PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini,
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada penulisan ini adalah apakah pasien puas dengan
pelayanan program prolanis.
1. 3
Tujuan Penulisan
Tujuan umum:
Mengetahui kepuasan pasien peserta program prolanis
Tujuan khusus:
1. Mengetahui gambaran karakteristik pasien peserta program prolanis
berdasarkan umur, jenis kelamin, dan lama bergabung dengan program
prolanis
2. Mengetahui kepuasan pasien peserta program prolanis
3. Mengetahui kendala yang dialami pasien peserta program prolanis.
1. 4
Manfaat penulisan
1. Bagi penulis, menambah pegetahuan mengenai penyakit hipertensi dan
diabetes melitus, serta kaitannya dengan program prolanis.
2. Bagi dokter sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan yang
telah diberikan
3. Bagi BPJS sebagai bahan evaluasi program prolanis
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.5
Klasifikasi tekanan darah menurut The Joint National Comitte on
Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut The Joint National Comitte on
Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.5
Kategori
Sistolik
(mmHg)
(mmHg)
Normal
< 130
<85
130-139
85-89
Normal tinggi
Diastolik
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan)
140-159
90-99
Tingkat 2 (sedang)
160-179
100-109
Tingkat 3 (berat)
180
110
2.2 Epidemiologi
2.5 Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu tekanan
diastolik 130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara
mendadak dan tinggi.6
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.
Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi
tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ
dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. 9 Mortalitas pada
pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah
menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering
terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal
ginjal.10
2.8
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal, proteinuria < 130/80 mmHg).
kondisi penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.5
Pengobatan
hipertensi
terdiri dari
terapi
non farmakologis
dan
Menghentikan rokok
Latihan fisik
penelitian,
banyak
mengkonsumsi
buah
dan
sayur
menurunkan tekanan sistol sebesar 7,2 mmHg dan diastol 2,8 mmHg. Kombinasi
antara konsumsi buah, sayur, dan makanan rendah lemak akan menurunkan
tekanan sistol sebesar 11,4 mmHg dan diastol 5,5 mmHg. 10
Penelitian lain menyatakan bahwa: banyak mengkonsumsi buah, sayur,
karbohidrat kompleks, dan makanan rendah lemak atau sering disebut Dietary
Approaches to Stop Hypertension (DASH) akan menurunkan tekanan sistol dan
diastol masing-masing sebesar 11,2 mmHg dan 7,5 mmHg. Kombinasi antara
pemberian DASH dan pengelolaan berat badan akan menurunan tekanan sistol
dan diastol masing-masing sebesar 16,1 mmHg dan 9,9 mmHg.10
2.2 Diabetes melitus
2.2.1 Definisi
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. 11
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association
(ADA), 2005, yaitu12 :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM ini disebabkan oleh kekurangan insulin dalam darah yang terjadi akibat
kerusakan dari sel beta pankreas. Gejala yang menonjol adalah sering
kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar
penderita DM tipe ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi
pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin
untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Akibatnya glukosa dalam
darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, dan 75% dari penderita DM
type II ini dengan obesitas atau kegemukan dan biasanya diketahui DM
setelah usia 30 tahun.
3. Diabetes Melitus Tipe lain
a. Defek genetik pada fungsi sel beta
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
d. Endokrinopati
e. Diinduksi obat atau zat kimia
9
f. Infeksi
g. Imunologi
4. DM Gestasional
2.2.3
Epidemiologi
World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global
diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi
366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di
dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika
Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan
diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan
berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia
menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita
melakukan pemeriksaan secara teratur.13
2.2.4
Patogenesis
a. Diabetes mellitus tipe 1
Pada saat diabetes mellitus tergantung insulin muncul, sebagian besar sel
pankreas sudah rusak. Proses perusakan ini hampir pasti karena proses autoimun,
meskipun rinciannya masih samar. Ikhtisar sementara urutan patogenetiknya
adalah: pertama, harus ada kerentanan genetik terhadap penyakit ini. Kedua,
keadaan lingkungan seperti infeksi virus diyakini merupakan satu mekanisme
pemicu, tetapi agen noninfeksius juga dapat terlibat. Tahap ketiga adalah insulitis,
sel yang menginfiltrasi sel pulau adalah monosit/makrofag dan limfosit T
teraktivasi. Tahap keempat adalah perubahan sel beta sehingga dikenal sebagai sel
asing. Tahap kelima adalah perkembangan respon imun. Karena sel pulau
sekarang dianggap sebagai sel asing, terbentuk antibodi sitotoksik dan bekerja
10
sama dengan mekanisme imun seluler. Hasil akhirnya adalah perusakan sel beta
dan penampakan diabetes.14
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Pasien DM tipe 2 mempunyai dua defek fisiologik : sekresi insulin
abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran (target).
Abnormalitas yang utama tidak diketahui. Secara deskriptif, tiga fase dapat
dikenali pada urutan klinis yang biasa. Pertama, glukosa plasma tetap normal
walaupun terlihat resistensi insulin karena kadar insulin meningkat. Pada fase
kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga meskipun konsentrasi
insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah
makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin
menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa dan diabetes yang nyata.14
2.2.5 Manifestasi Klinis
Pada DM tipe 1, biasanya mulai sebelum umur 40 tahun dan biasanya
tidak obesitas. Awitan gejala dapat mendadak berupa haus, sering kencing,
peningkatan nafsu makan dan penurunan berat badan selama beberapa hari. Ciri
khasnya adalah kadar insulin plasma rendah atau tidak terukur. Kadar glukagon
meningkat tetapi dapat ditekan oleh insulin. 14
Pada DM tipe 2, biasanya muncul pada umur pertengahan atau lebih.
Pasien khas biasanya gemuk. Gejala mulai lebih bertahap dibanding pada DM
tipe 1 dan diagnosis sering dibuat jika individu tanpa gejala ditemukan
mempunyai peningkatan glukosa plasma pada pemeriksaan laboratorium rutin.
Pada DM tipe 2, kadar insulin plasma normal hingga tinggi. 14
2.2.6
Diagnosis
Langkah diagnostik DM dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
11
2.2.7
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM terdiri dari 11:
1.
2.
3.
4.
Edukasi
Terapi gizi medis
Latihan Jasmani
Intervensi farmakologis
12
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi.
2. Terapi Gizi Medis
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan pada
penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin.
3. Latihan jasmani
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
13
2.2.8
perubahan pada perubahan dan kesintesan sel, yang berakibat komplikasi vascular
diabetes. 16
kesehatan
dalam
upaya
memulihkan
penyakit
dan
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
3.1
Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian deskripif dengan metode cross sectional
untuk mengetahui kepuasan pasien peserta prolanis terhadap pelayanan prolanis.
3.2
Sampel pada penelitian ini adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi.
Sampel penelitian diambil secara total sampling.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua pasien peserta prolanis yang
memiliki nomor telephone atau alamat lengkap yang terdaftar di fasilitas
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerja puskesmas Air Molek. Kriteria ekslusi
adalah peserta prolanis yang tidak bersedia diwawancara.
3.4
Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
lama mengikuti program prolanis. adapun variabel kepuasan peserta
prolanis adalah sosialisasi, pelayanan, persepsi pasien terhadap
kesehatannya, dan obat.
17
3.5
Definisi operasional
Definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Definisi operasional
No Variabel
Definisi operasional
Usia
Umur
peserta
Skala
prolanis
Hasil ukur
yang Nominal
Umur
Jenis kelamin
alamat
di
KTP
dan
dikelompokkan
menjadi
Dibawah 50 tahun
50-60 tahun
Diatas 60 tahun
Laki-laki
perempuan
18
No Variabel
pendidikan
Definisi operasional
Skala
Lama
Lamanya
waktu
yang
Hasil ukur
Kelurahan
Gading
Kelurahan Pasir Keranji
Kelurahan Petalongan
Kelurahan Sekar Mawar
Kelurahan Serumpun Jaya
Kelurahan Tanah Merah
Kelurahan Tanjung Gading
Lembah
Dusun
SD
SMP/Sederajat
SMA/ sederajat
Perguruan tinggi
telah Numerik
mengkuti
prolanis
< 3 bulan
3 bulan
satuan bulan
19
Sumber
Pihak
yang
informasi
responden
menyarankan Nominal
untuk
prolanis.Dinilai
mengikuti
terdekat
berdasarkan
Definisi operasional
Sosialisasi
prolanis
prolanis.
Dinilai
Skala
berdasarkan
Hasil ukur
Ya
Tidak
Membaik
Tidak membaik
Ya
Tidak
kuisioner nomor 3
8
Persepsi
Pendapat
pasien
mengenai Ordinal
terhadap
kesehatan
setelah
mengikuti
kesehatan
prolanis.
Dinilai
berdasarkan
kuisioner nomor 4
9
pelayanan
berdasarkan
kuisioner
20
nomor 6
10
Kepatuhan
Keteraturan
mengikuti
memeriksakan
prolanis
responden
diri
Dinilai
dalam Ordinal
dan
Ya
Tidak
ya
tidak
berdasarkan
Kepuasan
Kepuasan
responden
responden
mengikuti
prolanis.
setelah Ordinal
Dinilai
21
3.6
Pengumpulan data
pada peserta
BAB IV
HASIL PENELITIAN
22
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerja Puskesmas Air Molek. Jumlah pasien
peserta prolanis di Fasilitas kesehatan tingkat pertama di wilayah kerja Puskesmas
Air Molek adalah 32 orang, namun yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 17
orang. 1 orang menolak untuk dilakukan wawancara. Jadi, jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 16 orang.
4.1
Karakteristik responden
Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,umur, alamat,
pendidikan terakhir dan lamanya mengikuti program prolanis dapat dilihat pada
Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia,
alamat, pendidikan dan lama mengikuti program prolanis
Karakteristik responden
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
<50
50-60
>60
Karakteristik
responden
Alamat
Sekar mawar
Candirejo
Tanah Merah
Batu gajah
Pasir Putih
Di luar wilayah kerja
Puskesmas Air Molek
Pendidikan
Tidak sekolah
8
8
50
50
2
7
7
12,5
43,75
43,75
7
2
2
1
1
3
43,75
12,5
12,5
6,25
6,25
18,75
0
23
SD
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan tinggi
2
5
7
2
12,5
31,25
43,75
12,5
Lama
prolanis
<3 bulan
3 bulan
5
11
31,25
68,75
mengikuti
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden laki-laki dan
perempuan sama, yaitu sebanyak 8 orang (50%). Responden terbanyak pada
kelompok umur 50-60 tahun dan >60 tahun sebanyak 7 orang (43,75%). Usia
responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu <50 tahun, 5060 tahun dan >60 tahun. Responden terbanyak adalah pada kelompok umur 50-60
tahun dan > 60 tahun sebanyak 7 orang (43,75%). Berdasarkan alamat, jumlah
responden terbanyak berasal dari desa Sekar Mawar sebanyak 7 orang (43,75%).
Responden terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan adalah SMA/sederajat yaitu
sebanyak 7 orang (43,75%). Lamanya mengikuti prolanis dikelompokkan menjadi
dua, yaitu < 3 bulan dan 3 bulan. Responden terbanyak adalah pada kelompok
3bulan sebanyak 11 orang (68,75%).
4.2 Karakteristik jawaban responden mengenai sumber informasi
prolanis, pandangan terhadap kesehatan dan kendala selama mengikuti
prolanis
Tabel 4.2 karakteristik jawaban responden mengenai sumber informasi prolanis,
pandangan terhadap kesehatan dan kendala selama mengikuti program prolanis
Karakteristik responden
Sumber informasi prolanis
Doker
14
87,5
24
Bidan/perawat
Orang terdekat/tetangga
Pernah
mendapat
prolanis secara rinci
Ya
Tidak
0
2
12,5
7
9
43,75
56,25
penjelasan
93,75
6,25
87,5
12,5
18,75
81,25
3
13
87,5
12,5
15
1
93,75
6,25
Bersedia
prolanis
Ya
Tidak
15
1
93,75
6,25
untuk
mempromosikan
25
BAB V
PEMBAHASAN
26
27
28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Responden paling banyak berusia 50-60 tahun dan >60 tahun sebanyak 7
responden (43,75%), jenis kelamin responden sama antara laki-laki dan
perempuan, alamat terbanyak responden berasal dari desa Sekar mawar
sebanyak 7 responden (43,75%), pendidikan terakhir terbanyak adalah
SMA/sederajat sebanyak 7 responden (43,75%). Responden terbanyak
mengikuti prolanis 3 bulan sebanyak 11 responden (68,75%).
2. Sebanyak 15 responden (93,75%) mengaku puas terhadap prolanis.
3. Kendala yang dialami oleh sebagian responden adalah jauhnya jarak dalam
hal mengambil obat.
6.2 saran
1. Tingkatkan promosi prolanis melalui kerja sama lintas program dan lintas
sektor .
2. Memberikan sosialisasi mengenai manfaat, tujuan prolanis kepada peserta
prolanis
29
DAFTAR PUSTAKA
30
10. Sacks FM, and Campos H. 2010. Dietary Therapy in Hypertension. New
England Journal Medicine, June.
11. Soegondo S. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta : PERKENI, 2006
12. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : buku
ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor.
Jilid III. Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006; 1857
13. Persi.Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu
Diabetes.2008 [ diakses tanggal 12 Januari 2011] http: //pdpersi.co.id
14. Foster DW.Diabetes melitus. Dalam : Harrison Prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta : EGC, 2000; 2196
15. Fowler M. Microvascular and microvascular complications of diabetes.
2008. [diakses tanggal 18 Januari 2011] http://clinical.diabetesjournals.org
16. Waspadji S. Komplikasi kronik diabetes : mekanisme terjadinya, diagnosis
dan strategi pengelolaannya. Dalam : buku ajar ilmu penyakit dalam.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta :
balai penerbit FKUI, 2006; 1906
17. Buku Saku FAQ (frequently Asked Question) BPJS Kesehatan.
31