Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

A. PENGERTIAN ASMA
a. Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang
oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses
radang (Almazini, 2012)
b. Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena

hiperaktivitas

terhadap

rangsangan

tertentu,

yang

menyebabkan

peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi
pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30
tahunan (Saheb, 2011)
c. Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak
sel

dan

elemennya.

Inflamasi

kronik

menyebabkan

peningkatan

hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang


berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan
atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas
yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
d. Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya terengah-engah dan berarti
serangan nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Nelson (1996) dalam
Purnomo

(2008)

mendefinisikan

asma

sebagai

kumpulan

tanda

dan

gejala wheezing(mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut;


timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari
(nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan
bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta
adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebabsebab lain sudah disingkirkan
e. Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for
Asthma (GINA) (2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran
nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan
limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang,
sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.
Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas
namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun
dengan pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan
nafas terhadap berbagai rangsangan.
f.

Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang
sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh.
Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran nafas
secara menyeluruh (Abidin, 2002).

B. KLASIFIKASI ASMA
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
a.

Asma bronkhiale

Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon
yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan,
yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru
dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan
b.

Status asmatikus

Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional(Smeltzer,


2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung
memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing,
ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa
berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena

leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian


berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka
suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal
pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
c.

Asthmatic Emergency

Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian


2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)
a.

Asma ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi
alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap
orang yang sehat.
b.

Asma intrinsik

Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari
allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk
seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.
3. Menurut Global

Initiative

for

Asthma (GINA)

(2006)

berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:


1)

Asma Intermiten (asma jarang)

gejala kurang dari seminggu


serangan singkat
gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas 20% 30%
2)

Asma mild persistent (asma persisten ringan)

gejala lebih dari sekali seminggu


serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% 30%
3)

Asma moderate persistent (asma persisten sedang)

gejala setiap hari


serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
FEV 1 tau PEV 60% 80%

penggolongan

asma

PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%


4)

Asma severe persistent (asma persisten berat)

gejala setiap hari


serangan terus menerus
gejala pada malam hari setiap hari
terjadi pembatasan aktivitas fisik
FEV 1 atau PEF = 60%
PEF atau FEV variabilitas > 30%
4. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan
derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006)
a.

Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu

kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir
ekspirasi,
b.

Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal

kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi
dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,
c.

Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk

bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat
nyaring terdengar tanpa stetoskop,
d.

Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah

tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.


Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang
penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan.
Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan serangan
asma berat yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian
C. ETIOLOGI ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal
yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non
imunologi.
1.

Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
(Smeltzer & Bare, 2002).

a.

Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau
alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.

b.

Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common


cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan.

c.

Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik

2.

Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus
asma :

a.

Pemicu Asma (Trigger)


Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan
(bronkokonstriksi).

Pemicu

tidak

menyebabkan

peradangan. Triggerdianggap

menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa
menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul
seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu
singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu,
apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara,
asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang
berlebihan.
b.

Penyebab Asma (Inducer)


Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus
hiperresponsivitas

(respon

yang

berlebihan)

dari

saluran

pernapasan. Inducerdianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau


asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang
umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya
penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang
masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui
hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit
( VitaHealth, 2006).
3.

Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik.
Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:

a.

Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhialjika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya
juga bisa diturunkan.

b.

Faktor presipitasi

1)

Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a)

Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

b)

Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan
anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin,
epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).

c)

Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan
jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan
alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen
ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor
pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel
mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa
asma.

2)

Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik
atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya
terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat,
ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas
pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan
selama 2-3 menit sebelum latihan.

3)

Infeksi bakteri pada saluran napas

Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi


pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo
bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
hiperresponsif pada sistem bronkial.
4)

Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.

5)

Gangguan pada sinus


Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis
alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi
membran mukus.

6)

Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.

D. ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ASMA


1.

ANATOMI
Gambar 1. Anatomi sistem pernapasan

Organ Pernapasan
a.

Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya
terdapat bulu-bulu untuk menyaring kotoran.

b.

Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan
jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain
adalah ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat
hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan
lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).

c.

Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat
ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglottis.

d.

Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar

yang disebut sel bersilia,

hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri
dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e.

Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah
dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli)

f.

Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m. Pada lapisan ini
terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paruparu kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan
paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus
tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan
lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paruparu kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5
buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah
segmen pada lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus. Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan
ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat
sebuah bronkiolus. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang
berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara
paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.

2.

FISIOLOGI ASMA
Proses terjadi pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru
terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah
dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan
melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui
kapiler-kapiler vena pulmonalis

kemudian

massuk

ke serambi

kiri

jantung

(atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan


sel- sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari adalah CO2 dan
dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan
atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar
melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus
lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa
metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan
panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang
berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke
trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya.
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi
(menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara
bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak
refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh
pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata).
Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat
napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks
serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah
dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah
mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan
kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak
antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada

membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan
udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan
menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga
dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil
kembali,

maka

udara

didorong

keluar.

Jadi

proses

respirasi

ataupernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga


pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar
bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka
dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka
ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang
rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat
kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki.
3.

PATOFISIOLOGI ASMA
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan
eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi
paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan.

Walaupun

jalan

udara

bersifat

difus,

obstruksi

menyebabkan

perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak
cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama
penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi

tersebut, histamin

dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon


histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga
merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka
juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil
akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran
udara.

Gambar 4. Patofisiologi asma


Pathway Asma

PathwayAsma

Pathway Asma
E. MANIFESTASI KLINIS ASMA
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi
(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk
kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak
dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1.

Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau
keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan
muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi
bronchial di laboratorium.

2.

Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran
pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.

3.

Asma tingkat III


Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan
tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak
sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.

4.

Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan
keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin
banyak antara lain :

a.

Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus

b.

Sianosis

c.

Silent Chest

d.

Gangguan kesadaran

e.

Tampak lelah

f.

Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

5.

Asma tingkat V
Yaitu

status

asmatikus

yang

beberapaserangan asma yang

merupakan

suatu

keadaan

darurat

medis

berat bersifat refrakter sementara terhadap

pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible
maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi
normal
F.

KOMPLIKASI ASMA

1.

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas

2.

Chronic persisten bronhitis

3.

Bronchitis

4.

Pneumonia

5.

Emphysema

6.

Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu
yang lebih berat, yang disebut status asmatikus, kondisi ini mengancam hidup
(Smeltzer & Bare, 2002).

Asma
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA
1.

Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum ditemukan :


Kristal kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabangcabang bronkus
Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinofil
2.

Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma

Gas analisa darah


Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian
PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
Kadang kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi

Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi


Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan,
dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3.

Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan
tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:

Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah


Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4.

Pemeriksaan faal paru

Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan
sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan
tekanan sistolik.
Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma,
FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang
berat.
5.

Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :

Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi
searah jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau
terjadinya relatif ST depresi.
H.

PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA


Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.

1.

Penobatan non farmakologik

a.

Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit


asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b.

Menghindari faktor pencetus


Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.

c.

Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2.

Pengobatan farmakologik

a)

Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).

b)

Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.

c)

Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate )
dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.

d)

Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

e)

Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya
dapat diberikan secara oral.

f)

Iprutropioum bromide (Atroven)


Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.

3.

Pengobatan selama serangan status asthmatikus

a.

Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam

b.

Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

c.

Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka


drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.

d.

Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

e.

Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

f.

Antibiotik spektrum luas.

PROSES KEPERAWATAN ASMA


A.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASMA

1.

Pengkajian Primer Asma

a.

Airway

Peningkatan sekresi pernafasan


Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b.

Breathing

Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.


Menggunakan otot aksesoris pernafasan
Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c.

Circulation

Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi


Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
Papiledema
Urin output meurun
d.

Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi
dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

2.

Pengkajian Sekunder Asma

a.

Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan
gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak,
Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau
dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.

b.

Pemeriksaan Fisik

Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis


asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1)

Status kesehatan umum


Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.

2)

Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.

3)

Thorak

a)

Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan
serta frekwensi peranfasan.

b)

Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.

c)

Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.

d)

Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.

c.

Sistem pernafasan

1)

Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak
jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi
infeksi sekunder.

2)

Frekuensi pernapasan meningkat

3)

Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.

4)

Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai


ronchi kering dan wheezing.

5)

Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.

6)

Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga


dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu
napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal,
supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7)

Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.

d.

Sistem kardiovaskuler

1)

Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat

2)

Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.


Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari
10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma
yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3)

Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.

Asma

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ASMA YANG MUNGKIN MUNCUL


1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea,
peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler alveolar
3.

Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..

4.

Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.

5.
Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut
sufokasi.
6.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan
7.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus
asma.
8.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
9.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

10.

Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif .

C. RENCANA KEPERAWATAN ASMA

RENCANA KEPERAWATAN

NO
1

DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)
INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidakSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :
efektif
berhubunganselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
Airway Management
dengan
tachipnea,
Respiratory status : Ventilation
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
peningkatan
produksi
Respiratory status : Airway patency
thrust bila perlu
mukus, kekentalan sekresi
Aspiration Control,
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
dan bronchospasme.
Dengan kriteria hasil :
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suaranafas buatan
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, Lakukan fisioterapi dada jika perlu
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pursed lips)
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien Lakukan suction pada mayo
tidak merasa tercekik, irama nafas, Berikan bronkodilator bila perlu
frekuensi pernafasan dalam rentang Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
Mampu mengidentifikasikan dan mencegahkeseimbangan.
factor yang dapat menghambat jalan nafas
Monitor respirasi dan status O2
Gangguan pertukaran gasSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :
berhubungan
denganselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
perubahan
membran
Respiratory Status : Gas exchange
Airway Management
kapiler alveolar
Respiratory Status : ventilation
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
Vital Sign Status
thrust bila perlu
Dengan kriteria hasil :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
dan oksigenasi yang adekuat
nafas buatan
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas Pasang mayo bila perlu
dari tanda tanda distress pernafasan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara


nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
Tanda tanda vital dalam rentang normal

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction


Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berika bronkodilator bial perlu
Barikan pelembab udara
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring
Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor
kelelahan
otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3

Pola

Nafas

tidak

efektifSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :

berhubungan
denganselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
penyempitan bronkus
Respiratory status : Ventilation
Airway Management
Respiratory status : Airway patency
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
Vital sign Status
jaw thrust bila perlu
Dengan Kriteria Hasil :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dannafas buatan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, Pasang mayo bila perlu
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada Lakukan fisioterapi dada jika perlu
pursed lips)
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
tidak merasa tercekik, irama nafas, Lakukan suction pada mayo
frekuensi pernafasan dalam rentang Berikan bronkodilator bila perlu
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Tanda Tanda vital dalam rentang normal Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
(tekanan darah, nadi, pernafasan)
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri


Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
4

Nyeri
akut;
ulu
hatiSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :
berhubungan
denganselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
proses penyakit.
Pain Level,
Pain Management
Pain control,
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Comfort level
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Dengan Kriteria Hasil :
kualitas dan faktor presipitasi
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan)
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
menggunakan manajemen nyeri
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
frekuensi dan tanda nyeri)
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
Menyatakan rasa nyaman setelah nyerimenemukan dukungan
berkurang
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

Tanda vital dalam rentang normal

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan


Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek


samping)
5

Cemas
berhubunganSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :
dengan kesulitan bernafasselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
dan rasa takut sufokasi. Anxiety control
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Coping
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
Impulse control
pasien
Dengan Kriteria Hasil :
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
Klien mampu mengidentifikasi dan
selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas
Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
menunjukkan tehnik untuk mengontol
mengurangi takut
cemas
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
Vital sign dalam batas normal
tindakan prognosis
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
Dorong keluarga untuk menemani anak
dan tingkat aktivitas menunjukkan
Lakukan back / neck rub
berkurangnya kecemasan
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

Ketidakseimbangan nutrisiSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :


kurang
dari
kebutuhanselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
Nutrition Management
tubuh berhubungan dengan
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Kaji adanya alergi makanan
faktor
psikologis
dan
Nutritional Status : nutrient Intake
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

biologis yang mengurangi


Weight control
pemasukan makanan
Dengan Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidk ada tanda tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang
berarti

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.


Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan

Monitor pertumbuhan dan perkembangan


Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
7

Kurang
pengetahuanSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :
berhubungan
denganselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
Teaching : disease Process
faktor-faktor
pencetus
Kowlwdge : disease process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
asma.
Kowledge : health Behavior
tentang proses penyakit yang spesifik
Dengan Kriteria Hasil :
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
Pasien dan keluarga menyatakan
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
pemahaman tentang penyakit, kondisi,
yang tepat.
prognosis dan program pengobatan
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan secara benar
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim tepat
kesehatan lainnya
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau pasien informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan

second opinion dengan cara yang tepat atau


diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
8

Intoleransi
aktivitasSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :
berhubungan dengan batukselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
Activity Therapy
persisten
dan
Energy conservation
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
ketidakseimbangan antara
Activity tolerance
dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
suplai
oksigen
dengan
Self Care : ADLs
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
kebutuhan tubuh.
Dengan Kriteria Hasil :
dilakukan
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
disertai peningkatan tekanan darah, nadi dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
dan RR
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
Mampu melakukan aktivitas sehari hari
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
(ADLs) secara mandiri
Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

10

Defisit
perawatan
diriSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :
berhubungan
denganselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
Self Care assistane : ADLs
kelemahan fisik
Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
Dengan Kriteria Hasil :
mandiri.
Klien terbebas dari bau badan
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
Menyatakan kenyamanan terhadap
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
kemampuan untuk melakukan ADLs
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak
mampu untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
Resiko
infeksi
denganSetelah dilakukan tindakan keperawatanNIC :
faktor
resiko
prosedurselama 3 x 24 jam, pasien mampu :
Infection Control (Kontrol infeksi)
invasif
Immune Status
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Risk control
Pertahankan teknik isolasi
Dengan Kriteria Hasil :
Batasi pengunjung bila perlu
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
Menunjukkan kemampuan untuk mencegahsaat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan
timbulnya infeksi
pasien
Jumlah leukosit dalam batas normal
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
kperawtan

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung


Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
alat
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aseptic pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kulit pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi

Laporkan kultur positif

DAFTAR PUSTAKA

Almazini,

P. 2012. Bronchial
Thermoplasty Pilihan
Terapi
Berat. Jakrta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa


6. Jakarta: EGC

Keperawatan,

Aplikasi

pada

Baru
Praktik

untuk
Klinis,

Asma
edisi

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.


GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey:Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial
Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio
Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai