Penyusutan Gembor Pertahun

Rp.

8.000,-

9.

Nilai Penyusutan Ember Plastik Pertahun

Rp.

8.000,-

10.

Benih 250 Gram

Rp. 1.250.000,-

11.

Pupuk

Rp. 8.250.000,-

12.

Pestisida

Rp.

820.000,-

13.

Biaya Tenaga Kerja

Rp.22.000.000,-

14.

Biaya Cadangan

Rp. 5.750.000,-

Jumlah

Rp.41.466.000,-

C. Analisis Pendapatan dan Keuntungan Usaha Tani :


- Nilai total produksi :
18.200 x 80% x 2,2 Kg x Rp.5.000,- = Rp. 160.160.000,- Biaya Produksi
= Rp. 41.466.000,- Keuntungan

= Rp.118.694.000,-

D. Analisis biaya produksi cabe per Kg dan titik impas modal :


- BEP harga produksi cabe per Kg :
Rp. 41.466.000 : ( 18.200 Kg x 80% x 2,2 Kg ) = Rp.1.294,5,Berdasarkan hasil tersebut pada saat harga cabe Rp. 1.294,5 berarti usaha tani
Cabe tidak menghasilkan keuntungan
- BEP Volume Produksi = Biaya total produksi : Harga Jual
41.466.000 : 5.000,- = 829,32 Kg.
Berdasarkan hasil tersebut modal akan kembali pada saat produksi mencapai
829,5 Kg dan harga cabe Rp. 5.000 berarti usaha tani Cabe belum menghasilkan
keuntungan
E. Analisis tingkat kelayakan usaha Tani ( B / C Ratio
B/C Ratio = Total pendapatan : Total biaya produksi
= 160.160.000 : 41.466.000
= 3,86
Dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp.41.466.000,- akan menghasilkan 3,86 kali
atau hasil penjualan mencapai 386% dari modal yang dikeluarkan.
F. Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Modal ( ROI
ROI = Keuntungan : Modal x 100%
= 118.694.000 : 41.466.000 x 100%
= 286,2%

DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi Santika 1995. Agribisnis Cabai . Jakarta Penebar Swadaya


2. Ir. Bambang Cahyono , Teknik Budidaya dan Analisa Usaha Tani Cabai Rawit . Penerbit
Kanisius.
3. Nur Hartuti dan R.M. Sinaga. 1993. Pengaruh Jenis dan Kapasitas Kemasan Terhadap Mutu
Cabai di Pengangkutan dalam ; Buletin Penelitian Hortikultura Vol.XXV, No. 4 Balai
Penelitian Hortikultura Lembang Bandung.
4. Dadang W.I. 1997, Cabai dan Kesehatan , dalam : Majalah Trubus. No 332 Tahun XXVIII,
Yayasan Sosial Tani Membangun.
Diposkan oleh PERMATA COCO di 02.09
Label: AGRIBISNIS

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Anda mungkin juga menyukai