Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN HIPERTENSI
DI RUANG CAMELIA
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh:
Imam Fahrurrozi

131513143088

Prajna Paramita M

131513143019

Wahyu Indrianto

131513143013

Ilmi Firdaus A

131513143017

Miftakhur Roifah

131513143063

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik

: Pencegahan Hipertensi

Sasaran

: Keluarga dan pasien di ruang Camelia RSUD dr. Soetomo

Hari/Tanggal : Rabu, 23 September 2015


Tempat

: Ruang Camelia RSUD dr. Soetomo Surabaya

Pelaksana

: Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unair

Waktu

: 1 X 30 Menit

A Analisis Instruksional
Penyuluhan berisi tentang mengenal pencegahan hipertensi pada
keluarga dan pasien di Ruang Camelia RSUD dr. Soetomo.
B Tujuan Instruksional
Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan hipertensi
selama 30 menit, keluarga dan pasien mampu memahami tentang pencegahan
hipertensi.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai pencegahan hipertensi, maka
kelurga dan pasien mampu:
1
2
3
4
5
6
C

Menyebutkan definisi hipertensi


Menyebutkan tingkatan hipertensi
Menyebutkan penyebab dan faktor resiko hipertensi
Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
Menyebutkan cara mencegah hipertensi
Menyebutkan komplikasi hipertensi
Metode
Ceramah dan diskusi
D Media
PPT dan leaflet
E Organisasi kegiatan
Pembimbing Akademik : Harmayetty, S.Kp., M.Kes
Pembimbing Klinik
: Binafsih
Moderator
: Prajna Paramita M
Penyaji
: Ilmi Firdaus Aliyah
Fasilitator
: Wahyu Indriyanto dan Imam Fahrurrozi
Observer
: Miftakhur Roifah
F Job Description
1. Moderator

Uraian tugas:
1

Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada

2
3
4
5

peserta.
Mengatur proses dan lama penyuluhan.
Memotivasi peserta untuk bertanya.
Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
Menutup acara penyuluhan.

2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas:
1

Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh peserta.


Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses

penyuluhan.
Menjawab pertanyaan peserta.

3. Fasilitator
Uraian tugas:
1
2
3
4

Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.


Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang

jelas bagi peserta.


Membagikan leaflet dan lembar evaluasi kepada peserta.

4. Observer
Uraian tugas:
1

Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta, serta menempatkan diri


sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses

2
3

penyuluhan.
Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses

4
5

penyuluhan.
Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak

sesuai dengan rencana penyuluhan.


G Strategi Kegiatan

WAKTU

KEGIATAN PENYULUHAN

O
1

5 Menit

Pembukaan:

KEGIATAN PESERTA

Membuka kegiatan dengan mengucapkan

Menjawab salam

salam

Mendengarkan

Memperkenalkan diri

Memperhatikan

Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.


Menyebutkan materi penyuluhan yang
akan diberikan
Kontrak
2

10 Menit

waktu

dan

menjelaskan

mekanisme
Pelaksanaan :
1

Menggali

pengetahuan

dan

Mendengarkan

pengalaman
Menjelaskan melalui PPT dan leaflet

Memperhatikan

tentang:
a. Menyebutkan definisi hipertensi
b. Menyebutkan tingkatan hipertensi
c. Menyebutkan penyebab dan faktor
resiko hipertensi
d. Menyebutkan tanda dan gejala
hipertensi
d.

Menyebutkan

cara

mencegah

hipertensi
e.
3

8 menit

Menyebutkan

komplikasi

hipertensi
Diskusi:
Memberikan kesempatan pada peserta Mengajukan pertanyaan
untuk mengajukan pertanyaan kemudian
didiskusikan

5 Menit

bersama

dan

menjawab

pertanyaan
Evaluasi :
1

Menanyakan pada keluarga pasien

Menjawab

tentang materi yang diberikan dan

Menjelaskan

reinforcement

kepada

keluarga

pertanyaan

pasien bila dapat menjawab &


redemonstrasi
5

2 Menit

2 Kesimpulan
Terminasi :
1

Memberikan leaflet pada peserta

Mendengarkan

Mengucapkan terimakasih kepada

Membalas salam

keluarga pasien
3

Mengucapkan salam

H. Setting Tempat Penyuluhan


PPT
Penyaji

Moderator
nnnnn

Fasilitatorr

H Evaluasi
Peserta
Peserta
1 Kriteria
Struktur
Fasilitatorr
a Kesiapan SAP dan materi
b Kesiapan media : PPT dan leaflet
c Peserta hadir di tempat penyuluhan
d Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
e Jumlah target yang hadirObserver
dalam penyuluhan lima (5) orang.
2 Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan dan mendengarkan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana penyuluhan tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
f. Pengorganisasian: kegiatan berjalan sesuai dengan POA
3. Hasil
Peserta dapat memahami dan mengenal pencegahan hipertensi

MATERI PENYULUHAN
PENCEGAHAN HIPERTENSI
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic
(bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygnomanometer) ataupun alat digital lainnya. Tekanan darah bergantung
kepada :
1. Curah jantung
2. Tahanan perifer pada pembuluh darah
3. Volum atau isi darah yang bersirkulasi.
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg.
Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka
kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun
saat tidur dan meningkat di waktu beraktifitas atau berolahraga. Selain itu nilai
hematokrit juga memengaruhi nilai tekanan darah. Hal ini karena nilai hematokrit
mempengaruhi nilai Hb, semakin tinggi nilai hematokrit maka akan berbanding
lurus dengan nilai Hb-nya. Dan sebaliknya nilai hematokrit rendah maka nilai Hb
juga pasti akan kecil. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui apakah seseorang
mempunyai tekanan darah dan akan terlihat hasil tekanan darah apakah tinggi atau
rendah. Faktor utama dalam mengontrol tekanan arterial ialah output jantung dan
tahanan perifer total. Bila output jantung (curah jantung) meningkat, tekanan
darah arterial akan meningkat, kecuali jika pada waktu yang bersamaan tahanan
perifer menurun. Tekanan darah akan meninggi bila salah satu faktor yang
menentukan tekanan darah mengalami kenaikan (Lumbantobing, 2008).
Menurut The Joint National Commite of Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan hipertensi jika
tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg
atau peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan

90mmHg. Umumnya tekanan darah normal seseorang adalah 120 mmHg/80


mmHg. Hasil pemeriksaan tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan diratarata.
2. Klasifikasi Hipertensi
Kategori
Normal
Pra hipertensi
Tingkat
1

(hipertensi

ringan)
Tingkat

(hipertensi

90 - 120
121 - 139
140-159
160-179

Tekanan darah
per
60 - 79
per
80 - 89
per
90-99
per

100-119
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi berat) 180
per
120
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO (2007)
3. Jenis Hipertensi
3.1 Hipertensi primer
Hipertensi yang disebabkan keturunan. Suatu penelitian telah menunjukkan
bahwa seseorang yang memiliki hubungan keluarga dengan penderita hipertensi
yang terjadi sebelum usia 55 tahun memiliki resiko 3,8 kali lebih besar mengalami
hipertensi sebelum usia 50 tahun. Kecenderungan untuk memiliki tekanan darah
tinggi muncul untuk berjalan dalam keluarga yang pernah menderita. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio
antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali labih besar untuk menderita hipertensi daripada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu, didapatkan
70-80% kasus hipertensi primer dengan riwayat hipertensi dalam keluarga
3.2 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain,
seperti :
1. Ginjal
a.
b.
c.
d.

Glomerulonefritis
Pielonefritis
Nekrosis tubular akut
Tumor

e.
f.
g.
h.

Stenosis arteri renalis


Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjak)
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2. Vascular
a. Aterosklerosis
b. Hiperplasia
c. Trombosis
d. Aneurisma
e. Emboli kolestrol
f. Vaskulitis
3. Kelainan endokrin
a. DM
b. Hipertiroidisme
c. Hipotiroidisme
d. Gangguan kelenjar adrenal
4. Saraf
a. Stroke
b. Ensepalitis
c. SGB (Gullien Barre Syndrome)
5. Obat obatan
a. Kontrasepsi oral
b.

Kortikosteroid

c. Pil KB
d. Siklosporin
e. Eritropoietin
f. Kokain
6. Penyebab lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsia pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbul akut

Beberapa penyakit dan gangguan yang dapat menimbulkan hipertensi


(tekanan darah tinggi) sekunder:
1. Sakit ginjal
Hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi
ginjal

(renal

hypertension).

Gangguan

ginjal

yang

paling

banyak

menyebabkan tekanan darah tinggi adalah penyempitan arteri ginjal, yang


merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal.
Bila pasokan darah menurun, ginjal akan memproduksi berbagai zat yang
meningkatkan tekanan darah.
2. Apnea
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah gangguan tidur di mana
penderita berkali-kali berhenti bernafas (antara 10-30 detik) selama tidur.
Apnea biasanya diderita oleh orang yang kegemukan dan diikuti dengan
gejala lain seperti rasa kantuk luar biasa di siang hari, mendengkur, sakit
kepala pagi hari dan edema (pembengkakan) di kaki bagian bawah. Separuh
penderita apnea menderita hipertensi, yang mungkin dipicu oleh perubahan
hormon karena reaksi terhadap penyakit dan stress yang ditimbulkannya.
3. Hiper/hipotiroid
Hipertiroid atau kelebihan hormon tiroid ditandai dengan mudah
kepanasan (merasa gerah), penurunan berat badan, jantung berdebar dan
tremor. Hormon tiroid yang berlebihan merangsang aktivitas jantung,
meningkatkan produksi darah, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah
sehingga menimbulkan hipertensi.
Hipotiroid atau kekuranga hormon tiroid ditandai dengan
kelelahan, penurunan berat badan, kerontokkan rambut dan lemah otot.
Hubungan antara kekurangan tiroid dan hipertensi belum banyak diketahui,
namun di duga bahwa melambatnya metabolisme tubuh karena kekurangan
tiroid mengakibatkan pembuluh darah terhambat dan tekanan darah
meningkat.
4. Preeklamsia
Preeklamsia

adalah

hipertensi

karena

kehamilan

(gestational

hypertention) yang biasanya terjadi pada trimester ke-3 kehamilan.


preeklamsia disebabkan oleh volume darah yang meningkat selama

kehamilan dan berbagai perubahan hormonal. Sekitar 5-10% kehamilan


pertama ditandai dengan preeklamsia.
5. Koarktasi aorta (aortic coarctation)
Koarktasi atau penyempitan aorta adalah kelainan bawaan yang
menimbulkan tekanan darah tinggi.
6. Gangguan kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal berfungsi mengatur kerja ginjal dan tekanan darah.
Bila salah satu atau kedua kelenjar adrenal mengalami gangguan, maka dapat
mengakibatkan produksi hormon berlebihan yang meningkatkan tekanan
darah.
7. Gangguan kelenjar paratiroid
Empat kelenjar paratiroid yang berada di leher memproduksi hormon
yang disebut parathormon. Produksi parathormon yang berlebihan akan
meningkatkan kadar kalsium di dalam darah, sehingga memicu tekanan darah
tinggi.
4. Faktor Resiko Hipertensi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya
imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,
yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita
sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%

penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal
ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis
obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus,
hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi
pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon
sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan
usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri
utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan
mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu
kehilangan daya penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan.
Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1) Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas.
Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapatdilakukan
dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai
berikut:
Berat Badan (kg)

IMT = -----------------------------------------------Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)


IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan
pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau
Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI
memberikan gambaran tentang resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat
badan. Marliani juga mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar
mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang
berat badanya normal (tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung
dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dibandingkan dengan berat badannya normal. (Marliani,2007).
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat
karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan
darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang
tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering
jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri.
Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat
bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan
darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak
menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok lakilaki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas
fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).

3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Womens Hospital,
Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat
hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%
subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih
dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada
kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari
(Rahyani, 2007).
4) Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu

World

Health

Organization

(WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya


hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100
mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium
yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung
dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi di dapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7) Pil KB
Pil KB : Risiko meninggi dengan lamanya pemakaian ( 12 tahun berturutturut)
8) Stress

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf


simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal
5. Tanda dan Gejala Hipertensi
Corwin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun tahun.
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan muntah,
b.
c.
d.
e.

akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.


Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ke ginjal dan filtrasi glomerolus.
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipeertensi yaitu pusing,

muka merah sakit kepala, keluaran darah tiba tiba dari hidung, dan tengkuk
merasa capek.
6. Cara Mencegah Hipertensi
6.1 Pencegahan bagi yang belum hipertensi
a. Pola makan sehat dengan tinggi konsumsi buah dan sayur, tidak mengkonsumsi
junk food
b. Mengurangi garam dan sodium ketika diet
Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium :
1. <6 gr garam dapur atau
2. <2,4 gr Natrium per hari atau
3. setara dengan 1 sendok teh garam dapur/hari
Jangan mengkonsumsi :

Garam di meja (gunakan sedikit garam pada waktu memasak; 1 sdt 2,3

gr natrium).
Makanan yang diasap atau diawetkan, atau diawetkan dengan garam

seperti ikan asin, sosis, kornet sapi.


Makanan snack asin seperti chips, crackers, kacang.
Makanan yang bertuliskan penambahan bumbu seperti bawang, bawang
putih, dan garam seledri, saus tomat, karena secara tidak langsung ada

kandungan garam.
Keju dan keju kacang.
Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun akan meningkatkan

tekanan darah karena kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding arteriol
juga meningkat. Kadar sodium yang tinggi ini memudahkan masuknya kalsium ke
dalam sel-sel tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan arteriol berkontraksi dan
menyempit pada lingkar dalamnya.
c. Mempertahankan berat badan normal
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas.
Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Kategori IMT :
IMT

KATEGORI

< 18,5

Berat badan kurang

18,5 22,9

Berat badan normal

23

Kelebihan berat badan

23,1 24,9

Beresiko obesitas

25 -29,9

Obesitas tingkat 1

30

Obesitas tingkat II

Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat


dilakukan dengan mengukur berat badan. IMT berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita

hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang
berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30%
memiliki berat badan lebih. Seiring dengan peningkatan berat badan, tekanan
darah meningkat. Obesitas didefinisikan sebagai memiliki indeks massa tubuh
(BMI) lebih besar dari 30 kg/m. Orang yang obesitas dua sampai enam kali lebih
mungkin untuk mengalami tekanan darah tinggi daripada orang-orang yang berat
badannya dalam kisaran yang sehat.
Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan
pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau
Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI
memberikan gambaran tentang resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat
badan. Penderita hipertensi sebagian besar mempunyai berat badan berlebih, tetapi
tidak menutup kemungkinan orang yang berat badanya normal (tidak obesitas)
dapat menderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan berat badannya normal.
d. Menjadi lebih aktif
Menjadi aktif secara fisik merupakan salah satu langkah untuk mencegah
hipertensi dan mengurangi resiko penyakit jantung. Cukup dengan olah raga
ringan dalam sehari. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
1) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut
nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 umur
2) Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan
3) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
Olah raga teratur berguna untuk membakar timbunan lemak dan
menurunkan berat badan, menurunkan tekanan perifer dan menimbulkan perasaan
santai, yang ke semuanya berakibat kepada penurunan tekanan darah. Aktifitas
fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30
45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah secara
langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada semua
kelompok, baik hipertensi maupu n normotensi.
e. Berhenti mengonsumsi alkohol

minum alkohol meningkatkan tekanan darah dan mengandung kalori yang


mengganggu program penurunan berat badan. Alkohol bersifat meningkatkan
aktivitas saraf simpatis karena dapat merangsang sekresi corticotropin releasing
hormone (CHR) yang berujung pada peningkatan tekanan darah. Konsumsi
alkohol juga menyebabkan resistensi terhadap perawatan hipertensi. Pengaruh ini
mungkin akibat perubahan membran sel, yang mana memungkinkan menghambat
transport sodium atau menyebabkan peningkatan jumlah kalsium yang memasuki
sel.
f. Berhenti merokok
merokok melukai dinding pembuluh darah dan mempercepat proses pengerasan
pembuluh darah.
g. Edukasi
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
h. Follow up
Follow up untuk ysng memiliki tekanan darah dalam rentang normal
dilakukan minimal 6 bulan sekali, dan bagi ibu hamil dilakukan setiap ANC, 1x
pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua, dan 2x pada trimester ketiga.
6.2 Pencegahan bagi yang sudah hipertensi
Kegiatan yang dilakukan untuk modifikasi lingkungan (bebas rokok dan
stress), serta modifikasi gaya hidup sehat (diet, tidak mengkonsumsi alkohol).
Dibawah ini dijelaskan beberapa tambahan pencegahan bagi yang sudah
hipertensi :
1. Konsumsi buah dan sayur
a. Apel mentah, 1 sedang, 159 mg.
b. Jeruk, 1 sedang, 250 mg.
c. Pisang, 1 sedang, 451 mg.
d. Bayam dimasak, gelas, 291 mg

e. Tomat, mentah, 1 sedang, 366 mg


f. Kentang, panggang, 1 sedang, 503 mg.
g. Susu, skim, 1 gelas, 406 mg.
h. Tingkatkan pemasukan kalsium, 2-3 gelas susu atau yogurt sehari atau 113,2
g keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium.
2. Melakukan follow up
Tabel 2. Follow-up yang dapat dilakukan untuk mempertahankan terapi
Tekanan

Darah
Follow-up yang direkomendasikan

(mmHg)
Sistolik
< 130
130-139
140-159

Diastolik
< 85
85-89
90-99

160-179

100-109

180

110

Cek kembali tekanan darah dalam 2 tahun


Cek kembali tekanan darah dalam 1 tahun
Kontrol tekanan darah dalam 2 bulan
Evaluasi perawatan atau pengobatan dalam 1
bulan
Evaluasi

yang

perawatan

dan

mengacu

pada

pengobatan

dengan

segera atau dalam waktu 1 minggu


sesuai dengan kondisi klien.

3. Hal yang diedukasi oleh tenaga kesehatan kepada pasien dan keluarga
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
e.
f.
g.
h.

dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter


Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x


sehari atau 2 x sehari
j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
l. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.
6. Komplikasi Hipertensi
1.

Stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri

(aterosklerosis), yang dapat menyebabkan serangan jantung (penyakit jantung),


stroke atau komplikasi lain. Serangan jantung dan stroke merupakan komplikasi
hipertensi yang sangat umum ditemukan.
2.

Gagal jantung
Untuk memompa darah terhadap tekanan tinggi dalam pembuluh, otot

jantung perlu berkontraksi lebih sehingga otot akan menjadi kental. Otot kental
memiliki kesulitan memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh, hal ini dapat menyebabkan komplikasi hipertensi yang berupa gagal
jantung.
3.
Aneurisma atau Aneurysm
Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah melemah,
membentuk suatu aneurisma. Jika aneurisma pecah, dapat mengancam jiwa.
Komplikasi darah tinggi/hipertensi akibat aneurisma memerlukan perhatian gawat
darurat yang khusus.
4.
Lemah dan menyempitnya pembuluh darah pada ginjal
Hal ini dapat mencegah dari organ-organ lain berfungsi normal. Untuk
menentukan komplikasi hipertensi menyempitnya pembuluh darah memerlukan
beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter yang ahli dalam
bidang Cardiovascular.

5.

Sindrom Metabolik
Sindrom ini adalah sekelompok gangguan metabolisme tubuh termasuk

lingkar pinggang meningkat, trigliserida tinggi, rendah high density lipoprotein


(HDL), tekanan darah tinggi, dan tingkat insulin yang tinggi. Jika Anda memiliki
tekanan darah tinggi, Anda lebih mungkin memiliki komponen lain dari sindrom
metabolik. Komponen-komponen yang Anda miliki, semakin memperbesar
risiko diabetes, penyakit jantung atau stroke.
6.
Masalah dengan memori atau pemahaman
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi
kemampuan Anda untuk berpikir, mengingat dan belajar. Masalah dengan konsep
memori atau pemahaman yang lebih umum pada orang yang memiliki tekanan
darah tinggi/hipertensi.
7.
Angina
Ini dikenal sebagai jenis khusus dari nyeri dada. Bila Anda memiliki
angina, Anda akan merasa nyeri di dada, lengan, bahu, atau punggung. Anda
mungkin merasa sakit lebih saat jantung Anda bekerja lebih cepat, seperti ketika
Anda berolahraga tetapi rasa sakit mungkin hilang waktu kita istirahat.
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat,
bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan
darah yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk
pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang juga kecil. Kemudian
bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah
ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki
pronosis yang tidak baik. Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini
dapat dikatakan sebagai pengobatan seumur hidup bilamana ingin dihindari
terjadinya komplikasi yang tidak baik.
Kecenderungan terjadinya komplikasi bervariasi tergantung dari tekanan
darah, di mana diketahui bahwa risiko komplikasi sudah dimulai pada saat
tekanan darah meningkat di atas 110/75 mmHg atau pada tekanan darah
berapapun tergantung ada tidaknya faktor risiko yang lain (Pastor-Barriuso et al.,
2003). Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler,
stroke, perdarahan intracerebral, meningkatkan risiko gagal jantung, insufisiensi
dan gagal ginjal, serta dapat merupakan kegawat daruratan yang dapat
mengancam jiwa (Kaplan, 2006). Hasil Framingham Heart Study menunjukkan

bahwa tekanan darah 130 mmHg sampai 139/85 mmHg sampai 89 mmHg
berhubungan dengan peningkatan 2 kali risiko relatif kejadian kardiovaskuler
dibanding individu dengan tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Vasan et al.,
2001).
Hipertensi bersama-sama diabetes melitus, resistensi insulin, dislipidemi,
dan obesitas, diketahui merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung
koroner. Hipertensi juga merupakan faktor risiko yang paling sering terjadi dan
penting untuk terjadinya penyakit ginjal kronik, yang dapat berkembang menjadi
gagal ginjal terminal. Penelitian tentang hipertensi menunjukkan pengobatan
terhadap hipertensi yang intensif akan mengurangi insidensi stroke hingga 50%;
infark miokard 20-25%; gagal jantung hingga lebih dari 50% (Kaplan, 2006).
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang
lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi
disebut sebagai silent killer disease karena dua hal, yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit
kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi.
Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
b. Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai
resiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti
stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.

DAFTAR PUSTAKA
Back, Mary E. 2000. Nutrition and Dietetics for Nurses. Yogyakarta: Yayasan
Essentia Medica.
Barasi, Mary E. 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Doengoes, Marylin E, dkk. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Herbold, Nancie, Sari Edelstein. 2007. Buku Saku Nutrisi. Jakarta: EGC.
Juni Udjianti, Wajan. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi dalam Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Moore, Mary Courtney. 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi 2.
Jakarta: Hipokrates.
Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Urden, Linda D.; dkk. 2006. Critical Care Nursing: Diagnosis And Management.
Missouri. USA: Elsevier Inc.
Webster, Joan Gandy. 2006. Oxford Hand Books of Nutrition and Dieteties. New
York: Oxford University Press.

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PKRS


PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS ANGKATAN A 2011
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DI RUANG CAMELIA RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
SURABAYA, 23 SEPTEMBER 2015
Kriteria Struktur
Kriteria Proses
a) Kontrak waktu dan tempat Pembukaan:

Kriteria Hasil
a) Peserta antusias terhadap

diberikan 1 hari sebelum PKRS 1) Mengucapkan salam dan materi penyuluhan


dilaksanakan
b)

memperkenalkan diri

Pembuatan

susunan 2)

rangkaian acara PKRS, leaflet

Menyampaikan

tujuan, b) Peserta mendengarkan dan

maksud dan manfaat dari PKRS memperhatikan PKRS dengan


seksama

c) Peserta di tempat yang telah 3) Menjelaskan kontrak waktu


ditentukan dan disediakan oleh dan susunan dari rangkaian c)
panitia
d)

acara PKRS
Pengorganisasian 4)

penyelenggaraan

PKRS

yang

datang

minimal 8 orang

Menjelaskan

PKRS materi

Peserta

topik
yang

dari
akan d) Acara dimulai tepat waktu

dilakukan sebelum dan saat diberikan


PKRS dilaksanakan
Pelaksanaan:

e) Peserta mengikuti acara

1) Menggali pengetahuan dan sesuai dengan aturan yang


pengalaman

dari

mengenai

peserta telah diatur dan disepakati

pencegahan

hipertensi
f) Peserta mampu memahami
2)

Menjelaskan

penyuluhan meliputi:
a.

Menyebutkan

materi materi

dan

menjawab

pertanyaan dengan benar dari


definisi penyuluh minimal 75%

hipertensi
b.

Menyebutkan

tingkatan

hipertensi
c. Menyebutkan penyebab dan
faktor resiko hipertensi
d. Menyebutkan tanda dan
gejala hipertensi
e. Menyebutkan cara mencegah
hipertensi
f.

Menyebutkan

komplikasi

hipertensi
3) Sesi tanya jawab
Terminasi
1. Memberikan leaflet pada
peserta
2. Mengucapkan terima kasih
kepada keluarga klien
3. Mengucapkan salam

DAFTAR HADIR PESERTA PKRS


PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS ANGKATAN A 2011
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DI RUANG CAMELIA RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
SURABAYA, 23 SEPTEMBER 2011
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

N AM A

ALAMAT

TTD
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

DAFTAR PERTANYAAN PKRS


PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS ANGKATAN A
2011FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DI RUANG BEDAH BOUGENVILE RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
SURABAYA, 23 SEPTEMBER 2011
NO

NAMA

PERTANYAAN

JAWABAN

Anda mungkin juga menyukai