TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Siklus Hidrologi
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak manfaatnya bagi
kebutuhan manusia. Air yang terdapat di alam ini dalam bentuk cair, tetapi dapat
berubah dalam bentuk padat/es, salju dan uap yang terkumpul di atmosfer. Air
juga tidaklah statis tetapi selalu mengalami perpindahan. Air menguap dari laut,
danau, sungai, tanah dan tumbuh-tumbuhan akibat panas matahari. Kemudian
akibat proses alam air yang dalam bentuk uap berubah menjadi hujan, yang
kemudian sebagian menyusup ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian menguap
(evaporasi) dan sebagian lagi mengalir di atas permukaan tanah (run off). Air
permukaan ini mengalir ke dalam sungai, danau, kemudian mengalir ke laut,
kemudian dari tempat itu menguap lagi dan seterusnya berputar yang disebut
siklus hidrologi (Soemarto 1995)
Siklus air (siklus hidrologi) adalah rangkaian peristiwa yang terjadi
dengan air dari saat ia jatuh ke bumi (hujan) hingga menguap ke udara untuk
kemudian jatuh kembali ke bumi yang merupakan konsep dasar keseimbangan air
secara global dan menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air.
Prosesnya sendiri berlangsung mulai dari tahap awal terjadinya proses penguapan
(evaporasi)
secara
vertikal
dan
di
udara
mengalami
pengembunan
(evapotranspirasi), lalu terjadi hujan akibat berat air atau salju yang ada di
gumpalan awan. Lalu air hujan jatuh keatas permukaan tanah yang mengalir
melaui akar tanaman dan ada yang langsung masuk ke pori-pori tanah. Dan
6
Universitas Sumatera Utara
didalam tanah terbentuklah jaringan air tanah (run off) yang juga mengalami
transpirasi dengan butir tanah. Sehingga dengan air yang berlebih tanah menjadi
jenuh air sehingga terbentuklah genangan air (Arsyad, 1985)
II.2.
Hujan
II.2.1. Pengertian Hujan
Hujan merupakan suatu peristiwa siklus hidrologi yang terjadi tidak
merata di semua tempat, ada tempat yang mempunyai curah hujan yang tinggi dan
ada tempat yang mempunyai curah hujan yang rendah. Tinggi rendahnya curah
hujan tersebut disebabkan oleh letak suatu daerah dan iklim setempat, serta
kebasahan udara (uap). Pada umumnya di lereng gunung curah hujan lebih besar
dibandingkan di daratan (Soetedjo, 1970).
7
Universitas Sumatera Utara
tanah
sebagian
menguap
melalui
pori-pori
di
dalam
tanah
8
Universitas Sumatera Utara
= +
....................................................................................... (2-1)
- Sherman (1905)
....................................................................................... (2-2)
- Inshiguro
....................................................................................... (2-3)
9
Universitas Sumatera Utara
- Mononobe
24
24
24 3
........................................................................... (2-4)
dimana:
i = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = waktu (durasi) curah hujan, menit untuk persamaan (2-1), (2-2), dan (23), dan jam untuk persamaan (2-4)
a,b = konstanta
d24 = tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
II.2.4. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari
titik yang paling jauh pada aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir
saluran. Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
- Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
atas permukaan tanah menuju aluran drainase.
- Conduit time (td) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
sepanjang saluran drainase sampai ke titik kontrol yang diperlukan.
Waktu konsentrasi (tc) dapat dihitung dengan rumus berikut:
= 0 +
........................................................................... (2-5)
10
Universitas Sumatera Utara
1 + 2 + 3 + +
1
=1
................................................... (2-6)
Dimana:
d
11
Universitas Sumatera Utara
1 . 1 + 2 . 2 +3 . 3 +... .
....................................... (2-7)
12
Universitas Sumatera Utara
Dimana:
A
C. Cara Isohyet
Dalam hal ini kita harus menggambarkan dulu kontur dengan tinggi curah
hujan yang sama (isohyet), seperti terlihat pada gambar. Kemudian luas bagian
diantara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur dan harga rata-ratanya dihitung
13
Universitas Sumatera Utara
sebagai harga rata-rata berimbang dari nilai kontur seperti terlihat pada rumus
berikut ini:
0 + 1 1 + 2
+ 1
2
2
2
1 +2 +...
1 +
................................................... (2-8)
Dimana:
A
bersangkutan
14
Universitas Sumatera Utara
............................................................... (2-9)
Dimana:
XT
: Variabel reduksi
Sx
: Standard Deviasi
X i2 X i
n 1
15
Universitas Sumatera Utara
................................................. (2-10)
Dimana:
Log XT
log (X )
i
Log X
SxLog X
: Standard Deviasi
: Variabel reduksi
(LogX i2 Log X i )
n 1
C. Distribusi Gumbel
Untuk analisa frekuensi curah hujan menggunakan metode E.J. Gumbel,
dengan persamaan sebagai berikut:
XT = X + K.Sx
............................................................. (2-11)
Dimana:
XT
16
Universitas Sumatera Utara
Sx
: Standard Deviasi
: Variabel reduksi.
X i2 X i
n 1
YT Yn
Sn
......................................................................... (2-12)
Dimana:
YT
Yn
Sn
Log X
Log X
i 1
Log X Log X
n
S1
: Standard Deviasi, S1 =
i 1
n 1
17
Universitas Sumatera Utara
Ktr
II.3.
Cs
n . Log Xi Log X
i 1
( n 1 ) ( n 2 ) . Si
A. Metode Haspers
Keterkaitan parameter alam yang diperhitungkan dalam metode ini
dinyatakan dalam bentuk persamaan dasar seperti berikut:
QT = . .q.A. Rn
=
1
................................................. (2-14)
1+0,012 0,7
................................................. (2-15)
1+0,075 0,7
=1+
+3,710 0,4
2 +15
0,75
12
................................................. (2-16)
dimana:
QT = Debit banjir rencana dengan kata ulang T tahun (m2/det)
= Koefisien Pengaliran
= Koefisien Reduksi
q = Intensitas curah hujan (m3/Km2/det)
A = Luas Daerah Aliran Sungai (Km2)
t = Waktu konsentrasi (jam)
18
Universitas Sumatera Utara
B. Metode Melchior
Besarnya debit banjir maksimum dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
Qmax = . . rT . A
................................................. (2-17)
dimana:
Qmax = Debit banjir maksimum (m3/detik)
= Koefisien pengaliran untuk masing-masing periode ulang tertentu
= Koefisien Reduksi
rT = hujan rancangan (mm)
A = Luas DAS/ Catchment area (km2)
Koefisien aliran () berkisar antara 0,42 0,62 dan Melchior menganjurkan untuk
memakai = 0,52.
Koefisien reduksi dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
1970
................................................. (2-18)
................................................. (2-19)
0,85
..........(2-20)
Dimana:
= Grown factor
MAF
AREA
19
Universitas Sumatera Utara
APBAR
PBAR
ARF
= Faktor reduksi
SIMS
= Indeks kemiringan
LAKE
Sumber: http://www.scribd.com/doc/53661489/TUGAS-IRIGASI-boyolali
Sumber: http://www.scribd.com/doc/53661489/TUGAS-IRIGASI-boyolali
= 2 1 =
2
1
..................................... (2-22)
Ambil beberapa nilai y dan hitung nilai dx/dy yang berkebalikan dengan suku
kanan persamaan aliran berubah lambat laun, Dari persamaan kemudian buatlah
lengkung y terhadap dy/dx . Jelas bahwa nilai x sama dengan luas daerah yang
diarsir yang terbentuk oleh lengkung, sumbu y dan ordinat dy/dx sesuai dengan y1
dan y2. Luas ini dapat dihitung dan ditentukan pula nilai x nya. Metode ini sangat
luas pemakaiannya. Dapat dipakai untuk aliran dalam saluran prismatik maupun
tak prismatik dengan berbagai bentuk dan kemiringan. Prosedurnya tidak berbelitbelit dan mudah diikuti namun, dapat juga menjadi berlarut-larut bila diterangkan
untuk persoalan yang sesungguhnya.
21
Universitas Sumatera Utara
1
2
0 + 1 + 1 2.
= 2 + 2 2.
+
..................................... (2-23)
cari x,
=
2 1
0
............................................................. (2-24)
= + 2.
............................................................. (2-25)
22
Universitas Sumatera Utara
22
4
2,22 3
............................................................. (2-26)
Perhatikan bahwa baik metode tahapan langsung maupun tahapan standar yang
akan diuraikan, langkah-langkah perhitungan dilakukan ke arah hulu bila
alirannya subkritis dan ke arah hilir bila alirannya superkritis. Langkah
perhitungan yang arahnya salah cenderung menghasilkan data yang berbeda
dengan profil aliran sesungguhnya.
II.4.3. Metode Tahapan Standar
Metode ini juga dapat dipakai untuk saluran tak prismatik. Pada saluran
tak prismatik, unsur hidrolik tergantung pada jarak di sepanjang saluran. Pada
saluran alam, biasanya perlu dilakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan
data yang diperlukan untuk setiap penampang yang perlu dihitung. Perhitungan
dihitung dengan tahap demi tahap dari suatu pos pengamat ke pos berikutnya yang
sifat-sifat hidroliknya telah ditetapkan. Dalam hal ini jarak setiap pos diketahui
dan dilakukan penetuan kedalaman aliran di tiap pos. Cara semacam ini biasanya
dibuat berdasarkan perhitungan coba-coba. Untuk menjelasakan cara ini dianggap
bahwa permukaan air terletak pada suatu ketinggian dari bidang mendatar
1 = 0 + 1 + 2
............................................................. (2-27)
2 = 2 + 2
............................................................. (2-28)
................................................. (2-29)
23
Universitas Sumatera Utara
1 + 1
1 2
2.
= 2 + 2
2 2
2.
+ +
............................. (2-30)
............................................................... (2-31)
Inilah persamaan dasar yang merupakan dasar urutan metode tahapan standar.
Metode tahapan standar akan memberikan hasil yang terbaik bila dipakai
menghitung saluran alam.
24
Universitas Sumatera Utara
II.5. Tanggul
Sebuah banjir merupakan hasil dari limpasan yang berasal dari curah hujan
atau cairnya salju dalam jumlah yang terlalu besar untuk dapat ditampung dan
dialirkan melalui sungai atau saluran. Manusia hanya dapat berbuat sedikit saja
untuk mencegah banjir besar, tetapi mungkin dapat mengecilkan kerugian.
Salah satu cara yang paling tua dan dipakai secara luas untuk melindungi
lahan dari air banjir adalah pendirian suatu penghalang untuk mencegah luapan
atau biasa disebut tanggul banjir. Pada dasarnya tanggul adalah bendungan
memanjang yang didirikan kira-kira sejajar sungai dan tidak melintang pada
alurnya.
II.5.1. Perencanaan Struktural Tanggul
Tanggul paling sering dipergunakan untuk pengurangan banjir karena
dapat dibangun dengan biaya yang relatif murah dan bahan-bahannya tersedia di
tempat yang bersangkutan. Tanggul biasanya dibangun dengan bahan-bahan yang
digali dari lubang asal (borrow pit) yang sejajar dengan garis tanggul. Bahanbahan tersebut haruslah diletakkan berlapis-lapis dan diapadatkan, dengan bahan
yang paling kedap air terletak di bagian tanggul yang dekat sungai. Biasanya tidak
terdapat bahan yang cocok untuk inti, sehingga kebanyakan tanggul merupakan
timbunan yang homogen.
Penampang melintang tanggul haruslah disesuaikan dengan letak dan
bahan timbunan yang tersedia. Lebar mercu tanggul biasanya ditetapkan
berdasarkan rencana penggunaannya, dengan lebar minimum kira-kira 10 ft (3 m)
untuk memungkinkan pemindahan alat-alat pemeliharaan. Lereng tebing biasanya
25
Universitas Sumatera Utara
sangat datar karena bahan bangunan yang relatif jelek. Lereng-lereng ini haruslah
dilindungi terhadap erosi dengan cara penanaman rumput, semak-semak dan
pohon-pohon atau dengan menggunakan riprap (hamparan kerakal). Demi
keindahan, tanggul dapat juga dibuat lebih datar daripada yang diperlukan untuk
kestabilan. Hal ini akan membuat kurang menyoloknya bentuk tanggul dan bila
berdekatan dengan suatu taman akan mempermudah orang untuk menyeberangi
tanggul tersebut untuk menuju ke tepi sungai. Walaupun suatu tanggul tidak jebol
selama terjadinya suatu banjir, tinggi air berkepanjangan dapat menaikkan garis
kejenuhan hingga titik dimana rembesan yang menembus tanggul mengakibatkan
genangan dangkal yang luas di daerah yang dilindungi. Bila rembesan
mengancam meningkat menjadi masalah yang berat, suatu sayatan pancang pelat
baja dapat dipergunakan. Karena datarnya lereng-lereng tanggul, maka tanggul
yang cukup tinggi akan membutuhkan tapak yang lebar. Harga pembebasan lahan
untuk tanggul mungkin wajar di daerah pedesaan, tetapi di kota-kota besar
seringkali sulit untuk mendapatkan lahan yang cukup untuk tanggul tanah. Dalam
hal ini maka tembok banjir beton dapat merupakan pemecahan yang dapat dipilih.
Tembok banjir haruslah direncanakan untuk dapat menahan tekanan hidrostatis
(termasuk gaya angkat ke atas) yang dibebankan oleh air pada tingkat banjir
rencana. Bila tembok tersebut bertumpu pada timbunan tanah, maka harus pula
bertindak sebagai tembok penahan terhadap tekanan tanah pada waktu permukaan
air rendah.
26
Universitas Sumatera Utara
27
Universitas Sumatera Utara
28
Universitas Sumatera Utara