Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu tahap kehidupan manusia yang paling
menakjubkan dan rumit serta disertai oleh kebutuhan-kebutuhan kesehatan reproduksi
khusus. Remaja bersifat cepat pulih, penuh ide dan energik. Mereka dapat mendukung satu
sama lain melalui konseling, pendidikan dan penjangkauan sebaya serta memberikan
kontribusi ke komunitas mereka melalui kegiatan-kegiatan seperti menjadi relawan untuk
membantu penyedia layanan kesehatan, memberikan perawatan kepada orang yang hidup
dengan HIV/AIDS (ODHA), dan memperluas akses terhadap layanan kesehatan reproduksi
berkualitas untuk rekan sebaya mereka di tingkat masyarakat.
Kedaruratan bencana disertai oleh risiko-risiko yang meningkatkan kerentanan remaja
terhadap kekerasan, kemiskinan, perpisahan dengan keluarga, kekerasan seksual dan
eksploitasi. Faktor-faktor ini dapat mengganggu struktur pelindungan keluarga dan sosial,
jejaring sebaya, institusi sekolah dan agama serta dapat sangat mempengaruhi kemampuan
remaja untuk mempraktekkan perilaku kesehatan reproduksi yang aman. Lingkungan baru
mereka juga dapat bersifat keras, menekan dan/atau tidak sehat. Remaja (terutama wanita
muda) yang tinggal di bawah situasi terpinggirkan sangat rentan terhadap hubungan seks
yang dipaksakan, eksploitasi dan kekerasan, dan mungkin tidak memiliki pilihan selain
terlibat dalam hubungan seks berisiko tinggi atau transaksi seks untuk bertahan hidup.
Di sisi lain, masyarakat yang terpengaruh oleh krisis mungkin terpapar dengan
kesempatan-kesempatan baru, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik,
sekolah, dan belajar bahasa lain dan keterampilan baru yang mungkin menempatkan remaja
dalam posisi khusus yang mungkin tidak akan mereka miliki di lingkungan non krisis.
Remaja seringkali beradaptasi dengan mudah terhadap situasi baru dan dapat belajar cara
bergerak di lingkungan baru ini dengan cepat.
Lingkungan dengan krisis kesehatan akan membawa remaja keperilaku seksual yang
bebas, yang rentan dengan infeksi menular seksual. Infeksi menular seksual (IMS) adalah
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih
kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parsit) yang dapat ditularkan melalui
1

hubungan seksual. Bagi perempuan, infeksi saluran reproduksi yang ditularkan bukan melalui
hubungan seksual (ISR) seperti infeksi jamur atau bacterial vaginosis, bahkan lebih umum
terjadi.
IMS/ISR ditemukan diseluruh dunia. Namun, penyebaran dan prevalensi (umum
tidaknya penyakit itu) dipengaruhi oleh faktor faktor sosial dan ekonomi. Biologi serta
perilaku. Karena itu beban IMS/ISR sangat beragam antara wilayah yang satu dengan yang
lainnya dan di antara komunitas satu dengan lainnya.
Dalam sebagian besar kondisi yang ada, HIV dan Infeksi Menular Seksual lain
menyebar lebih cepat bilamana terdapat kemiskinan, ketidakberdayaan, dan ketidakstabilan,
dimana semua itu adalah ciri dari situasi pengungsi internal. Dalam lingkungan ini, perlu
dilakukan segala sesuatu yang memungkinkan untuk memberi kontribusi pada upaya
menghentikan dan meniadakan meningkatnya infeksi baru.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor faktor penyebab terjadinya IMS pada remaja dengan krisis kesehatan
a. Infrastruktur kesehatan yang buruk atau rusak.
b. Tidak ada akses kondom.
c. Petugas penjaga perdamaian, militer dan polisi, kelompok yang mugkin mempunyai
angka infeksi menular seksual yang lebih tinggi dapat mempermudah penyebaran
IMS dalam situasi pengungsian.
d. Remaja, wanita, dan anak anak dapat dipaksa melakukan hubungan seks
berdasarkan transaksi dalam upaya mendapatkan kebutuhan mereka untuk dapat terus
bertahan hidup.
e. Selama berlangsungnya pergolakkan dan pelarian, pengungsi internal terutama
remaja, wanita, dan anak anak, mengalami peningkatan resiko kekerasan seksual,
termasuk pemerkosaan.
f. Gangguan terhadap masyarakat dan kehidupan keluarga diantara populasi pengungsi
internal dapat merusak norma sosial yang mengatur perilaku seksual.
g. Anak remaja mulai melakukan hubungan seks diusia dini, mengalami resiko seksual
seperti melakukan hubungan seks tanpa menggunakan kondom dan menghadapi
eksploitasi karena tidak adanya batasan sosial budaya tradisional.
h. Dalam situasi pengungsian, populasi dari daerah dengan tingkat IMS yang rendah
dapat bercampur dengan populasi dari daerah dengan tingkat penyebaran yang tinggi
dengan resiko meningkatnya penyebaran IMS diantara kelompok dengan tingkat
penyebaran yang lebih rendah.

2.2 Cara pendekatan terhadap remaja pra dan pasca IMS


a. Melakukan pendekatan dengan memberikan pelayanan kesehatan untuk mencegah
atau menginformasikan tentang IMS meliputi faktor resiko, cara penularannya,

pengobatan dan penanggulangannya.


Prinsip-prinsip pemberian layanan kesehatan :
Privasi, kerahasiaan dan kejujuran: Remaja yang mendatangi petugas kesehatan

seringkali merasa malu atau bingung. Penting sekali bahwa petugas kesehatan dapat berusaha
3

sebisa mungkin memberikan ruang pribadi untuk berbicara. Informasi dapat menyebar
dengan sangat cepat di kalangan remaja dan jika kerahasiaan mereka dilanggar, bahkan satu
kali saja, remaja tidak akan lagi mendatangi layanan yang tersedia.
Mengkaitkan pencegahan, perawatan dan pengobatan IMS dengan kesehatan
reproduksi: Ketika remaja mengakses layanan kesehatan untuk mencari informasi tentang
IMS, terdapat pula kesempatan untuk mempromosikan layanan-layanan kesehatan reproduksi
komprehensif seperti; Seks aman, termasuk pemakaian proteksi ganda, metode keluarga
berencana, konseling dan pengobatan IMS.
Jenis kelamin petugas kesehatan atau pemberi layanan: Jika memungkinkan,
remaja harus dirujuk ke petugas dengan jenis kelamin yang sama kecuali jika remaja tersebut
meminta untuk bertemu dengan petugas dari jenis kelamin berbeda. Pastikan bahwa remaja
korban kekerasan berbasis gender yang mencari dukungan dan perawatan di fasilitas
kesehatan didampingi oleh pendamping wanita yang hadir di ruang pemeriksaan ketika
petugas laki-laki merupakan satu-satunya petugas yang tersedia. Keberadaan pendamping ini
sangat penting ketika korban adalah remaja putri tetapi penting pula untuk memberikan
pilihan ini kepada remaja putra yang menjadi korban kekerasan berbasis gender.
Layanan kesehatan dapat memegang peranan penting dalam mempromosikan dan
melindungi kesehatan remaja. Meskipun demikian, terdapat banyak sekali bukti bahwa
remaja melihat layanan kesehatan yang tersedia sebagai layanan yang tidak merespon
terhadap kebutuhan mereka. Remaja tidak mempercayai layanan dan menghindari
penggunaan layanan atau hanya mencari pertolongan ketika mereka sudah putus asa dan
memerlukan perawatan. Salah satu strategi penting dalam memfasilitasi akses remaja
terhadap layanan kesehatan reproduksi dan penggunaan layanan kesehatan reproduksi oleh
remaja adalah memastikan bahwa layanan yang tersedia berkualitas tinggi dan ramah
remaja. Pada saat yang sama, remaja perlu dibuat menyadari tentang keberadaan layanan
ramah remaja. Layanan kesehatan reproduksi ramah remaja memiliki karakteristikkarakteristik yang membuatnya lebih responsif terhadap kebutuhan kesehatan reproduksi
khusus dari remaja, termasuk penyediaan kontrasepsi, kontrasepsi darurat, layanan aborsi
aman, diagnosis dan pengobatan IMS, konseling, test dan monitoring.

Tabel : Karakteristik Layanan Kesehatan Ramah Remaja


4

Karakteristik Fasilitas

Karakteristik Petugas

Karakteristik Administratif

Kesehatan
Jam layanan yang sesuai

Menghormati remaja

Keterlibatan remaja

dan nyaman untuk remaja


Lokasi yang tepat dan

Sikap tidak menghakimi

Anak laki-laki dan pria muda

Privasi dan kerahasiaan

disambut dengan baik


Rujukan yang diperlukan

sangat dihargai
Konseling sebaya tersedia
Petugas berjenis kelamin

tersedia
Tarif terjangkau
Klien tanpa janji terlebih

sama jika memungkinkan


Kerahasiaan yang ketat

dahulu dapat diterima


Publisitas dan rekruitmen

dipertahankan

yang memberikan informasi

nyaman
Ruangan memadai dan
privasi juga memadai
Lingkungan sekitar yang
nyaman

yang meyakinkan remaja


Staf terlatih dalam
karakteristik layanan
kesehatan ramah remaja

b. Melakukan pertimbangan - pertimbangan ketika menyusun program untuk remaja.


Remaja putri memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja
putra. Terlebih lagi, perubahan dimensi-dimensi kekuasaan yang terjadi sebagai akibat
dari percampuran populasi pengungsi dan populasi tuan rumah dapat menempatkan
remaja putri dalam risiko yang lebih tinggi. Kesulitan ekonomi akan menyebabkan
peningkatan eksploitasi seperti perdagangan manusia dan seks komersial atau
pertukaran seks dengan keperluan lain, dengan risiko-risiko kesehatan reproduksi
terkait (HIV, IMS, kehamilan dini dan aborsi tak aman).
c. Memberikan dukungan sosial untuk remaja dengan IMS.
d. Melakukan pendekatan dengan menggunakan media kuesioner provider untuk remaja.
Merupakan praktek yang baik untuk menskrining semua remaja yang memasuki
sistem kesehatan untuk mengetahui adanya masalah-masalah seksual dan kesehatan
reproduksi (IMS/HIV/AIDS), pemakaian narkoba dan kekhawatiran terhadap
kesehatan

jiwa.

Ketika

melakukan

skrining

ini,

petugas

kesehatan

akan

menyampaikan pesan kepada remaja bawah ia peduli akan kebutuhan remaja dan
bahwa pusat kesehatan merupakan tempat yang aman untuk membahas masalah-

masalah terkait kesehatan reproduksi. Selain itu, informasi itu dapat digunakan oleh
petugas kesehatan untuk memberikan konseling dan rujukan yang sesuai.

2.3 Cara penanggulangan pra dan pasca IMS pada remaja


a. Memberikan pendidikan seksual kepada remaja meliputi informasi mengenai
IMS/HIV/AIDS dan kehamilan dini serta penyuluhan yang memadai.
b. Membuat pusat kegiatan remaja (olahraga, pemutaran video, kerajinan tangan, taman
baca) yang dibentuk didaerah pengungsian akan memberikan kesempatan bagi remaja
untuk belajar, bertukar pikiran dan menerima pelayanan kesehatan remaja.
c. Menginformasikan tentang distribusi kondom di area pengungsian dan cara
penggunaannya.
d. Usahkan kondom pria dan wanita tersedia di tempat-tempat pertemuan remaja, lebih
disukai di lokasi yang bersifat pribadi dan dapat diakses sehingga remaja dapat
mengaksesnya tanpa diketahui oleh orang lain.
e. Pastikan bahwa para remaja putri berada dalam kondisi aman ketika mereka
melakukan tugas-tugas rumah tangga seperti mengumpulkan kayu bakar, mengambil
air atau makanan.
f. Pastikan adanya fasilitas kebersihan/toilet yang aman dan terpisah untuk laki-laki dan
perempuan. Sediakan kain atau bahan lain yang sesuai budaya setempat untuk
digunakan pada saat menstruasi bagi remaja putri.
g. Pastikan bahwa remaja putri yang hamil memiliki akses terhadap layanan
kegawatdaruratan kebidanan dan mekanisme rujukan ketika diperlukan.
h. Bentuk layanan klinis dan rujukan untuk para korban kekerasan seksual yang sensitif
terhadap kebutuhan remaja dan menghormati kerahasiaan.
i. Memberikan pelayanan kesehatan terhadap remaja yang sudah terkena IMS dengan
konseling, pengobatan, dan monitoring secara berkala.

BAB III
PENUTUP

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai