Anda di halaman 1dari 19

Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati

(liver).Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obatobatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis
A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut
( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang
kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).

Gambaran Epidemiologi Hepatitis di Indonesia


Penyakit hepatitis A ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta
kematian setiap tahunnya. Secara global, virus hepatitis merupakan penyebab
utama viremia yang persisten. Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari
rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus
hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar 39,8-68,3% (Sanitoso, 2007). Pada tahun
2002-2003 terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) hepatitis dengan 80% penderita
berasal dari kalangan mahasiswa. Dari data penderita hepatitis pada mahasiswa
menunjukkan 56% mahasiswa tersebut terbiasa makan di warung atau pedagang
kuliner kaki lima dengan hygiene sanitasi yang tidak baik (Laporan Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember, 2003).
Pada tahun 2010, prevalensi penyakit infeksi virus hepatitis A mencapai angka 9.3%
dari total penduduk 237.6 juta jiwa. Di sumsel tahun 2007 dengan jumlah penduduk
7.019.964 jiwa, prevalensi hepatitis A adalah 0.2-1.9%.
Di Indonesia, kurang lebih 10 persen (3,4-20,3%) dari populasi adalah pembawa
virus hepatitis B (HBV). Prevalensi ini tidak menurun. Di Jakarta, hampir 9 persen
pengguna narkoba suntikan (IDU) HBsAg+ (mempunyai infeksi HBV kronis, dan
dapat menular pada orang lain). Namun di Asia-Pasifik, kebanyakan penularan
terjadi dari ibu-ke-bayi, dan 90 persen anak yang terinfeksi tetap mempunyai
infeksi kronis waktu menjadi dewasa. Penyakit hepatitis biasanya juga didapat
karena seseorang telah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi, susu, atau
air. Pada tahun 2001, ada lebih dari 10.000 kasus infeksi hepatitis akut dilaporkan
di AS (Anonim, 2010)
Ada empat serotipe HBV yang umum di Indonesia: adw di Sumatera, Java, Kalsel,
Bali, Lombok, dan Maluku Utara; ayw di NTT/NTB lain dan Maluku; adr di
Papua; ayr di Manado; dan campuran di Kalimantan, Sulawesi dan Sumbawa.
Sementara genotipe B paling umum di Indonesia, tetapi juga ada C dan D. Dampak
dari perbedaan serotipe dan genotipe tidak jelas.

ETIOLOGI
Radang hati hepatitis mempunyai beberapa penyebab, termasuk :

Racun dan zat kimia seperti alkohol berlebihan;

Penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan


sehat dalam tubuh, yang disebut sebagai penyakit autoimun; dan

Mikroorganisme, termasuk virus.

Ada lima virus yang diketahui mempengaruhi hati dan menyebabkan hepatitis: HAV,
HBV, HCV, virus hepatis delta (HDV, yang hanya menyebabkan masalah pada orang
yang terinfeksi HBV), dan virus hepatitis E (HEV). Tidak ada virus hepatitis F. Virus
hepatitis G (HGV) pada awal diperkirakan dapat menyebabkan kerusakan pada hati,
tetapi ternyata diketahui sebagai virus yang tidak menyebabkan masalah
kesehatan, dan virus ini sekarang diberi nama baru sebagai virus GB-C (GBV-C).
a.

Hepatitis A

Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV).VHA termasuk virus picorna


(virus RNA) dengan ukuran 27-28 nm.
b.

Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang terbungkus serta


mengandung genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar.HBV adalah virus
nonsitopatik, yang berarti virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan langsung
pada sel hati.Sebaliknya, adalah reaksi yang bersifat menyerang oleh system
kekebalan tubuh yang biasanya menyebabkan radang dan kerusakan pada hati.
c.

Hepatitis C

Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitisC (HCV).Virus ini dapat


mengakibatkaninfeksi seumur hidup, sirosis hati, kankerhati, kegagalan hati, dan
kematian.Belumada vaksin yang dapat melindungi terhadapHCV, dan diperkirakan 3
persenmasyarakat umum di Indonesia terinfeksivirus ini

Faktor Resiko Hepatitis

Kualitas bakteriologis air

Jenis tempat atau sarana yang digunakan untuk buang air besar

Kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar

Kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih

Pemakai narkoba suntik

Pemakaian tatto

Riwayat hepatitis dalam keluarga

Transfusi darah

Janin yang dikandung oleh ibu yang menderita hepatitis.

Dalam kejadian Hepatitis , faktor penjamu (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan
(Environment) yang mempunyai pengaruh sangat besar adalah :
1.

Faktor penyebab (Agent) yaitu virus Hepatitis A.

2.
Faktor penjamu (Host) yaitu perilaku (personal hygiene), immunisasi, status
gizi, keturunan, umur dan jenis kelamin.
3.
Faktor lingkungan (Environment) yaitu lingkungan fisik maupun lingkungan
biologi, lingkungan fisik dapat berupa Mandi Cuci Kakus (MCK), pengolahan dan
penyimpanan makanan dan minuman, sedangkan lingkungan biologi dapat berupa
keberadaan lalat, keberadaan kecoa dan keberadaan tikus.
4.
Faktor pelayanan kesehatan (Medical Care Service) juga mempengaruhi tinggi
rendahnya derajat kesehatan.

Masa Inkubasi dan Penularan Hepatitis


a.

Hepatitis A(VHA).

Virus dikeluarkan dari tubuh melalui tinja yaitu lewat empedu masuk ke dalam usus,
ditularkan secara feco-oral yaitu virus ditemukan pada tinja. Virus ini juga mudah
menular melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi, juga
terkadang melalui hubungan seks dengan penderita.
Di negara berkembang kebanyakan anak sekolah mengidap hepatitis A karena
penularan dari orang lain. Mereka makan makanan yang tercemar kotoran yang
mengandung VHA dan tidak dimasak secara sempurna.
Waktu terekspos sampai kena penyakit atau masa inkubasi hepatitis A adalah 2
sampai 6 minggu. Penderita akan mengalami gejala-gejala seperti demam, lemah,
letih, dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah-muntah yang terus
menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas. Demam yang terjadi
adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada
demam berdarah, tbc, thypus, dll.
b.

Hepatitis B (VHB).

VHB ditularkan melalui darah dan cairan tubuh seperti air liur, air mani, cairan
vagina dan air susu ibu. Virus masuk ke tubuh lewat kulit atau selaput lendir tubuh
yang rusak. Masa inkubasi dari hepatitis B ini berkisar antar 45-180 hari dan lama
masa inkubasi tergantung pada jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh dan cara
penularan serta daya tahan pasien. Di daerah endemik penularan sering terjadi
pada waktu persalinan atau pada awal pemberian makanan bayi. Penularan dari ibu
ke bayi merupakan penyebab terpenting hepatitis menahun yang mudah
berkembang menjadi kanker hati.
Adapun cara penularan hepatitis B lainnya diantaranya adalah :

Melalui transfusi darah atau transplantasi

Biasanya karena darah yang ditransufsikan sudah terinfeksi virus hepatitis B,


sehingga orang yang sehat dapat tertular melalui transfusi darah.

Seringnya Berganti-ganti Pasangan Seksual

Selain HIV, seringnya berganti-ganti pasangan dapat menularkanpenyakit hepatitis


B, belum lagi tertular penyakit menular seksual lainnya.

Menggunakan Barang Pribadi Secara Bersama-Sama

Pisau cukur, sikat gigi, handuk dan alat kebersihan lainnya, dapat menularkan
penyakit hepatitis B jika digunakan secara bersama-sama. Karena itu biasakan
menggunakan alat kebersihan pribadi hanya untuk pribadi, bukan untuk bersamasama.

Bayi Yang Tertular Ibunya

Ibu hamil yang terinfeksi penyakit hepatitis B, sudah tentu akan menularkan
penyakit ini kepada bayinya. Oleh karena itu, si bayi wajib diimunisasi sebelum
penyakit hepatitis B bertambah parah.
c.

Hepatitis C (VHC).

VHC terutama ditularkan melalui darah. Transfusi darah merupakan cara penularan
yang ter-penting. Masa inkubasi rata rata 7 minggu. Orang yang mempunyai risiko
tinggi mendapat VHC ialah mereka yang memerlukan tranfusi darah berulang,
menjalani cuci darah, cangkok organ dll. Masa inkubasi penyakit hepatitis C adalah
2-6 minggu dimana 60-70% tanpa gejala, 10-20% menunjukkan gejala yang tidak
spesifik seperti mual, muntah, lemah, tidak nafsu makan, nyeri pada perut dan 2030% disertai warna kuning pada kulit (iketus).
Hepatitis C biasanya menyebar ketika darah dari orang yang terinfeksi Virus
Hepatitis C (HCV) memasuki tubuh seseorang yang tidak terinfeksi. Hal ini dapat
terjadi pada kegiatan kegiatan seperti:

Menggunakan jarum suntik atau alat injeksi lainnya yang terkontaminasiHCV.

Menerima transfusi darah yang terkontaminasi.

Dilahirkan dari ibu yang telah terinfeksi HCV.

Hepatitis C dapat ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang


terinfeksi atau berbagi barang pribadi yang telah terkontaminasi, tetapi ini jarang
terjadi.

Hepatitis C tidak ditularkan melalui air susu atau melalui kontak biasa seperti
memeluk, menyentuh, dan berbagi makanan atau minuman dengan orang yang
terinfeksi.

Pengguna narkoba / obat suntik.

Penerima donor darah.

Orang yang menggunakan tindikan dan tatoo yang dibuat oleh peralatan
yang tidak steril.

Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur Hemodialisis selama bertahun


tahun.

Petugas kesehatan yang terluka akibat jarum suntik.

Pasien yang mengidap HIV.

Gejala dan Tanda Penyakit Hepatitis


Gejala demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul karena
diproduksinya senyawa kimia interleukin (suatu protein hormon) sebagai respon
terhadap adanya infeksi mikroba atau adanya jaringan tubuh yang terluka.
Meningkatnya suhu tubuh (demam) akan menyebabkan mikroba tertentu yang ada
dalam tubuh kita menjadi mati. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan mikroba
tersebut dalam mentoleransi kenaikan suhu 20-30 oC di atas ambang normal suhu
optimumnya.
Pada kebanyakan orang terutama anak-anak apabila terinfeksi hepatitis B tidak
menimbulkan gejala. Gejala baru timbul apabila seseorang telah terinfeksi selama 6
minggu. Gejala yang timbul dapat berupa kehilangan nafsu makan, mual, muntahmuntah, lemas, merasalelah, nyeri perut terutama di sekitar hati, urin berwarna
gelap, kulit menjadi kuning, dan juga terlihat terutama pada mata, serta kadang kadang pula disertai nyeri otot dan tulang - tulang. Gambaran klinis infeksi akut HVA
dapat sangat beragam berupa bentuk yang asimtomatik atau simtomatik yang
mungkin anikterik atau dengan ikterik dan biasanya pada anak lebih ringan serta
singkat dibandingkan dengan dewasa.

Hepatitis Asimtopatik

Infeksi yang asimtomatik ini selanjutnya dapat dibagi menjadi sub-klinik atau tidak
nyata (inapparent). Infeksi sub-klinik ditandai dengan adanya kelainan fungsi hati,
yaitu peningkatan aminotransferase serum,sementara infeksi tak nyata hanya
dapat diketahui dari pemeriksaan serologik.

Hepatitis simtopatik

Gejala dan perjalanan penyakit hepatitis virus secara klinis dapat dibedakan dalam
4 stadium yaitu masa inkubasi, pra-ikterik, ikterik, dan fase penyembuhan.
Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan
pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual,
nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali
setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap
penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak
berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari.
Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa
lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik
atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia.

Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang


mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang
lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang
yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Hepatitis C
Hepatitis C sering dialami penduduk Indonesia, penyakit ini ditularkan melalui
cairan tubuh. Virus Hepatitis B dan Hepatitis C dapat ditularkan melalui hubungan
seksual, jarum suntik, dan transfusi darah. Virus biasanya dimulai dengan demam,
pegal otot, mual, mata menjadi kuning, dan air seni berwarna kemerahan seperti air
teh. Namun, tidak semua orang mengalami gejala seperti itu.
Gejala Hepatitis C biasanya lebih ringan dibandingkan dengan Hepatitis A atau B.
Setelah terserang Hepatitis A pada umumnya penderita sembuh secara sempurna,
tidak ada yang menjadi kronik.
Pada bayi dan anak kecil, umumnya tidak terdapat gejala yang jelas namun
biasanya terdapat keluhan awal seperti tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit
kepala, lemah badan, nyeri sendi dan otot, dan memungkinkan nyeri perut kanan
atas karena pembesaran hati. Gejala ini dapat terjadi pada 1-2 minggu pertama
sebelum akhirnya muncul gejala hepatitis yang khas yaitu perubahan warna urine
(menjadi berwarna gelap seperti air teh) dan feses seperti warna tanah atau
dempul. Selain itu warna pada mata dan kulit menjadi kekuningan menyolok dan
disertai rasa gatal pada kulit.

Diagnosa Hepatitis
Hepatitis A
Diagnosis hepatitis A ditegakkan dengan tes darah. Dokter akanmeminta tes ini bila
kita mengalami gejala hepatitis A atau bilakita ingin tahu apakah kita pernah
terinfeksi HAV sebelumnya.Tes darah ini mencari dua jenis antibodi terhadap virus,
yangdisebut sebagai IgM dan IgG (Ig adalah singkatan untukimunoglobulin).
Pertama, dicari antibodi IgM, yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh lima sampai
sepuluh hari sebelum gejala muncul, dan biasanya hilang dalam enam bulan. Tes
juga mencari antibodi IgG, yang menggantikan antibodi IgM dan untuk seterusnya
melindungi terhadap infeksi HAV.

Bila tes darah menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan IgG, kita
kemungkinan tidak pernah terinfeksi HAV, dan sebaiknya mempertimbangkan untuk
divaksinasi terhadap HAV.

Bila tes menunjukkan positif untuk antibodi IgM dan negative untuk IgG, kita
kemungkinan tertular HAV dalam enam bulan terakhir ini, dan sistem kekebalan
sedang mengeluarkan virus atau infeksi menjadi semakin parah.

Bila tes menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan positif untuk antibodi
IgG, kita mungkin terinfeksi HAV pada suatu waktu sebelumnya, atau kita sudah
divaksinasikan terhadap HAV. Kita sekarang kebal terhadap HAV.

Hepatitis B
Diagnosa yang dapat dilakukan yaitu serologi (test darah) dan biopsi liver
(pengambilan sampel jaringan liver).Bila HBsAg positif maka orang tersebut telah
terinfeksi oleh VHB (Misnadiarly, 2007).
Tersedia tes laboratorium untuk mendiagnosis infeksi HBV dan tes lain untuk
memantau orang dengan hepatitis B kronis.
Hepatitis B didiagnosis dengan tes darah yang mencari antigen (pecahan virus
hepatitis B) tertentu dan antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai
reaksi terhadap HBV).Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV mencari satu
antigen HbsAg (antigen permukaan, atau surface, hepatitis B) dan dua antibodi
anti-HBs (antibodi terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc (antibodi
terhadap antigen bagian inti, atau core, HBV). Sebetulnya ada dua tipe antibodi
anti-HBc yang dibuat: antibodi IgM dan antibodi IgG.
Tes darah yang dipakai untuk diagnosis infeksi HBV dapat membingungkan, karena
ada berbagai kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda, dan masing-masing
kombinasi mempunyai artinya sendiri. Berikut adalah arti dari kombinasi yang
mungkin terjadi:
Tergantung pada hasil ini, tes tambahan mungkin dibutuhkan.Bila kita tidak pernah
terinfeksi HBV atau pernah divaksinasikan terhadap HBV, kita tidak membutuhkan
tes tambahan.Bila kita baru-baru ini terinfeksi HBV atau kita hepatitis B akut,
sebaiknya kita tes ulang setelah enam bulan untuk meyakinkan sudah didapatkan
kekebalan yang dibutuhkan.
Hepatitis C
Ada tes laboratorium untuk mendiagnosis infeksi HCV dan tes laboratorium untuk
memantau orang dengan HCV.

Tes Antibodi HCV: Mendiagnosis infeksi HCV mulai dengantes antibodi, serupa
dengan tes yang dilakukan untuk diagnosisinfeksi HIV. Antibodi terhadap HCV
biasanya dapat dideteksidalam darah dalam enam atau tujuh minggu setelah
virustersebut masuk ke tubuh, walaupun kadang kala untukbeberapa orang
dibutuhkan tiga bulan atau lebih. Bila tesantibodi HCV positif, tes ulang biasanya
dilakukan untukkonfirmasi. Tes konfirmasi ini dapat tes antibodi lain atau tesPCR.
Bila kita tes positif untuk antibodi terhadap HCV, ini berartikita pernah terpajan oleh
virus tersebut pada suatu waktu.Karena kurang lebih 20 persen orang yang
terinfeksi HCV sembuh tanpa memakai obat, biasanya dalam enam bulansetelah
terinfeksi, langkah berikut adalah untuk mencari virusdalam darah.

Tes Viral Load HCV: Untuk mencari HCV, dokter kitamungkin meminta tes PCR
kualitatif untuk menentukanadanya virus hepatitis C di darah kita. Dokter juga
dapatmeminta tes PCR kuantitatif mirip dengan tes yang dipakaiuntuk mengukur
viral load HIV untuk mengetahui apakahada HCV dan menentukan viral load HCV
kita.
Tes viral load HCV tidak dapat menentukan bilaatau kapan seseorang dengan
hepatitis C akan menjadi sirosisatau gagal hati. Namun viral load HCV dapat

membantumeramalkan keberhasilan pengobatan. Sebagai petunjuk praktis,semakin


rendah viral load HCV, semakin mungkin kita berhasildalam pengobatan untuk HCV.
Tes viral load HCV jugaterpakai pada waktu kita dalam pengobatan untuk
menentukanapakah terapi berhasil.

Tes Genotipe: Tidak semua virus hepatitis C adalah sama. Ada sedikitnya
enam genotipe HCV yang berbeda yang berarti bentuk genetis saling berbeda.
Lagi pula, beberapa genotipe ini dibagi menjadi subtipe. Misalnya, HCV genotipe 1
dibagi dalam subtipe a dan b.
Genotype HCV tampaknya tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Namun
genotype mempengaruhi keberhasilan pengobatan genotipe 1 dan 4 paling sulit
diobati, sementara pengobatan jauh lebih berhasil untuk genotipe 2 dan 3, biasanya
juga dalam waktu yang lebih singkat. Bila kita mengetahui genotipe HCV kita, ini
akan membantu dokter kita menentukan pendekatan yang terbaik untuk
mengobatinya bila dibutuhkan. Hal ini dapat termasuk keputusan mengenai obat
yang terbaik serta lamanya pengobatan.

Pengobatan Penyakit Hepatitis


Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya
yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya, diharapkan untuk tidak banyak
beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk
mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai
penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
Pengobatan umum untuk hepatitis A adalah istirahat di tempat tidur.Juga penting
untuk minum banyak cairan, terutama bila kita mengalami diare atau muntah.Obat
penawar rasa sakit yang dijual bebas, misalnya ibuprofen dapat mengurangi gejala
hepatitis A, tetapi sebaiknya dibicarakan lebih dahulu dengan dokter.
Bila kita merasa kita mungkin terpajan pada HAV misalnya bila seseorang dalam
rumah tangga kita baru didiagnosis hepatitis A sebaiknya kita memeriksakan diri
ke dokter untuk membicarakan manfaat suntikan immune globulin (juga disebut
sebagai gamma globulin).Immune globulin mengandung banyak antibodi terhadap
HAV, yang dapat membantu mencegah timbulnya penyakit bila kita terpajan pada
virus.Immune globulin harus diberikan dalam dua hingga enam minggu setelah kita
mungkin terpajan pada HAV.Bila kita menerima immune globulin untuk mencegah
hepatitis A, sebaiknya kita juga menerima vaksinasi hepatitis A.
Hepatitis B
Saat ini ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B,
pengobatan tersebut tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan
adefovir dan modulator sistem kebal seperti InteAlfa (Uniferon).
Dengan mengambil interferon sebagai obat, tubuh akan merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk melawan virus hepatitis B. Namun, tidak semua orang dapat

mengambil interferon karena efek samping. Dalam dua minggu pertama mengambil
interferon, tubuh dapat memperburuk gejala dan akan dapat mengalami depresi,
lelah, dan menderita nyeri otot, demam dan mual.
Meskipun interferon suntik sedikit berbeda dengan yang dihasilkan tubuh, interferon
ini dapat membantu menumpas virus dengan dua cara:

Pertama sebagai imunomodulator membantu sistem imun dalam


menghentikan perkembangbiakan virus.

Kedua sebagai antiviral menginduksi jalur degradasi RNA melalui induksi


enzim 2-5-OAS sehingga mencegah replikasi virus.
Interferon yang digunakan untuk pengobatan hepatitis meliputi interferon alfa dan
pegylated interferon alfa.

Telbivudine

Merupakan obat antivirus lain yang digunakan untuk menghentikan virus hepatitis B
dari replikasi.Ini adalah dalam bentuk pil yang harus diambil setiap hari. Terdapat
hampir tidak ada efek samping tetapi jika Anda berhenti minum pil, gejala mungkin
akan memburuk. Selain itu, jika minum pil terlalu lama, virus bisa menjadi resisten
terhadap obat-obatan.

Entecavir

Merupakan obat antivirus lain dalam bentuk pil. Pil ini harus dilakukan sekali sehari
dan jika menghentikannya, akan timbul gejala-gejala yang menjadi lebih buruk.

Lamivudine

Mirip dengan Telbivudine tetapi tidak kuat.Ini juga merupakan pil yang harus
diminum sekali sehari.Obat antivirus ini tidak dianjurkan untuk orang dengan
masalah ginjal.

Adefovir dipivoxil

Obat anti virus dalam bentuk pil yang mampu menghentikan virus dari
replikasi.Obat ini sangat efektif untuk orang-orang yang resisten terhadap
Lamivudine.
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan.Tumbuhan obat
atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan
Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi
hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang,
kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis,
antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa),
sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus urinaria), daun
serut/mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata
cyllindrica), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan(Centella asiatica),
buah kacapiring (Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang

(Taraxacum officinale). Selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B
seperti hijamah/bekam yang bisa menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal
dilakukan dengan benar dan juga dengan standar medis.
Hepatitis C
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon
alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin.Adapun tujuan pengobatan dari
Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk
mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit
hati.Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama
bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu
penanganan pada stadium awalnya.

Cara Pencegahan Penyakit Hepatitis


Dalam hal mencegah hepatitis ini terbagi menjadi dua kategori pencegahan
penyakit hepatitis ini. Yaitu pencegahan penyakit hepatitis secara umum dan juga
pencegahan penyakit hepatitis secara khusus. Karena penyakit hepatitis ini adalah
karena virus dan sebagian besar menular melalui darah atau pun cairan tubuh yang
tercemar dengan virus hepatitis ini maka kita harus benar-benar waspada akan
penularan penyakit hepatitis ini.
Yang termasuk kategori mencegah penularan penyakit hepatitis secara umum
adalah sebagai berikut :
1.
Menghindari kontak seksual atau hubungan badan dengan penderita hepatitis
B, termasuk dalam hal ini kontak dengan cairan tubuh seperti ludah dan juga
sperma.
2.
Menghindari pemakaian alat suntik yang tidak steril ( dalam dunia kesehatan
harus menggunakan alat suntik sekali pakai ), alat tatto, alat tindik, pemakaian
narkoba yang menggunakan jenis alat suntik sebagai medianya, berganti-ganti
pasangan.
3.
Pada ibu hamil untuk mengadakan skrining pada awal kehamilan serta juga
setelah memasuki trimester ke III kehamilan.
Dan yang masuk dalam mencegah dan pencegahan penyakit hepatitis secara
khusus adalah dengan melakukan imunisasi aktif. Imunisasi aktif hepatitis ini adalah
bertujuan jalur transmisi penyebaran penyakit hepatitis ini melalui program
imunisasi bayi baru lahir dan kelompok resiko tinggi tertular hepatitis.

Pencegahan Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C


Hepatitis memiliki banyak tipe, untuk mencegah penyakit hepatitis agar tidak
menjangkit dan berkembang semakin parah perlu dilakukan upaya pencegahan
yang lebih signifikan. Setiap tipe hepatitis memiliki pencegahan tersendiri dengan
cara yang berbeda dari setiap tipe hepatitis.

Berikut ini akan diberikan beberapa ulasan upaya pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menangani masalah penyakit hepatitis dengan beragam tipe, diantaranya :
1.

Upaya pencegahan untuk Hepatitis A (HAV)

Penyakit hepatitis dapat menghinggap siapa saja tidak memandang segi usia atau
faktor ekonomi. Hepatitis dapat menyerang mulai dari balita, anak-anak hingga
orang dewasa. Untuk hepatitis A bila menyerang anak-anak mulai dari 1-18 tahun
dapat dilakukan vaksinasi dengan pemberian dosis vaksin 2 atau 3 tetes dosis
vaksin sesuai dengan standar pengobatan. Sedangkan untuk orang dewasa dengan
pemberian vaksinasi yang lebih besar dengan jangka waktu pemberian vaksin 6-12
bulan setelah dosis pertama vaksin.
Dengan pemberian vaksinasi ini merupakan upaya pencegahan yang efektif dapat
bertahan 15-20 tahun atau lebih. Pemberian vaksin bertujuan mencegah sebelum
terjadinya infeksi dari virus hepatitis A dan memberikan perlindungan terhadap
virus sedini mungkin 2-4 minggu setelah vaksinasi.

Pemberian vaksinasi untuk hepatitis A, diberikan kepada :

Mereka yang menggunakan obat-obat terlarang (psikotropika/narkoba)


dengan menggunakan jarum suntik.

Mereka yang bekerja sebagai pramusaji, terutama mereka yang memiliki


makanan yang kurang mendapatkan perhatian akan keamanan dan kebersihan dari
makanan itu sendiri.

Orang yang tinggal dalam satu pondok atau asrama yang setiap harinya
berkontak langsung. Mungkin diantara penghuni pondok asrama memiliki riwayat
penyakit hepatitis A.

Balita dan anak-anak yang mungkin tinggal dalam lingkungan yang memiliki
tingkat resiko yang lebih tinggi akan hepatitis.

Seseorang yang suka melakukan oral seks/anal.

Seseorang yang teridentifikasi penyakit hati kronis.

Menjaga kebersihan terhadap diri pribadi dan lingkungan sekitar tempat tinggal
merupakan upaya awal yang sangat penting sebagai proses pencegahan lebih dini
sebelum terjangkit atau mengalami resiko yang lebih tinggi terhadap serangan
penyakit hepatitis. Selalu menjaga kebersihan dengan mengawali langkah yang
mudah salah satunya dengan cara membiasakan diri untuk mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh sesuatu.
Namun bagi mereka yang suka berpergian ke luar negeri yang mungkin di negara
tersebut memiliki sanitasi yang kurang baik sebagai pencegahan tak ada salahnya
untuk melakukan vaksinasi minimal 2 bulan sebelum melakukan perjalanan ke luar
negeri. Akan tetapi bagi mereka yang sudah teridentifikasi terkena virus hepatitis A
(HAV), globulin imun (IG) harus diberikan sesegera mungkin dengan pemberian
vaksin minimal 2 minggu setelah teridentifikasi virus hepatitis A.

2.

Upaya pencegahan untuk Hepatitis B (HBV)

Pemberian vaksinasi ini juga dinilai sangat optimal dan efektif bagi mereka yang
teridentifikasi hepatitis B dan dapat membantu memberikan perlindungan kurang
lebih selama 15 tahun. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menuturkan
bahwa semua bayi yang baru lahir dan mereka yang sudah berusia sampai dengan
18 tahun dan dewasa diwajibkan untuk diberikan vaksin sebagai upaya
perlindungan dan pencegahan terhadap resiko infeksi divaksinasi. Dengan
pemberian 3 suntikan pada jangka waktu 6-12 bulan wajib memberikan
perlindungan penuh.
Semua anak, para remaja dan orang dewasa pun serta mereka yang aktif secara
seksual perlu diberikan vaksinasi. Terutama bagi mereka yang bekerja langsung
menangani darah atau produk darah seperti pendonor atau pekerja laboratoruim
setiap harinya harus diberikan vaksin. Mereka yang menggunakan obat terlarang
dengan menggunakan jarum suntik juga sangat dilarang untuk saling bergantian
atau menggunakan jarum suntik yang sama, sedotan kokain atau jenis lainnya.
3.

Upaya pencegahan Hepatitis C (HCV)

Tidak ada vaksin untuk mencegah virus dari hepatitis C ini . Pemberian vaksin pada
hepatitis A dan B tidak memberikan sistem imunitas atau kekebalan terhadap virus
hepatitis C. Hanya saja upaya preventif untuk mencegah dan mengobati virus
hepatitis C ini yang mungkin dapat dilakukan adalah sama halnya dengan
pemberian vaksin yang sama seperti hepatitis B.
Dengan tiadanya vaksin terhadap hepatitis C, cara terbaik untuk mencegah infeksi
adalah untuk mengurangi risiko kita tersentuh oleh darah orang lain. Hal ini juga
berlaku untuk orang yang sudah terinfeksi HCV, agar menghindari penularan pada
orang lain.
Cara terbaik untuk menghindari faktor risiko terbesar terhadap penularan HCV
adalah untuk menghentikan penggunaan narkoba suntikan atau tidak
mulai.Namun ini tidak realistis untuk semuanya. Jika kita tetap menyuntik narkoba,
kita selalu harus memakai alat suntik dan pelengkap baru dan suci hama, termasuk
jarum suntik, semprit (insul), dapur, kapas, dan air, setiap kali kita menyuntik.
Jangan memakai alat tersebut bergantian. Bila kita harus membagi narkoba,
membaginya waktu kering (masih berbentuk serbuk), atau pakai semprit baru dan
suci hama untuk membaginya. Jangan mengisi larutan narkoba pada semprit orang
lain, dan tentukan daerah suntikan adalah bersih. Menghindari hubungan dengan
darah orang lain.
Jangan memakai sikat gigi, alat cukur, pemotong kuku, atau alat lain yang mungkin
terkena darah secara bergantian. Bila ingin dilakukan tato atau tindikan lain,
pastikan dilakukan oleh ahli yang dapat dipercaya, dan dengan cara yang bersih,
termasuk alat yang suci hama/sekali pakai.
Walaupun HCV tidak menular secara efisien melalui hubunganseks, sebaiknya kita
memakai kondom untuk mengurangi risiko menularkan atau ditularkan HIV, HCV
atau infeksi menular seksual lain.

Komplikasi dari hepatitis A


Sebuah hepatitis akut Sebuah kasus dapat berkembang menjadi hepatitis
fulminan A. Ini adalah suatu komplikasi yang jarang namun parah dari Hepatitis A,
di mana racun dari virus hepatitis membunuh sel-sel hati dengan jumlah
tinggisecara abnormal (sekitar dari jumlah sel hati), dan hati mulai mati. Lima
puluh persen pasien dengan kondisi ini memerlukan transplantasi hati langsung
untuk menghindari kematian. Hepatitis fulminan A juga bisa menyebabkan
komplikasi lebih lanjut, termasuk disfungsi otot dan kegagalan organ multiple.
Terdapat 3fase perkembangan penyakit,yaitu:

FasePraikterik(prodromal)

Gejalanonspesifik,permulaanpenyakittidakjelas,demamtinggi,anoreksia, mual,nyerid
idaerahhatidisertaiperubahanwarnaairkemihmenjadigelap.
Pemeriksaanlaboratoriummulaitampakkelainanhati(kadarbilirubinserum, SGOTdanS
GPT,Fosfatosealkali,meningkat).

Faselkterik

Gejalademamdangastrointestinaltambah hebatdisertaihepatomegalidansplenomega
li.timbulnyaikterusmakin hebatdenganpuncak pada minggukedua.setelahtimbulikter
us,gejalamenurundan pemeriksaanlaboratoriumtesfungsi hatiabnormal. Air seni
berwarna seperti teh, kulit menguning, serta keluhan menguat.

FasePenyembuhan

Faseiniditandaidenganmenurunnyakadarenzimaminotransfirase.Pembesaranhatimas
ihadatetapitidak terasanyeri.
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah
besar, dan seluruh struktur hati mengalami perubahan menjadi irregular, dan
terbentuknya jaringan ikat (fibrosis) di sekitar parenkim hati yang mengalami
regenerasi. Secara fungsional sirosis hati dibagi atas 2 jenis, yang pertama adalah
sirosis hati kompensata, dimana pada stadium ini belum terdapat gejala-gejala yang
nyata (asimptomatis). Biasanya stadium ini ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan screening. Yang kedua adalah sirosis hati dekompensata, pada
stadium ini gejala-gejala sudah sangat jelas, pasien merasa lemas, adanya asites,
ikterus, dll.Pada stadium inilah pasien dibawa ke tempat pelayanan kesehatan atau
ke Rumah Sakit.
I. Epidemiologi Sirosis
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada laki-laki jika dibandingkan dengan
wanita sekitar 1,6:1, dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30-59
tahun, dengan puncaknya sekitar umur 40-49 tahun.
II. Patofisiologi

Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian, kejadian tersebut
dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam keadaan yang kronis atau
perlukaan hati yang terus menerus yang terjadi pada peminum alcohol aktif. Hati
kemudian merespon kerusakan sel tersebut dengan membentuk ekstraselular
matriks yang mengandung kolagen, glikoprotein, dan proteoglikans. Sel stellata
berperan dalam membentuk ekstraselular matriks ini. Pada cedera yang akut sel
stellata membentuk kembali ekstraselular matriks ini sehingga ditemukan
pembengkakan pada hati. Namun, ada beberapa parakrine faktor yang
menyebabkan sel stellata menjadi sel penghasil kolagen. Faktor parakrine ini
mungkin dilepaskan oleh hepatocytes, sel Kupffer, dan endotel sinusoid sebagai
respon terhadap cedera berkepanjangan. Sebagai contoh peningkatan kadar
sitokin transforming growth facto beta 1 (TGF-beta1) ditemukan pada pasien
dengan Hepatitis C kronis dan pasien sirosis. TGF-beta1 kemudian mengaktivasi sel
stellata untuk memproduksi kolagen tipe 1 dan pada akhirnya ukuran hati menyusut
Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan berkurangnya ukuran dari
fenestra endotel hepatic menyebabkan kapilerisasi (ukuran pori seperti endotel
kapiler) dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolagen mengalami kontraksi
yang cukup besar untuk menekan daerah perisinusoidal Adanya kapilarisasi dan
kontraktilitas sel stellata inilah yang menyebabkan penekanan pada banyak vena di
hati sehingga mengganggu proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya sel
hati mati, kematian hepatocytes dalam jumlah yang besar akan menyebabkan
banyaknya fungsi hati yang rusak sehingga menyebabkan banyak gejala klinis.
Kompresi dari vena pada hati akan dapat menyebabkan hipertensi portal yang
merupakan keadaan utama penyebab terjadinya manifestasi klinis.
III. Etiologi Sirosis
Sirosis dapat disebabkan oleh banyak keadaan, termasuk radang kronis
berkepanjangan, racun, infeksi, dan penyakit jantung. Di Amerika sendiri penyebab
sirosis hepatic mulai dari yang paring sering
a. Hepatitis C (26%)
b. Alcoholic Liver Disease (21%)
c. Penyebab Cryptogenik/Tidak diketahui (18%)
d. Hepatitis C + Alkohol (15%)
e. Hepatitis B (15%)
f. Lain-lain (5%)
IV. Gejala dan Tanda

Pada kasus dengan Sirosis Hati Kompensata, pasien tidak mempunyai keluhan yang
terlalu berarti selain dari cepat merasa lelah dan nafsu makan yang menurun tidak
begitu signifikan. Beda halnya dengan pasien pada stadium dekompensata, dimana
sudah timbul banyak gejala yang membuat pasien tidak berdaya akibat hati gagal
mengkompensasi akumulasi kerusakan yang dialaminya. Berikut gejala-gejala
umum beserta dengan penjelasan patomekanismenya.
IV.1. Hipertensi Portal
Hati yang normal mempunyai kemampuan untuk mengakomodasi perubahan pada
aliran darah portal tanpa harus meningkatkan tekanan portal. Hipertensi portal
terjadi oleh adanya kombinasi dari peningkatan aliran balik vena portal dan
peningkatan tahanan pada aliran darah portal.
Meningkatnya tahanan pada area sinusoidal vascular disebabkan oleh faktor tetap
dan faktor dinamis. Dua per tiga dari tahanan vaskuler intrahepatis disebabkan oleh
perubahan menetap pada arsitektur hati. Perubahan tersebut seperti terbentuknya
nodul dan produksi kolagen yang diaktivasi oleh sel stellata. Kolagen pada akhirnya
berdeposit dalam daerah perisinusoidal.
Faktor dinamis yang mempengaruhi tahanan vaskular portal adalah adanya
kontraksi dari sel stellata yang berada disisi sel endothellial. Nitric oxide diproduksi
oleh endotel untuk mengatur vasodilatasi dan vasokonstriksi. Pada sirosis terjadi
penurunan produksi lokal dari nitric oxide sehingga menyebabkan kontraksi sel
stellata sehingga terjadi vasokonstriksi dari sinusoid hepar.
Hepatic venous pressure gradient (HVPG) merupakan selisih tekanan antara vena
portal dan tekanan pada vena cava inferior. HVPG normal berada pada 3-6 mm Hg.
Pada tekanan diatas 8 mmHg dapat menyebabkan terjadinya asites. Dan HVPG
diatas 12 mmHg dapat menyebabkan munculnya varises pada organ terdekat.
Tingginya tekanan darah portal merupakan salah satu predisposisi terjadinya
peningkatan resiko pada perdarahan varises utamanya pada esophagus.
IV.2. Edema dan Asites
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hati mempunyai peranan besar dalam
memproduksi protein plasma yang beredar di dalam pembuluh darah, keberadaan
protein plasma terutama albumin untuk menjaga tekanan onkotik yaitu dengan
mejaga volume plasma dan mempertahankan tekanan koloid osmotic dari plasma.
Akibat menurunnya tekanan onkotik maka cairan dari vaskuler mengalami
ekstravasasi dan mengakibatkan deposit cairan yang menumpuk di perifer dan
keadaan ini disebut edema.
Akibat dari berubahnya tekanan osmotic di dalam vaskuler, pasien dengan sirosis
hepatis dekompensata mengalami peningkatan aliran limfatik hepatik. Akibat
terjadinya penurunan onkotik dari vaskuler terjadi peningkatan tekanan sinusoidal

Meningkatnya tekanan sinusoidal yang berkembang pada hipertensi portal


membuat peningkatan cairan masuk kedalam perisinusoidal dan kemudian masuk
ke dalam pembuluh limfe. Namun pada saat keadaan ini melampaui kemampuan
dari duktus thosis dan cisterna chyli, cairan keluar ke insterstitial hati. Cairan yang
berada pada kapsul hati dapat menyebrang keluar memasuki kavum peritonium
dan hal inilah yang mengakibatkan asites. Karena adanya cairan pada peritoneum
dapat menyebabkan infeksi spontan sehingga dapat memunculkan spontaneus
bacterial peritonitis yang dapat mengancam nyawa pasien
IV.3 Hepatorenal Syndrome
Sindrome ini memperlihatkan disfungsi berlanjut dari ginjal yang diobsrevasi pada
pasien dengan sirosis dan disebabkan oleh adanya vasokonstriksi dari arteri besar
dan kecil ginjal dan akibat berlangsungnya perfusi ginjal yang tidak sempurna.kadar
dari agen vasokonstriktor meningkat pada pasien dengan sirosis, temasuk hormon
angiotensin, antidiuretik, dan norepinephrine.
IV.4. Hepatic Encephalopathy
Ada 2 teori yang menyebutkan bagaimana perjalanan sirosis heatis menjadi
ensephalopathy, teori pertama menyebutkan adanya kegagalan hati memecah
amino, teori kedua menyebutkan gamma aminobutiric acid (GABA) yang beredar
sampai ke darah di otak.
Amonia diproduksi di saluran cerna oleh degradasi bakteri terhadap zat seperti
amino, asam amino, purinm dan urea. Secara normal ammonia ini dipecah kembali
menjadi urea di hati, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pada
penyakit hati atauporosystemic shunting, kadar ammonia pada pembuluh darah
portal tidak secara efisien diubah menjadi urea. Sehingga peningkatann kadar dari
ammonia ini dapat memasuki sirkulasi pembuluh darah.
Ammonia mempunyai beberapa efek neurotoksik, termasuk mengganggu transit
asam amino, air, dan elektrolit ke membrane neuronal. Ammonia juga dapat
mengganggu pembentukan potensial eksitatory dan inhibitory. Sehingga pada
derajat yang ringan, peningkatan ammonia dapat mengganggu kosentrasi
penderita, dan pada derajat yang lebih berat dapat sampai membuat pasien
mengalami koma.
IV.5. Gejala-gejala lainnya
Pada pasien dengan sirosis hepatis dekompensata, sangat banyak gejala yang
muncul diakibatkan hati mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan
sehingga jika peranan ini terganggu maka akan banyak timbul abnormalitas dalam
kehidupan seorang penderita.
Adanya proses glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati membuat seseorang
tetap mempunyai cadangan energi dan energi apabila seseorang tidak makan,

namun pada pasien sirosis hepatis, kedua proses ini tidak berlangsung sempurna
sehingga pasien mudah lelah dan pada keadaan yang lebih berat pasien bahkan
tidak dapat melakukan aktivitas ringan.
Karena hati mempunyai peranan dalam memecah obat, sehingga pada sirosis
hepatis, ditemukan sensitivitas terhadap obat semakin menigkat, efek samping
obat lebih menonjol dariada implikasi medisnya sehingga pada penderita sirosis
hepatis, pemilihan obat harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Pada pasien sirosis juga ditemukan perdarahan spontan akibat adanya kekurangan
faktor faktor pembekuan yang diproduksi di hati. Memar juga dapat terjadi akibat
kekurangan faktor-faktor ini.
Perdarahan esofagus juga ditemukan karena adanya peningkatan tekanan vena
portal sehingga darah memberikan jalur cadangan pada pembuluh darah sekitar
untuk sampai ke jantung, maka darah melalui pembuluh darah oesofagus, karena
pembuluh darah ini kecil maka gesekan akibat makanan yang normalnya tidak
memberikan luka pada orang biasa membuat varises ini pecah sehingga timbul
darah. Darah ini dapat saja keluar melalui muntahan darah atau juga dapat melalui
tinja yang berwarna ter (hematemesis melena).
Hati juga mempunyai peranan dalam endokrin, sehingga sirosis dapat
memperlihatkan manifestasi endokrin seperti pada wanita terdapat kelainan siklus
menstruasi dan pada laki-laki ditemukan gynecomastia dan pembengkakan
skrotum.
V. Diagnosis
Diagnosis pada penderita suspek sirosis hati dekompensata tidak begitu sulit,
gabungan dari kumpulan gejala yang dialami pasien dan tanda yang diperoleh dari
pemeriksaan fisis sudah cukup mengarahkan kita pada diagnosis. Namun jika
dirasakan diagnosis masih belum pasti, maka USG Abdomen dan tes-tes
laboratorium dapat membantu
Pada pemeriksaan fisis, kita dapat menemukan adanya pembesaran hati dan terasa
keras, namun pada stadium yang lebih lanjut hati justru mengecil dan tidak teraba.
Untuk memeriksa derajat asites dapat menggunakan tes-tes puddle sign, shifting
dullness, atau fluid wave. Tanda-tanda klinis lainnya yang dapat ditemukan pada
sirosis yaitu, spider telangiekstasis (Suatu lesi vaskular ang dikelilingi vena-vena
kecil), eritema palmaris (warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan), caput medusa, foetor hepatikum (bau yang khas pada penderita sirosis),
dan ikterus
Tes laboratorium juga dapat digunakan untuk membantu diagnosis, Fungsi hati kita
dapat menilainya dengan memeriksa kadar aminotransferase, alkali fosfatase,
gamma glutamil transpeptidase, serum albumin, prothrombin time, dan bilirubin.

Serum glutamil oksaloasetat (SGOT) dan serum glutamil piruvat transaminase


(SGPT) meningkat tapi tidak begitu tinggi dan juga tidak spesifik.
Pemeriksaan radiologis seperti USG Abdomen, sudah secara rutin digunakan karena
pemeriksaannya noninvasif dan mudah dilakukan. Pemeriksaan USG meliputi sudut
hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan adanya massa. Pada sirosis lanjut,
hati mengecil dan noduler, permukaan irreguler, dan ada peningkatan ekogenitas
parenkim hati. Selain itu USG juga dapat menilai asites, splenomegali, thrombosis
vena porta, pelebaran vena porta, dan skrining karsinoma hati pada pasien sirosis.

Dari diagnosis sirosis ini kita dapat menilai derajat beratnya sirosis dengan
menggunakan klasifikasi Child Pugh.
Tabel I. Klasifikasi Child Pugh

Derajat Kerusakan Minimal Sedang

Berat

Satuan

Bilirubin (total)

<35>

35-50

>50 (>3)

mol/l
(mg/dL)

Serum albumin

>35

30-35

<30

g/L

Nutrisi

Sempurn
Mudah dikontrol
a

Sulit terkontrol

Ascites

Nihil

Tidak dapat
terkendali

Dapat terkendali dengan


pengobatan

Hepatic
encephalopathy

Nihil

minimal

Berat/koma

VI. Penatalaksanaan
Kebanyakan penatalaksaan ditujukan untuk meminimalisir komplikasi yang
disebabkan oleh sirosis mengingat sirosis merupakan kerusakan hati yang
ireversibel sehingga untuk memperbaiki struktur hati sepertinya tidak dapat
dilakukan.
Pengobatan firosis hati pada saat ini lebih mengarah kepada peradangan dan tidak
terhadap fibrosis. Di masa yang akan datang, menempatkan sel stellata sebagai
target pengobatan dan mediator fibrogenik akan merupakan terapi utama.
Interferon mempunyai aktifitas antifibrotik yang dihubungkan dengan pengurangan
aktivasi sel stellata bisa merupakan suatu pilihan.
Asites diterapi dengan tirah baring total dan diawali dengan diet rendah garam,
konsumsi garam sebanyak 5,2 gr atau 90mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasi
dengan obat-obatan diureitk. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan
dosis 100-200 mg sekali sehari. Respons diuretik bisa dimonitor dengan penurunan
berat badan 0,5kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1kg/hari bila edema kaki
ditemukan. Bila pemberian spironolaktine belum adequat maka bisa dikombinasi
dengan furosemide dengan dosis 20-40 mg/hari. Parasintesis dilakukan jika jumlah
asites sangat besar.
Pada pasien dengan adanya ensefalopati hepatik dapat digunakan laktulosa untuk
mengeluarkan amonia dan neomisin dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri
usus penghasil amonia.
Untuk perdarahan esofagus pada sebelum dan sesudah berdarah dapat diberikan
propanolol. Waktu pendarahan akut, dapat diberikan preparat somatostatin atau
okreotid dan dapat diteruskan dengan tindakan ligasi endoskopi atau skleroterapi.
VII. Prognosis
Prognosis sirosis hati sangat bervariasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor, meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyait lain yang menyertai.
Klasifikasi Child Pugh, juga dapat digunakan untuk menilai prognosis pasien sirosis
yang akan menjalani operasi.

Anda mungkin juga menyukai