Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH STIMULASI TERHADAP SEKRESI

SALIVA

A. TUJUAN
Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa mampu memahami
pengaruh rangsang berkumur terhadap sekresi saliva. Pada praktikum ini akan dilaukan
pengambilan dan pengukuran volume serta pH saliva.
B. DASAR TEORI
Saliva merupakan cairan rongga mulut yang berfungsi untuk
melindungi jaringan di dalam rongga mulut melalui pembersihan
secara mekanis, mengurangi akumulasi plak, lubrikasi elemen gigi
geligi, pengaruh buffer, agregasi bakteri yang dapat menghambat
kolonisasi mikroorganisme, aktivitas antibakterial, pencernaan, retensi,
kelembaban dan pembersihan makanan. Fungsi perlindungan ini
sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan komposisi maupun viskositas, derajat keasaman dan susunan
ion serta protein saliva.
Derajat keasaman (pH) serta saliva normal berkisar antara 6,7
7,3. Derjat keasaman dan kapasitas buffer saliva dapat dipengaruhi
oleh irama siang dan malam. Diet kaya karbohidrat dapat menurunkan
kapasitas buffer saliva karena adanya karbohidrat dapat meningkatkan
produksi asam oleh bakteri. Kapasitas buffer dapat meningkat apabila
banyak mengkonsumsi diet kaya protein dan sayuran.
Volume saliva dalam setiap 24 jam berkisar antara 1000 1500 ml.
Jumlah saliva yang disekresikan dalam keadaan tidak terstimulasi
sekitar 0,32 ml/menit, sedangkan dalam keadaan terstimulasi
mencapai 3 4 ml/menit. Stimulasi terhadap kelenjar saliva dapat
berupa rangsang olfaktorius, melihat dan memikirkan makanan,
rangsang mekanis, kimiawi, neuronal dan rasa sakit. Rangsang
mekanis terjadi saat mengunyah makanan keras atau permen karet.
Rasa manis, asam, asin, pahit, dan pedas merupakan rangsang yang
datang dari saraf simpatis dan parasimpatis. Selain itu kondisi psikis
dan stres juga dapat mempengaruhi sekresi saliva.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Bahan kumur aquabides
2. Pot untuk menampung saliva
3. Kertas tissue

4. Kertas saring
5. pH meter
6. Permen karet
7. Stopwatch
8. Spuit injeksi
D. CARA KERJA
Catat jam berapa probandus makan terakhir dan jam berapa mulai
melakukan percobaan
1. Tanpa Stimulasi
1) Subyek berdiri tegak lurus dengan lantai
2) Kumpulkan saliva dalam rongga mulut selama 5 menit
3) Tampung saliva yang terkumpul di dalam pot saliva
4) Ukur volume saliva dengan cara aspirasi dengan menggunakan spuit injeksi
5) Tuang kembali saliva ke dalam pot saliva
6) Ukur pH menggunakan pH meter
Catatan : untuk menjaga akurasi alat pH meter perlu dilakukan
pencucian
menggunakan
aquabides
dan
dikeringkan
mengguanakan kertas tissue.
15 menit kemudian dilakukan langkah berikut :
2. Stimulasi Berkumur
1) Subyek berdiri tegak lurus dengan lantai
2) Subyek berkumur 10 ml aquabides selama 1 menit
3) Keluarkan saliva selama 10 detik dan tampung dalam pot saliva
4) Ukur volume saliva
5) Tuang kembali saliva ke dalam pot saliva
6) Ukur pH menggunakan pH meter
15 menit kemudian dilakukan langkah berikut :
3. Stimulasi Pengunyahan
1) Subyek mengunyah permen karet selama 5 menit
2) Subyek berdiri tegak lurus dengan lantai
3) Keluarkan saliva selama 10 detik dan tampung dalam pot saliva
4) Ukur volume saliva
5) Tuang kembali saliva ke dalam pot saliva
6) Ukur pH menggunakan pH meter
15 menit kemudian dilakukan langkah terakhir berikut :
4. Stimulasi Asam Sitrun
1) Subyek berkumur 10 ml aquabides selama 1 menit, kemudian
tetesi lidah dengan asam sitrun sampai timbul persepsi
pengecapan
2) Kemudian saliva dibuang
3) Subyek berdiri tegak lurus dengan lantai
4) Keluarkan dan tampung dalam pot saliva
5) Ukur volume saliva

6) Tuang kembali saliva ke dalam pot saliva


7) Ukur pH menggunakan pH meter
E. HASIL
Stimulasi

Probandus
Erman Subiyanto
Volume Saliva

Tanpa stimulasi
Stimulasi
berkumur
Stimulasi
mengunyah
Stimulasi
asam
sitrun

Weningtyas

2,6 ml/5 menit

pH
Saliva
7,6

Volume Saliva

pH
Saliva
7,8

0,4 ml/menit

7,9

1,5 ml/5
menit
0,2 ml/menit

0,2 ml

7,9

1,2 ml

7,02

0,5 ml

6,3

1,4 ml

5,73

7,5

F. PEMBAHASAN
Kapasitas buffer saliva merupakan faktor penting yang memainkan peran dalam
memelihara pH saliva dan remineralisasi gigi. Kapasitas buffer saliva pada dasarnya
sangat bergantung pada konsentrasi bikarbonat. Hal itu berkolerasi dengan laju aliran
saliva. Pada saat laju aliran saliva menurun cenderung untuk menurunkan kecepatan
buffer dan meningkatkan resiko perkembangan karies.
Derajat keasaman (pH) sangatlah berbeda antara satu individu dengan individu lain.
Pada diet yang mengandung karbohidrat akan menyebabkan turunnya pH saliva yang
akan menyebabkan terjadinya demineralisasi enamel gigi.
Volume saliva dalam setiap 24 jam berkisar antara 1000 1500 ml.
Jumlah saliva yang disekresikan dalam keadaan tidak terstimulasi
sekitar 0,32 ml/menit, sedangkan dalam keadaan terstimulasi
mencapai 3 4 ml/menit.
G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
stimulasi berkumur, mengunyah dan pemberian asam sitrun dapat
meningkatkan volume sekresi saliva, sehingga saliva yang distimulasi
pun meningkat dengan signifikan dibandingkan aliran saliva yang tidak
distimulasi. Peningkatan aliran saliva diikuti dengan kenaikan niali pHnya. Aliran saliva maksimal dicapai saat saliva dirangsang dengan
asam sitrun, sedangkan minimumnya pada rangsangan manis.

H. DAFTAR PUSTAKA
Amerongen, A. N., 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah : Arti Penting bagi Kesehatan Gigi.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Dorland, W. A. Newman, 2014. Kamus Saku Kedokteran edisi 28. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai