Anda di halaman 1dari 13

katarak senilis matur

Rabu, 29 Agustus 2012

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang1
Katarak berasal dari bahasa latin cataraca dan bahasa yunani catarak yang
artinya adalah air terjun. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang
lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan. Perubahan ini
dapat terjadi karena proses degenerasi, trauma mata, infeksi penyakit tertentu.
Katarak dapat pula terjadi sejak lahir, karena itu katarak dapat dijumpai pada
usia anak-anak maupun dewasa.
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan didunia
mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk Indonesia,
survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5%
dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena
katarak senilis / ketuaan
Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal
terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari,
perubahan dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga
kebutaan. Katarak biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa
bulan. Daya penglihatan yang menurun mungkin tidak disadari karena
merupakan perubahan yang berperingkat (progresif).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Secara umum katarak adalah perubahan lensa mata yang seharusnya


jernih dan tembus pandang menjadi keruh, cahaya sulit mencapai retina
akibatnya penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan,
sehingga penglihatan terganggu secara beragam sesuai tingkat kekeruhan lensa.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
biasanya diatas 50 tahun
Epidemiologi

Katarak senilis sampai sejauh ini merupakan bentuk katarak yang paling sering
didapatkan. Menurut perhitungan kira-kira 90 % dari insiden katarak seluruhnya
adalah katarak senilis. 5 % dari orang berusia 70 tahun dan 10 % dari orang
yang berusia 80 tahun menderita katarak dan membutuhkan tindakan
pembedahan.
Etiologi

Penyebab pasti dari katarak senilis belum ditemukan, diduga ada hubungan
dengan keturunan, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui riwayat
keluarga. Pada katarak senilis sebaiknya disingkirkan penyakit mata lokal dan
penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang dapat menimbulkan katarak
komplikata. Selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak ditemukan bukti
bahwa radiasi ultraviolet merupakan faktor signifikan dalam timbulnya katarak
senilis.
Patofisiologi

Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan


antara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam
membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak
dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan
biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam
lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk
suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan
cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan
jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan. Dengan
bertambah lanjut usia seseorang maka nucleus lensa mata akan menjadi lebih
padat dan berkurang kandungan airnya, lensa akan menjadi keras pada bagian
tengahnya (optic zone) sehingga kemampuan memfokuskan benda berkurang.
Gejala Klinik4
Gejala Subyektif :
a.
b.

Bila Kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya.


Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak

c.
Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan
oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat penderita
akan menyebabkan silau

d.
Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena
proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi
power mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh dimuka retina
Gejala Obyektif :
a.

Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi

b.
Jika mata diberi sinar dari samping: Lensa tampak keruh keabuan atau
keputihan dengan latar hitam
c.
Pada fundus reflex dengan opthalmoskop : kekeruhan tersebut tampak
hitam dengan latar oranye. Dan pada stadium matur hanya didapatkan warna
putih atau tampak kehitaman tanpa latar orange, hal ini menunjukkan bahwa
lensa sudah keruh seluruhnya
d.
Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut
kamera anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya
terjadi glaukoma
Stadium1
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur,matur, dan hipermatur.
Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah(air m
asuk)

Normal

Berkurang (air +
masa lensa keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik
MataDepan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut
Bilik Mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow Tes

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

Penyulit

Glaukoma

Uveitis+glaukoma

Visus

<

<<

<<<

Bayangan iris

++<.span>

+/1.

Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak
yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya.Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior.
Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium
ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang
lama.
2.

Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan,
mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.Pada
pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangniris
pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+)
3.

Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi
yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi
melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada
lensayang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif
4.

Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang


mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan
nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudo positif. Cairan /
protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi
dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul
komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat
akibat terdapatnya sel-sel radang dancairan / protein lensa itu sendiri yang
menghalangi aliran cairan bola mata.
Diagnosis1

Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus
dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata
dan perkembangan katarak.
a.
Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan
ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika
pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
b.
Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan
petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan
yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil
Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf
optik atau keterlibatan difus makula
c.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa. Tapi dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan).

Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus


diperiksa hati-hati

Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah


pemberian dilator pupil

Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik, atau katarak hipermatur
d.
Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas
bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai
gangguan penglihatan.
Penatalaksanaan

Tidak ada satupun obat yang dapat diberikan untuk menyembuhkan katarak
senilis. Penggunaan obat-obatan selama ini bertujuan untuk memperlambat
penebalan katarak. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan
tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada
obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau
menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Akan tetapi melindungi mata
terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat memperlambat terjadinya
gangguan katarak. Kacamata gelap atau kacamata reguler yang dapat
menghalangi sinar ultraviolet (UV) sebaiknya digunakan ketika berada diruang
terbuka pada siang hari.
Pengobatan katarak senil yang pernah dipakai adalah :

Iodium tetes, salep, injeksi dan iontoforesis, tidak jelas efektif, sedang
beberapa pasien puas.

Kalsium sistein

Imunisasi dengan yang memperbaiki cacat metabolisme lensa

Dipakai lentokain dan kataraktolisin dari lensa ikan

Vitamin dosis tinggi juga dipergunakan.

Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun
terakhir bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik
kuno sampai teknik terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula
posterior lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah intracapsular catarak
extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction ( ECCE).
Tindakan bedah pada pasien katarak dilakukan jika telah ada indikasi seperti:

Katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum


matur

Katarak matur, karena jika menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit


katarak hipermatur (uveitis dan glaukoma)

Katarak yang telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang


menimbulkan glaukoma.
a.

Ekstraksi katarak intra kapsular

Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik,
ICCE merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak. Teknik
ini melibatkan mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula posterior. Dalam
melakukan teknik ini tidak perlu khawatir terhadap perkembangan selanjutnya
dan penanganan dari opasitas kapsul. Teknik ini dapat dilakukan dengan alat
alat yang sedikit canggih dan di daerah dimana tidak terdapat mikroskop operasi
dan sistem origasi.
Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang
lebar sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang
mengikutinya seperti penyembuhan yang terlambat, keterlambatan perbaikan
visus, timbulnya astigmatismat, inkarserasi iris, luka operasi yang bocor,
inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu keadaan yang umum terjadi
saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak komplikasi post
operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasus-kasus dimana zonular
rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan sukses.
ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda
dengan katarak dan kasus-kasus dengan trauma ruptur kapsular. Kontraindikasi
relatif adalah miopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni, dan adanya
vitreus di bilik mata depan.
b.

Extra Capsular Cataract Extraction

Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan


membuka kapsula anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE
mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan
dengan intaknya kapsula posterior, yaitu :

Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea

Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat
diminimalisasi atau dieliminasi

Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak

Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan


mikroorganisme lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan,
yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan dapat menyebabkan
endoptalmitis
Komplikasi

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi


karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik
1.

Fakolitik

Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan
keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian
kapsul lensa.

Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut.

Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul


glaukoma.
2.

Fakotopik

Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong


ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran
humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus,
akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.

3.

Fakotoksik

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagimata


sendiri (auto toksik)

Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yangkemudian


akan menjadi glaukoma

BAB III
KASUS

Identitas Pasien
Nama

: Ny. S

Umur

: 60 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: jatim

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Anamnesis (autoanamnesia)
Keluhan Utama
Mata kanan tidak bisa melihat
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kanan tidak dapat melihat, keluhan
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya bisa melihat namun perlahan
penglihatan mata kanan menurun dan sekarang pasien hanya dapat melihat
adakah cahaya atau tidak. Nyeri (-), pusing (-), mual (-), muntah (-).
Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah mengalami sakit mata seperti ini
Hipertensi disangkal
Diabetes disangkal
Riwayat pengobatan
Belum pernah berobat sebelumnya dan tidak pernah memakai kacamata
sebelumnya
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Composmentis

Vital Sign
20x/menit

: T=130/80 mmHg

N: 88x/menit

Status Generalis
1.

Pemeriksaan kepala

2.

Pemeriksaan Mata

Konjungtiva

: dbn

: anemis -/-

Sklera

: ikterus -/-

Pupil

: Reflek cahaya +/+

3.

Pemeriksaan leher

: dbn

4.

Pemeriksaan thorax

: dbn

5.

Pemeriksaan Abdomen

6.

Pemeriksaan ekstremitas

: dbn
: dbn

Status Lokalis
Visus

Persepsi cahaya +/+


Iluminasi +/+

Segmen Anterior ODS


Palpebra
: edema -/- , spasme -/-/,
ektropion -/Konjungtiva
Kornea
BMD

, &nbrp; Entropion

: hiperemi -/- , sekret -/: Jernih +/+


: Dalam/dangkal

Iris

: Radier +/+

Pupil

: Bulat +/+, 0 3mm/3mm

Lensa

:Keruh/jernih

Problem List
a.
b.

Terjadi kekeruhan pada lensa mata kanan


Visus mata kanan menurun

RR :

Assessment
Katarak Senilis Matur OD
Planning
a.

Informed consent

b.

Rencana Lab. Darah lengkap

c.

Pro USG dan Biometri

d.

Rencana ECCE ( Ekstra Capsular Catarac Ektration) dan IOL

Monitoring
a.

Keluhan

b.

Vital sign

Edukasi
a.
Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita katarak senilis ,
dimana katarak ini berhubungan dengan usia serta proses penuaan yang terjadi
didalam lensa
b.
Menjelaskan kepada pasien serta keluarga tentang tindakan operasi yang
akan dilakukan pada katarak senilis imatur dimana memiliki resiko post operasi
serta membutukan perawatan tertentu post operasi

BAB IV
PEMBAHASAN

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya
nukleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. 3
Secara klinik, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan
kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul
pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia. Penyebab terjadinya
katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti dan sampai sejauh
ini merupakan bentuk katarak yang paling sering didapatkan. 3

Berdasarkan tingkat kematangan katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium


yaitu: 3
1.
stadium insipien kekeruhan tampak terutama dibagian periferkorteks
berupa garis-garis yang melebar dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah
roda
2.
stadium immatur kekeruhan terutama pada bagian posterior nukleus dan
belum mengenai seluruh lapisan lensa
3.
stadium matur kekeruhan sudah mengenai reluruh lensa, warna menjadi
putih keabu-abuan
4.
hipermatur terjadi pencairan korteks dan nukleus tenggelam kebawah
(katarak morgagni), atau lensa terus kehilangan cairan dan keriput ( katarak
shrunken)
Tindakan bedah pada pasien katarak dilakukan jika telah ada indikasi seperti: 2

Katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum


matur

Katarak matur, karena jika menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit


katarak hipermatur (uveitis dan glaukoma)

Katarak yang telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang


menimbulkan glaukoma
Pembedahan berupa ekstraksi katarak yang dapat dikerjakan dengan cara :
a.

Intra kapsuler / ICCE

Masa lensa dan kapsul dikeluarkan seluruhnya


b.

Ekstra kapsuler / ECCE

Masa lensa dikeluarkan dengan merobek kapsul bagian anterior dan


meninggalkan bagian posterior
c.

Fakoemulsifikasi

Inti lensa dihancurkan didalam kapsul dan sisa masa lensa dibersihka dengan
irigasi dan aspirasi
Adapun komplikasi tindakan operatif katarak2
1.

Hilangnya vitreous.

Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreousnya
dapat masuk ke dalam bilik mata depan yang merupakan resiko terjadinya
glaukoma atau traksi pada retina.
2.

Prolaps iris.

Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode paska operasi
dini. Pupil mengalami distorsi.
3.

Endoftalmitis.

Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi (< 0,3%),
pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri, penurunan tajam
penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik mata depan (hipopion).
4.

Astigmatisma pasca operasi.

Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi


astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan pengukuran kacamata
baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan.
Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan
terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa
dilakukan dengan mudah di klinik dengan anastesi lokal,dengan pasien duduk di
depan slit lamp . Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi
namun mungkin diperlukan jahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak
sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil
menghindarkan komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan
koreksi astigmatisma yang telah ada sebelumnya.
5.

Edema makular sistoid.

Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai dengan


hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring berjalannya waktu,namun dapat
menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
6.

Ablasio retina.

Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan rendahnya


tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan
vitreous
7.

Opasifikasi kapsul posterior.

Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada beberapa
bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu bermigrasi melalui
permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkindidapatkan rasa silau.
Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser sebagai prosedur klinis
rawat jalan.

BAB V
KESIMPULAN

Katarak senilis matur adalah katarak yang terjadi dimana kekeruhan lensa yang
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun dan kekeruhan sudah
mengenai seluruh lensa, warna menjadi putih keabu-abuan, serta tajam
penglihatan menurun tinggal melihat gerakan tangan atau persepsi cahaya.
Adapun terapi dari katarak senilis matur ini adalah dilakukannya pembedahan
dengan tekhnik Intra Capsular Cataract Extraction, Extra Capsular Cataract
Extraction dan fakoemulsi.

DAFTAR PUSTAKA

1.
Ilyas,Sidarta, HHB Mailangkay, dkk. Lensa Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa Kedokteran. Sagung Seto, Jakarta.2002
2.
Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept
of Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
3.
SMF ilmu penyakit mata. Pedoman Dianosis dan Terapi Edisi III. RSUD
Soetomo. Surabaya. 2006
4.

http://lomboksehat.blogspot.com/2011/11/katarak-senilis.html

Anda mungkin juga menyukai