Anda di halaman 1dari 24

OLEH :

1. KHAIRUDDIN / NIM. 8146132045


2. MAULANA / NIM. 8146132048
3. HABIBULLAH HASIBUAN / NIM. 8146132040

Kelas A1W AP KEPENGAWASAN


Mata Kuliah
TEORI DAN PRAKTIK SUPERVISI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu
Dr. SAUT PURBA, M.Pd

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


KONSENTRASI KEPENGAWASAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

PENDEKATAN DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN


Kelompok III
(Khairuddin, Habibullah Hasibuan, Maulana)

A.

Pendekatan dalam Supervisi Pendidikan


Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi pendidikan dalam era

modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian
supervisi, sangat bergantung kepada prototype guru. Hal tersebut senada dengan pendapat
Masaong (2012) yang mengatakan bahwa pendekatan yang dilakukan pengawas dilandasi
oleh tiga pandangan psikologi tentang belajar, yaitu Humanistik, Kognitivistik, dan
pBehavioristik. Menurut Masaong (2012) Pandangan psikologis ini oleh Glickman dijadikan
pandangan sebagai acuan untuk memposisikan peran pengawas sebagai gurunya guru
dalam membimbing dan membina guru untuk pengembangan profesinya seperti tertuang pada
tabel berikut:
Tanggung Jawab
Guru
Tanggung Jawab
Supervisor
Pandangan
Supervisi
Metode
Supervisi

Tinggi

Sedang

Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Non direktif

Kolaboratif

Direktif

Self Assessment

Mutual kontrak

Delineated
Standards

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui pendekatan pengawas dalam melaksanakan


supervisi pada guru-gurunya. Bagi pengawas yang berpandangan humanistik, lebih banyak
memberi kewenangan pada guru untuk mengembangkan diri. Dalam membimbing guru,
pengawas menggunakan pendekatan nondirektif (humanistik) dan memberikan waktu yang
lebih banyak bagi guru untuk mengembangkan profesinya. Bagi pengawas yang
berpandangan kognitivistik akan bersifat moderat dan menerapkan model atau perilaku
kolaboratif. Artinya, pengawas dan guru sama-sama mengambil peran aktif dalam
pengembangan kompetensi guru. Biasanya pengawas yang berpandangan kognitivis ini akan
menjalin kontrak bersama dengan guru berkaitan dengan tugas profesinya. Guru dan
pengawas mendesain bersama strategi yang dikembangkan dalam membimbing dan membina

Hal.

yang lebih dominan dibanding guru-gurunya dalam pengembangan profesi. Mereka membuat

guru. Sedangkan bagi pengawas yang berpendekatan direktif (behavioristik) memiliki peran

standar yang harus dijalankan oleh guru dengan pantauan yang ketat bahkan mereka lebih
menekankan metode mengajar ditetapkan.
Lebih lanjut, ada satu paradigma yang dikemukakan Glickman untuk memilah-milah
guru dalam empat prototipe guru. Glickman mengemukakan setiap guru memiliki dua
kemampuan dasar, yaitu berpikir abstrak dan komitmen. Kedua kemampuan itu digambarkan
secara bersilang seperti gambar di bawah ini :

Daya abstrak
II

I
Komitmen

IV

III

Terdapat empat kuadran (sisi). Ada 4 sisi : Sisi I, II, III, IV. Tiap sisi terdapat dua
kemampuan yang disingkat A (daya abstrak), K (Komitmen). :
Tiap sisi yang terdapat di sebelah kanan garis abstrak (sebelah kanan garis tegak lurus).
Komitmennya K tinggi (+).

Profesional

A K
+ -

I
A K
+ +

A K

A K

- IV-

- III+

II

Hal.

(1).

Setiap sisi yang terdapat di atas garis komitmen (garis horisontal) daya abstraknya (A)
positif. Sisa semuanya rendah (-), sehingga sisi II K -, sisi III A-, sisi IV A-, dan K-. dengan
demikian kita menemukan :

I.

Pada sisi I daya A+ K+. Guru semacam ini disebut guru yang profesional.

II. Pada sisi II daya abstrak tinggi A+, tetapi komitmen (K-) disebut guru yang tukang
kritik.
III. Pada sisi III daya abstrak rendah (A-), tetapi komitmen tinggi (K+) disebut guru yang
terlalu sibuk.
IV. Pada sisi IV daya abstrak rendah (A-) dan juga komitemen rendah (K-) disebut guru
yang tidak bermutu.
Pendekatan dan perilaku serta teknik yang diterapkan dalam memberi supervisi kepada
guru-guru berdasarkan prototipe guru seperti yang disebut di atas. Bila guru profesional maka
pendekatan yang digunakan adalah non-direktif, yaitu perilaku supervisor (1) mendengarkan,
(2) memberanikan, (3) menjelaskan, (4) menyajikan, (5) memecahkan masalah. Teknik yang
diterapkan dialog dan mendengarkan aktif.
Bila gurunya tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang diterapkan adalah
kolaboratif. Perilaku supervisi (1) menyajikan, (2) menjelaskan, (3) mendengarkan,
(4) memecahkan masalah, (5) negosiasi. Teknik yang digunakan percakapan pribadi, dialog
menjelaskan.
Bila gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah direktif. Perilaku
supervisor (1) menjelaskan, (2) menyajikan, (3) mengarahkan, (4) memberi contoh, (5)
menetapkan tolak ukur, dan (6) menguatkan.
Berdasarkan uraian singkat tentang paradigma kategori di atas, maka dapat diterapkan
berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasar data mengenai guru yang
sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervisi. Menurut Sahertian (2000:44-45).
pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, ada 3, yaitu:
1)

Pendekatan Langsung (Direktif)


Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.

Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih
dominan. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar

hukuman (punishment). Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi

behaviorisme. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu

Hal.

guru tersebut bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau

respons terhadap rangsangan/stimulus. Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan


perilaku supervisor adalah: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh,
menetapkan tolak ukur, dan menguatkan.
Jika pandangan behavioristik diadopsi ke dalam pelaksanaan supervisi, maka pengawas
menggunakan pendekatan direktif untuk membimbing guru. Dengan pendekatan direktif,
maka tanggung jawab supervisor (pengawas) lebih tinggi dari pada guru. Apabila tanggung
jawab guru dalam mengembangkan profesinya sangat rendah, maka dibutuhkan keterlibatan
atau intervensi pengawas yang tinggi. Dengan demikian, guru diupayakan agara mereka dapat
mengembangkan kompetensinya dengan baik.
Selanjutnya Masaong (2012) juga menjelaskan bahwa Supervisor yang berorientasi
direktif menampilkan pendekatan-pendekatan pokok seperti yang digambarkan oleh
Glickman sebagai berikut:
a) Supervisor mengklarifikasi permasalahan
b) Supervisor mempresentasikan ide-ide pengembangan profesi kepada guru
c) Supervisor mengarahkan guru tentang hal-hal yang harus dilakukan untuk perbaikan
pembelajaran
d) Supervisor mendemonstrasikan pendekatan guru yang diinginkan dalam pembelajaran
e) Supervisor menetapkan standar pendekatan mengajar yang diinginkan
f) Supervisor memberikan reward bagi yang tampil sesuai standar
2)

Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)


Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan

yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guruguru. Supervisor memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan
permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba
mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Pendekatan non-drektif ini
berdasarkan pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai
orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka
supervisor lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Perilaku
supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan,

Masaong (2012) menjelaskan langkah-langkah yang ditempuh supervisor dalam

pelaksanaan supervisi adalah preconference, pengamatan, analisis dan interpretasi, serta

Hal.

menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah.

postconference sebelum menutup pertemuan. Guru diberi kesempatan menyusun program


sendiri untuk mengembangkan profesinya selama satu tahun dengan persetujuan kepala
sekolah dan pengawas. Supervisor secara aktif mendengarkan, menyederhanakan pernyataan,
bertanya dan menghargai ide-ide guru agar terfokus pada penyelesaian masalah-masalah guru.
Pendekatan pengawas yang berorientasi nondirektif dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Pengawas dengan serius mendengarkan permasalahan yang disampaikan oleh guru
b) Pengawas memberikan motivasi kepada guru dan menyederhankan permasalahan
tersebut.
c) Pengawas memberikan pertanyaan yang terkait dengan permasalahan guru tersebut
lalu menjelaskan masalah tersebut.
d) Pengawas dengan segala kemampuannya memberikan solusi terhadap permasalahan
tersebut.
e) Pengawas bertanya kepada guru untuk menentukan rencana tindakan pengembangan
diri atau profesi.
3)

Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif memadukan cara pendekatan direktif dan nondirektif menjadi

pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama,
bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses
percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi
kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil panduan antara kegiatan
individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas
individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas
ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan,
menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi. Pengawas membuat
kontrak bersama dengan guru setelah terjadi kesepakatan rencana supervisi yang disusun
bersama. Langkah-langkah yang ditempuh supervisor yang berpendekatan kolaboratif
meliputi pra-confrence, observasi kelas, analisis, post confrence.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan supervisor dengan pendekatan kolaboratif
antara lain:

Hal.

digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas

a) Pengawas menemui guru yang bersangkutan untuk menawarkan strategi apa yang

b) Pengawas meminta pendapat kepada guru tersebut terkait tujuan dari pelaksanaan
supervisi
c) Pengawas mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh guru tersebut
d) Setalah mendengarkan pendapat guru maka pengawas dan guru mengajukan alternatif
dari berbagai pemecahan masalah.
e) Pengawas bersama guru membahas tindakan yang akan diterapkan dalam
memperbaiki pemecahan masalah.
Ketiga macam pendekatan sudah dikemukakan, yaitu pendekatan langsung (direktif),
pendekatan tidak langsung (non-direktif), dan pendekatan kolaboratif. Sudah rentu
pendekatan itu diterapkan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai berikut:
a. Percakapan awal (preconference)
b. Observasi
c. Analisis / interpretasi
d. Percakapan akhir (past conference)
e. Analisis akhir
f. Diskusi
a. Percakapan Awal

Supervisor bertemu dengan guru atau sebaliknya.


Mereka membicarakan masalah yang dihadapi guru.
Dalam percakapan awal supervisor berjanji akan

b. Observasi

mengobservasi

kelas

atau

sebaliknya

guru

mengundang supervisi untuk mengadakan observasi


di kelas.

c. Analisis/Interpretasi
d. Percakapan akhir
(past conference)

e. Analisis data

f. Diskusi

Data dianalisis dan ditafsir.


Setelah data dianalisis lalu dibahas bersama dalam
suatu percakapan.
Hasil percakapan yang dibahas bersama untuk
ditindaklanjuti.
Tahap akhir diadakan diskusi.

Menurut Sahertian (2000), terdapat bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam


upaya pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan

Teknik Supervisi Pendidikan

Hal.

B.

Dalam observasi digunakan alat pencatatan data.

supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kuriku- lum, penilaian


guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk
pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antar kelas, bacaan profesional, dan survei
masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut John Minor Gwyn dalam Daryanto (2010), teknikteknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi
individual dan teknik supervisi kelompok.
A.

Teknik Supervisi Individual


Teknik supervisi individual yaitu teknik yang dilaksanakan untuk melayani lebih dari

satu orang. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi:
kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai
diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu persatu.
1)

Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan

pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga
memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Kunjungan kelas ini bisa
dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, namun bisa
juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Kunjungan kelas dilakukan melalui kepala sekolah atau supervisor yang datang ke kelas
untuk melihat cara guru mengajar di kelas secara langsung. Perkunjungan ke kelas bertujuan
memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan data itu
supervisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang kesulitan yang dihadapi guru-guru.
Pada kesempatan itu guru-guru dapat mengemukakan pengalaman-pengalaman yang berhasil
dan

hambatan-hambatan

yang

dihadapi

serta

meminta

bantuan,

dorongan

dan

mengikutsertakan.
Kunjungan kelas berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara
mengajar guru dan cara belajar siswa. Perkunjungan ini dapat memberi kesempatan guru-guru
untuk mengungkap pengalamannya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa mampu
pada guru-guru. Karena guru dapat belajar dan memperoleh pengertian secara moral bagi
pertumbuhan kariernya.
Terdapat tiga macam kunjungan kelas :
Perkunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation). Supervisor tiba-tiba datang ke
lebih dulu. Segi positifnya : Supervisor dapat melihat

keadaan yang sebnarnya, tanpa dibuat-buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru

kelas tanpa diberitahukan

agar selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Segi negatifnya : Guru menjadi gugup,

Hal.

a)

karena tiba-tiba didatangi. Tentu timbul prasangka bahwa guru dinilai dan pasti hasilnya
tidak memuaskan. Ada sebagian guru yang tidak senang bila tiba-tiba dikunjungi tanpa
diberitahu lebih dulu.
b)

Perkunjungan dengan cara memberi tahu lebih dulu (announced visition). Biasanya
supervisor telah memberikan jadwal perkunjungan sehingga guru-guru memberikan
jadwal perkunjungan sehingga guru-guru tahu pada hari dan jam berapa ia akan
dikunjungi. Segi positif : Bagi supervisor perkunjungan direncanakan ini sangat tepat
dan supervisor punya konsep pengembangan yang kontinu dan terencana. Guru-guru
pun dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa perkunjungan itu
akan membantu dia untuk dinilai. Segi negatif : Tentu saja penilaian yang baik yang
diharapkan. Guru dengan sengaja mempersiapkan diri sehingga ada kemungkinan
timbul hal-hal yang dibuat-buat dan serba berlebih-lebihan.

c)

Perkunjungan atas undangan guru (Visit upon invitation). Perkunjungan seperti ini akan
lebih baik. Oleh karena itu guru punya usaha dan motivasi untuk mempersiapkan diri
dan membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan pengalaman baru dari hal
perjumpaannya dengan supervisor. Pada sisi lain sifat keterbukaan dan merasa memiliki
otonomi dalam jabatannya. Aktualisasi kemampuannya terwujud sehingga ia selalu
belajar untuk mengembangkan dirinya. Sikap dan dorongan untuk mengembangkan diri
ini merupakan alat untuk mencapai tingkat profesional. Segi positif : Bagi supervisor
sendiri dapat belajar berbagai pengalaman dalam berdialog dengan berbagai
pengalaman dalam berdialog dengan guru sedangkan guru akan lebih mudah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari
pengalaman dan bimbingan dari supervisor tumbuh dari dalam dirinya sendiri. Segi
negatif : Ada kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat untuk
menonjolkan diri, padahal waktu-waktu biasa ia tidak berbuat seperti itu.
Perlunya kelas yang baik bila dipersiapkan secara matang. Tujuan-tujuan ditentukan

dengan jelas. Rancangan yang berisi hal-hal yang harus diperoleh dalam perkunjungan sudah
disusun lebih dahulu. Yang perlu dikaji ialah situasi belajat mengajar di kelas dan faktorfaktor yang melatar belakangi situasi belajar-mengajar itu.

2)

Observasi Kelas

Hal.

terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh

Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti

supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Secara umum, aspekaspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:
Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.
Cara penggunaan media Pembelajaran
Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar
keadaan media Pembelajaran yang dipakai dari segi materialnya.
Terdapat dua macam observasi kelas, yaitu:
Observasi langsung (direct observation)
Dengan menggunakan alat observasi, supervisor mencatat absen yang dilihat pada saat
guru sedang mengajar.
Observasi Tidak Langsung
Orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak
mengetahui (biasanya dilakukan dalam laboratorium untuk pengajaran mikro).
Tujuan Observasi adalah : (1) Untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin
sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang
dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar-mengajar. (2) Bagi guru sendiri data
yang dianalisis akan dapat membantu untuk mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih
baik. (3) Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruih positif terhadap
kemajuan belajar mereka.
Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain : (a) Usaha serta kegiatan guru dan murid.
(b) Usaha dan kegiatan antara guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan
alat pelajar. (c) Usaha dan kegiatan guru dan murid dalam memperoleh pengalam belajar.
(d) Lingkungan sosial, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar ruang kelas dan faktorfaktor penunjang lainnya.
Untuk memperoleh data dalam observasi sangat tergantung dari sikap dan cara si
pengamat itu sendiri sewaktu mengadakan observasi antara lain :
Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas), mengambil tempat di dalam kelas
yang tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri guru yang sedang
mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak guru.
Harus dapat membedakan mana yang penting untuk mencatat tidak akan menimbulkan
Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.

Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar.

Hal.

prasangka dari pihak guru.

Kriteria yang dipakai dalam observasi merupakan data yang dikumpulkan dan dicatat
haruslah :
(1). Bersifat obyektif-maksudnya ialah bahwa segala sesuatu yang dicatat adalah data yang
sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subjektif dari supervisor.
(2). Apa yang dicatat harus dapat kena sasaran seperti apa yang dimaksud. Sering terjadi
orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang dilihatnya tetapi apa yang
dipikirkannya. Data yang demikian biasanya valid (tepat).
(3). Oleh karena itu pencatatan yang tidak tepat seperti yang dimaksudkan, maka data yang
diperoleh dengan sendirinya tidak dapat dipercaya. Padahal data yang diperoleh
haruslah data yang dapat dipercaya. Dalam observasi kelas sebaiknya hanya mencatat
apa yang dilihat bukan apa yang dipikirkannya. Data dari catatan-catatan itu akan
berkata dan memberikan kencederungan tafsiran terhadap situasi belajar dan
mengajar.
3)

Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran

antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan
kemampuan profesional guru. Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha
mengem- bangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya,
dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan
konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.
Adam dan Dickey dalam Sahertian (2000) menyatakan teknik percakapan pribadi
dilakukan antara guru dan supervisor dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi guru seperti konsultasi dalam menentukan metode belajar yang baik dan penggunaan
alat-alat pembelajaran. Tujuan percakapan pribadi dapat membantu guru dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, memperbaiki kelemahan yang dialami guru, serta
mengembangkan potensi guru dalam mengajar.
Jenis-jenis percakapan pribadi menurut George Kyte dalam Sahertian (2000)
menguraikan :
a) Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas (formal)
Percakapan pribadi dilakukan dalam rangka membahas hasil dari observasi sebelumnya

Hal.

10

yang dilakukan di kelas.

b) Percakapan pribadi melalui percakapan biasa (informal)


Percakapan pribadi dilakukan dalam rangka menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
pengajaran dan memecahan masalah yang dihadapi.
Jenis-jenis percakapan pribadi menurut Mildred E Swearingen dalam Sahertian (2000)
terdiri dari :
a) Classroom conference; percakapan dilakukan di kelas tanpa kehadiran murid.
b) Office conference; percakapan dilakukan di ruang guru atau kepala sekolah yang
terdapat

alat-alat

penunjang

pembelajaran.

Percakapan

ini

dilakukan

untuk

berkonsultasi mengenai penggunaan alat-alat tersebut.


c) Casual conference; percakapan ini dilakukan dengan percakapan biasa (informal).
Biasanya percakapan ini membuat guru lebih leluasa dalam menanyakan berbagai hal
mengenai pengajaran kepada supervisor.
d) Observational visitation; Pengawas menilai dan mencatat hasil observasi yang
dilakukan di kelas ketika guru sedang mengajar dan kemudian membicarakan hasil
observasi tersebut bersama guru yang bersangkutan.
Supervisi akan berjalan dengan baik jika sesuai dengan rencana dan persiapan yang
matang. Seorang supervisor harus kritis, sabar, memiliki sikap penolong, dan lebih banyak
mendengarkan, serta menguasai konsep dan metode-metode pengajaran. Selain itu, supervisor
harus mempersiapkan waktu dan tempat yang nyaman untuk mengadakan percakapan,
mempersiakan catatan-catatan observasi, mengadakan interview, kemudian menganalisa hasil
observasi.
Kyte mengemukakan tiga unsur dalam menganalisa pengajaran.
a.

Hal-hal yang menonjol dalam pelajaran (Strong points of the lesson) ; Supervisor
membangun dan mengemukakan sisi positif dari guru. Supervisor mengemukakan
segala apa yang dilaksanakan guru dengan baik.

b.

Kekurangan-kekurangan dari pelajaran (Weak points of the lesson) ; Supervisor


sebaiknya memperbaiki kekurangan atau kelemahan guru. Supervisor harus kreatif
dalam menemukan pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru.
Hal-hal yang masih meragukan (Doubtful points not clearly understood) ; Supervisor
sebaknya menghilangkan perasaan ragu dalam memberi masukan kepada guru yang

11

diawasinya.

Hal.

c.

4)

Kunjungan Antar Kelas


Kunjungan antar kelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara

perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu
sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru
dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan
sebagainya. Guru-guru dapat saling mengunjungi agar lebih leluasa untuk memperoleh
pengalaman baru dari rekannya. Kegiatan saling mengunjungi sesama guru dapat dilakukan
dengan guru satu sekolah maupun dengan guru di sekolah lain. Biasanya supervisor
menyarankan guru untuk bertukar pikiran dengan guru lain yang ilmu dan pengalaman
mengajarnya lebih luas serta memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam
menggunakan teknik-teknik mengajar.
5)

Menilai Diri Sendiri


Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan.

Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian diri
sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan
memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda. Nilai diri sendiri merupakan tugas
yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai
murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri. Untuk menilai diri sendiri, dibutuhkan daftar
pandangan/pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau
suatu aktifitas. Selanjutnya guru menganalisa tes-tes terhadap unit kerjanya sendiri. Selain itu
guru harus mencatat aktifitas murid-murid dalam suatu catatan baik yang dilakukan secara
perorangan maupun secara kelompok.
B.

Teknik-teknik yang Bersifat Kelompok


Teknik kelompok ini dilaksanakan supervisor bersama sejumlah guru dalam satu

kelompok, terdapat beberapa cara teknik-teknik supervisi kelompok, yaitu:


1.

Pertemuan orientasi bagi guru-guru baru (orientation meeting for new teacher)
Pertemuan ini diperuntukkan guru baru maupun guru lama. Hal-hal yang disajikan

dalam pertemuan orientasi ini meliputi:


Sistem kerja sekolah;

sumber belajar; dan

Hal.

Kunjungan ke tempat-tempat tertentu seperti pusat-pusat industriatau objek-objek

12

Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah;

Diskusi kelompok atau loka karya sebagai tindak lanjut dari orientasi.
Barton juga menambahkan bahwa orientasi dilaksanakan untuk merencanakan program
pendidikan di sekolah.
2.

Panitia penyelenggara
Panitia penyeleggara adalah orang-orang yang ditunjuk karena lebih banyak

pengalamannya. Mereka lebih mengetahui bagaimana cara bekerja sama dengan orang lain.
3.

Rapat guru
Rapat guru sebagai salah satu teknik supervisi untuk memperbaiki situasi dalam belajar

mengajar. Macam-macam rapat guru, yaitu:


1)

Berdasarkan tingkatannya, rapat guru dibedakan menjadi lima tingkatan.


a) Staff meeting, yaitu rapat sekolah yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian guru di
sekolah tersebut.
b) Rapat guru-guru bersama dengan ornag tua murid atau wakilnya.
c) Rapat gur se-kota, se-wilayah, se-rayon, dari sekolah yang sejenis dan setingkat.
d) Rapat guru-guru dari beberapa sekolah yang bertetangga.
e) Rapat kepela-kepala sekolah.

2)

Rapat guru berdasarkan waktunya


a) Rapat permulaan dan akhir tahun
b) Rapat periodik
c) Rapat-rapat yang bersifat insidental

3)

Rapat guru berdasarkan bentuknya


a) Individual conference
b) Diskusi
c) Seminar dan simposium
d) Up-grading selama satu atau beberapa hari/seminggu
e) Workshop
Hal penting yang juga harus diperhatikan adalah waktu dan tempat pelaksanaan rapat.

Tempat rapat harus nyaman, aman, ventilasi yang cukup, dan sesuai dengan jumlah peserta
rapat. Rapat dan alat-alat bantu harus dipersiapkan secara matang agar rapat berjalan lancar.
Perancang perencanaan rapat meliputi : (1) Kepala sekolah atau supervisor, (2) Kepala
sekolah supervisor dan beberapa orang guru, (3) Suatu panitia perancang rapat yang dibentuk

Hal yang harus diperhatikan dalam perancanaan rapat adalah : (1) Rapat harus

13

mempunyai tujuan yang jelas dan konkrit, (2) Masalah yang dibahas dalam rapat adalah

Hal.

oleh dan dari guru-guru.

masalah yang timbul dari anggota dan sesuai dengan kebutuhan, (3) Masalah-masalah pribadi
juga patut mendapat perhatian, (4) Pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh guru dalam
rapat

hendaknya

dijadikan

sebagai

alat

untuk

meningkatkan

kecakapan

pribadi,

(5) Menetukan waktu dan tempat yang tepat dan sesuai. Sementara itu, masalah pokok yang
perlu direncanakan yaitu: (1) Penetapan problema atau masalah yang akan menjadi inti rapat.
(2) Menetapkan alat-aat atau perlengkapan apa saja yang akan dibuutuhkan dalam rapat.
(3) Menentukan waktu dan tempat yang tepat. (4) Memperhitungkan jumlah peserta rapat.
(5) Menetapkan pimpinan rapat dan notulis. (6) Menetapkan pembagian tugas serta
pembiayaan.
Seorang supervisor atau kepala sekolah harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut:
a.

Menciptakan satu situasi yang baik dengan sikap ramah tamah, memperhatikan
pendapat-pendapat dan saran-saran peserta.

b.

Menguasai ruang lingkup diskusi dan menghadapkan problema-problema unuk


dipecahkan bersama di bawah bimbingan dan pengarahan pemimpin.

c.

Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan pendapatnya.

d.

Mencari titik persamaan dan menetralisir perbedaan pendapat yang menonjol menuju
kesepakatan pendapat.

e.

Menyimpulkan hasil pembicaraan dan mengambil keputusan bersama.


Personil rapat juga terdiri dari narasumber yaitu orang yang memberikan informasi dan

penjelasan tentang masalah yang dirapatkan serta membantu memecahkan masalah.


Sementara Notulis atau sekretaris rapat bertugas mencatat segala pernyataan dan pendapat
yang disampaikan dalam rapat, serta mebacakan dan menyimpulkan apa saja yang dicatat.
Evaluasi dilakukan untuk menentukan apakah tujuan rapat sudah terpenuhi, dan untuk
menemukan fakta-fakta positif dan negatif tentang jalannya proses dan keputusan-keputusan
dalam rapat. Sedangkan pelaksana evaluasi terdiri dari:
a. Kepala sekolah/supervisor atau pimpinan/ panitia rapat.
b. Anggota peserta dengan menjawab check-list, menulis kesan-kesan, pendapat-pendapat,
saran-saran mereka tentang segala sesuatu mengenai rapat.
Hasil dari rapat tentunya akan membantu guru dalam memperbaiki sistem pengajaran
maupun dalam pertumbuhan jabatan. Tujuan supervisi dalam rapat guru menurut Thomas H

b. Menjamin agar guru menyadari dan memahami masalah dan tantangan dari sekolah.

Hal.

a. Mengintegrasikan anggota staf dan mengkoordinasi pekerjaan mereka.

14

Briggs (1990) adalah :

c. Memecahkan soal-soal yang berhubungan dengan pendidikan dan memupuk implikasi


alterntaif yang dipilih.
d. Memajukan kemampuan dan antusiasme.
e. Memperoleh pengertian tentang gagasan-gagasan baru dan merencanakan untuk
menggunakan mana yang sudah terbukti kebaikannya.
f. Menyiapkan, membina, dan menyatukan murid-murid dan masyarakat sehubungan
dengan program dan kebijakan sekolah.
Sedangkan tujuan penyelenggaraan rapat guru adalah :
a. Menyatukan pandangan-pandangan guru tentang konsep umum, makna pendidikan dan
fungsi sekolah dalam pencapaian tujuan dari pendidikan itu di mana mereka
bertanggung jawab bersama.
b. Mendorong guru unutk menerima dan melaksanakan tugasnya dengan baik dan
mendorong pertumbuhan mereka.
c. Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang akan membawa mereka bersama ke
arah pencapaian tujuan pengajaran yang maksimal di sekolah tersebut.

4.

Studi kelompok antarguru


Studi ini dilakukan oleh guru-guru yang mengajar mata pelajaran yang sama. Mereka

bersama-sama memecahkan masalah yang mungkin dan sudah terjadi dalam pengajaran mata
pelajaran itu. Pokok bahasan ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun teratur.

5.

Diskusi sebagai proses kelompok


Diskusi adalah pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah untuk dipecahkan bersama.

Seorang supervisor harus memiliki kemampuan menggerakkan kelompok, membuat


pertemuan berhasil dan mengkoordinasiakan pekerjaan-pekerjaan kelompok. Pembatasan
kelompok dilakukan berdasarkan kesamaan kepentingan. Ciri-ciri kelompok yang baik antara
lain: (1) tiap anggota merasa turut berpartisipasi; (2) adanya interaksi antar anggota; dan
(3) adanya control daripada anggota.
Berikut ini empat jenis kepemimpinan dalam kelompok menurut Leland P. Bradfort dan
Ronald Lippit (1992), yaitu:

Pemimpin memberikan perintah, mengadakan pemeriksaan yang ketat, tegas pada

15

The Hardboiled Autocrat

disiplin yang kaku, sadar akan kekuasaannya. Anggota-anggota kelompok enggan menerima

Hal.

1)

tanggung jawab. Anggota tipe ini cendrung tidak mau bekerja jika tidak ada pemimpin,
mereka bekerja hanya untuk mencari pujian.
2) The Benevolent Autocrat
Pemimpin tipe ini merasa perlu membuat anggota-anggota senang padanya, suka dipuji,
dan ingin menjadikan dirinya menjadi sumber semua pertimbangan. Sedangkan anggotaanggota tidak berinisiatif, tunduk dan tidak mau menerima tanggung jawab.
3) Laissez Faire
Pemimpin cenderung memberi kebebasan, memberi tanggung jawab terlalu banyak
kepada anggota, tidak menentukan tujuan, tidak membuat keputusan dan tidak membantu
kelompok membuat putusan. Sedangkan anggota-anggota tidak memiliki tujuan, tidak ada
sesuatu yang ingin dicapai. Mereka menganggap masa depannya suram karena frustasi,
penuh kegagalan dan rasa tidak aman.
4) Democratie
Supervisor yang demokratis selalu berusaha bersama membuat rencana kerja. Ia ingin
agar setiap anggota mengerti akan pekerjaannya dan senang akan hasilnya. Sedangkan
anggota merasa ikut serta dalam kelompok ini. Kerjasama dengan jelas dan anggota menjadi
anggota yang bertanggung jawab.
Sementara itu, peranan anggota dalam kelompok menurut DM Hall dalam Sahertian
(2000) adalah sebagai berikut:
1) Inisiator; orang yang mengemukakan ide-ide dalam memecahkan masalah. Ia
mengetahui nilai-nilai konsepsionil kelompok dan bagaimana memberi saran secara
objektif.
2) Orientor; orang yang membantu menetapkan dan mengarahkan kelompok untuk
mencapai tujuan.
3) Fasilitator atau promotor; orang yang berusaha menjaga hubungan yang bebas antara
anggota, menentukan kemampuan anggota kelompok dan kemungkinan sumbangan
mereka.
4) Encourager, simulator; orang yang mengajak ikut serta membenarkan, mengatur
peranan yang dimainkan orang lain.
5) Harmonicer; orang yang menggabungkan perbedaan pendapat atau usaha mengurangi

permasalahan yang tepat.

Hal.

6) Summarizer atau synthesizer; orang yang menentukan apakah mereka pada

16

ketegangan.

7) Fact seeker atau information hound; orang yang memberi data informasi atau contohcontoh dari suatu pengertian atau prinsip, untuk menjelaskan suatu masalah.
8) Compromizor; oarangyang berusaah mencairkan suatu perhitungan dalam kelompok.
9) Fact giver, fact man, resource person, consultant; orang yang ahli dalam bidang
tertentu dia memberikan fakta, contoh pengalaman atau mengutip pendapat seorang
ahli.
10) Expeditor, datailman, arranger; orang yang menyediakan fasilitas untuk pertemuan dan
snack-snack.
11) Spokesman; orang yang berbicaa untuk kelompok dalam memajukan kelompok dan
mempertahankan mereka dari serangan yang datang dari luar.
12) Recorder (secretary); orang yang mencatat tujuan, problema, issue, ide, fakta-fakta, dan
keputusan yang telah dibuat oleh kelompok.
13) Evaluator; orang yang membuat perbandingan antara kenyataan dan kegiatan,
menetapkan kemajuan yang dicapai kelompok.
14) Observer atau analyzer; orang yang menganalisa dan melaporkan kepada kelompoknya
tentang hasil yang dicapai.
15) Status role; orang yang terkenal dan dihormati karena sikapnya yang diterima oleh
orang lain.
Pemimpin yang cakap memberi kesempatan kepada tiap anggota dengan menempatkan
mereka pada peranan yang dimilikinya. Kelompok yang efektif bila ada pemimpin yang cakap
untuk melaksanakan fungsinya. Peranan pemimpin antara lain:
1) Sebagai leader atau chairman
Pemimpin membantu kelompok mengenal untuk menetapkan peraturan-peratuan dasar,
menyetujui langkah-langkah dalam pemecahan suatu masalah, mengakui perbedaan
individu, dan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk menyampaikan
pendapatnya.
2) Sebagai recorder (pencatat)
Pemimpin menyimpan catatan dan singkatan tentang kegiatan yang telah dilakukan,
melaporkan kegiatan pada anggota, dan mengklasifikasikan pendapat atau argumentasi
menurut kepentingannya.

peranan dalam kelompok.


4) Sebagai narasumber (resource person)

Hal.

Mencatat peranan yang dimainkan oleh anggota-anggotadalam menetapkan hasil tiap

17

3) Sebagai observer atau analyser (pengamat dan penguraian)

5) Sebagai evaluator
Pemimpin mengetahui bagaimana menggunakan evaluasi, mengumpulkan data,
menunjukkan kematangan kelompok itu.
Fungsi kepemimpinan yang baik
1) Melihat bahwa anggota-anggota senang dengan keadaan tepat yang disediakan.
2) Melihat bahwa masalah yang dibahas dapat dimengerti oleh semua orang
3) Mengakui peranan tiap anggota yang dipimpinnya.
4) Melihat bahwa kelompok itu merasa diperlakukan atau diikutsertakan untuk hasil
bersama.
Prinsip-prinsip untuk mensukseskan pekerjaan
1)

Kepemimpinan yang baik dan praktis akan membantu ke arah perkembangan


kemampuan dasar yang dimiliki tiap anggota kelompok.

2)

Kerjasama dengan kelompok tidak akan mengurangi kepemimpinan supervisor.

3)

Supervisor memiliki tanggung jawab untuk menerangkan kepada anggota-anggotanya


bahwa tidak seorangpun atau kelompok manapun yang menunjukkan dominasi dalam
bicara terhadap semua kelompok.

4)

Mengembangkan kepemimpinan yang baik dalam kelompok itu akan memerlukan


perhatian yang terus menerus.

6.

Tukar menukar pengalaman (sharing of experience)


Langkah-langkah sharing
1) Tentukan tujuan yang akan dicapai;
2) Tentuk pokok masalah yang akan dibahas dalam bentu problema;
3) Beri kesempatan pada setiap peserta untuk mengemukakan pendapat; dan
4) Rumuskan kesimpulan sementara dan buka problema baru.

7.

Lokakarya atau Workshop Pendidikan


Workshop pendidikan adalah suatu kgiatan belajar kelompok yang terdiri dari petugas-

petugas pendidikan yang memecahkan masalah yang dihadapi melalui percakapan dan
bekerja secara kelompok maupun bersifat perseorangan. Workshop berarti suatu tempat kerja

dengan ornag lain atas tanggung jawab bersama. Ciri-ciri workshop sebagai berikut:

Hal.

suatu situasi yang di dalamnya orng bekerja dan belajar bersama; suatu situasi orang belajar

18

dengan menggunakan berbagai alat untuk menghasilkan sesuatu. Workshop memiliki makna

1) Masalah yang dibahas bersifat life centered dan muncul dari peserta sendiri.
2) Musyawarah kelompok diadakan menurut kebutuhan.
3) Cara yang digunakan adalah metode pemecahan masalah musyawaah dan
penyelidikan.
Jenis-jenis workshop
1) Berdasarkan lembaga/ organisasi
a) Faculty workshop
b) Institute workshop
c) Graduate workshop
2) Berdasarkan waktu
a) Pre-school workshop
b) Summer workshop (workshop yang dilaksanakan waktu liburan)
3) Berdasarkan sifat
a) Conference workshop
b) Training workshop
Prosedur pelaksanaan workshop
1) Merumuskan tujuan workshop (output yang akan dicapai)
2) Merumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara terperinci
3) Menentukan prosedur pemecahan masalah
a) Merumuskan masalah yang akan dibahas
b) Tujuan pembahasan
c) Metode pembahasan
d) Menentukan alat dan bahan perlengkapan yang dipakai selama workshop
e) Merumuskan kesulitan-kesullitan yang dihadapi
f) Merumuskan kesimpulan dan saran-saran

8.

Diskusi panel
Diskusi panel atau diskusi forum atau diskusi meja bundar adalah bentuk diskusi yang

dipentaskan di hadapan sejumlah partisipan atau pendengar. Diskusi panel bertujuan untuk
menjajaki suatu masalah secara terbuka agar dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan

yang dibahas.

Hal.

menstimulir para pendengar dan partisipan agar mengarahkan perhatiannya terhadap masalah

19

dan pengertian tentang masalah tersebut dari berbagai sudut pandang. Diskusi ini juga untuk

Unsur-unsur yang berperan dalam diskusi panel sebagai berikut:


(1) Moderator; orang yang bertugas mengantarkan problema yang akan didiskusikan,
menetralisir situasi bila terjadi ketegangan, dan mengatur kontunuitas pemikiran dan
pembicaraan berlangsung secara teratur.
(2) Panelist; orang yang memiliki kemampuan berpikir dan memberi tanggapan secrara
tepat dan aktif berpartisipasi dalam diskusi.
(3) Expert; orang yang ahli dalam bidang tertentu dan bersedia memberi penjelasan untuk
memecahkan masalah yang didiskusikan.
(4) Participant; orang yang mengikuti diskusi dan diberi kesempatan untuk menyatakan
pendapat dalam diskusi maupun setelah diskusi berakhir.
Langkah-langkah dalam diskusi panel
(1) Moderator mengantarkan problema secara umum.
(2) Moderator menimbulkan problema secara bertahap.
(3) Secara spontan para panelist mulai berdiskusi.
(4) Moderator mengarahkan setiap problema agar tetap dalam ruang lingkkup pembahasan.
(5) Setiap problema yang sudah dibahas dirumuskan kembali dalam bentuk kesimpulan
sementara.
(6) Moderator mengajukan problema baru dan kembali membuat kesimpulan sementara.
(7) Kemudian moderator merumuskan pokok-pokok diskusi yang akan dibahas bersama.

9.

Seminar
Seminar disebut sebagai tempat belajar, perguruan tinggi, atau universitas. Seminar

sebagai suatu bntuk belajar mengajar berkelompok di mana sejumlah kecil orang mengadakan
pendalaman atau penyelidikan terhadap berbagai masalah dengan dibimbing secara cermat
oleh beberapa orang yang pembimbing. Seminar bertujuan untuk mengadakan intensifikasi,
integrasi, serta aplikasi pengetahuan, pengertian dan keterampian para anggota kelompok
dalam satu latihan intensif. Seminar dilaksanakan dalam bentuk belajar-mengajar oleh 10-15
orang, dan problema yang diseminarkan harus dirumuskan dalam pertemuan kelompok.
Topik pendidikan yang lazim untuk diseminarkan
(1) Cara mengatasi masalah disiplin sebagai aspekdari mral sekolah.

(4) Cara menolong murid-murid yang memiliki minat yang berbeda.

Hal.

(3) Cara menganalisa kesulitan-kesulitan belajar guru-guru.

20

(2) Cara mengatasi anak-aak yang selalu menunukkan tingkah laku yang menyimpang.

10.

Simposium
Simposium adalah suatu pertemuan untuk meninjau aspek-aspek suatu pokok masalah,

atau untuk mengumpulkan beberapa sudut pandang tentang suatu masalah dimana masingmasing penulis atau pembicara menemukan pendapatnya secara relatif teratur. Simposium
bertujuan untuk mengorganisasikan pengertian dan pengetahuan tentang aspek-aspek suatu
pokok masalah, atau untuk mengumpulkan dan membandingkan beberapa sudut pandang
yang berbeda. Pelaku simposium antara lain orang yang dianggap ahli dalam mewakili sudut
pandang yang sesauai dengan tujuan simposium.
11.

Demonstration teaching
Supervisor memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk melihat metode-metode

mengajar yang baru atau berbeda. Kekurangan dari demonstrasi mengajar adalah
membutuhkan waktu yang lama.
12.

Perpustakaan jabatan
Guru

sebaiknya

memperkaya

ilmu

pengetahuannya

dengan

memperbanyak

perpustakaan jabatan (mempernbanyak membaca buku-buku), agar mampu menjelaskan


berbagai informasi mengenai suatu hal dalam materi pembelajaran.
13.

Buletin supervisi
Buletin supervisi merupakan salah satu alat komunikasi dalm bentuk lisan yang

dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai ala alat untuk membantu guru dalam
memperbaiki situasi belajar-mengajar. Jenis-jenis supervisi buletin menurut George C Kyte
dalam Sahertian (2000), sebagai berikut:
(1) Bulletin bagi instruksi-instruksi yang umum (berisi informasi mengenai metode-metode
mengajar dan sumber-sumber referensi yang digunakan dalam mengajar).
(2) Bulletin khusus untuk guru-guru sebagai kesiapan dalam mengikuti suatu rapat (guru
diberi kesempatan untuk mempersiapkan raat sesuai dengan kemampuan mereka).
(3) Buletin yang berisi tidak lanjut suatu keputusan rapat.
Bentuk buletin biasanya berupa lembaran-lembaran atau majalah. Waktu penerbitan

Hal.

21

biasanya setiap periode tertentu.

14.

Membaca Langsung (Directed reading)


Supervisor memberikan tugas kepada guru untuk membaca berbagai literatur dan

kemudian membuat laporan mengenai apa yang sudah dibaca, dengan ini guru akan dapat
memperkaya pengetahuannya.
15.

Mengikuti kursus
Supervisi menyarankan guru untuk mengikuti kursus untuk mengambangkan

kemampuannya dalam mengajar.


16.

Organisasi Jabatan (Professional Organization)


Organisasi yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki profesi sama akan

memudahkan anggotanya untuk bertukar pikiran dan pengalaman.


17.

Curriculum Laboratory
Tempat yang dijadikan pusat kegiatan dimana guru-guru memperoleh sumber-sumber

materi untuk menambah pengalaman mereka dalam rangka in-service education. Curriculum
laboratory berfungsi sebagai tempat mengadakan penelitian, percobaan, dan tempat bekerja
sambil belajar untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar.

18.

Perjalanan sekolah untuk anggota staf (field trip)


Pada dasarnya field trip merupakan sarana belajar menyenangkan dan juga mengandung

pelajaran. Macam-macam field trip menurut Lester B. Sands (Sahertian, 2000) adalah sebagai
berikut:
(1) Ekskursi (excursion); perjalanan sekolah yang dilakukan dengan tujuan mempelajari
sesuatu secara menyeluruh.
(2) Study trip; perjalanan yang khusus mempelajari suatu hal yang tertentu.
(3) Tour; perjalanan sekolah yang dilakukan dengan tujuan mempelajari sesuatu secara
menyeluruh yang biasanya memakan waktu beberapa hari.
Nilai-nilai Field Trip yang diharap sebagai berikut:
(1) Memberi pengalaman langsung.
(2) Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang teah ada.

(5) Mengembangkan hubungan sosial dengan masyarakat.


(6) Sebagai penyegaran dalam pembinaan profesi.

Hal.

(4) Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat.

22

(3) Memberi motivasi kepada guru-guru unu menyelidiki sebab-sebab tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Masaong, A.K. 2012. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru


Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru. Bandung: Alfabeta.
Piet A. Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Carl D. Glickman, Stephen P. Gordon, Jovita M. Ross-Gordon. 2004. Supervision and
Instructional Leaderhip : A Development Approach. Terj. Allyn and Bacon
Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Leland P Bradford, Ronald Lippit. 1992. Group Development. Pfeiffer

Hal.

23

Thomas H Briggs. 1990. Secondary Education. England. The Macmillan Company.

Anda mungkin juga menyukai