Efek Paparan Tembaga Fix
Efek Paparan Tembaga Fix
Oleh
Ophi Octaviany Ijzati
(125080601111019)
(125080601111043)
Dalam essay ini, akan membahas mengenai dampak paparan tembaga pada
fisiologi dan produksi asam domoic Pseudo-nitzschia spp., dan efek paparan tembaga
yang dapat mempengaruhi hemosit apoptosis dan infeksi Perkinsus marinus pada
Crassostrea virginica.
Efek dari paparan logam pada spesies Pseudo-nitzschia, yang sebagian besar
berpusat pada produksi Domoic Acid (DA). DA merupakan asam amino neurotosik yang
diproduksi oleh beberapa spesies Pseudo-nitzschia sebagai respon tehadap paparan.
Pada spesies P. multiseries dan P. australis terbukti melepaskan 20 kali lipat DA saat
terkena konsentrasi toksik tembaga di perairan.
Perkinsus marinus merupakan parasit intraselular protistan sebagai sumber
utama dari kematian masal dari Crassostrea virginica atau tiram timur di sepanjang
pesisir timur Amerika Serikat, penyakit tersebut disebut sebagai penyakit Dermo.
Apoptosis memberikan peranan penting dalam imunitas bawaan dari organisme sebagai
pertahanan terhadap penyakit seperti yang ditimbulkan oleh Perkinsus marinus. Sel
Apoptosis yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai mekanisme penghapusan parasit
diinternalisasi seperti P. marinus dan membatasi tingkat dan penyebaran infeksi.
Stimulasi ringan apoptosis oleh Cu dapat membantu dalam menghilangkan parasit.
Penelitian pertama mengenai efek paparan logam pada spesies Pseudonitzschia spp. melibatkan 2 spesies dari genus Pseudo-nitzschia yaitu P. delicatissima
dan P. multiseries. Untuk menguji dampak paparan tembaga terhadap parameter
fisiologis
yang
berbeda
secara
bersamaan,
yang
memungkinkan
terdapatnya
hemosit setelah paparan Cu secara in vivo dan in vitro akan diukur dengan
menggunakan pewarnaan Annexin-V-FITC.
Langkah berikutnya yaitu infeksi P. marinus secara in vivo terhadap tiram,
dimana tiram secara acak dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol (tidak
terkena Cu atau P. marinus), terinfeksi P. marinus dan disimpan dalam ASW steril, tidak
terinfeksi tetapi terkena Cu (318 mg L-1), Co-exposed Cu dan P. Marinus, dan preexposed Cu dan terinfeksi P. marinus. Selanjutnya tahapan untuk menentukan tingkat
infeksi Hemocyte dilakukan dengan menarik Hemolymph dari tiram eksperimental,
kemudian hemosit dihitung dan sampel hemolymph dicampur dengan perbandingan 1: 1
AFTM steril dilengkapi dengan 10.000 IU ml-1 penisilin dan 10.000 mg ml-1 streptomisin.
Selanjutnya sampel ditambah dengan lipid untuk meningkatkan deteksi P. Marinus, isi
tabung kemudian dicampur dan dilapis dengan 1 ml nistatin (1 mg ml -1) untuk mencegah
pertumbuhan jamur, kemudian sampel diinkubasi dalam keadaan gelap selama satu
minggu. Setelah inkubasi, sampel dicampur dengan Lugol Yodium dan diperiksa infeksi
P. marinus.
Langkah berikutnya yaitu menentukan tingkat Cu di hemosit tiram dan plasma
hemolymph, sample dari hemolymph yang mengandung sel 2,5 x 106-12,5 x 106
dikumpulkan dari individu kontrol dan tiram Cu yang terpapar. Sampel hemolymph
disentrifugasi selama 10 menit pada 10.000 g dan 4 C untuk memisahkan hemosit dan
plasma hemolymph. Plasma dikumpulkan dalam tabung baru, dan pelet hemosit atau
sisa hasil sentrifuge disterilkan dengan ASW steril dan disentrifugasi kembali. Untuk
penentuan kadar Cu dalam jaringan lunak, diambil sekitar 200 mg dari insang atau
hepatopancreas dan dikeringkan pada suhu 70 C.
Langkah terakhir yaitu pelet hemosit dan sampel jaringan lunak dicampur dengan
1-1,5 ml asam nitrat, semua sampel kemudian divortex dan diinkubasi pada suhu 60 C
selama 24-48 jam sampai benar-benar terlarut. Tingkat Cu dalam insang tiram, hemosit,
hemolymph dan sel P. marinus dianalisis dengan menggunakan tungku grafit, dan
konsentrasi Cu pada media PBM diukur dalam mode api karena tingakt Cu lebih tinggi.
Data dianalisis dengan model linier ANOVA satu atau dua arah, dengan asumsi
normalitas dan homogenitas varians dari variabel dependen. Sedangkan analisis statistic
dilakukan dengan menggunakan SAS versi 9.1.
Pada tiram dan bivalvia laut yang mampu mengakumulasi logam berat seperti
Cu. Pemaparan Cu secera in vivo pada tiram menunjukkan konsentrasi Cu di
hemosit, hemolymph, insang dan hepatopankreas meningkat secara signifikan.
Akumulasi yang signifikan terlihat setelah paparan Cu hari ke 7 dan 14 yang
menunjukkan akumulasi di hemolymph mencapai lebih 40 mg L-1, tetapi hal ini
berbeda dengan akumulasi Cd dalam hemolymph tiram yang tidak meningkat. Hal ini
mungkin terjadi karena tingkat afinitas atau daya dukung tiram terhadap Cu lebih
tinggi dibandingkan pada Cd. Hal tersebut juga terjadi pada akumulasi hemosit
tingkat intraselular dimana nilai-nilainya jauh lebih tinggi daripada akumulasi Cu di
insang dan hepatopankreas (2-4 mg g-1 berat kering setelah 14 hari), sedangkan
akumulasi Cd pada tiram jauh lebih tinggi di insang dan hepatopankreas daripada
hemosit.
2. Akumulasi Cu terhadap Fisiologis Fitoplankton
Tingkat respirasi pada P. delicatissima meningkat drastis jika terkena
tembaga sehingga mengalami penurunan energi, sedangkan pada P. multiseries
mengalami penurunan tingkat respirasi apabila terkena paparan tembaga. Konsumsi
O2 (respirasi) dan produksi O2 (fotosintesis) pada P. multiseries yang terkena
paparan tembaga mengalami penurunan pada konsentrasi 93 dan 139 G Cu l-1.
Pada konsentrasi 46 g Cu-l, populasi P. multiseries mengalami penurunan pada jam
eksposur ke 48 dan 72. Konsumsi O2 pada P. delicatissima meningkat setelah jam ke
48 dan 72. Peningkatan respirasi pada sel-sel P. delicatissima mungkin digunakan
untuk meringankan toksisitas, sedangkan penurunan energinya mungkin digunakan
untuk metabolisme primer.
kondisi
stress
ataupun
mengalami
hambatan
pertumbuhan.
P.
mengalami stres kronis. Pada fase akut, sel-sel tidak mati dan menunjukkan
peningkatan aktivitas esterase dan klorofil autofluorescence, tanpa adanya
modifikasi efisiensi fotosintesis dan konsumsi O 2. Sebaliknya, antara 24 dan 96 jam,
sel-sel menjadi mati dan aktivitas esterase, klorofil autofluorescence dan efisiensi
fotosintesis mengalami penurunan secara drastis, tetapi konsumsi O2 menjadi
meningkat. Kadar lemak dan ukuran sel meningkat di bawah paparan tembaga baik
pada kondisi stress akut dan stress kronis. Sel pada P. multiseries mengalami stress
yang lebih rendah dari pada yang dialami oleh P. delicatissima. Selama stres akut,
fisiologi sel P. multiseries mengalami penurunan produksi dan konsumsi O2 juga
peningkatan aktivitas esterase.
3. Akumulasi Cu terhadap Morfologi Fitoplankton
Parameter morfologi P. multiseries (FSC dan SSC) tidak berubah secara
signifikan antara perlakuan (Tabel 1). Sebaliknya, P. delicatissima pada FSC secara
signifikan lebih tinggi dalam sel yang terpapar tembaga dibandingkan dengan
kontrol. P. delicatissima pada SSC juga secara signifikan lebih tinggi dalam sel yang
terpapar tembaga untuk 48 jam pertama. Peningkatan FSC dan SSC P. delicatissima
menunjukkan bahwa sel-sel ini mungkin telah mengalami reorganisasi dan/atau
pembengkakan
sitoplasma
sel,
hal
ini
mungkin
disebabkan
terjadinya
permeabilisation sel.
Tabel 1. Efek selama 96 jam pemaparan tembaga dengan dosis yang berbeda pada P.
delicatissima terhadap parameter fisiologi dan morfologi
tidak
mengalami
perubahan
meskipun
terkena
paparan
tembaga,
hal
ini
menunjukkan bahwa DA tidak memiliki efek protektif terhadap tembaga dan terutama
bermanfaat bagi pertumbuhan bakteri P. delicatissima. Dengan demikian produksi
DA tidak menunjukkan perbedaan kepekaan terhadap tembaga antara spesies yang
beracun dan yang tidak beracun.
5. Akumulasi Cu terhadap Pertumbuhan Bivalvia
dan P. Delicatissima),
tingkat
respirasi pada P. delicatissima meningkat drastis dan kegiatan esterasenya lebih kecil,
sedangkan pada
P. multiseries
tembaga, selain itu pengaruh paparan Cu terhadap fisiologis sel P. Delicatissima dapat
menyebabkan stress yang tinggi, tetapi pada sel P. Multiseries menunjukkan stress yang
jauh lebih rendah. Asam domioc ekstraselular menyebabkan P. multiseries tidak tahan
terhadap paparan Cu dibandingkan dengan sel P. delicatissima.
DAFTAR ISI
Foster, Brent, Snimar Grewal, Ondrea Graves, Francis M. Hughes Jr., dan Inna M.
Sokolova. 2011. Copper Exposure Affects Hemosyte Apoptosis and Perkinsus
marinus Infection in Eastern Oysters Crassostrea virginica (Gmelin). Jurnal Fish &
Shellfish Immunology 31 : 341-349.
Lelong, Aurelie, Dianne F. Jolley, Philippe Soudant, dan Helena Hegaret. 2012. Impact of
Copper Exposure on Pseudo-nitzschia spp. Physiology and Domoic Acid Production.
Jurnal Aquatic Toxicology 118-119 : 37-47.