Anda di halaman 1dari 6

Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya

secara

teliti,

dan

konsentrasinya

biasa

dinyatakan

dalam

satuan

(normalitas) atau M (molaritas). Senyawa yang digunakan untuk membuat


larutan baku dinamakan senyawa baku.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :
a)

Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk
membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang
konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya
dan volume larutan yang dibuat. Contohnya : HCO . 2HO, Asam Benzoat
(CHCOOH), NaCO, KCrO, AsO, KBrO, KIO, NaCl, dll.

Syarat-syarat baku primer :

Diketahui dengan pasti rumus molekulnya

Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan

Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO, cahaya dan uap air

Mempunyai Mr yang tinggi

b)

Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku
primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk
membakukan larutan standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada
pembakuan larutan iodium.

Contoh larutan baku primer :

NaOH, HCO (as. oksalat), CHCOOH (as. benzoat), KHP

HCl, NaBO (nat. tetraborat), NaCO (nat. karbonat)

KMnO, HCO, AsO (arsen trioksida)

Iodium, AsO, NaSO.5HO baku (nat. tio sulfat)

Serium (IV) Sulfat,

AgNO, NaCl, NHCNS

NaSO, KCrO, KBrO, KIO

As2O, serbuk Fe pa.

EDTA, CaCO pa, Mg pa


Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir
titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator
azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada
indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis
dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan
dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat
mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi
titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain
yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini
dinamakan indikator.
Syarat-syarat

yang

harus

dipenuhi

untuk

dapat

dilakukan

analisisvolumetrik adalah sebagai berikut :

Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan


reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai,
baik secara kimia maupun secara fisika.

Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau
fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan (Anwar Zinu, 2009).
Anwar Zinu, 2009. Penuntun Praktikum Kimia Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi
Yamasi : Makassar.

Tugas TR
Kaplet
(kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan gula dan biasanya
diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee ini selain supaya bentuk tablet lebih menarik juga
untuk melindungi obat dari pengaruh kelembapan udara atau untuk melindungi obat dari
keasaman lambung. Kaplet pun merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak,
bentuknya oval seperti kapsul.
Kelebihan dan Kekurangan Kaplet :
a. Kelebihan :
- Bentuk tablet lebih menarik
- Kaplet mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan segelas air
b. Kekurangan :
- Kaplet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk menjaga kesalahan
karena menurut mereka kaplet tersebut adalah permen
- Orang yang sukar menelan atau meminum obat.
Kaplet salah satu sediaan padat yang termasuk kedalam bentuk tablet. Menurut
Farmakope Indonesia III, 1979, tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat
lain yang cocok ( Departemen Kesehatan RI, 1979). Sedangkan Farmakope Indonesia IV, 1995,
menyatakan bahwa tablet merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi (Departemen Kesehatan RI, 1995 ).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan dalam industri farmasi
dibandingkan dengan bentuk sediaan yang lain, seperti; kapsul, granul, dan pil. Menurut
Lachman, 1994, hal ini dikarenakan tablet memiliki beberapa keuntungan antara lain:
a. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan,
penyimpanan dan pengangkutan.
b. Mengandung zat aktif yang tepat.
c. Sediaan tablet adalah kering sehingga zat aktif lebih stabil.
d. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah yang besar dengan volume yang kecil.
e. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut air.
f. Pelepasan zat aktif dapat diatur.
g. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat akti, menutup rasa dan bau yang tidak enak.
h. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana dan cepat sehingga biaya produksinya lebih rendah.
i. Pemakaian oleh penderita lebih mudah ( Lachman, 1994 ).
Tablet dibuat terutama dengan cara mengempa massa kempa yang mengalir dari corong ke
sisi pengisi lalu ke lubang kempa kemudian dikempa menjadi massa yang kompak atau secara
singkat dapat dikatakan bahwa tablet yang dibuat secara kempa (kompresi), menggunakan mesin
yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai bentuk
atau ukuran punch dan die (Lachman, 1994).

Pada umumnya metode pembuatan tablet dengan cara granulasi. Granulasi merupakan
suatu proses membesarkan ukuran partikel-partikel kecil serbuk yang terikat satu sama lain
menjadi besar yang dapat mengalir bebas. Tujuan granulasi adalah membuat massa mengalir
bebas, memadatkan campuran bahan, membuat campuran seragam yang tidak memisah,
memperbaiki karakteristik kompresibilitas dari zat aktif, mengendalikan kecepatan pelepasan zat
aktif dari sediaan, mebgurangi debu dan meningkatkan penampilan tablet (Lachman, 1994).
Granulasi dibagi menjadi dua metode, yaitu metode granulasi basah dan granulasi kering.
Selain metode granulasi, tablet juga dapat dibuat dengan metode kompresi langsung.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a. Granulasi Basah
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi
massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat
aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi
masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi (Lachman, 1994).
b. Granulasi Kering
Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien
dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi
untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari
metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut,
ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang
memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban (Lachman, 1994).
c. Metode Kempa Langsung
Kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif
dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode
yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada
kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung
dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif
tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena
air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah;
alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas
dan kohesifitas dalam massa tablet (Anas, 2008).
Uji yang dilakukan pada pembuatan kaplet dilakukan sebelum dan setelah kaplet dicetak.
Uji yang dilakukan sebelum pencetakan kaplet dimaksudkan agar granul yang akan dicetak
menjadi tablet memenuhi persyaratan untuk bisa dicetak.
a . Uji Sebelum Pencetakan Kaplet
Kerapatan (Densitas)
Bobot per satuan volume dari partikel padat dinyatakan sebagai kerapatan sejati .
Kebanyakan serbuk dalam farmasetik berukuran kecil dan jika ditempatkan memenuhi 1 cc pada

gelas ukur maka diperoleh kerapatan sebenarnya. Jika serbuk tersebut dimampatkan hingga
memadat, akan didapatkan volume yang lebih kecil; kerapatannya dihitung dari volume terkecil
tersebut dan disebut kerapatan mampat. Partikulat dapat berupa keadaan yang keras, lembut atau
keadaan yang berpori. Kesukaran akan timbul jika dilakukan percobaan untuk memeriksa
volume partikel yang mengandung retakan-retakan halus, pori internal dan rongga
kapiler.Kerapatan curah merupakan massa serbuk dibagi dengan volume ruah
Kompresibilitas (%) = Kerapatan mampat-kerapatan longgar x 100%
Kerapatan mampat

(Aulton, 1989).
Laju Alir
Bilamana aliran suatu serbuk dari dalam bejana melalui lubang kecil diamati, akan terlihat
dua kemungkinan jenis alir yang berbeda bentuk sifat alirnya yaitu : jenis alir bebas atau jenis
lengket (sticky ; kohesif).
Jenis alir bebas memungkinkan serbuk dapat mengalir dengan mantap dan kontinyu,
sedangkan jenis kohesif mengalami kesukaran untuk mengalir.
Sifat alir serbuk tersebut dipengaruhi oleh ukuran partikel; bentuk; porositas dan kerapatan
dan susunan (tekstur) permukaan. Kebalikan dari sifat kohesif adalah dustibility yaitu
kemudahan serbuk untuk bertabur (Aulton, 1989).
Sudut istirahat adalah sudut yang terbentuk antara lereng suatu timbunan serbuk dengan
bidang horizontal. Sudut istirahat dipengaruhi fraksi antar partikel-partikel. Makin kasar dan
tidak beraturan permukaan partikel, akan semakin besar sudut istirahatnya. Umumnya serbuk
mempunyai sudut istirahat sekitar 34o sampai 48o. Serbuk yang lebih mudah mengalir
mempunyai sudut istirahat yang kecil.
b. Uji Setelah Pencetakan Kaplet
Keseragaman Ukuran dan Bobot
- Uji Keseragaman Ukuran
Panjang, lenat dan tinggi kaplet diukur masing-masing (pada pengujian kali ini dilakukan
terhadap dua puluh kaplet) dengan menggunakan alat jangka sorong untuk mengukurnya
(Departemen Kesehatan RI, 1995).
- Uji Keseragaman Bobot
Ditimbang dua puluh kaplet, dihitung berat rata-rata tiap kaplet, kemudian kaplet-kaplet
tersebut ditimbang satu persatu. Tidak boleh lebih dari dua kaplet yang masing-masing beratnya
menyimpang dari berat rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan
tidak boleh satu kapletpun yang beratnya menyimpang dari berat rata-ratanya lebih dari harga
yang ditetapkan pada kolom B pada Tabel 3.5 (Departemen Kesehatan RI, 1979).
Uji Kekerasan
Uji kekerasan kaplet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan kaplet yang mencerminkan
kekuatan kaplet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap kaplet.
kaplet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai
goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa
digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter

yang menggambarkan ketahanan kaplet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan kaplet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Waktu Hancur
Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan,
maka kaplet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan.
Waktu hancur kaplet berkaitan dengan daya hancur yang sangat penting untuk kaplet yang
mengandung bahan obat (seperti antasida dan diare) yang tidak dimaksudkan untuk diabsorpsi
tetapi lebih banyak bekerja setempat dalam saluran cerna. Dalam hal ini, daya hancur kaplet
memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh (Ansel,
1989).
Friabilitas
Uji friabilitas sebenarnya berkaitan erat dengan kekerasan kaplet karena uji friabilitas
menentukan kecenderungan kaplet untuk pecah atau kehilangan berat. Pengukuran dilakukan
dengan cara menghitung kehilangan berat kaplet sebelum dan sesudah pengujian. Ketahanan
terhadap kehilangan berat menunjukkan kaplet tersebut bertahan terhadap goresan ringan atau
benturan yang terjadi selama penanganan, pengemasan, dan pengiriman (Ansel,1989).
Kaplet ditimbang sebanyak kurang lebih enam koma lima gram, kemudian dimasukkan ke
dalam alat penguji keregasan kaplet. Alat dijalankan selama empat menit dengan kecepatan
putaran dua puluh lima putaran per menit. Tablet yang masih utuh ditimbang, kemudian dihitung
kehilangan bobotnya. Kehilangan bobot yang masih diperbolehkan tidak lebih dari 0,8%.
Friabilitas Kaplet = W1 W2 x 100%
W1
Keterangan :

W1 = Berat Awal
W2 = Berat Akhir
(Ansel,1989).

Paracetamol
Pemerian
: hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan
: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(96%), dalam 13 bagian aseton, dalam 40 bagian
gliserol, dan dalam 90 bagian propilen glikol, larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat
: analgetikum, antipiretikum (Departemen Kesehatan RI, 1979).
Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikum-pembuatantablet.html#ixzz32gxGylYv

Anda mungkin juga menyukai