Anda di halaman 1dari 6

thiazolidinediones juga dikenal sebagai glitazones, adalah kelas obat-obatan

yang digunakan dalam pengobatan diabetes mellitus tipe 2.Mereka


diperkenalkan pada akhir 1990-an.
Mekanisme tindakan
Thiazolidinediones atau TZDS bertindak dengan mengaktifkan reseptor ppars
( peroxisome proliferator-activated ) , kelompok nuklir dari reseptor , dengan
kekhususan karena terbesar ppar ( ) gamma .Bagi yang belum tentu berarti
ligands reseptor ini adalah asam lemak bebas dan eicosanoids ( ffas .Ketika
diaktifkan , yang mengikat reseptor pada dna di kompleks dengan reseptor ( rxr )
retinoid x , reseptor nuklir yang lain , meningkatkan latin dari beberapa gen yang
spesifik dan semakin menurun latin dari orang lain .

Thiazolidindion
Thiazolidinedione (sering juga disebut TZDs atau glitazone) berfungsi
memperbaiki sensitivitas insulin dengan mengaktifkan gen-gen tertentu yang terlibat
dalam sintesa lemak dan metabolisme karbohidrat. Thiazolidinedione tidak
menyebabkan hipoglikemia jika digunakan sebagai terapi tunggal, meskipun mereka
seringkali diberikan secara kombinasi dengan sulfonylurea, insulin, atau metformin.
Beberapa studi menunjukkan thiazolidinediones mengakibatkan berbagai
efek baik pada jantung, termasuk penurunan tekanan darah dan peningkatan
trigliserida dan kadar kolesterol (termasuk peningkatan kadar HDL, yang dikenal
sebagi kolesterol baik). Obat ini juga meredam molekul yang disebut 11Best HSK-1
yang berperan penting pada sindrom metabolik (kondisi pre diabetes, termasuk
tekanan darah tinggi dan obesitas) dan diabetes melitus tipe 2.
Rosiglitazone (Avandia) dan pioglitazone (Actos) adalah obat dari golongan
thiazolidinedione yang sudah disetujui. Salah satu studi meyakini rosiglitazone bisa
memperbaiki fungsi sel beta dan membantu mencegah progresivitas diabetes.
Tetapi, di balik manfaatnya yang besar, efek samping obat golongan ini pun
mengkhawatirkan.

Thiazolidinediones bisa menyebabkan anemia dan bersama obat diabetes


oral lainnya bisa menaikkan berat badan meski masih dalam skala moderat. Obat ini
juga meningkatkan risiko peningkatan cairan yang akan memperburuk gagal
jantung. Faktanya, troglitazone (Rezulin), agen pertama golongan ini ditarik dari
pasaran setelah ditemukan laporan gagal jantung, gagal hati, dan kematian. Tetapi
thiazolidinedione saat ini tidak menunjukkan efek yang sama pada hati meskipun
ada beberapa laporan liver injury.
Pasien yang mendapat thiazolidinedione harus dimonitor secara teratur
menyusul studi tahun 2002 yang menemukan insiden cukup tinggi gagal jantung
pada pasien yang menggunakan obat ini. Meski studi ini tidak dibuktikan dengan
relasi penyebab dan ada dugaan temuan gagal jantung terjadi pada pasien yang
memang sudah mengidapnya, namun studi lebih lanjut tetap diperlukan. Beberapa
pasien yang mengalami kenaikan berat badan dengan cepat, retensi cairan, atau
napas pendek harus dipantau lebih ketat. Obat jenis ini belum diteliti secara intensif
dan para ahli meyakni seharusnya tidak digunakan secara rutin untuk manajemen
diabetes melitus tipe 2, hanya dalam konteks studi klinis.
Monografi Obat golongan Tiazolidindion
1. Pioglitazon
Nama Paten :
Actos takeda pharmaceutical
Komposisi :
Pioglitazon 15 mg; 30 mg
Indikasi:
Hiperglikemia

Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap pioglitazon
Efek samping :
Udem, sakit kepala, hipoglikemia, mialgia, faringitis, sinusitis, gangguan gigi, infeksi
saluran pernapasan atas.
Peringatan :
Hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati, gangguan jantung, kehamilan.
Interaksi :
Alovartastin

dan

ketokonazol

mempengaruhi

pioglitazon

dan

pioglitazon

mempengaruhi atorvastatin, midazolam, nifedipine, kontrasepsi oral.


Dosis :
1 dd 15-30 mg a.c atau p.c.
2. Rosiglitazon
Nama Paten :
Avandia Glaxo Smith Kline
Komposisi :
Rosiglitazon
Indikasi:
Hiperglikemia
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap rosiglitazon
Efek samping :
Nyeri punggung, sakit kepala, hiperglikemia, luka, sinusitis, anemia, ketika
digunakan bersamaan dengan metformin, udem ketika digunakan bersamaan
dengan insulin.

Peringatan :
Hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati, gangguan jantung, kehamilan.
Dosis :
Bersama metformin atau sulfonilurea, 1-2 dd 4 mg a.c atau p.c
Pabrik :
Smithkline Beckham
4)

Thiazolidindion/glizaton

Thiazolidindion merupakan suatu golongan obat antidiabetes oral yang baru-baru ini
dikenalkan yang meningkatkan sensitivitas insulin terhadap jaringan sasaran. Dua anggota
dari golongan tersebut tersedia secara komersial; rosiglitazone dan pioglitazone. Pioglitazone
juga dapat berfungsi sebagai suplemen untuk terapi sulfonilurea atau terapi insulin pada
populasi diabetes tipe 2. FDA mencatat bahwa tersedia thiazolidindion alternatif yang tidak
menyebabkan toksisitas hati dalam penelitian klinis; hal tersebut member kontribusi untuk
diputuskannya penarikan persetujuan yang telah diberikan pada troglitazone (Katzung, 2002).
B. THIAZOLIDINDION / GLITAZON.
Thiazolindindion berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPAR )
suatu reseptor initi di sel otot dan sel lemak.
Contoh golongan ini adalah :

Pioglitazon.(Actos).

Mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pen-transport


glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Obat ini di metabolisme di
hepar. obat ini di-kontraindikasikan pada pasien-pasien dengan gagal jantung karena dapat
memperberat edema dan juga pada gangguan faal hati. saat ini tidak digunakan sebagai obat
tunggal .

Rosiglitazon (Avandia).

Cara kerja hampir sama dengan pioglitazon, diekskresi melalui urin dan feces. mempunyai
efek hipoglikemik yang cukup baik jika dikombinasikan dengan metformin. Pada saat ini
belum beredar di Indonesia.
Golongan : Thiazolidindion
Obat :
Pioglitazon ; Dapat dimulai dengan dosis 15 atau 30mg sekali sehari, Maksimal dosis : 45mg
perhari, Aturan pakai : Dengan atau tanpa makanan

Rosiglitazon ; Dosis : 4 mg sehari, dan dapat ditingkatkan sampai dengan 8 mg perhari dalam
1-2 dosis terbagi setelah 8-12 minggu pemakaian (di kombinasikan dengan insulin) atau 12
minggu (di kombinasikan dengan metformin), Aturan pakai : Dengan atau tanpa makanan.
Mekanisme kerja : Merangsang produksi insulin lebih kuat di pancreas akan tetapi tidak
dapat terus menerus
Obat :
Nateglinid ; Dosis awal : 120mg 3 kali sehari, Dosis maksimal : 180mg 3 kali sehari ; Aturan
pakai : Diminum 1-30 menit sebelum makan
Repaglinid ; Dosis awal : 500mcg, dapat ditingkatkan tergantung pada repons pasien dalam
interval 1-2 minggu, Maksimal dosis : 16mg perhari. Untuk penggunaan dosis > 4mg, dapat
diberikan dalam dosis terbagi, Aturan pakai : Diminum sebelum makan, atau 15 menit
sebelum makan
Obat OHO golongan thiazolidindion pada pasien diabetes melitus berhubungan dengan
peningkatan risiko fraktur tulang terutama fraktur tulang pinggul dan tulang pergelangan tangan.
Sebelumnya, dianggap bahwa pasien dengan diabetes tipe 2 memiliki densitas tulang yang lebih
tinggi daripada normal, sehingga risiko kejadian fraktur lebih rendah. Namun ternyata dari
penelitian yang dilakukan, diketahui terjadi peningkatan risiko fraktur, terutama pada tempattempat yang non-vertebra, dan ini tidak tergantung dari umur, indeks massa tubuh dan densitas
tulang pada pasienpasien diabetes ini, dan diperkirakan kejadian fraktur ini berhubungan dengan
komplikasi diabetes, risiko trauma dan terutama; penggunaan obat antidiabetes.
Penelitian terbaru dilakukan oleh dr. Christoph Meier dari Boston University, Massachusetts,
Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukan adalah:

Jumlah

: 1020 pasien dengan diabetes yang:


Didiagnosa fraktur oleh dokter umum di Inggris dari tahun 1994 hingga 2005
Umur 30-89 tahun
Selain itu terlibat 3728 kontrol tandingan
Terapi : Pioglitazone dan rosiglitazone
Hasil :
Pasien yang menerima resep thiazolidindion dalam rentang 12 -18 bulan,
memiliki risiko fraktur 2,43 kali dibandingkan pasien yang tidak diterapi menggunakan OHO
golongan thiazolidindion.
Para peneliti mengatakan bahwa terjadi peningkatan risiko fraktur pada pinggul
dan tulang-tulang osteoporosis non-vertebra, sehingga jumlah fraktur vertebral dan iga yang
terjadi terlalu rendah untuk dihubungkan dengan pemberian thiazolidindion.
Peningkatan risiko obat thiazolidindion: pioglitazone dan rosiglitazone tidak
berbeda bermakna dalam meningkatkan risiko fraktur, dengan angka kejadian berturut-turut
2,59 dan 2,38 kali, dibandingkan dengan yang tidak diteerapi menggunakan thiazolidindion.
Pemberian terapi OHO thiazolidindion dalam jangka waktu pendek tidakh
meningkatkan risiko fraktur. Risiko fraktur dengan terapi obat golongan thiazolidindion terlihat
terutama pada pasien yang diterapi lebih dari 2 tahun.
Para peneliti mengatakan juga bahwa penelitian ini masih perlu
dikonfirmasikan dengan penelitian terkontrol tambahan lainnya.
Dalam editorial lainnya, para peneliti juga berpendapat bahwa data-data hasil penelitian ini juga
perlu dilihat dari sudut pandang lain, bahwa OHO thiazolidindion, khususnya rosiglitazone dapat
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan OHO thiazolidindion dapat meningkatkan berat
badan, berefek samping hepatotoksik, menyebabkan retensi cairan dan gagal jantung kongestif.
Disamping itu juga OHO golongan thiazolidindion lebih mahal dan tidak lebih unggul dibandingan
OHO lainnya.

Para ahli berpendapat bahwa hingga kini tidak ada konfirmasi dari penelitian-penelitian jangka
panjang mengenai superioritas thiazolidindion dibandingkan dengan OHO lainnya dalam
menurunkan hasil klinik. Oleh karena itu, OHO yang lebih tua (sulfonylurea generasi ke-2 (dan ke-3)
serta metformin diberikan sebagai terapi pilihan pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2, di
mana metformin tetap menjadi first line therapy.

Anda mungkin juga menyukai