Anda di halaman 1dari 77

Siapakah Aku?

KELOMPOK TUTORIAL 9B

MIND MAP
Faktor yang mempengaruhi :
Keluarga, Usia, Lingkungan,
Agama, dan Teknologi

Remaja, 15 tahun

Jenis pola asuh :


- Otoriter
- Permisif
- Demokratis

ke Jakarta

Terjebak pergaulan
bebas

Dampak :
Aborsi, HIV-AIDS,
merugikan keluarga, dan
tindak kriminal

Pencegahan :
Pendidikan agama,
penyuluhan, pendidikan
di keluarga dan sekolah

Tatalaksana :
Rehabiitasi

TUJUAN PEMBELAJARAN
Jenis jenis pola asuh
Psikologi Remaja
Usia Remaja
Faktor yang mempengaruhi pergaulan bebas
Jenis jenis pergaulan bebas
Dampak dari pergaulan bebas
Pencegahan dari pergaulan bebas
Penatalaksanaan pergaulan bebas

Jenis Pola Asuh

Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu pola dan

asuh
Pola: corak, model, sistem, cara kerja
Asuh: menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,
membimbing, pemeliharaan, perawatan

Depdikbud, kamus Besar Bahasa Indonesia (jakarta: Balai Pustaka,1988) h.54

Jenis-jenis pola asuh, menurut Baumrind

Demokratis

Otoriter

Penelantar

Permisif

Demokratis
Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, tetapi

tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan


pola asuh ini bersikap rasional dan realistis terhadap
kemampuan anak
Ciri-ciri pola asuh demokratis:
1.
2.
3.
4.
5.

Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan


mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima dan dipahami oleh anak
Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang harus dipertahankan
oleh anak dan yang tidak baik agar ditinggalkan
Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian
Dapat menciptakan suasana harmonis dalam keluarga
Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua dan anak

Otoriter
Dimana semua keiinginan orang tua harus dituruti oleh

anak tanpa pengecualian.


Disini anak tidak bisa memberikan pendapat dan hanya
harus mengikuti kemauan orang tua. Biasanya kemuan dari
orang tua tersebut tanpa diberikan alasan. Akibatnya bisa
membuat anak "Depresi".
Apabila anak tersebut berhasil mengikuti pola asuh yang
seperti ini maka anak akan bersifat seperti orang tuanya.
Contoh pola asuh diktator (otoriter) yang paling banyak
terjadi, Ayah memaksa anaknya untuk masuk ke jurusan
kedokteran.

Otoriter
Pola asuh ini cendrung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,

biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua seperti ini


juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi bersifat satu
arah
Ciri-ciri pola asuh otoriter:
1.
2.
3.
4.
5.

Anak harus mematuhi peraturan orang tua dan tidak boleh


membantah
Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan
kemudian menghukumnya
Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak
Jika ada perbedaan pendapat antara orang tua dan anak, maka anak
dianggap pembangkang
Komunikasi orang tua dan anak buruk

Permisif

Tipe orang tua yang mempunyai pola asuh permisif

cenderung selalu memberikan kebebasan pada


anak tanpa memberikan kontrol sama sekali.
Anak sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab,
tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa.
Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan
orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Menurut Spock
(Aisyah, 2010)

Permisif
Ciri-ciri pola asuh permisif:
1.
2.
3.
4.
5.

Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa


memonitor dan membimbingnya
Mendidik anak bersifat pasif, acuh tak acuh dan
masa bodoh
Mengutamakan kebutuhan material
Membiarkan saja apa yang dilakukan anak
Kurang tegas dalam menerapkan peraturan yang
ada

Pola Asuh Penelantar

Orang tua tipe ini umumnya memberikan waktu dan

biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu


banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka,
seperti bekerja
Ciri-ciri:

Orang tua banyak menghabiskan waktu diluar rumah


2. Orang tua kurang memperhatiakan perkembangan
anak
3. Orang tua membiarkan anak bergaul terlalu bebas
diluar rumah
1.

PSIKOLOGI REMAJA

Remaja diartikan

sebagai masa perkembangan


transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial
emosional. Santrock (2003)
Remaja adalah peralihan dari masa anak-anak
dengan
masa
dewasa
yang
mengalami
perkembangan semua aspek atau fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Rumini dan Sundari
(2004)

Perkembangan

psikologis
adalah
suatu
perkembangan pada diri manusia yang berkaitan
dengan aspek kejiwaan (emosi, mental, kemauan).
Sri Rumini , dkk (1993).

Perkembangan

remaja
secara
psikologis
merupakan suatu karakter dari masa anak-anak
menuju dewasa yang disertai dengan beberapa
aspek yang turut serta dalam perkembangannya

Teori psikologis remaja


I.

Teori Ego Identity (Erickson).

. Topik yang sering dipertanyakan pada masa

remajaSiapakah saya?
. Remaja selalu berubah dan ingin selalu mencoba
dalam peran sosial dan perbuatan. menemukan
jati diri/identitas diri.
. Proses dalam mencari identitas menimbulkan
masalah pada remaja.

Permasalahan pada diri remaja :


1.
2.
3.
4.
5.

Ketidak stabilan emosi.


Adanya sikap menentang orang tua.
Kecanggungan dalam pergaulan.
Kegelisahan dalam diri karena banyak hal yang
diinginkan tidak terpenuhi.
Mempunyai banyak hal fantasi/khayalan.

II. Teori perkembangan kognitif.


. Menurut Jean Piaget, remaja sudah beralih

ketahap (pemrosesan informasi) yang dapat


berfikir secara logis, abstrak, ilmiah.
. Mampu berpikir sistematis terhadap hal-hal atau
obyek-obyek yang bersifat konkrit, dan kritis

III. Teori perkembangan sosial.


. Seorang remaja memasuki status sosial yang baru.

Ia dianggap bukan lagi anak-anak. Dan diharapkan


bersikap dan bertingkahlaku seperti orang
. Pada masa remaja, seseorang cenderung untuk
menggabungkan diri dalam 'kelompok teman
sebaya'. merupakan tempat yang aman bagi remaja.
Pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga
sangat kuat, bahkan seringkali melebihi pengaruh
keluarga.

IV. Teori perkembangan emosi.


. G. Stanley Hall, perubahan ini terutama

disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada


kelenjar-kelenjar hor-monal.
. Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa
pengaruh lingkungan sosial terhadap per-ubahan
emosi pada masa remaja lebih besar artinya bila
dibandingkan dengan pengaruh hormonal.
.Peningkatan emosi disebabkan oleh penyesuaian
pada lingkungan baru, masalah sekolah, keluarga
yg tidak harmonis.

Peningkatan emosi disebabkan oleh penyesuaian

pada lingkungan baru, masalah sekolah, keluarga yg


tidak harmonis.

ADOLESCENT DEVELOPMENT

Perkembangan
Fisik
Psikososial

Perkembangan psikososial
Early adolescent

Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent,


terjadi pada usia usia 12-14 tahun.

Middle adolescent

Periode selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara


usia 15-17 tahun

Late adolescent

Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai


oleh tercapainya maturitas fisik secara sempurna.

Early adolescent
Krisis identitas,
Jiwa yang labil,
Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,
Pentingnya teman dekat/sahabat,
Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-

kadang berlaku kasar,


Menunjukkan kesalahan orangtua,
Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua,
Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, Dan
Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap
hobi dan cara berpakaian.

Middle adolescent
Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya,
Sangat memperhatikan penampilan,
Berusaha untuk mendapat teman baru,
Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua,
Sering sedih/moody,
Mulai menulis buku harian,
Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan

kompetitif, dan
Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari
orangtua.

Late adolescent
Identitas diri menjadi lebih kuat
Mampu memikirkan ide,
Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata-

kata,
Lebih menghargai orang lain,
Lebih konsisten terhadap minatnya,
Bangga dengan hasil yang dicapai,
Selera humor lebih berkembang, dan
Emosi lebih stabil.

DEFINISI DAN
KLASIFIKASI REMAJA

Definisi
Masa

remaja merupakan salah satu periode dari


perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa
perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan
psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar
masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya
dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 1822 tahun
(Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, 2007)

Masa remaja merupakan masa peralihan antara

masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya


kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12
tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa
menjelang dewasa muda.
(Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya, 2004)

Menurut WHO
Individu berkembang dari
saat pertama kali ia
menunjukkan tandatanda
seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.

Individu mengalami
perkembangan psikologi
dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi
dewasa.

Terjadi peralihan dari


ketergantungan sosialekonomi yang penuh
kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.

Psikologi
Remaja, 2006

Perkembangan Remaja

Remaja
Awal

12-14 tahun

Remaja
Tengah

15-17 tahun

Remaja
Akhir

18-21 tahun
(Sari Pediatri, 2010)

Faktor Faktor Penyebab


Penyimpangan Perilaku Remaja

Sikap mental yang tidak sehat


Pelampiasan rasa kecewa
Kegagalan remaja menyerap norma

Sikap Mental yang Tidak Sehat


Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja

merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya


merupakan pergaulan yang tidak sepantasnya
Dimana ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan
penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian
yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga
ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh,
menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan
mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan
yang kuat bagi anak,

Rendahnya taraf pendidikan keluarga


Broken home
Orang tua yang kurang memperhatikan
Lingkungan setempat kurang baik
Kurang berhati-hati dalam berteman
Keadaan ekonomi keluarga
Kurangnya kesadaran remaja
Adanya teknologi informasi

Pelampiasan Rasa Kecewa


ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan

kekecewaannya terhadap orang tua yang bersifat otoriter


ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan
tekanan terus menerus
lingkungan masyarakat yang memberikan masalah dalam
sosialisasi, sehingga menjadikan remaja sangat labil dalam
mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal
negatif di sekelilingnya,

Kegagalan Remaja Menyerap Norma


Hal ini disebabkan karena norma-norma

yang ada sudah tergeser oleh modernisasi


yang sebenarnya adalah westernisasi.

Faktor Faktor Eksternal


Pergaulan Bebas

Keluarga
Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan;
Sehingga membuat sang anak tidak mendapat
perhatian dan pengawasan khusus
Perceraian orang tua;
Perceraian dapat membuat komunikasi yang kurang
baik antara orang tua dan anak, sehingga dapat
membuat anak terlantar dan mencari kebahagiaan
lain di luar keluarga

Keluarga
Kurangnya motivasi orang tua atas minat, bakat dan

hobi anak;

Contoh : dukungan orang tua terhadap anaknya


yang memiliki bakat di bidang seni dengan
cara memberikan les alat musik, akan
membuat waktu luang sang anak
didominasi oleh
aktivitas hobinya tersebut
dan penyaluran bakat ini akan meminimalisir
terjadinya pergaulan bebas

Agama dan Keimanan


Agama dan keimanan merupakan landasan hidup
seorang individu. Dengan agama individu dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang tidak.
Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan
bebas ini biasanya tidak mengetahui mana yang baik
dan mana yang tidak.

Lingkungan sekolah
Pergaulan bebas 60% terjadi pada pribadi yang

sedang mencari jati diri;


Terhasut oleh ajakan teman yang tidak baik disertai
rasa ingin tahu yang tinggi;
Gengsi karena jika tidak ikut pergaulan bebas
dianggap belum remaja atau dianggap ketinggalan
zaman.

Perubahan Zaman
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan
pun ikut berkembang atau yang lebih sering dikenal
dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik
untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda
dengan kebudayaan kita (timur), sehingga memicu
mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih
bebas

Teknologi
Zaman dimana mudahnya mendapat akses internet

(warnet,smartphone);
Blue film dapat dengan mudah di unggah dan
disebarluaskan mengingat zaman ini murid sekolah
dasar sudah banyak menggunakan smartphone;

Jenis Pergaulan Bebas

Narkoba
Narkoba

adalah suatu
obat-obatan
tertentu yang pada dasarnya dapat
menngakibatkan perubahan perasaan,
mood
dan
emosi
yang
ekstrim
penggunanya.
Jenis narkoba tertentu, seperti alkohol
atau shabu-shabu dapat memicu perilaku
agresif yang berlebihan si pengguna, dan
seringkali menimbulkan perilaku atau
tindak kekerasan.
Adiksi terhadap narkoba dapat membuat
seseorang kehilangan kendali terhadap
emosinya, acapkali bertindak secara
impulsif, mengikuti dorongan emosi
apapun yang muncul dari dirinya.

Seks Bebas

Seks bebas adalah hubungan seksual

yang dilakakukan diluar ikatan


pernikahan, baik suka sama suka
maupun didalam dunia prostitusi.
Akibat dari seks bebas pada usia
remaja akan mengalami kehamilan
diluar nikah yang biasanya memicu
terjadinya tindakan aborsi.
Selain itu, para pelaku seks bebas
juga sangat beresiko terinfeksi virus
HIV yang dapat menyebabkan AIDS.

Dunia Gemerlap
Di

Indonesia, clubbing sering


disebut juga dugem atau dunia
gemerlap, karena tidak terlepas
dari kilatan lampu disko yang
gemerlap dan dentuman musik
techno yang dimainkan oleh Dj.
Banyak orang beranggapan bahwa
kegiatan dugem ini dapat melepas
penat dan stress

Dampak Pergaulan Bebas

Terserang
penyakit
HIV/AIDS;
penyakit
kelamin

Perceraian
dan
keruntuhan
rumah
tangga

Pergaulan
bebas

aborsi

Hamil di
luar nikah

Terserang penyakit HIV/AIDS

karena bergonta-ganti pasangan tanpa


menggunakan pengaman.
Hamil di luar nikah
Karena kurangnya pengetahuan masalah seksologi,
para remaja melakukan tanpa memikirkan risiko
yang terjadi.

Aborsi

dikarenakan hamil di luar nikah, kalau tindakan ini


dilakukan tanpa prosedur yg sesuai dapat
menyebabkan kematian.
Perceraian dan keruntuhan rumah tangga
karena kurang stabil dan kurang matang dalam
membina rumah tangga.

Pencegahan pergaulan bebas

Pencegahan dari perspektif

Kedokteran
keluarga

Hukum

agama

Etika dan
budaya

Pencegahan dan penanggulangan dalam kedokteran keluarga

Mengadakan penyuluhan (memberikan edukasi)


kepada remaja mengenai pergaulan bebas
terutama mengenal dampaknya.
2. Membina keluarga untuk berpartisipasi dalam
upaya meningkatkan taraf kesehatan, pencegahan,
pengobatan dan rehabilitasi.
1.

Nextt....
Pendidikan seks antara :
Sex intruction (penerangan mengenal anatomi &

biologi dari reproduksi, pembinaan keluarga dan


metode kontrasepsi)
Education in sexuallty (bidang bidang etika, moral,
hukum)
Tujuan : supaya remaja tahu tentang seksualitas dan
akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa memenuhi
aturan hukum, agama dan adat istiadat serta
kesiapan mental dan material seseorang.

Edukasi dalam keluarga


Biarkan bergaul dengan teman sebayanya tetapi

tetap dalam pengawasan dan keluarga perlu tau


siapa teman teman nya.
Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan
masalah seks, gunakan kata-kata yang sopan.
Menyalurkan bakat anak kearah yang lebih yang
lebih berguna dan produktif.

Nextt...
Tanamkan etika memelihara dari perbuatan-

perbuatan yang tidak baik karena itu merupakan


sesuatu hal yang paling berharga.
Membangun sikap saling percaya antara orang tua
dan anak, terbuka, kasih sayang dan perhatian dan
pengawasan yang aik termasuk pengawasan
terhadap media.

Pencegahan dan penanggulangan dalam perspektif agama


Penanaman nilai nilai agama
Mendorong anak aktif dalam mengikuti kegiatan

keagamaan
Tidak membiarkan anak anak berduaan dengan
lawan jenis

Pencegahan dan penanggulangan menurut perspektif etika dan


budaya

Menanamkan nilai nilai norma sejak dini


Mengajarkan etika yang baik dalam bergaul dan

memilih teman.
Menyaring budaya budaya asing.

Pencegahan dan penanggulangan menurut perspektif hukum


Memberlakukan sistem sensor pada media

elektronik yang menampilkan pornografi


Memperketat akses situs situs berbau pornografi
Membuat iklan iklan mengenai dampak bahaya
nya pergaulan bebas.
Membuat penyuluhan penyuluhan oleh instansi
terkait.

Penatalaksanaan Pergaulan
Bebas

Penanggulangan

Pemulihan bagi penyalahgunaan narkoba

1.

Terapi (detoksifikasi)

Detoksifikasi tanpa substitusi

Cold Turkey: Pecandu langsung menghentikan


penggunaan narkoba/zat aditif dengan dikurung saat
masa putus obat tanpa diberi obat-obatan. Pecandu
dikurung < 2 minggu. Sehingga setelah gejala putus obat
(withdrawal) hilang, pecandu dikeluarkan dan
diikutsertakan dalam sesi konseling.

Detoksifikasi dengan substitusi

Kebutuhan heroin (narkotika ilegal) dapat disubstitusi


dengan obat opiat, yaitu kodein, bufrenorphin,
metadone dan nalrekson.
Obat ini digunakan sebagai detoksifikasi dan diberikan
dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan pecandu
kemudian secara bertahap dosisnya diturunkan.

2. Habilitasi
Ditujukan untuk stabilisasi suasana mental dan

emosional penderita sehingga gangguan jiwa yang


menyebabkan perbuatan penyalahgunaan narkoba dapat
diatasi
Ditujukan dengan melakukan sosialisasi untuk

pengembangan diri serta meningkatkan kepekaan


psikologis dengan melakukan program aktifitas dan
terapi

3. Rehabilitasi
Rehabilitasi
Pasal

35 ayat 2 tahun 2009 tentang narkotika


dijelaskan bahwa rehabilitasi adalah proses
kegiatan penyembuhan secara terpadu terhadap
fisik, mental dan sosial untuk membebaskan
para pecandu dari ketergantungan narkotika.
Upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi
para mantan penyalahguna NAPZA kembali sehat
(fisik, mental dan sosial)

Macam-macam rehabilitasi
12 steps

Jika seseorang kedapatan mabuk atau menyalahgunakan


narkoba, pengadilan akan memberikan hukuman untuk
mengikuti program 12 langkah. Pecandu yang mengikuti
program ini dimotivasi untuk mengimplementasikan ke
12 langkah ini dalam kehidupan sehari-hari.

Therapeutic Community (TC)

Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar


kembali ke tengah masyarakat dan dapat kembali
menjalani kehidupan yang produktif.
Merupakan program yang disebut Drug Free Self Help
Program. Aktifitas dalam TC akan menolong peserta
belajar mengenal dirinya dalam:

mengkontrol perilakunya
emosi/psikologis
intelektual dan spiritual
vocasional dan pendidikan dan
keterampilan untuk bertahan bersih dari narkoba.

Therapeutic Community
1. Rehabilitasi Medik
.Program rehabilitasi medik ini ialah memulihkan kondisi
fisik yang lemah, tidak cukup diberikan gizi makanan yang
bernilai tinggi, tetapi juga kegiatan olahraga yang teratur
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing yang
bersangkutan.

2. Rehabilitasi Psikiatrik
.Peserta rehabilitasi yang semula bersikap dan bertindak

antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat


bersosialisasi dengan baik dengan sesama rekannya
maupun personil yang membimbing atau mengasuhnya.
.Psikoterapi/konsultasi keluarga sebagai rehabilitasi

keluarga terutama bagi keluarga-keluarga broken home

3. Rehabilitasi Psikososial
.Peserta rehabilitasi dapat kembali adaptif
bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di
rumah, di sekolah/kampus dan di tempat kerja.
.Berbagai kursus ataupun balai latihan kerja yang dapat
diadakan di pusat rehabilitasi.

4. Rehabilitasi Psikoreligius
.Unsur agama akan memulihkan dan memperkuat

rasa percaya diri, harapan dan keimanan


.Pendalaman, penghayatan dan pengamalan

keagamaan atau keimanan ini akan menumbuhkan


kekuatan kerohanian pada diri seseorang

Referensi
Kartini Kartono, Peran Orang Tua dalam Memandu Anak, (Jakarta:

Rajawali press,1992) h.39


Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Gramedia
Widiasarana, 1992) h.89-90
Batubara, Jose RL [Internet]. RS Dr.Cipto Mangunkusumo, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesa, Jakarta: Adolescent Development
[Perkembangan Remaja]; 2010 [cited 2015 Sept 17]. Available from:
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-1-5.pdf
Darmawansetya.2013.Akibat
Pergaulan
Bebas,
(online),
(
www.kompasiana.com/darmawansetya69/akibat-pergaulan-bebas_5528a
3ea6ea8342f588b4593
, diakses 17 September 2015).
Effendi,
Nur
Yusuf.2013.Pergaulan
Bebas,(online),
(
http://www.slideshare.net/ucup112693/pergaulan-bebas,
diakes
17
September 2015).

Anda mungkin juga menyukai