Anda di halaman 1dari 13

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT UNTUK


MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
TEKNIK DASAR PASSING BOLA BASKET
Md Bani Purwani, I Wyn Rai, I Pt Darmayasa
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja-Indonesia
e-mail: {purwani.bani@yahoo.co.id, wayanrai68@yahoo.co.id,
iputudarmayasa@yahoo.com}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing bola basket melalui
implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas
VIII B SMP Negeri 2 Seririt tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan
kelas dengan peneliti sebagai guru. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Subjek penelitian
adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Seririt yang berjumlah 27 orang. Data dianalisis menggunakan
statistik deskriptif. Berdasarkan analisis data hasil penelitian aktivitas belajar teknik dasar passing bola
basket mengalami peningkatan dari observasi awal ke siklus I meningkat sebanyak 9 orang (33,3%) dari
11 orang (40,07%) menjadi 20 orang (74,1%) dan dari siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 7 orang
dari 20 orang (74,1%) menjadi 27 orang (100%). Sedangkan Ketuntasan hasil belajar teknik dasar
passing bola basket dari observasi awal ke siklus I meningkat sebanyak 10 orang (37,04%) dari 6 orang
(22,2%) menjadi 16 orang (59,3%) dan dari siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 9 orang (33,3%) dari
16 orang (59,3%) menjadi 25 orang (92,6%). Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing bola basket meningkat melalui
implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Seririt
tahun pelajaran 2013/2014. Oleh karena itu disarankan kepada guru Penjasorkes agar
mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran passing bola
basket.
Kata Kunci : TGT, aktivitas, hasil belajar, passing bola basket.
Abstract
This study is aimed at improving students activity and their learning result the basic technique passing
basket ball. The technique was implementation through cooperative learning model type Teams Games
Tournament (TGT) of VIII B Class in SMP Negeri 2 Seririt academic year in 2013/2014. This study is
action research with the researcher as a teacher. The research was conducted by 2 cycles. The subject
was 27 students of VIII B SMP Negeri 2 Seririt. The data was analyzed using statistic descriptive. Based
on the analysis of research data, learning activity the basic techniques passing basket ball increased by
first observation to first cycle by 9 peoples (33,3%) from 11 peoples (40,07%) became 20 peoples
(74,1%) and from first cycle to second cycle increased by 7 peoples (%) from 20 peoples (74,1%) became
27 peoples (100%). Meanwhile, learning result the basic techniques passing basket ball increased by first
observation to first cycle by 10 peoples (37,04%) from 6 peoples (22,2%) became 16 peoples (59,3%)
and from first cycle to second cycle increased by 9 peoples (33,3%) from 16 peoples (59,3%) became 25
peoples (92,6%). It can be conclude that the activites and learning results the basic techniques passing
basket ball through the implementation of cooperative learning model type TGT of VIII B Class in SMP
Negeri 2 Seririt academic year in 2013/2014. It was suggested to the teacher to implementation the
cooperative learning model type TGT in the learning passing the basket ball.
Keywords : TGT, activity, learning result, passing basket ball.

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Peningkatan sumber daya manusia
ditentukan antara lain oleh kinerja lembaga
pendidikan, guru, peserta didik, dan
kurikulum. Pendidikan merupakan suatu
usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan
suasana
dan
proses
pembelajaran
secara
aktif
dengan
mengembangkan aspek kepribadian dan
kemampuan manusia, baik dilihat dari
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Husdarta (2009: 3) menyatakan bahwa
pada hakekatnya pendidikan jasmani
adalah
proses
pendidikan
yang
memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan
untuk menghasilkan perubahan holistik
dalam kualitas individu baik fisik, mental,
dan emosional. Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan merupakan
bagian integral dari sistem pendidikan
secara keseluruhan yang tidak hanya
bertujuan
untuk
mengembangkan
kebugaran jasmani dan keterampilan gerak,
melainkan juga mengembangkan aspek
keterampilan berpikir kritis, penalaran,
stabilitas emosional, keterampilan sosial,
pola hidup sehat, dan tindakan moral
melalui kegiatan aktivitas jasmani dan
olahraga dan kesehatan terpilih dan
sistematis. Oleh sebab itu, pelaksanaan
pendidikan jasmani harus disesuaikan pada
pencapaian tujuan tersebut. (Permendiknas
,2006: 163).
George J. Mouly (dalam Trianto,
2009: 9) mengemukakan belajar adalah
proses perubahan tingkah laku seseorang
berkat adanya pengalaman. Dengan kata
lain belajar merupakan suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan diri
seseorang. Konsep pembelajaran menurut
Corey (dalam Syaiful Sagala, 2009: 61)
merupakan
suatu
proses
dimana
lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi
khusus, pembelajaran merupakan subset
dari
pendidikan.
Pembelajaran
mengandung arti setiap kegiatan yang
dirancang untuk membantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan dan atau
nilai yang baru. Dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi
antara guru dan siswa yang sengaja
dirancang untuk menciptakan terjadinya

aktivitas belajar. Keberhasilan suatu proses


belajar mengajar sangat ditentukan oleh
guru dan siswa.
Program pembelajaran di sekolah
mendasarkan diri pada suatu kurikulum.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(dalam Soetopo, 2010) menyatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggaraan
kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata
pelajaran Penjasorkes terdapat salah satu
kompetensi dasar yaitu mempraktekkan
variasi dan kombinasi teknik dasar salah
satu permainan olahraga beregu bola besar
lanjutan dengan kombinasi yang baik serta
nilai kerjasama, toleransi, percaya diri,
keberanian, menghargai lawan, dan
bersedia berbagi tempat dan peralatan.
Namun kenyataannya, pada permainan
olahraga beregu bola besar
yaitu
permainan bola basket khususnya materi
teknik dasar passing (chest pass dan
bounce pass), banyak siswa yang
mengalami masalah. Pada observasi awal
yang peneliti lakukan di kelas VIII B SMP
Negeri 2 Seririt tahun pelajaran 2013/2014
pada tanggal 25 Juli dan 1 Agustus 2013
menunjukkan aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran teknik dasar passing (chest
pass dan bounce pass) bola basket masih
belum aktif dan hasil belajar siswa masih
tergolong tidak tuntas. Beberapa siswa
masih
bermasalah
sehingga
perlu
peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar
karena secara klasikal masih belum
memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM) di sekolah yaitu 76.
Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran
yang
menyediakan
kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas
sendiri kepada siswa (Oemar Hamalik,
2001: 171). Perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung merupakan
aktivitas belajar siswa. Siswa belajar dan
beraktivitas sendiri untuk memperoleh
pengalaman, pengetahuan, dan tingkah
laku
lainya
serta
mengembangkan
keterampilannya yang bermakna. Sehingga

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
aktivitas belajar siswa merupakan dasar
untuk mencapai hasil belajar yang lebih
optimal.
Jenis aktivitas belajar sangat
beraneka ragam, karena itu para ahli
mengelompokkan atau mengklasifikasikan
jenis-jenis
aktivitas
belajar
tersebut.
Menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar
Hamalik, 2001: 172) mengklasifikasikan
kegiatan belajar dalam 8 kelompok yaitu
kegiatan visual, lisan, audio, menulis,
menggambar,
metrik,
mental,
dan
emosional. Namun dalam penelitian ini,
berdasarkan pembelajaran Penjasorkes
dalam penerapannya, peneliti hanya
meneliti 6 kegiatan aktivitas belajar yaitu
visual, lisan, audio, mental, metrik, dan
emosional.
Guru dan siswa memiliki peran
penting
dalam
pencapaian
tujuan
pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2002:
7) menyatakan bahwa siswa sebagai
penentu terjadinya atau tidak terjadinya
proses belajar dimana proses belajar terjadi
berkat siswa memperoleh sesuatu yang
ada dilingkungan sekitar. Sedangkan guru
sangat berperan dalam membuat desain
instruksional, menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar, dan mengevaluasi hasil
belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2002: 3),
hasil belajar merupakan
ketercapaian dari suatu proses belajar yang
dihasilkan oleh siswa. Dengan adanya
interaksi tindak belajar dan mengajar siswa
memperoleh hasil belajar. Guru mengakhiri
tindak mengajar dengan proses evaluasi
hasil belajar, dan berakhirnya puncak
proses belajar mengajar merupakan hasil
belajar yang diraih oleh siswa. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi antara guru dengan
ataupun siswa itu sendiri menjadi lebih
tinggi. Hal ini menyebabkan terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi
belajar siswa. Untuk mencapai hal tersebut,
sangat dibutuhkan kemampuan guru dalam
mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Permainan bola basket merupakan
suatu permainan yang dapat dimainkan
baik putra maupun putri yang tiap regu
terdiri dari 12 orang dan 5 orang yang dapat
langsung turun ke lapangan pertandingan

untuk tiap regu yang bertujuan membuat


kemenangan dengan memasukan bola ke
keranjang lawan lebih banyak dari regu
lawan dengan lamanya pertandingan 4 x 10
menit (Kanca, I Nyoman: 2010). Untuk
dapat mencapai kemenangan dalam suatu
permainan bola basket diperlukan teknik
dasar yang baik. Teknik dasar operan
(passing) merupakan teknik pertama.
Teknik dasar passing terdiri dari operan
dada (chest pass), operan pantulan
(bounce pass), operan dari atas kepala
(over head pass), dan baseball pass
(Kanca, I Nyoman, 2010: 44). Teknik dasar
passing bola basket yang diteliti dalam
penelitian ini adalah teknik dasar chest
pass dan bounce pass.
Pada hasil observasi awal aktivitas
belajar teknik dasar passing bola basket
berada pada kategori cukup aktif dan
tergolong belum aktif dengan rata-rata
aktivitas belajar siswa secara klasikal
mencapai 6,2. Aktivitas belajar siswa
secara individu dari jumlah siswa 27 orang
didapatkan siswa yang dikategorikan
sangat aktif sebanyak 2 orang (7,41%), aktif
sebanyak 9 orang (33,3%), cukup aktif
sebanyak 11 orang (40,74%), kurang aktif
sebanyak 5 orang (18,52%) dan siswa yang
dikategorikan sangat kurang aktif tidak ada
(0%). Aktivitas belajar siswa dikatakan
berhasil jika berada minimal pada kategori
aktif yaitu antara 7 X < 9 sesuai kriteria
penggolongan aktivitas belajar yang
dimodifikasi
dari
Nurkancana
dan
Sunartana (1992:100). Jadi siswa yang
tergolong aktif sebanyak 11 orang dengan
persentase 40,74% dan siswa yang
tergolong belum aktif atau bermasalah pada
aktivitas belajar siswa sebanyak 16 orang
dengan persentase 59,26%.
Sedangkan pada data hasil belajar
teknik dasar passing bola basket, siswa
yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM) sebanyak 6 orang (22,2%) dan
siswa yang belum memenuhi KKM
sebanyak 21 orang (77,8%). Adapun rincian
ketuntasan siswa adalah tidak ada (0%)
siswa dalam kategori sangat baik, 6 orang
(22,2%) dalam kategori baik, 1 orang
(3,7%) dalam kategori cukup baik, 20 orang
(74,1%) dalam kategori kurang baik, dan
tidak ada (0%) siswa dalam kategori sangat

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
kurang baik. Dengan menganalisa data
hasil belajar diatas, maka hasil belajar
teknik dasar passing (chest pass dan
bounce pass) bola basket siswa kelas VIII B
tergolong tidak tuntas karena persentase
ketuntasan hasil belajar siswa sebesar
22,2% sedangkan siswa yang bermasalah
pada hasil belajar atau tergolong tidak
tuntas sebanyak 21 orang dengan
persentase 77,8%. Sementara itu hasil
belajar dikatakan tuntas jika mencapai
kriteria ketuntasan minimal yaitu 76%
sesuai dengan KKM di SMP Negeri 2
Seririt.
Faktor-faktor penyebab terjadinya
permasalahan tersebut dilihat dari kegiatankegiatan aktivitas belajar yang terdiri dari
kegiatan-kegiatan visual, lisan, audio,
metrik,
mental
dan
emosional.
Permasalahan yang masih banyak dialami
siswa yakni dalam kegiatan visual pada
poin (b), yaitu siswa tidak mengamati teman
dalam melakukan demonstrasi teknik dasar
passing (chest pass dan bounce pass) bola
basket dengan baik. Kegiatan lisan pada
poin (b), yaitu siswa tidak berani
mengemukakan pendapat dan memberikan
saran dalam diskusi kelompok dalam materi
teknik dasar passing (chest pass dan
bounce pass) bola basket. Kegiatan audio
pada poin (b), yaitu siswa tidak fokus
mendengarkan penjelasan diskusi dalam
kelompok tentang materi yang dipelajari
yaitu teknik dasar passing (chest pass dan
bounce pass) bola basket. Kegiatan metrik
pada poin (b), yaitu siswa tidak bisa
melakukan percobaan gerakan-gerakan
baru yang mendukung penyempurnaan
gerakan teknik dasar passing (chest pass
dan bounce pass) bola basket. Kegiatan
mental pada poin (b), yaitu siswa belum
bisa
membuat
keputusan
yang
berhubungan dengan materi teknik dasar
passing (chest pass dan bounce pass) bola
basket. Dan dalam kegiatan emosional
pada poin (b), yaitu siswa banyak yang
bermain-main sehingga tidak sungguhsungguh dalam melakukan gerakan
passing (chest pass dan bounce pass) bola
basket. Masalah lain yang peneliti temukan
yaitu terdapat pada hasil belajar yang
mencakup tiga aspek yaitu aspek kognifit,
afektif, dan psikomotor. Pada aspek
kognitif, siswa banyak yang belum

memahami dan menyebutkan bagaimana


teknik dasar passing (chest pass dan
bounce pass) bola basket. Pada aspek
afektif, terlihat banyak siswa yang masih
belum mau membantu teman yang belum
mengerti dan belum dapat menjaga
kekompakkan
kelompoknya
dalam
melakukan gerakan teknik dasar passing
(chest pass dan bounce pass) bola basket,
belum berani mengajukan dan menjawab
pertanyaan tentang materi yang dipelajari,
dan
belum
berani
mengemukakan
pendapat. Hal tersebut menunjukkan
kurangnya kerjasama dan rasa percaya diri
pada diri siswa. Sikap berbagi tempat
sesama teman atau kelompok juga belum
ditunjukkan oleh siswa. Yang terakhir pada
aspek psikomotor, siswa banyak yang
belum bisa melakukan gerakan teknik dasar
passing (chest pass dan bounce pass) bola
basket dengan baik yang terlihat pada sikap
awal, sikap pelaksanaan, dan sikap akhir.
Permasalahan yang terjadi pada teknik
dasar operan dada (chest pass) yaitu (1)
pada sikap awal, posisi kedua siku masih
belum sempurna yaitu sikunya terlalu
ditekuk, (2) pada sikap pelaksanaan,
langkah siswa belum bagus melangkah
pada arah operan dan berat badannya tidak
dibawa kedepan, dan (3) pada sikap akhir
salah satu kaki belum lurus kebelakang,
kaki depan kurang ditekuk dan badan tidak
condong kedepan, serta pandangan tidak
mengarah pada arah sasaran. Untuk teknik
dasar operan pantulan (bounce pass),
permasalahan yang diemukan yaitu (1)
pada sikap awal, posisi kedua siku terlalu
ditekuk, (2) pada sikap pelaksanaan juga
tidak melangkah pada operan, dan berat
badan tidak dibawa kedepan, dan (3) pada
sikap akhir salah satu kaki belum lurus
kebelakang, kaki depan kurang ditekuk dan
badan tidak condong kedepan, serta
pandangan tidak mengarah pada arah
sasaran.
Dengan
demikian
dapat
diidentifikasi pokok permasalahan secara
umum
sebagai
faktor
penyebab
bermasalahnya aktivitas dan hasil belajar
siswa yaitu pertama, penggunaan metode
pembelajaran yang masih menggunakan
metode konvensional seperti ceramah,
demonstrasi,
dan
penugasan
yang
menyebabkan proses pembelajaran hanya
terpusat pada guru. Kedua, kurangnya

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
penerapan model pembelajaran inovatif
yang lebih banyak melibatkan siswa dalam
proses
pembelajaran
sehingga
menyebabkan siswa belum aktif dan
berdampak pada ketuntasan hasil belajar
siswa. Dan ketiga, interaksi antara siswa
dengan siswa maupun siswa dengan guru
kurang yang mengakibatkan kelas tampak
pasif sehingga ketertarikan siswa dalam
mengikuti
pembelajaran
Penjasorkes
khususnya pada materi teknik dasar
passing (chest pass dan bounce pass) bola
basket menjadi kurang yang menyebabkan
aktivitas belajar siswa menjadi belum aktif
dan berdampak pada hasil belajar siswa
yang masih tidak tuntas. Dilihat dari
permasalahan yang telah diuraikan diatas,
maka diperlukan sebuah solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Salah
satu solusi yaitu mengimplementasikan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) sebagai model
pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran materi teknik dasar passing
bola basket. TGT merupakan salah satu
tipe
pembelajaran
kooperatif
yang
dikembangkan melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan. Siswa memainkan
permainan dengan anggota-anggota tim
yang lain untuk memperoleh tambahan poin
untuk skor tim mereka (Trianto, 2009: 83).
Menurut Joyce (dalam Trianto,
2009: 22), model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas untuk
menentukan
perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya bukubuku, film, komputer, dan kurikulum. Arends
(dalam Trianto, 2009: 25) bersama pakar
model pembelajaran berpendapat, bahwa
tidak ada satu model pembelajaran yang
paling baik di antara yang lainnya karena
masing-masing model pembelajaran dapat
dirasakan baik apabila telah diujicobakan
untuk mengajarkan materi pembelajaran
tertentu.
Dari
sekian
banyak
model
pembelajaran yang ada peneliti akan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif
karena
dengan
model
pembelajaran kooperatif siswa diajarkan
membagi diri menjadi beberapa kelompok

kecil sehingga siswa bisa berinteraksi dan


berkreasi
dalam
kelompoknya.
Dari
beberapa
tipe
model
pembelajaran
kooperatif, peneliti menggunakan tipe
pembelajaran kooperatif yang disesuaikan
dengan karakteristik siswa yang cenderung
lebih suka dengan permainan, yaitu dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT karena model
pembelajaran ini melibatkan siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan. Aktivitas belajar yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks
disamping
menumbuhkan
tanggungjawab, kerjasama, dan persaingan
sehat karena adanya games dan kompetisi
yang membuat siswa lebih termotivasi
sehingga proses belajar mengajar menjadi
lebih efektif, kompetitif, dan menyenangkan
yang dapat menjadikan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran teknik
dasar passing (chest pass dan bounce
pass) bola basket meningkat.
Adapun tujuan penelitian yang ingin
dicapai
adalah
untuk
meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar teknik dasar
passing bola basket melalui implementasi
model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) pada siswa
kelas VIII B SMP Negeri 2 Seririt tahun
pelajaran 2013/2014. Selain itu bertujuan
untuk memberikan inovasi-inovasi baru
dalam pembelajaran.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau
disebut classroom action research dengan
bentuk guru sebagai peneliti. Penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar
dapat memperbaiki dan meningkatkan
praktek-praktek pembelajaran di kelas
secara profesional" (Kanca, I Nyoman,
2010: 108).
Penelitian ini telah dilakukan pada
siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Seririt
tahun pelajaran 2013/2014. Dengan
pembelajaran teknik dasar passing bola
basket, penelitian ini telah dilaksanakan
pada pukul 07.00 08.20 WITA bertempat
di lapangan basket SMP Negeri 2 Seririt

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
yang dilaksanakan pada semester ganjil
melalui 2 siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan I
siklus I dilakukan pada tanggal 15 Agustus
2013 dan pertemuan II siklus I pada
tangggal 22 Agustus 2013. Sedangkan
pertemuan I siklus II dilaksanakan pada
tanggal 29 Agustus 2013 dan pertemuan II
siklus II dilaksanakan pada tanggal 5
September 2013.
Adapun prosedur yang harus dilalui
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(a) observasi awal, (b) refleksi awal, (c)
identifikasi masalah, (d) analisis masalah,
(e) formulasi solusi, (f) pelaksanaan siklus I
yang terdiri dari tahap perencanaan
tindakan,
pelaksanaan
tindakan,
observasi/evaluasi hasil tindakan, dan
refleksi hasil tindakan, (g) pelaksanaan
siklus II yang terdiri dari tahap perencanaan
tindakan,
pelaksanaan
tindakan,
observasi/evaluasi hasil tindakan, dan
refleksi
hasil
tindakan,
(h)
tahap
pelaporan/rekomendasi.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
pengumpulan data aktivitas dan hasil
belajar. Data aktivitas belajar dikumpulkan
pada setiap pertemuan di masing-masing
siklus yang dilakukan oleh 2 orang observer
dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas belajar. Sedangkan data hasil
belajar dikumpulkan pada pertemuan kedua
di setiap siklus yang dilakukan oleh 3 orang
evaluator
dengan
menggunakan
assessment penilaian hasil belajar aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam penelitian ini, teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis
statistik deskriptif. Statistik deskriptif dapat
digunakan untuk mengolah karakteristik
data yang berkaitan dengan menjumlah,
mencari persentase, merata-rata, mencari
titik tengah, dan menyajikan data yang
menarik, mudah dibaca dan diikuti alur
berpikirnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada observasi awal yang dilakukan
di kelas VIII B SMP Negeri 2 Seririt tahun
pelajaran 2013/2014 ditemukan data

aktivitas belajar siswa tergolong belum aktif


dan hasil belajar siswa tergolong tidak
tuntas. Hal ini dapat dilihat secara klasikal
siswa masih belum bisa memenuhi KKM di
sekolah yang sebesar 76. Pada data
aktivitas belajar siswa secara klasikal
sebesar 6,2 maka aktivitas belajar teknik
dasar passing bola basket pada siswa kelas
VIII B SMP Negeri 2 Seririt secara klasikal
berada pada kategori cukup aktif dan
tergolong belum aktif. Aktivitas belajar
siswa secara individu dari siswa yang
berjumlah 27 orang, diperoleh siswa dalam
kategori sangat aktif sebanyak 2 orang
(7,41%), aktif sebanyak 9 orang (33,33%),
cukup aktif sebanyak 11 orang (40,74%),
kurang aktif sebanyak 5 orang (18,52%),
dan siswa dalam kategori sangat kurang
aktif tidak ada (0%). Sehingga diperoleh
data aktivitas belajar siswa yang aktif
sebanyak 11 orang (40,74%) dan siswa
yang belum aktif sebanyak 16 orang
(58,26%). Sedangkan untuk data hasil
belajar teknik dasar passing bola basket,
siswa yang tuntas sebanyak 6 orang
(22,2%) dan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 21 orang (77,8%). Adapun rincian
ketuntasan belajar siswa adalah siswa
dalam kategori sangat baik tidak ada (0%),
dalam kategori baik sebanyak 6 orang
(22,2%), dalam kategori cukup baik
sebanyak 1 orang (3,7%), dalam kategori
kurang baik sebanyak 20 orang (74,1%),
dan siswa dalam kategori sangat kurang
baik tidak ada (0%).
Pada penelitian siklus I, tindakan
yang diberikan sesuai dengan tahapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Namun masih terdapat siswa yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Hasil penelitian siklus I pada
aktivitas belajar yaitu siswa dalam kategori
sangat aktif sebanyak 4 orang (14,8%), aktif
sebanyak 16 orang (59,3%), cukup aktif
sebanyak 7 orang (25,9%), kurang aktif
tidak ada (0%), dan siswa dalam kategori
sangat kurang aktif tidak ada (0%). Ratarata aktivitas belajar pada siklus I yaitu 7,5
yang berada dalam kategori aktif.
Penggolongan
aktivitas
belajar
siklus I dapat dilihat pada tabel 1.

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
Tabel 1. Kategori penggolongan aktivitas belajar teknik dasar passing bola basket
pada siklus I

Kriteria

Kategori

Jumlah
Siswa

Persentase

X 9

Sangat Akif

14,8%

7 X < 9

Aktif

16

59,3%

5 X < 7

Cukup Aktif

25,9%

3 X < 5

Kurang Aktif

0%

X<3

Sangat Kurang Aktif

0%

27

100%

Jumlah

Pada data hasil belajar siklus I


diperoleh siswa dalam kategori sangat baik
tidak ada (0%), dalam kategori baik
sebanyak 16 orang (59,3%), dalam kategori
cukup baik sebanyak 5 orang (18,5%),
dalam kategori kurang baik sebanyak 6
orang (22,2%), dan siswa dalam kategori

Ket.
Aktif
20 orang
(74,1%)

Belum aktif
7 orang
(25,9%)

27 orang (100%)

sangat kurang baik tidak ada (0%). Dengan


demikian didapatkan sebanyak 16 orang
(59,3%) siswa yang tuntas dan 11 orang
(40,7%) siswa yang tidak tuntas.
Persentase ketuntasan hasil belajar
siklus I dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Persentase ketuntasan hasil belajar teknik dasar passing bola basket pada
siklus I

Tingkat
Penguasaan

Kategori

Jumlah
Siswa

Persentase

Ketuntasan
Siswa

86%-100%

Sangat
Baik

0%

76%-85%

Baik

16

59,3%

16 orang
(59,3%)
siswa
tuntas

66%-75%

Cukup
Baik

18,5%

46%-65%

0%-45%

Jumlah

Kurang
Baik
Sangat
Kurang
Baik

22,2%

0%

27

100%

11 orang
(40,7%)
siswa
tidak tuntas

27 orang
(100%)

Target
Ketuntasan
76%

Siklus I tingkat ketuntasan


belum mencapai 76% dan
dilanjutkan ke siklus II,
untuk pencapaian hasil
penelitian yang sesuai
dengan KKM di sekolah
yaitu 76%

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
Pada siklus II dilakukan tindakan
yang sesuai dengan hasil refleksi dari
tindakan siklus I. Dari tindakan tersebut
terjadi peningkatan pada aktivitas dan hasil
belajar siswa. Hal ini terbukti sesuai data
aktivitas dan hasil belajar pada siklus II.
Pada data aktivitas belajar siswa
pada siklus II diperoleh siswa yang berada
dalam kategori sangat aktif sebanyak 16
orang (59,3%), aktif sebanyak 11 orang

(40,7%), cukup aktif tidak ada (0%), kurang


aktif tidak ada (0%), dan siswa dalam
kategori sangat kurang aktif tidak ada (0%).
Adapun nilai rata-rata aktivitas belajar
teknik dasar passing bola basket secara
klasikal yaitu 9,06 berada dalam kategori
sangat aktif.
Penggolongan
aktivitas
belajar
siklus II dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kategori penggolongan aktivitas belajar teknik dasar passing bola basket
pada siklus II

Kriteria

Kategori

Jumlah
Siswa

Persentase

Ket.

X 9

Sangat Akif

16

59,3%

7 X < 9

Aktif

11

40,7%

Aktif
27 orang
(100%)

5 X < 7

Cukup Aktif

0%

3 X < 5

Kurang Aktif

0%

X<3

Sangat Kurang Aktif

0%

27

100%

Jumlah

Pada data hasil belajar siklus II


diperoleh siswa dalam kategori sangat baik
sebanyak 3 orang (11,1%), dalam kategori
baik sebanyak 22 orang (81,5%), dalam
kategori cukup baik sebanyak 2 orang
(7,4%), dalam kategori kurang baik tidak
ada (0%), dan siswa dalam kategori sangat
kurang baik tidak ada (0%). Dengan
demikian didapatkan sebanyak 25 orang
(92,6%) siswa yang tuntas dan 2 orang
(7,4%) siswa yang tidak tuntas. Secara
klasikal ketuntasan belajar siswa tergolong
tuntas karena sudah memenuhi KKM yaitu
76%. Selain karena ketuntasan belajar

Belum aktif
0 orang
(0%)

27 orang (100%)

telah memenuhi KKM di sekolah, penelitian


ini
tidak
dilanjutkan
lagi
karena
keterbatasan waktu penelitian agar tidak
mengganggu kurikulum di sekolah. Siswa
yang tidak tuntas sebanyak 2 orang
tersebut akan direkomendasikan kepada
guru Penjasorkes agar diberikan perhatian
khusus dalam pembelajaran Penjasorkes
berikutnya, sehingga hasil belajarnya bisa
mencapai kriteria ketuntasan minimal di
sekolah bersangkutan.
Persentase ketuntasan hasil belajar
siklus II dapat dilihat pada tabel 4.

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
Tabel 4. Persentase ketuntasan hasil belajar teknik dasar passing bola basket
pada siklus II

Tingkat
Penguasaan

Kategori

Jumlah
Siswa

Persentase

Ketuntasan
Siswa

86%-100%

Sangat Baik

11,1%

76%-85%

Baik

22

81,5%

25 orang
(92,6%)
tuntas

66%-75%

Cukup Baik

7,4%

46%-65%

Kurang Baik

0%

0%-45%

Sangat
Kurang Baik

0%

27

100%

Jumlah

Dari hasil penelitian pada siklus I


dan siklus II dilakukan refleksi melalui
diskusi dengan siswa dan guru. Pada
penelitian
ini
ditemukan
adanya
peningkatan aktivitas dan hasil belajar
teknik dasar passing bola basket pada
siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Seririt

2 orang
(7,4%)
tidak tuntas

Target
Ketuntasan
76%
Siklus II
tingkat ketuntasan
sudah mencapai
76% dan tidak
dilanjutkan lagi
karena
keterbatasan
waktu.

27 orang
(100%)

tahun pelajaran 2013/2014 pada setiap


siklus. Peningkatan tersebut terjadi secara
bertahap dan akhirnya sesuai dengan
tujuan
pembelajaran
dan
mampu
memenuhi KKM di sekolah.
Peningkatan tersebut dapat dilihat
pada tabel 5 dan tabel 6.

Tabel 5. Peningkatan data aktivitas belajar siswa

Tahapan

Observasi
Awal

Siklus I

Siklus II

Keaktifan
Siswa
Cukup Aktif

Aktif

Sangat Aktif

Aktivitas
Belajar
Klasikal

Peningkatan Aktivitas Belajar


Observasi Awal
Siklus I ke
Observasi Awal
ke Siklus I
Siklus II
ke Siklus II

11 orang
(40,07%)
20 orang
(74,1%)
27 orang
(100%)

Dari data tabel 5 diatas, dapat


disampaikan bahwa terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa dari observasi awal

9 orang
(33,3%)
16 orang
(59,3%)
7 orang
(25,9%)

ke siklus I sebanyak 9 orang (33,3%) dan


dari siklus I ke siklus II meningkat sebanyak
7 orang (25,9%).

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
Tabel 6. Peningkatan data hasil belajar siswa

Tahapan

Kategori
Ketuntasan

Jumlah
Siswa

Observasi
Awal

Tidak Tuntas

6 orang
(22,2%)

Siklus I

Tidak Tuntas

Peningkatan Hasil Belajar


Observasi Awal Siklus I ke
Observasi awal
ke Siklus I
Siklus II
ke Siklus II

10 orang
(37,04%)
19 orang
(70,4%)

16 orang
(59,3%)
9 orang
(33,3%)

Siklus II

Tuntas

25 orang
(92,6%)

Dari data tabel 6 diatas, dapat


disampaikan peningkatan hasil belajar
siswa dari observasi awal ke siklus I
sebanyak 10 orang (37,04%) sedangkan
peningkatan dari siklus I ke siklus II
sebanyak 9 orang (33,3%).
Dikaitkan dengan teori-teori pendukung
yang telah ada dan penelitian-penelitian
terdahulu, adapun beberapa hal yang
menyebabkan
penelitian
yang
mengimplementasikan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada siswa kelas VIII B
SMP Negeri 2 Seririt bahwa aktivitas dan
hasil belajar teknik dasar passing (chest
pass dan bounce pass) bola basket
meningkat dengan adanya yaitu: pertama,
siswa memperhatikan dan menyimak
demonstrasi
atau
pelajaran
yang
disampaikan dengan semangat
dan
mencoba gerakan yang dipelajari sehingga
pelajaran mudah dipahami dan terjadinya
peningkatan dalam proses belajar gerak.
Gerak adalah rangsangan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak,
kian banyak ia bergerak, kian banyak hal
yang ditemui kian baik pula kualitas
pertumbuhannya (Husdarta, 2009: 12).
John N. Drowtzky (dalam Sugianto dan
Sudjarwo, 1991: 234) memberikan definisi
tentang belajar gerak yaitu belajar yang
diwujudkan melalui respon-respon muskular
yang diekspresikan dalam gerakan tubuh
atau bagian tubuh. Belajar secara
berulang-ulang
baik
dalam
proses
mengingat ataupun melakukan gerakan,

maka pelaksanaan gerakan dari waktu ke


waktu akan semakin baik, lancar, dan
efisien sehingga terjadi peningkatan hasil
belajar (Budi Pribadi, 2012). Kedua, proses
belajar yang menumbuhkan interaksi antara
siswa dengan guru dan siswa dengan siswa
lainnya
yang
lebih
baik
sehingga
pembelajaran berlangsung secara kondusif.
Pembelajaran
yang
kondusif
akan
menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
UUSPN No. 20 tahun 2003 (dalam Syaiful
Sagala,
2009:
62)
mendefinisikan
pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Hasil belajar merupakan ketercapaian dari
suatu proses belajar yang dihasilkan oleh
siswa. Dengan adanya proses belajar
mengajar yaitu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar siswa memperoleh hasil
belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 3).
Aktivitas belajar merupakan suatu bentuk
kegiatan yang nantinya akan membawa
suatu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik akibat adanya interaksi guru dan
siswa (Wisnu Yoga Prathama, 2013).
Hasil belajar merujuk pada perubahan
struktur pengetahuan individu sebagai hasil
dari situasi belajar (Ria Tejasari, 2012).
Ketiga, keaktifan dan rasa percaya diri
siswa dalam mengikuti pembelajaran,
berpikir
kreatif,
dan
membangun
pengetahuan baru sehingga penguasaan
terhadap
materi
pembelajaran
lebih
meningkat. Pembelajaran sebagai proses

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa
serta
dapat
meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan
baru
sebagai
upaya
meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi
pelajaran (Syaiful Sagala, 2009: 62).
Keaktifan siswa dilihat dari aktivitas belajar
yang mereka lakukan. Aktivitas belajar
siswa merupakan dasar untuk mencapai
hasil belajar yang optimal (Agus Jayadi
Putra, 2012). Keempat, siswa mampu
bekerjasama, menjaga kekompakkan antar
kelompok, dan mau berbagi tempat dan alat
sebagai media pembelajaran menyebabkan
aktivitas belajar siswa meningkat sehingga
pembelajaran lebih efektif. Pembelajaran
yang efektif adalah pembelajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri
dan beraktivitas sendiri kepada siswa
(Oemar Hamalik, 2001: 271). Siswa dapat
belajar
lebih
rileks
disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat, dan keterlibatan belajar
(Satria Budi, 2013). Siswa belajar dan
beraktivitas sendiri untuk memperoleh
pengalaman,
tingkah
laku,
dan
pengetahuan
lainnya
serta
mengembangkan keterampilannya yang
bermakna (Eka Putra, 2012).Dan kelima,
disiplin dan mendengarkan penjelasan dari
guru sehingga siswa lebih bersungguhsungguh, antusias, memberikan kontribusi
yang positif, dan termotivasi mempelajari
gerakan secara berulang-ulang. Melatih
daya-daya yang ada pada manusia terdiri
dari mengamati, menangkap, mengingat,
menghayal, merasakan, dan berpikir
(Dimyati dan Mudjiono, 2009: 45). Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya
akan berkembang lebih sempurna (Budi
Pribadi, 2012). Memberikan kontribusi
yang positif pada kelompoknya dan
meningkatkan
motivasi
siswa
untuk
mengikuti proses pembelajaran sehingga
nantinya dapat berpengaruh terhadap hasil
belajar (Mega Astawa, 2013).
Berdasarkan data penelitian serta
teori-teori pendukung yang dipaparkan di
atas
maka
dapat
diyakini
bahwa
implementasi
model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar teknik dasar

passing bola basket pada siswa kelas VIII B


SMP Negeri 2 Seririt tahun pelajaran
2013/2014.
SIMPULAN DAN SARAN
Dilihat dari analisis data aktivitas
dan hasil belajar teknik dasar passing bola
basket
mengalami peningkatan
dari
observasi awal, siklus I, hingga siklus II.
Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil
belajar teknik dasar passing bola basket
meningkat melalui implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) pada siswa kelas VIII B
SMP Negeri 2 Seririt tahun pelajaran
2013/2014. Untuk itu disarankan kepada
guru Penjasorkes agar menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam
proses pembelajaran sebagai salah satu
cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar teknik dasar passing bola basket
khususnya teknik dasar chest pass dan
bounce pass.
Berdasarkan simpulan di atas, dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut.
Kepada
guru
Penjasorkes
dapat
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) pada pembelajaran teknik dasar
passing bola basket karena dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
teknik dasar passing bola basket. Bagi
peneliti lain yang akan mengadakan
penelitian yang sejenis dapat menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dengan siswa yang berbeda sesuai dengan
materi yang akan diberikan. Bagi sekolah
agar
dijadikan
pedoman
dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan khususnya pada materi
permainan bola basket.
DAFTAR PUSTAKA
Agus

Jayadi Putra, I Putu. 2012.


Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament
(TGT)
untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Teknik Lompat Jauh pada

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Payangan
Tahun
Pelajaran
2011/2012.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Undiksha Singaraja.
Budi

Pribadi, I Gusti Gede. 2012.


Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament
(TGT)
untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Teknik Berguling (roll)
Senam Lantai pada Siswa Kelas XIS2 SMA 2 Tabanan Tahun
Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Undiksha Singaraja.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan


Pembelajaran. Cetakan Kedua.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Eka

Putra, I Wayan Gede. 2012.


Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament
(TGT)
untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Teknik Passing Bola Basket
pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 1
Sukawati
Tahun
Pelajaran
2011/2012.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Undiksha Singaraja.

Kanca, I Nyoman. 2010. Metode Penelitian


Pengajaran Pendidikan Jasmani
dan Olahraga. Singaraja: Undiksha.
Mega Astawa, Ida Bagus. 2013. Artikel
Ilmiah Hasil Penelitian Penerapan
Model Kooperatif Tipe TGT untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Lompat Jauh. Tersedia
pada http://ejournal.undiksha.ac.id/
index.php/JJP/article/download/130
0/1161. (diakses tanggal 8 Oktober
2013)
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1992.
Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006
tentang
Stndar
Kompetensi
Lulusan Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. 2006.
Jakarta: Depdiknas.

2009.
Manajemen
Jasmani.
Bandung:

Tejasari, Ni Luh Putu. 2011.


Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament
(TGT)
untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Teknik Dasar Passing
(Chest Pass dan Bounce Pass) Bola
Basket pada Siswa Kelas X1 SMA
Negeri
1
Kerambitan
Tahun
Pelajaran 2010/2011. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Undiksha Singaraja.

Kanca, I Nyoman. 2010. Buku Ajar (Edisi


Revisi)
Teori
dan
Praktek
Permainan Bola Basket. Singaraja:
Undiksha.

Satria Budi, I Made. 2013. Artikel Ilmiah


Hasil Penelitian Implementasi Model
Kooperatif TGT untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Lompat
Jauh.
Tersedia
pada

Husdarta,
H.J.S.
Pendidikan
Alfabeta.

Ria

E-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p
hp/JJP/article/ download/1068/932.
(diakses tanggal 8 Oktober 2013)
Soetopo. 2010. Buku Ajar Telaah Kurikulum
Penjasorkes
Tingkat
Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Singaraja: Undiksha.
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1991. Materi
Pokok Perkembangan dan Belajar
Gerak, PPD021 43/35sks/Buku 1
Modul 1-6. Jakarta: Depdikbud.
Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Cetakan Ketujuh.
Bandung: Alfabeta.

Trianto.
2009.
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.
.

Anda mungkin juga menyukai