Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
kesehatan. Baik kepada tenaga kesehatan yang telah disediakan oleh yayasan yang
menaunginya maupun kepada dokter umum biasa.
Individu transgender mungkin mengalami rasa malu dan kecemasan atas tubuh
mereka dan jika dilihat secara klinis, tidak harus diminta untuk membuka pakaian
kecuali benar-benar diperlukan. Hal lain yang penting untuk diingat adalah bahwa
stereotip kelelakian atau keperempuanan dari tubuh seseorang bukan merupakan
indikasi dysphoria gender yang dialami oleh individu. Di Inggris, jenis kelamin pada
akta kelahiran seseorang adalah seks seseorang untuk hidup, bahkan jika seseorang
menjalani operasi pergantian jenis kelamin.
Transeksual hidup sebagai lawan jenis dan akan berusaha untuk mengubah
penampilan luar mereka untuk sesuai dengan identitas batin mereka melalui
penggunaan hormon seks dan kemungkinan operasi pergantian. Ada beberapa
protokol pengobatan untuk terapi hormonal dan pembedahan untuk individu
transeksual. The Harry Benjamin International Gender Dysphoria Associations
standards, menerangkan bahwa transseksualisme sendiri bukanlah gangguan mental
atau penyakit medis, dan penekanannya adalah pada aksesibilitas dan kontrol pasien
atas keputusan-keputusan, selain itu dibahas juga pedoman dan rekomendasi untuk
kesiapan konsumen untuk terapi hormonal, operasi estetika dan operasi pergantian
gonad serta komentar tentang pedoman.
Pada masa lampau perkembangan teknologi yang ada masih belum memberi
keleluasaan penggantian gender. Namun, dengan teknologi yang telah ada sekarang,
penggantian gender telah dapat dilakukan, bahkan hingga penggantian organ kelamin.
1. Gender-Reassignment
Gender reassignment merupakan suatu proses atau mekanisme perubahan
gender. Metode ini banyak ditempuh oleh kaum transseksual untuk memenuhi hasrat
dan ketidaknyamanannya atas gender yang dimilikinya sejak semula. Proses ini tidak
merupakan tahapan-tahapan yang bebas dilakukan oleh siapapun yang menginginkan
perubahan gender. Tahap ini harus didahului oleh wawancara klinis oleh tim ahli
terhadap pasien yang diduga menderita transseksualisme dan berkeinginan untuk
beralih gender. Dalam tahap ini, pemeriksaan kelainan genetis dan hormonal
merupakan hal yang seharusnya dilakukan. Hasil positif kedua tahap ini dilanjutkan
dengan evaluasi psikologis untuk melihat beberapa hal penting sebagai berikut:
reassignment
surgery merupakan
suatu
prosedur
operasi
medis
dilakukan dan memiliki kemungkinan kegagalan atau kematian pasien yang tinggi.
Dalam hal ini, sangat riskan untuk membuat clitoris menjadi gland penis yang
ukurannya jauh lebih besar dan harus dilakukan operasi tambahan histerektomi
dan ooforektomi. Bagi MtF (male to female) pun, operasi tidak dilakukan tanpa resiko.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi :
Pendarahan/hematoma
Infeksi
Urethra-vaginal fistula
Pulmonary thromboembolism
Ketakutan hipertrofik
Vagina pendek
Setelah SRS dilakukan pun, dibutuhkan waktu tahunan untuk benar-benar
berganti gender dari hal pembentukan sikap dan gaya yang sesuai. Selain itu, terapi
hormon tetap harus dilakukan. Biasanya hal ini memakan waktu hingga 5 tahun.
Praktisi medis juga seringkali menolak untuk melakukan operasi pada penderita
HIV/hepatitis C karena tingkat kesulitan dan kegagalan yang lebih tinggi.
Terlepas dari banyaknya perbedaan pandangan atas transseksualisme dan
aplikasi teknologi biologis-kedokteran yang digunakan untuk memfasilitasinya,
fenomena ini merupakan fenomena yang sangat tidak sulit ditemukan. Dalam dunia
kedokteran modern dikenal tiga bentuk operasi kelamin yaitu:
1.
Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan terhadap orang yang sejak
lahir memiliki kelamin normal;
2.
3.
Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan terhadap
orang yang sejak lahir memiliki dua organ/jenis kelamin (penis dan vagina).
Sex-reassignment surgery merupakan ujung dari proses gender reassignment.
Pelaksanaan
SRS
melibatkan
aplikasi
teknologi
biologi-kedokteran
yang
membutuhkan tenaga ahli dengan kemampuan yang baik. Prosedur SRS harus diambil
dengan benar untuk mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi medis yang tidak
diinginkan. Meskipun secara medis telah dimungkinkan, aturan pelaksanaan dan
status legalitas SRS dan pengubahan gender secara keseluruhan sangat bergantung
pada kebijakan masing-masing negara. Meskipun begitu, peran serta masyarakat
dengan berbagai pandangannya justru menjadi lebih penting dan berperan, khususnya
di negara yang tidak dengan jelas dan tegas menetapkan peraturan atas hal ini, seperti
Indonesia.
Terlepas dari kenyataan bahwa efek samping dapat terjadi, sebagian besar
waria akan transisi tanpa menderita efek samping yang serius. Terapi hormonal juga
menyebabkan perubahan fisik dan psikologis yang membuat pasien merasa lebih
seperti identitas gender mereka, membatasi morbiditas psikiatri dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Sebaliknya, menolak untuk mengelola terapi hormon untuk
pasien merupakan faktor risiko untuk pengobatan diri dengan hormon yang diperoleh
secara ilegal dan penggunaan jarum suntik untuk pengobatan hormon.