Anda di halaman 1dari 22

CARA PEMELIHARAAN

FOSIL DI MUSEUM
SANGIRAN

Disusun Oleh :
1. Alfidlatul Jannah
2. Alno Setya Anggara
3. Atik Dwi Lestari
4. Ayu Fahma Muyasari
5. Bayu Styaningrum
6. Cahya Suci Diantomo
7. Desy Umi Rahayu

(3583)
(3585)
(3601)
(3603)
(3611)
(3615)
(3625)

8. Dimayanti Vaidatul A.
9. Dwi Utari
10. Hanin Rais Nabila H.
11. Hena Imawati
12. Honey Puspadevi
13. Ike Noviana
14. Indah Mustika Sari

(3637)
(3649)
(3674)
(3675)
(3679)
(3682)
(3687)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fosil adalah sisa-sisa makluk hidup yang
terkubur dalam tanah dan membatu , ketika
makhluk hidup mati sebagian jazat hancur tetapi
bagian-bagian yang keras sering terawetkan,
sisa-sisa ini lalu tertimbun endapan yang
semakin tebal. karena terbungkus endapan , di
tambah dengan tekanan dan suhu yang
meningkat , pori-pori bahan organik itu lalu terisi
oleh mineral-mineral tertentu, terutama silica,
sehingga akhirnya mengeras dan bertambah
berat seperti batu itulah yang disebut fosil.

Fosil yang ada jarang terawetkan dalam


bentuknya yang asli. dalm beberapa kasus kandungan
mineral berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya terlarut
semua, sehingga digantikan cetakan.
Pada saat di dalam tanah fosil terawetkan karena
tidak tersentuh oleh udara terutama oksigen dan micro
organisme terutama jamur (fosil yang terkubur dalam
tanah mengalami fase sterilisasi).
Seperti benda lain, fosil juga memerlukan
perawatan untuk menjaga keasliannya agar tetap bisa
digunakan untuk mempelajari peradaban ratusan juta
tahun yang lalu.
Berdasarkan pemaparan diatas yang telah
dijelaskan maka perlu di lakukan suatu penelitian
mengenai cara pemeliharaan fosil .

1.2 Rumusan Masalah


Dalam rumusan masalah ini kami akan
memberikan sebagian kecil mengenai pengetahuan
tentang museum sangiran, yakni : bagaimana cara
memelihara fosil di sangiran. Sebagai yang telah kita
ketahui bersama, bahwa dalam penulisan dari suatu
hasil karya perlu ada penentuan masalah yang akan
di bahas pada bab-bab berikutnya.

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini selain memenuhi tugas sekolah juga untuk
mengetahui cara memelihara fosil yang ada di
museum purba sangiran.

1.4 Manfaat
Manfaat yang kami peroleh dari penulisan
dan penelitian di museum purba sangiran yakni :
1) Dapat menambah pengetahuan atau wawasan
yang lebih luas mengenai fosil-fosil manusia purba.
2) Dapat mengetahui cara pemeliharaan fosil di
museum purba sangiran.
3) Dapat mengetahui dampak positif diadakannya
pemeliharaan terhadap koleksi fosil di Museum
Manusia Purba di Sangiran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembentukan Fosil
Para ahli dapat mengetahui kedalaman alam dan
kehidupan zaman purba terutama dari fosil dan jejak. Jejak
tertera pada batuan. Fosil dan jejak pada batuan terjadi
melalui proses panjang. Ketika makhluk hidup mati sebagian
jazad hancur tetapi bagian-bagian yang keras sering sekali
terawetkan . Sisa ini lalu tertimbun endapan yang semakin
tebal. Karena terbungkus endapan di tambah dengan
tekanan dan suhu yang meningkat pori-pori bahan organik itu
lalu terisi oleh mineral-mineral tertentu, terutama silika.
Sehingga akhirnya mengeras bertambah berat. Batu itulah
yang di sebut fosil (Sangiran).

2.2

Keadaan fosil di dalam tanah

Bayangkan saja fosil yang berumur ratusan


tahun itu yang terkubur dalam tanah itu bisa bertahan
hingga saat ini itu karena jika di dalam tanah ia tidak
ditumbuhi oleh microorganisme penghancur itu
artinya ia dalam tanah terlindungi (Anonim).

2.3 Keadaan Fosil di permukaan Bumi


Sedangkan di permukaan bumi fosil harus di
lindungi dari udara terutama oksigen sehingga tidak
menimbulkan tumbuhnya microorganism penghancur
terutama jamur (Anonim).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Di Museum Manusia Purba Sangiran yang terletak 10 km ke utara
dari Kota Surakarta dan termasuk dalam Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Luas wilayah situs Sangiran mencapai 56 km2. Museum ini terdiri dari :
1) Kabupaten Sragen : Kecamatan Klupuk, Kecamatan Kalijambe, dan
Kecamatan Molong.
2) Kabupaten Karang Anyar: Kecamatan Gondong.

3.2 Waktu dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Penelitian tersebut dilaksanakan pada :
1) Hari
2) Tanggal
3) Waktu

: Selasa
: 10 Desember 2013
: Pukul 08.02 10.05 WIB

3.3 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
penelitian ini meliputi
- Buku
- Bolpoint
- Kamera
- Alat rekam atau Hp

3.4 Data Penelitian


3.4.1 Jenis Data
Jenis data adalah observasi dan wawancara
3.4.2 Sumber Data
a) Berdasarkan data observasi terhadap
objek penelitian sebagian besar dari
fosil-fosil di Sangiran .
b) Literatur yang berkenaan dengan
objek penelitian dan sumber-sumber
lain yang sesuai dengan objek
penelitian.
3.4.3 Instrumen Penelitian
a) Jumlah Responden
Instrumen pengumpulan melalui
wawancara dan pengumpulan data
berasal dari buku dan internet.

b) Lokasi
Museum Manusia Purba Sangiran
terletak di 4 Kecamatan yaitu di Kecamatan
Klupuk, Kecamatan Kalijambe, Kecamatan
Molong, Kecamatan Gondong Rejo yang
termasuk 2 wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten
Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah.
c) Data
Data yang dikumpulkan menggunakan
wawancara dari study lapangan dan pengumpulan
data dari study pustaka.
d) Pelaksana
Dalam pelaksanaan pengumpulan data,
pelaksana atau peneliti menggunakan wawancara
dan study pustaka.

3.4.4 Metode Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data
menggunakan jenis-jenis sebagai berikut :
1) Wawancara
2) Perangkat observasi
3) Penggunaan dokumentasi
4) Study pustaka
5) Rekaman

3.5 Metode Analisis Data


3.5.1 Reduksi Data
Metode yang digunakan adalah dengan
merangkum, memilih, dan memfokuskan halhal yang penting berhubungan dengan cara
pemeliharaan fosil.
3.5.2 Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat dalam bentuk paragraf yang padu.
3.5.3 Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, tetapi apabila kesimpulan
awal didukung oleh bukti yang kuat dan
konsisten
saat penelitian. Pengumpulan data maka penelitian
tersebut memiliki kesimpulan
kredibel (dapat
dipercaya).

3.6 Rancangan Penelitian


Rancangan peneltian ini berisi tentang
pemikiran yang mencakup langkah-langkah penelitian
secara sistematis untuk mencapai tujuan penelitian,
adapun rancangan penelitian sebagai berikut:
1. Membagi bagi tugas,
2. Menyiapkan berbagai pertanyaan mengenai
pemeliharaan fosil,
3. Membenarkan pertanyaan- pertanyaan yang telah di
buat,
4. Datang ke Museum Manusia Purba Sangiran,
5. Menonton film, merekamnya dan mencatat hal hal
yang penting,
6. Menuju ruang pamer fosil manusia purba. Sebagian
anggota kelompok mengamati dan mencatat data - data
yang penting selama di ruang pamer serta mengambil foto
yang dibutuhkan dalam penelitian sebagai barang bukti.
Sebagian anggota kelompok lainnya mewawancarai
guide, dan
7. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara
dikumpulkan sebagai bahan membuat makalah tentang
pemeliharaan fosil di Museum Manusia Purba Sangiran.

BAB IV
HASIL DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Data
Museum Manusia Purba Sangiran terletak di 4 kecamatan yang termasuk 2
lingkup Kabupaten. Museum Sangiran terletak di kecamatan Plupuk, Kalijambi, dan
Molong yang termasuk wilayah kabupaten Sragen. Selain itu museum ini juga
terletak di kecamatan Gondang Rejo, yang termasuk kabupaten Karanganyar di
provinsi Jawa Tengah. Walaupun masih terletak di lingkup Jawa, tapi museum
Sangiran tidak pernah melakukan ritual-ritual adat jawa untuk koleksi-koleksi
fosilnya.
Pada awal ditemukannya fosil, masyarakat sangiran berasumsi bahwa fosil
mengandung hal-hal yang mistis. Namun, asumsi itu lama-kelamaan memudar
dengan seiring datangnya ilmuwan ke Sangiran. Asumsi itu berubah menjadi asumsi
lain, bahwa fosil bukanlah benda mistis, melainkan benda yang mengandung ilmu
pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui peradapan makhluk
purba.

Museum Manusia Purba Sangiran tutup setiap hari


Senin, khususnya untuk ruang pamer. Pada hari libur inilah
para staf museum khususnya instansi pemeliharaan yaitu BPS
(Badan Pemeliharaan Sangiran) melakukan perawatan pada
koleksi-koleksi fosil di museum . Dana pemeliharaan
seluruhnya dari pemerintah .
Pak Eko Prasetyo mengatakan bahwa perawatan koleksikoleksi fosil Museum Manusia Purba Sangiran tidaklah sulit
dan memerlukan keahlian khusus. Koleksi fosil cukup
dibersihkan dari konkresi (kotoran yang menempel pada fosil)
menggunakan alat sederhana berupa kuas. Setelah itu
dibersihkan menggunakan larutah zat kimia berupa alkohol
ataupun asam sulfat (H2SO4) dengan cara disemprotkan.
Pihak pemeliharaan museum lebih memilih pembersihan
melakukan larutan alkohol sehingga fosil terlihat lebih
mengkilat setelah dibersihkan.
Pada pengamatan yang telah dilakukan oleh tim pengamat
kami, bahwa pada Museum Manusia Purba Sangiran tidak
ditemukan fosil yang rusak, cacat, dan berjamur. Namun, tim
pengamat menemukan fosil yang tidak terlindungi (lihat
lampiran).

4.2 Pembahasan
Fosil merupakan salah satu benda yang dipelajari untuk
mengetahui kehidupan makluk hidup di masa lalu. Umumnya, fosil
diletakkan di museum sebagai barang pemerintah yang pamerkan
seperti di museum Sangiran.
Pemeliharaan fosil di museum sangiran tidaklah sulit.
Pembersihan konkresi dari fosil harus dengan hati-hati menggunakan
ukuran kuas yang cocok karena beberapa fosil memiliki celah dan
lubang yang berbeda. Pemilihan larutan kimia harus tepat seperti
penyemprotan alkohol dibandingkan penyemprotan asam sulfat yang
dapat mengikis dan mengubah bentuk fosil sedikit demi sedikit.
Dalam hasil data telah dipaparkan bahwa tidak ada fosil
dimuseum Manusia Purba mengalami kerusakan, cacat, dan berjamur.
Hal itu menandakan bahwa perawatan yang dilakukan sudah benar.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan:
1) Museum Sangiran adalah tempat menyimpan fosil-fosil yang telah
ditemukan.
2) Ternyata pemeliharaan benda fosil di Museum Manusia Purba
Sangiran tidaklah sulit dan tidak memerlukan trik khusus
3) Pemeliharaan fosil di Museum Sangiran ditangani oleh salah satu
instansi di museum sangiran yitu BPS (Badan Pemeliharaan
Sangiran)
4) Perawatan dan pembersihan fosil dilakukan seminggu sekali secara
rutin dengan cara:
- Fosil dibersihkan dari konkresi menggunakan kuas
- Fosil di bersihkan dengan menggunakan cairan kimia yaitu alkohol.
5) Cara perawatan sudah benar.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian dan pembuatan makalah ini, kami


menyadari penelitian kami memiliki kekurangan, untuk itu kami memberikan
saran, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pihak Sangiran, fosil-fosil yang tidak terbungkus kaca atau
dipamerkan sebaiknya dilakukan pemeliharaan dalam periode yang lebih cepat
daripada fosil-fosil yang terbungkus kaca,
2. Bagi pihak penyelenggara study ilmiah, disetiap tempat objek penelitian
setidaknya jangan dipercepat atau diberi waktu yang pendek, karena yang
kami lakukan ini bukanlah sekedar penelitian yang setelah dilihat, selesai
begitu saja, itu bukanlah arti penelitian yang sesungguhnya. Tapi, penelitian
butuh waktu hingga semua data yang diperoleh dapat dipastikan adalah
kenyataan. Waktu yang dibutuhkan penelitian tidaklah cukup jika satu jam
atau dua saja. Namun, lebih dari itu, karena penelitian butuh pengulangan
untuk memastikan data sesuai dengan data yang diperoleh tadi atau tidak.
Sering kali data yang dibutuhakan lebih banyak dari yang perkirakan.

3. Bagi Bapak atau Ibu guru, tolong beri kami informasi


yang lebih mengenai objek penelitian dan bantu kami
pada saat penelitian. Misalnya, dalam penelitian yang
bertemakan cara memelihara fosil, bekali kami dengan
mikroskop sehingga memudahkan kami dalam penelitian.
Bimbing kami sedemikian rupa sehingga kami tidak kaget
pada saat datang ke tempat penelitian dan pada saat
meneliti.
4. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai cara
mebersihkan fosil dengan larutan asam yang benar
sehingga tidak hanya permukaannya saja terkena larutan.
Namun, permukaan yang di dalam pori-pori juga terkena
dan mengenai ukuran pH larutan asam yang sesuai,
sehingga dapat membunuh habis mikroorganisme yang
merugikan keberadaan fosil tetapi fosil tetap terlindungi
dari asam tersebut.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai