Anda di halaman 1dari 3

Titik Nyala, Titik Api dan Api Gravity

1. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu :
- Menjelaskan pengertian dan peranan titik nyala, titik api dan Api Gravity solar, bensin dan
minyak tanah (kerosin).
- Menentukan titik nyala, titik api dan Api Gravity yang dimiliki oleh solar, bensin dan
minyak tanah (kerosin).
2. Alat dan Bahan
a. Alat yang Digunakan
- Open Cup
- Termokopel
- Korek Api
b. Bahan yang Digunakan
- Kerosin
- Solar
3. Dasar Teori
Metoda yang banyak digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap minyak dan
produknya, adalah :
- ASTM (American Society for Testing Material)
- API (American Petroleum Institute)
- IP (Institute du Petrol)
- ISI (Indian Spesification Institute)
Macam-macam pemeriksaan rutin yang dilakukan di laboratorium dimaksudkan
untuk melakukan pengawasan dan pengendalian pada proses dan operasi pengilangan
terutama menyangkut kualitas produk yang dihasilkan.
Pemeriksaan rutin tersebut antara lain, meliputi :
a. Api Gravity dan berat jenis (specific gravity)
Berat jenis dan Api Gravity menyatakan densitas atau berat persatuan volume suatu zat, Api
Gravity dapat diukur dengan hidrometer (ASTM D-287) sedangkan berat jenis dapat
ditentukan dengan piknometer (ASTM D-941 dan D-1217). Pengukuran Api Gravity dengan
hidrometer dinyatakan dengan angka 0-100. Hubungan Api Gravity dengan berat jenis
adalah sebagai berikut :
Api Gravity =

atau

BJ =

Satuan berat jenis dapat dinyatakan dengan lb/gal atau lb/barrel atau m3/ton.
Tujuan dilakukannya pemeriksaan terhadap Api Gravity dan berat jenis untuk
menentukan kualitas minyak. Makin besar Api Gravity dan berat jenis, maka minyak
tersebut makin berharga karena banyak mengandung bensin. Sebaliknya, semakin rendah,
maka Api Gravity, maka mutu minyak makin rendah karena lebih banyak mengandung lilin.
Minyak yang mempunyai berat jenis tinggi, berarti minyak tersebut mempunyai
kandungan panas (heating valve) yang rendah, dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat
jenis rendah berarti memiliki kandungan panas yang tinggi.
b. Titik Nyala dan Titik Api

Titik nyala (flash point) adalah suhu dimana uap yang berada diatas minyk dapat menyala
sementara atau akan meledak seketika jika adanya api. Sedangkan titik api (fire point) adalah
suhu dimana uap yang berada diatas minyak akan cepat terbakar seluruhnya secara terusmenerus.
Titik nyala dan titik api menunjukkan indikasi jarak titik didih, dimana pada suhu tersebut
minyak akan aman untuk dibawa tanpa adanya bahaya terhadap api (tidak terjadi kebakaran).
Peralatan yang umum digunakan untuk pemeriksaan titik nyala dan titik api adalah open cup
(ASTM D-92) dan Penksy-Marten (ASTM D-93) untuk pemeriksaan minyak mentah berat,
sedangkan peralatan Tag tester (ASTM D-56) digunakan untuk pemeriksaan minyak-minyak
ringan.
Minyak-minyak berat yang akan diperiksa, dipanaskan pada kecepatan 10 oF per menit.
Sedangakn untuk minyk-minyak ringan pada kecepatan 1,8 oF/menit. Pada setiap
pemeriksaan, nyala api dimasukkan ke dalam uap selama selang waktu 30 detik, lalau
mencatat suhu.
4. Langkah Kerja
- Mengisi kerosin ke tempat sampel (open cup) sampai garis pembatas
- Meletakkan di atas tungku pemanas, kemudian menghidupkan gas (jangan terlalu besar) dan
menghidupkan pemanas
- Menyulutkan api ke sumbu aliran gas yang diletakkan diatas tempat sampel
- Menghidupkan pembacaan suhu dengan termokopel
- Mencatat sebagai titik nyala ketika nyala warna biru dan mencatat sebagai titik api ketika
nyala terus terbakar
- Mengulangi langkah-langkah diatas untuk sampel berupa solar (pemanas harus
didiamkan/didinginkan terlebih dahulu)
5. Data Pengamatan
a. Kerosin
- Titik Nyala
- Titik Api
b. Solar
- Titik Nyala
- Titik Api

: 33oC
: 34oC
: 93oC
: 94oC

6. Analisa Percobaan
Setelah melakukan percobaan diatas, dapat dianalisa bahwa :

Pada praktikum kali ini, digunakan kerosin dan solar untuk diketahui titik nyala dan titik
apinya. Dimana pada kerosin, nyalanya bergantung pada susunan kimia dari minyak tanah,
jika mengandung banyak aromatik maka apinya tidak dapat dibesarkan karena apinya mulai
berarang. Pada proses percobaan, sampel mulai mendekati titik nyala ketika terlihat seperti
berasap, hal ini disebabkan karena tekanan uap yang meningkat sejlan dengan meningkatnya
suhu, sehingga didapat titik nyala kerosin sebesar 33 oC dan titik api sebesar 34oC. Sebelum
dilakukan uji pada sampel solar, maka pemanas didinginkan terlebih dahulu karena dapat
menyebabkan peningkatan suhu yang cepat dan dapat membahayakan saat pengujian, dan
karena solar juga dapat terbakar spontan pada temperatur tertentu. Titik nyala solar diguakan
untuk kualitas minyak solar itu sendiri yang dinyatakan dalam bilangan setana (tolak ukur
kemudahn menyala suatu bahan bakar di dalam mesin diesel) dan dihasilkan titik nyala
sebesar 93 oC dan titik api sebesar 94 oC.
Dari data, dapat terlihat bahwa titik nyala dan titik api kerosin lebih rendah dari solar.
Hal ini disebabkan karena solar merupakan senyawa dengan jumlah atom C lebih banyak dan
memiliki rantai yang panjang, sehingga titik nyalanya lebih besar dari kerosin.
7. Kesimpulan
Dari analisa diatas, dapat ditarik kesimpulan :
- Titik nyala dan titik api kerosin berturut-turut adalah 33 oC dan 34 oC
- Titik nyala dan titik api aolar berturut-turut adalah 93 oC dan 94 oC
- Semakin banyak jumlah atom C semakin besar titik nyala dan titik apinya
8. Daftar Pustaka
Zurohaina.2014.Penuntun Praktikum Hidrokarbon.Palembang:Polsri

Anda mungkin juga menyukai