Anda di halaman 1dari 93

STATISTIK DAERAH PROVINSI ACEH 2010

Katalog BPS

: 1101002.11

Ukuran Buku

: 17,6 cm x 25 cm

Jumlah Halaman

: 86 halaman

Naskah:
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit:
Bidang Integrasi Pengolahan dan Disemenasi Statistik
Diterbitkan Oleh:
Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh
Dicetak Oleh :

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan
publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 yang merupakan edisi
perdana sudah selesai dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Aceh. Penyusunan publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh
2010 ini merupakan wujud kepedulian BPS dalam menyediakan data
dan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat luas dalam bentuk
analisis terhadap data-data yang disajikan.
Penerbitan publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 dimaksudkan untuk melengkapi
ragam publikasi statistik yang telah rutin diterbitkan yaitu Aceh Dalam Angka 2010 yang juga
baru saja selesai disusun. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih yang menggambarkan
tentang kondisi daerah dalam bentuk uraian deskriptif sederhana.
Harapan kami semoga publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 ini menambah referensi
dan memberikan informasi yang bermanfaat sebagai dasar perencanaan, monitor dan evaluasi
berbagai kegiatan pembangunan di Provinsi Aceh.
Akhirnya kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan publikasi ini kami
ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya, dan semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa meridhoi segala usaha kita.
Banda Aceh, Desember 2010
Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Aceh,

Syech Suhaimi, SE, M.Si

Kata Sambutan
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
saya menyambut baik penerbitan publikasi Statistik Daerah yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi dan
kabupaten/kota. Penyusunan publikasi Statistik Daerah ini merupakan
inovasi dan pengembangan kegiatan perstatistikan serta
penyebarluasan informasi sebagai salah satu upaya untuk
mewujudkan visi BPS sebagai pelopor data statistik terpercaya untuk
semua .
Penerbitan publikasi Statistik Daerah dimaksudkan untuk melengkapi ragam publikasi statistik
yang telah tersedia di daerah seperti Daerah Dalam Angka (DDA) yang telah terbit secara rutin
dalam memotret kondisi daerah. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih yang
menggambarkan tentang kondisi daerah dalam bentuk tampilan uraian deskriptif sederhana.
Saya berharap, publikasi Statistik Daerah ini mampu memberikan informasi secara cepat dan
tepat kepada pemerintah daerah dan masyarakat yang dapat digunakan sebagai dasar
perencanaan, monitor dan evaluasi mengenai perkembangan pembangunan di berbagai sektor
serta membantu para pengguna data lainnya dalam memahami kondisi umum daerahnya.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi hingga terbitnya publikasi ini, dan semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa senantiasa meridhoi usaha kita.
Jakarta, Desember 2010
Kepala Badan Pusat Statistik,

DR. Rusman Heriawan

DAFTAR ISI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Geografis
Pemerintahan
Penduduk
Ketenagakerjaan
Pendidikan
Kesehatan
Perumahan dan Lingkungan
Pembangunan Manusia
Pertanian
Pertambangan dan Energi

1
3
7
11
15
21
25
29
35
43

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Industri Pengolahan
Konstruksi
Hotel dan Pariwisata
Transportasi dan Komunikasi
Perbankan dan Investasi
Harga-Harga
Pengeluaran Penduduk
Perdagangan
Pendapatan Regional
Perbandingan Regional

45
47
49
53
57
61
63
65
67
69

LETAK GEOGRAFIS DAN IKLIM


Hutan Aceh merupakan salah satu hutan terluas
Seebesar 60,80% dari total wilayah Aceh merupakan hutan belantara yang merupakan
paru-paru dunia. Sedangkan luas perkebunan sudah mencapai 12,81%

Provinsi

Aceh berada pada ujung Utara pulau


0

Sumatera secara geografis terletak pada lokasi 2 -6


0
0
Lintang Utara dan 95 -98 Bujur Timur. Luas daratan
2
Aceh sebesar 57.948,94 km yang didominasi oleh
wilayah Aceh pada daratan pulau Sumatera dengan
jumlah pulau keseluruhan sebanyak 119 pulau.

Wilayah

terluas daratan Aceh merupakan hutan


2

belantara yaitu seluas 35.239,25 km (60,80% dari


total wilayah Aceh). Hutan Aceh merupakan salah
satu hutan terluas di Indonesia yang menjadi paruparu dunia.

Batas-batas

wilayah Provinsi

Aceh, sebelah Utara

dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah


Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah
Barat dengan Samudera Indonesia. Satu-satunya
hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera
Utara.
Peta Provinsi Aceh

Komposisi Wilayah Aceh


Menurut Jenis Penggunaan

Statistik Geografis dan Iklim Provinsi Aceh


Uraian

Satuan

Luas
Jumlah pulau
Kecepatan angin
Suhu udara rata-rata
Kelembaban rata-rata
Hari hujan
Curah hujan
Desa di pesisir
Desa bukan pesisir
desa di lembah/DAS
Desa di lereng
Desa di dataran

km
pulau
m/s
0
C
%
hari/tahun
mm/tahun
desa
desa
desa
desa
desa

2009
57.948,94
119
4,8
25,4 - 28,3
78,7
158
1.576,76
678
5.746
427
1.020
4.299

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010 dan Statistik Indonesia 2009

Tahukah Anda?
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

***Luas wilayah Provinsi Aceh sebesar


3,03 % dari luas wilayah Indonesia***

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

LETAK GEOGRAFIS DAN IKLIM


Wilayah Aceh sangat rawan gempa bumi
BMKG Banda Aceh mencatat terjadi gempa bumi sebanyak 1.545 kali ; sebanyak 1.432 kali
pusat gempa di wilayah Aceh dan 113 kali berpusat di luar wilayah Aceh.

Suhu udara-rata tahun 2009 berkisar

antara 25,4 C

sampai dengan 28,3 C dengan suhu udara tertinggi


terjadi pada bulan Juni dan Juli. Rata-rata penyinaran
matahari sepanjang tahun 2009 berkisar antara 34,8
sampai dengan 69,0 persen dimana pada bulan
Februari, April dan Juni persentase penyinaran
matahari lebih tinggi daripada bulan lainnya.

Kelembaban

Perkembangan Suhu Rata-rata dan


Rata-rata Penyinaran Matahari

rata-rata 78,7 persen. Jumlah curah

hujan sepanjang tahun 2009 sebesar 1.576,76 mm


dengan jumlah hari hujan selama 158 hari. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, November
dan Desember 2009.

Tingginya

curah hujan di Aceh disebabkan oleh

luasnya wilayah penguapan air yang bersumber pada


lautan dan sungai yang pada umumnya berukuran
lebar dengan aliran yang panjang. Terdapat 73 buah
sungai (krueng) yang lebar dan panjang di Aceh
antara lain Krueng Aceh, Krueng Teunom, Krueng
Lamno dan lainnya.

Provinsi

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Aceh yang berada di ujung Utara Pulau

Sumatera merupakan wilayah yang rawan gempa


bumi, karena berada pada pertemuan dua lempeng
bumi yaitu lempeng Eurasia dan lempeng IndoAustralia. Lempeng ini sewaktu-waktu akan terjadi
pergeseran dan patahan yang akan menimbulkan
gempa tektonik bahkan gelombang tsunami.

Selama

tahun 2009 Badan Meteorologi, Klimatologi

dan Geofisika (BMKG) Banda Aceh mencatat telah


terjadi gempa bumi di Aceh sebanyak 1.545 kali
dengan rinciaan sebanyak 1.432 kali pusat gempa di
wilayah Aceh dan 113 kali gempa bumi yang berpusat
di luar wilayah Aceh.

Intensitas

gempa di Aceh tahun 2009 mengalami

penurunan dibanding tahun 2008 yang mencapai


jumlah 2.206 kali dengan jumlah gempa yang
berpusat di Aceh sebanyak 2.104 kali dan sebanyak
102 kali gempa dengan pusat di luar wilayah Aceh.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Jembatan diatas Krueng Aceh

Tahukah Anda?
***Wilayah Indonesia dikelilingi oleh
tiga lempeng dunia yaitu Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan
Lempeng Pasifik***

PEMERINTAHAN
Dalam waktu 7 tahun wilayah administrasi Aceh bertambah 130 persen
Pada tahun 2000 Provinsi Aceh terdiri dari 10 Kabupaten/Kota dan pada tahun 2007
dimekarkan menjadi 23 Kabupaten/Kota

Sejarah

pemerintahan Aceh dimulai sejak berdirinya

kerajaan Peureulak dan Pasai di pesisir Utara ujung


pulau
Sumatera.
Pada
zaman
Sultan
Ali
Mughayatsyah, pemerintahan kerajaan dipusatkan di
Bandar Aceh (sekarang Banda Aceh) dengan wilayah
pemerintahan meliputi sebagian besar pantai Barat
dan Timur Sumatera.

Kerajaan
Lambang Daerah Provinsi Aceh

Aceh mencapai puncak kejayaan pada

masa kesultanan Iskandar Muda pada permulaan


abad ke-17 Masehi.

Wilayah Administrasi
Jumlah Desa/Gampong Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2010

Wilayah

administrasi kabupaten/kota di Provinsi

Aceh telah mengalami beberapa kali pemekaran. Hal


ini kemungkinan sebagai konsekuensi dari berlakunya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah yang mulai efektif diterapkan pada
tahun 2001. Eforia pemekaran wilayah menjadi
sebuah daerah otonomi provinsi atau kabupaten/kota
terjadi di seluruh Indonesia.

Pada

tahun 2000 jumlah kabupaten/kota di Provinsi

Aceh masih sebanyak 10 kabupaten/kota. Tahun


2002 terjadi pemekaran wilayah menjadi 20
kabupaten/kota. Setahun kemudian yaitu tahun 2003
kembali
terjadi
pemekaran
menjadi
21
kabupaten/kota, dan pemekaran wilayah terakhir
terjadi pada tahun 2007 menjadi 23 kabupaten/kota.
Jumlah kecamatan sebanyak 276 kecamatan terdiri
dari 6.423 desa (gampong). Di Aceh juga terdapat
wilayah mukim sebanyak 755 mukim yang merupakan
wilayah pemerintahan berada diatas desa.

Tahukah Anda?
*** Di Aceh Gampong adalah sebutan
untuk Desa dan Geuchik adalah sebutan
untuk Kepala Desa ***
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

PEMERINTAHAN
Partai Lokal mengalahkan partai Nasional
Hasil pemilu legislatif tanggal 9 April 2009 telah menghantarkan Partai Aceh yang
merupakan partai Lokal sebagai pemenang dengan wakil di DPRA sebanyak 47,83 persen

Kabupaten

Aceh Utara merupakan wilayah


administrasi dengan jumlah desa yang paling banyak
yaitu sebanyak 852 desa atau 13,26 persen dari
jumlah desa di Aceh. Kemudian diikuti oleh
Kabupaten Pidie dengan jumlah desa sebanyak 727
desa (11,38%). Sedangkan wilayah yang mempunyai
jumlah desa yang paling sedikit yaitu Kota Sabang 18
desa (0,28%).

Aparatur Pemerintahan
Pada tanggal 11 Desember 2006 telah dilaksanakan
pemilihan kepala daerah secara langsung untuk
memilih pasangan gubernur dan wakil gubernur
Provinsi Aceh. Drh. Irwandi Yusuf, M.Sc dan
Muhammad Nazar, S.Ag sebagai salah satu
pasangan peserta pemilu dari calon independen
meraih suara terbanyak dan terpilih menjadi Gubernur
dan Wakil Gubernur Aceh periode 2007-2012. Pada
tanggal 8 Februari 2007 pasangan ini resmi dilantik
oleh Menteri Dalam Negeri M. Maruf menjadi
Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh yang pertama
dari hasil pemilihan langsung oleh rakyat Aceh.

Pemilihan

Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terplih


pada tanggal 8 Februari 2007

Jumlah Anggota DPRA Menurut Asal


Partai Politik Tahun 2009-2014

umum (pemilu) secara langsung pada

tanggal 9 April 2009 yang mengikutsertakan partai


lokal telah menghasilkan komposisi wakil rakyat yang
duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)
berbeda dari hasil pemilu sebelumnya. Partai Aceh
(PA) sebagai partai lokal mendominasi perolehan
kursi wakil rakyat di DPRA periode 2009-2014 yaitu
sebanyak 33 orang (47,83%) dari total 69 orang.
Sisanya berasal dari Partai Demokrat (10 orang)
Partai Golkar (8 orang), PAN (5 orang), PPP (4
orang), PKS (4 orang), PBB, PKB, Partai Patriot,
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai
Daulat Atjeh masing-masing satu orang.

Sumber : Sekretariat DPRA

Tahukah Anda?
***Pemilu Legislatif tahun 2009 diikuti
oleh 38 Partai Nasional dan 6 Partai
Lokal ***

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Proses Penghitungan suara di TPS pada PEMILU


Legislatif tanggal 9 April 2009

PEMERINTAHAN
Jumlah PNS perempuan lebih banyak dari PNS laki-laki
Pada tahun 2008 jumlah PNS yang mengabdi di Provinsi Aceh sebanyak 67.886 orang
laki-laki dan 77.064 orang perempuan

Pada tahun 2008 Aceh memiliki Pegawai Negeri Sipil

Jumlah PNS di Provinsi Aceh


Tahun 2007-2008

Tahun

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

2007

66.164

69.924

136.088

2008

67.886

77.064

144.950

2,60

10,21

6,51

% Perubahan

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Jumlah PNS Daerah di Pemerintahan


Provinsi Aceh Tahun 2009

(PNS) sebanyak 144.950 orang, terjadi penambahan


sebanyak 8.862 orang (naik 6,51%) dibanding kondisi
tahun 2007 yang jumlahnya sebanyak 136.088 orang.
Jumlah PNS perempuan lebih banyak dibandingkan
laki-laki pada tahun 2007 maupun 2008. Penambahan
jumlah
PNS
perempuan
juga
lebih
tinggi
dibandingkan laki-laki, yaitu PNS perempuan
bertambah 10,21 persen dan laki-laki bertambah 2,60
persen. Akibatnya komposisi PNS laki-laki dan
perempuan pada tahun 2008 menjadi 53,17 persen
perempuan dan 46,83 persen laki-laki.

Untuk

jumlah PNS Daerah pada pemerintahan

Provinsi Aceh beserta Satuan Kerja Perangkat


Daerah Aceh (SKPA) dibawahnya pada tahun 2009
terdapat sebanyak 8.651 orang. Sebagian besar
merupakan PNS golongan III (58,09 persen) dan
golongan II (32,85 persen. Sedangkan PNS dengan
golongan IV sebanyak 7,25 persen dan PNS
golongan I paling sedikit yaitu 1,81 persen.

Keuangan Daerah
Untuk
Sumber : Aceh Dalam Angka 2009

Sumber Pendapatan dalam


APBA Tahun 2008

pembiayaan pembangunan yang ditetapkan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh


(APBA), Pemerintah Aceh pada tahun anggaran 2008
memiliki dana sebesar 9,73 triliun rupiah. Anggaran
sebesar itu berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebesar 716,29 milyar rupiah (7,36%),
pendapatan transfer (Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, Dana Otonomi Khusus, dll) sebesar
6,19 triliun rupiah (63,67%), dan Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SILPA) tahun 2007 sebesar
2,82 triliun rupiah (28,97%).

Tahukah Anda?
***Bagian terbesar dari penerimaan
transfer 6,19 triliun rupiah adalah
komponen Dana Otonomi Khusus sebesar
3,59 triliun rupiah (57,95%)***
Sumber : Aceh Dalam Angka 2009

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

PEMERINTAHAN
Anggaran pembangunan Aceh tahun 2008 masih tersisa
Pada tahun anggaran 2008 realisasi belanja pembangunan Aceh mencapai 58,79 persen
sehingga masih tersisa dana sebesar 4,01 triliun rupiah.

Walaupun anggaran yang tersedia pada tahun 2008


sebesar 9,73 triliun rupiah, realisasi belanja daerah
pada tahun tersebut hanya sebesar 5,72 triliun rupiah
atau sekitar 58,79 persen. Sehingga pada tahun 2008
terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
sebesar 4,01 triliun rupiah yang akan digunakan
sebagai penerimaan pembiayaan pada tahun
anggaran 2009.

Realisasi

Alokasi Pembiayaan Pembangunan


APBA Tahun 2008

pembiayaan pembangunan pada tahun

anggaran 2008 sebesar 5,72 triliun rupiah didominasi


oleh belanja modal sebesar 45,66 persen, belanja
barang 26,92 persen dan belanja pegawai 11,21
persen. Sisanya sebesar 16,21 persen merupakan
belanja bantuan sosial, belanja hibah dan transfer ke
kabupaten/kota (bagi hasil pajak dan bagi hasil
pendapatan lainnya).

Sumber : Aceh Dalam Angka 2009

Komposisi Pendapatan Asli Aceh


Tahun 2008

PAD
Pendapatan

Asli

Daerah/Pendapatan

Asli

Aceh

(PAA) merupakan salah satu komponen penerimaan


dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh
(APBA). Penerimaan PAA mengalami peningkatan
setiap tahunnya bahkan PAA 2008 mengalami
peningkatan sebesar 50,19 persen dibandingkan
tahun 2007 yaitu dari 476,91 milyar rupiah menjadi
716,29 milyar rupiah.

PAA

terdiri dari lima komponen penerimaan yaitu

Pajak Aceh, Retribusi Aceh, Pendapatan Hasil


Pengelolaan Kekayaan Aceh yang dipisahkan dan
Hasil Penyertaan Modal Aceh, Zakat/Infaq, serta Lainlain Pendapatan Asli Aceh yang Sah.

Komponen

PAA terbesar pada tahun 2008 berasal

dari Pajak Aceh yaitu sebesar 464,32 milyar rupiah


atau sekitar 64,82 persen dari total PAA. Kemudian
dari komponen Lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang
Sah sebesar 158,86 milyar rupiah (22,18%).
Sedangkan sisanya terdiri dari tiga komponen
penerimaan masing-masing kurang dari 10 persen.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2009


Catatan :
A. Pajak Aceh
B. Retribusi Aceh
C. Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Aceh yang dipisahkan dan
Hasil Penyertaan Modal Aceh
D. Zakat/Infaq
E. Lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang
Sah

PENDUDUK
Pertambahan penduduk Aceh masih dibawah rata-rata Nasional
Pada periode 2000-2009 rata-rata penduduk Aceh bertambah 1,17 persen setiap tahun,
lebih rendah dari angka Nasional yang mencapai 1,35 persen per tahun

Penduduk
Penduduk

merupakan

pelaku

dalam

proses

pembangunan sekaligus sebagai objek yang akan


menikmati hasil pembangunan tersebut. Oleh
karenanya penduduk yang berkualitas merupakan
sumber daya yang tidak ternilai dalam peroses
membangun suatu bangsa. Sedangkan penduduk
yang tidak berkualitas akan menjadi beban dalam
proses pembangunan, karena bisa jadi akan
menimbulkan berbagai permasalahan sosial seperti
pengangguran, kemiskitan dan kriminalitas.

Oleh

Penduduk Aceh

Beberapa Indikator Kependudukan


Provinsi Aceh
Uraian

20001

20052

20083

20093

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Jumlah penduduk (ribu)

4.073,0 4.031,6 4.293,9 4.363,5

Rasio jenis kelamin

101,0

99,0

99,0

99,1

Jumlah rumah tangga

921,9

898,8

957,0

972,5

4,4

4,5

4,5

4,5

72

68

74

75

1,92

1,86

1,88

1,89

20002005

20002008

20002009

0,66

0,77

Rata-rata banyaknya
anggota rumah tangga
Kepadatan penduduk per
2
km
Persentase terhadap
penduduk Indonesia

19902000
Laju pertumbuhan
penduduk (%)

1,46

(0,20)

Sumber: Statistik Indonesia 2009


Catatan:
1 Hasil Sensus Penduduk 2000
2 Hasil Sensus Penduduk Aceh Nias 2005
3 Hasil estimasi penduduk berdasarkan sensus

karena itu berbagai upaya dilakukan oleh

pemerintah
bersama
penduduknya
untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan akses penduduk terhadap pendidikan,
kesehatan, layanan keluarga berencana/berkualitas
(KB), program subsidi terhadap komoditi strategis,
bantuan langsung terhadap penduduk miskin dan
sebagainya merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan

hasil sensus penduduk tahun 2000

jumlah penduduk di Provinsi Aceh tercatat sebanyak


4,07 juta jiwa. Kemudian setiap tahun mengalami
penambahan jumlah penduduk sehingga pada tahun
2009 diperkirakan jumlah penduduk Aceh sebanyak
4,36 jiwa atau memberikan kontribusi sebesar 1,89
persen terhadap total penduduk Indonesia.

Pada

periode 2000-2009 penduduk Aceh rata-rata

mengalami peningkatan sebesar 0,77 persen setiap


tahunnya. Angka ini masih dibawah rata-rata Nasional
sebesar 1,35 persen. Rendahnya laju pertumbuhan
penduduk Aceh periode tersebut disebabkan oleh
penurunan jumlah penduduk secara dramatis pada
akhir 2004 saat gempa bumi dan gelombang tsunami
menerjang wilayah Aceh dan menelan sekitar 200 ribu
korban jiwa manusia. Namun secara kondisi normal,
rata-rata laju pertumbuhan penduduk Aceh juga tidak
terlalu tinggi yaitu sekitar 1,62 persen pertahun.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

PENDUDUK
Aceh masih mempunyai wilayah yang sangat luas untuk penduduknya
Pada tahun 2009, setiap satu kilometer persegi wilayah Aceh ditempati oleh 77 orang penduduk.
Secara Nasional, setiap satu kilometer persegi wilayah Indonesia dihuni oleh 124 orang penduduk

Komposisi

penduduk laki-laki dan perempuan atau

rasio jenis kelamin pada tahun 2009 sebesar 99,1


artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
hampir seimbang yaitu setiap 1.000 orang perempuan
terdapat 991 orang laki-laki. Secara Nasional juga
menunjukkan jumlah laki-laki dan perempuan yang
hampir sama dengan rasio jenis kelamin sebesar
100,2 atau setiap 1.000 orang perempuan terdapat
1.002 orang laki-laki.

Jumlah

Tingkat Kepadatan Penduduk Aceh


dan Nasional

rumah tangga tahun 2009 diperkirakan

sebanyak 973 ribu rumah tangga dengan rata-rata


anggota rumah tangga sebesar 4,5 jiwa per rumah
tangga. Jumlah rata-rata anggota rumah tangga di
Aceh sedikit lebih besar dibandingkan dengan ratarata Nasional yang besarnya 4,0 jiwa per rumah
tangga. Indikator ini sangat dibutuhkan untuk melihat
beban tanggungan setiap rumah tangga secara sosial
ekonomi.

Tingkat

Sumb : Aceh Dal


Sumber
Dalam A
Angka
ka 2010 da
dan Statistik
Indonesia 2009

Piramida penduduk Aceh tahun 2009

kepadatan penduduk per luas wilayah

administrasi juga menjadi ukuran besarnya tanggung


jawab pemerintah terhadap kondisi sosial ekonomi
penduduknya serta kelestarian dan keseimbangan
lingkungan hidup. Wilayah dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai
permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan.

Pada tahun

Laki-laki

2009 tingkat kepadatan penduduk Aceh


2

sebesar 75 jiwa/km , masih jauh dibawah rata-rata


2
Nasional yang mencapai angka 124 jiwa/km . Namun
kondisi tersebut tidak merata untuk keseluruhan
wilayah
kabupaten/kota.
Kota
Banda
Aceh
merupakan wilayah terpadat di Provinsi Aceh dengan
2
tingkat kepadatan sebesar 3.459 jiwa/km .

Tahukah Anda?
*** Penduduk perempuan berpeluang
lebih
lama
hidup
dibandingkan
penduduk laki-laki***

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Perempuan

PENDUDUK
Distribusi penduduk antar kabupaten/kota tahun 2009 sangat timpang
Penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara sebesar 533 ribu jiwa dan paling sedikit di Kota
Sabang sebanyak 29 ribu jiwa sehingga rentang distribusi penduduk sebesar 504 ribu jiwa

Komposisi Penduduk Aceh Menurut


Kelompok Umur Tahun 2009

Struktur penduduk Aceh tahun 2009 dapat dilihat dari


piramida penduduk. Dasar piramida yang lebih sempit
dibanding bagian atasnya bisa memberikan indikasi
tingkat fertilitas/jumlah kelahiran yang semakin
menurun, namun juga bisa memberikan indikasi
masih tingginya angka kematian balita (0-4 tahun).
Untuk itu perlu ukuran statistik lainnya seperti angka
kematian bayi (infant mortality rate).

Sedangkan
Sumber : Susenas 2009

Jumlah Penduduk Menurut


Kabupaten/Kota Tahun 2009

struktur penduduk kelompok usia tua

memberikan gambaran jumlah perempuan lebih


banyak dari laki-laki. Indikasi ini memberikan
informasi bahwa perempuan mempunyai angka
harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Sedangkan

komposisi

penduduk

menurut

usia

produktif dan tidak produktif memberikan gambaran


tentang beban tanggungan. Persentase penduduk
Aceh usia produktif tahun 2009 sebesar 65,21 persen.
Dari data tersebut diperoleh angka beban
ketergantungan penduduk Aceh tahun 2009 sebesar
53,35 persen. Artinya setiap 100 orang penduduk usia
produktif terdapat 53 orang penduduk tidak produktif
yang secara ekonomis ditanggung oleh penduduk
produktif.

Penduduk Kabupaten/Kota
Kabupaten

Aceh

Utara

merupakan

wilayah

administrasi dengan jumlah penduduk yang paling


banyak yaitu sebanyak 532.537 jiwa atau 12,20
persen dari jumlah penduduk Aceh tahun 2009.
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Pidie dengan jumlah
penduduk sebanyak 386.053 jiwa (8,85%) dan
Kabupaten Bireuen sebanyak 359.032 jiwa (8,23%).

Sedangkan
Sumber : Susenas 2009

wilayah yang mempunyai penduduk

paling sedikit yaitu Kota Sabang sebanyak 29.184


jiwa (0,67%) dan Kota Subulussalam sebanyak
66.451 jiwa (1,52%).

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

PENDUDUK
Perempuan Aceh yang menikah pada usia dini masih cukup tinggi
Pada tahun 2009, sebanyak 8,64 persen dari total penduduk perempuan yang pernah kawin
melangsungkan perkawinan pertama pada usia 10-15 tahun

Walaupun

rata-rata pertumbuhan penduduk Aceh

periode 2008-2009 sebesar 1,62 persen, namun


sangat bervariasi menurut kabupaten/kota. Bahkan
terdapat dua daerah dengan pertumbuhan negatif
atau terjadi penurunan jumlah penduduk yaitu Kota
Banda Aceh sebesar -2,61 persen dan Kota Sabang
sebesar -0,13 persen. Sedangkan pertumbuhan
tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Jaya yaitu sebesar
9,67 persen.

Tingkat kepadatan penduduk Aceh pada tahun 2009


2

secara rata-rata setiap satu km luas wilayah dihuni


oleh 75 orang penduduk. Namun menurut
kabupaten/kota
kepadatan
penduduk
sangat
bervariasi yaitu terendah berada di Kabupaten Gayo
2
Lues sebesar 13 jiwa/km , dan terpadat penduduknya
berada di Kota Banda Aceh yaitu sebesar 3.459
2
jiwa/km . Jika
dikelompokkan,
sebanyak
13
kabupaten/kota mempunyai tingkat kepadatan
2
penduduk kurang dari 100 jiwa/km , 6 kabupaten/kota
2
dengan tingkat kepadatan antara 100-200 jiwa/km ,
dan hanya 4 kabupaten/kota dengan tingkat
2
kepadatan lebih dari 200 jiwa/km .

Laju Pertumbuhan Penduduk


dan Kepadatan Tahun 2009
Kabupaten/
Kota
(1)
Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pi d i e
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Pidie Jaya
Banda Aceh
Sabang
Langsa
Lhokseumawe
Subulussalam

Pertumbuhan
Penduduk
2008-2009
(%)
(2)
0,68
2,23
2,48
0,87
2,35
3,71
3,33
0,86
1,49
0,41
2,86
1,39
0,50
0,76
0,87
9,67
1,70
3,39
-2,61
-0,13
0,11
0,30
3,42

Aceh

1,62

Kepadatan
penduduk
(jiwa/km2)
(3)
40
39
56
42
56
44
54
105
135
189
165
53
13
125
32
22
79
236
3.459
191
535
879
66
75

Keluarga Berencana
Program

Keluarga Berencana (KB) dan penundaan

usia
perkawinan
pertama
pada
perempuan
merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi
penurunan tingkat fertilitas, karena berdampak
memperpendek masa reproduksi mereka. Perempuan
yang kawin pada usia sangat muda mempunyai resiko
terhadap keselamatan ibu maupun anak. Dengan
memberi kesempatan kepada perempuan untuk
bersekolah lebih tinggi dapat membantu menunda
usia perkawinan bagi seorang perempuan.

Dari

total

penduduk

perempuan

yang

pernah

menikah masih terdapat 8,64 persen menikah pada


usia dini yaitu 15 tahun atau kurang. Sedangkan
mayoritas usia perkawinan pertama adalah 19-24
tahun (45,59%).

10

Persentase perempuan pernah kawin


menurut umur perkawinan pertama, 2009

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Inkesmas 2010

KETENAGAKERJAAN
Pengangguran di Aceh berkurang
Pada tahun 2009 jumlah pengangguran sebanyak 165 ribu orang, sedangkan tahun 2008
sebanyak 171 ribu orang, terjadi pengurangan sebanyak 6 ribu orang

Angkatan Kerja
Indonesia

merupakan salah satu negara yang kaya

sumber daya manusia. Tenaga kerja manusia sebagai


salah satu faktor produksi sangat menentukan dalam
perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang banyak
namun tidak berkualitas justru akan memberikan
tingkat produktivitas yang rendah yang pada akhirnya
memperlambat pertumbuhan perekonomian.

Berdasarkan

Angkatan kerja laki-laki

1. Angkatan Kerja (000)

2008

2009

1.793

1.898

1.622

1.733

171

165

2. Bukan Angkatan Kerja (000)

1.180

1.139

3. TPAK (%)

60,32

62,50

9,56

8,71

- Bekerja
- Pengangguran

4. TPT (%)

Sumber: Inkesmas 2010

ketenagakerjaan

yang

digunakan di Indonesia, penduduk memasuki usia


kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun atau
lebih. Kelompok ini dibagi menjadi dua yaitu angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja.

Beberapa Indikator Ketenakakerjaan


Provinsi Aceh Tahun 2008-2009
Uraian

konsep

Angkatan

kerja adalah penduduk usia kerja yang

sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Sedangkan


bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja
yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga
atau lainnya (sakit, cacat, dan orang yang tidak
memungkinkan untuk bekerja).

Pada tahun 2009 di Aceh terdapat sebanyak 1,89 juta


angkatan kerja atau tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) sebesar 62,50 persen dari total penduduk
usia 15 tahun keatas. Jumlah ini mengalami
penambahan sekitar 104 ribu orang (5,83%)
dibanding tahun 2008 dimana jumlah angkatan
kerjanya mencapai 1,79 juta orang.

Dari 1,89 juta angkatan kerja terdapat 1,73 juta orang

Pelatihan terhadap angkatan kerja perempuan

penduduk bekerja (91,29%) dan sisanya 165 ribu


orang (8,71%) masih menjadi pengangguran (tingkat
pengangguran terbuka/TPT). Secara persentase
terjadi penurunan jumlah pengangguran tahun 2009
dibanding
tahun
2008
dimana
jumlah
penganggurannya mencapai 9,56 persen. Secara
nominal jumlah pengangguran tahun 2009 juga
mengalami penurunan sebanyak 6 ribu orang (3,53%)
dari 171 ribu orang menjadi 165 ribu orang.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

11

4
Tingkat

KETENAGAKERJAAN
Lebih sepertiga penduduk yang bekerja adalah perempuan
Pada tahun 2009 jumlah penduduk bekerja sebanyak 1,73 juta orang, yang terdiri dari 63,85 persen
laki-laki dan 36,15 persen perempuan

pengangguran terbuka (TPT) menurut jenis

kelamin lebih tinggi perempuan dibandingkan laki-laki.


TPT perempuan tahun 2009 sebesar 10,74 persen,
mengalami penurunan dibanding tahun 2008 yang
besarnya 13,97 persen. Sedangkan TPT laki-laki
tahun 2009 sebesar 7,52 persen, justru mengalami
peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang
mencapai 7,11 persen.

Berdasarkan

perbandingan jenis kelamin, dari 1,73

juta penduduk Aceh yang bekerja tahun 2009,


sebanyak 63,85 persen adalah laki-laki dan sisanya
36,15
adalah perempuan. Data ini memberikan
gambaran ternyata cukup banyak perempuan yang
bekerja di Aceh, ikut mencari nafkah bagi
keluarganya.

Sedangkan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)


Tahun 2008-2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Persentase angkatan kerja, bekerja


dan pengangguran tahun 2009

dari 165 ribu orang pengangguran,

sebanyak 54,22 persen laki-laki dan 45,78 persen


perempuan. Ternyata jumlah penganggur laki-laki
dan perempuan hampir sama. Hal ini membutuhkan
perhatian serius pemerintah dalam penyediaan
lapangan kerja, sehingga tidak hanya penganggur
laki-laki saja yang terserap dipasar kerja, melainkan
perempuan juga.

Persentase

penduduk

yang

bekerja

menurut

kelompok umur lima tahunan pada umumnya hampir


merata untuk setiap kelompok, kecuali pada kelompok
umut 15-19 tahun yaitu sebanyak 4,27 persen dari
1,73 juta penduduk yang bekerja.

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Persentase Penduduk Bekerja dan


Penganggur Tahun 2009
Kelompok Umur

Sedangkan struktur umur pengangguran lebih banyak


pada kelompok umur dibawah 30 tahun, yaitu umur
15-19 tahun sebanyak 21,83 persen, umur 20-24
tahun sebanyak 39,34 persen dan umur 25-29 tahun
sebanyak 18,55 persen. Tingginya persentase
pengangguran pada kelompok umur tersebut
disebabkan karena mereka baru menamatkan jenjang
pendidikan dan masih dalam tahap mencari
pekerjaan. Namun tidak tertutup kemungkinan
pengangguran tersebut disebabkan oleh tingkat
pendidikan dan keahlian yang kurang memadai.

12

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

15-19

Bekerja
4,27

Penganggur
21,83

20-24

12,26

39,34

25-29

14,37

18,55

30-34

13,97

8,63

35-39

13,57

5,20

40-44

11,06

2,82

45-49

9,42

2,05

50-54

7,74

0,92

55+

13,35

0,67

Jumlah

100,00

100,00

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

KETENAGAKERJAAN
Masih banyak penduduk yang bekerja dibawah jam kerja normal
Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang bekerja dengan jumlah jam kerja 35 jam atau lebih
dalam seminggu mencapai 54,62 persen, sisanya masih dibawah 35 jam dalam seminggu

Persentase Penduduk Bekerja dan


Pengangguran Menurut Tingkat
Pendididkan Tahun 2009
Tingkat Pendidikan

Bekerja

Penganggur

3,25

0,32

2. Tidak tamat SD

13,89

4,87

3. SD/sederajat

24,28

13,50

1. Tidak sekolah

4. SMP/sederajat

21,67

19,83

5. SMU/sederajat

26,49

51,19

6. Diploma/sarjana

10,42

10,29

Jumlah

100,00

100,00

Sumber : Inkesmas 2010

Pada

umumnya penduduk yang bekerja pernah

bersekolah, namun masih mempunyai tingkat


pendidikan yang rendah. Jumlah penduduk yang
bekerja dengan tingkat pendidikan tidak pernah
bersekolah hanya sebesar 3,25 persen. Sedangkan
penduduk bekerja dengan tingkat pendidikan tidak
tamat Sekolah Dasar sebanyak 13,89 persen.
Kemudian persentase penduduk bekerja dengan
tingkat
pendidikan
SD/sederajat
sampai
SMU/sederajat hampir sama yaitu berkisar antara 2127 persen. Sementara pekerja dengan pendidikan
yang tinggi jumlahnya masih rendah yaitu sekitar 10
persen. Data tersebut memberikan informasi bahwa
tingkat pendidikan pekerja di Aceh masih rendah.

Sedangkan penduduk

yang mengganggur hampir 90

persen mempunyai pendidikan SMU/sederajat atau


lebih
rendah.
Penanggur
dengan
ijazah
SMU/sederajat sendiri mencapai 51,19 persen. Hanya
10,29 persen pengangguran dengan tingkat
pendidikan diploma atau sarjana.

Jumlah Jam Kerja


Jumlah jam kerja dalam seminggu menentukan status
Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka
peningkatan produktivitas petani

Persentase Penduduk Bekerja Menurut


Jumlah Jam Kerja dalam Seminggu
Tahun 2009

pekerja apakah termasuk dalam pekerja dengan


jumlah jam kerja normal atau masih dibawah normal.
Jam kerja normal menurut konsep BPS adalah jika
bekerja selam 35 jam atau lebih dalam seminggu. Jika
bekerja dibawah jam kerja normal lebih sering disebut
dengan setengah pengangguran. Disamping itu
jumlah jam kerja dibawah jam kerja normal juga bisa
memberikan indikasi tingkat produktivitas pekerja
yang rendah.

Pada tahun 2009 persentase penduduk yang bekerja

Sumber : Inkesmas 2010

dengan jumlah jam kerja normal sebanyak 54,62


persen dari 1,73 juta penduduk Aceh yang bekerja.
Sisanya bekerja dengan jumlah jam kerja dibawah 35
jam dalam satu minggu yaitu antara 15-34 jam
sebanyak 36,27 persen, selama 1-14 jam sebanyak
7,35 persen dan sementara tidak bekerja (0 jam)
sebanyak 1,76 persen.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

13

KETENAGAKERJAAN
Sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja
Jumlah pekerja di sektor pertanian tahun 2009 mencapai 48,89 persen, sedikit meningkat dibanding
tahun 2008 yang mencapai 48,47 persen

Lapangan Usaha
Pertanian secara umum merupakan lapangan usaha

Persentase Penduduk yang Bekerja


Menurut Lapangan Usaha

yang paling banyak ditekuni masyarakat Aceh. Pada


tahun 2008 dan 2009 hampir separuh dari jumlah
penduduk yang bekerja menggantungkan nafkahnya
pada lapangan pertanian yaitu pertanian tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan
perikanan. Persentase yang bekerja di pertanian pada
tahun 2009 juga meningkat dibandingkan tahun 2008
yaitu dari 48,47 persen menjadi 48,89 persen.

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,


Perburuan dan Perikanan

Informasi

Listrik, Gas, dan Air

ini memberikan gambaran bahwa sektor

pertanian masih menjadi andalan masyarakat Aceh


sehingga pemerintah juga harus memberikan
perioritas pada sektor pertanian dalam menyusun
perencanaan pembangunan.

Jasa

kemasyarakaatan,

sosial

dan

perorangan

merupakan lapangan usaha


kedua
terbanyak
menjadi pilihan penduduk dalam bekerja. Sebanyak
19,13 persen penduduk bekerja pada sektor ini pada
tahun 2009. Jumlah ini mengalami peningkatan
2008 yang tercatat
dibandingkan dengan tahun
sebanyak 17,43 persen.

Kemudian

Pertambangan dan Penggalian


Industri

Konstruksi
Perdagangan,Rumah Makan dan Jasa
Akomodasi
Transportasi, Pergudangan dan
Komunikasi
Lembaga Keuangan, Real Estate,
Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan
Jumlah

2008

2009

48,47

48,89

0,53

0,62

5,35

4,66

0,17

0,23

6,40

6,09

15,59

15,26

5,48

4,50

0,58

0,62

17,43

19,13

100,00

100,00

Sumber : Inkesmas 2010

sektor perdagangan, rumah makan dan

jasa akomodasi sebanyak 15,26 persen, sedikit


mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 15,59
persen. Jumlah penduduk yang bekerja pada
lapangan usaha lainnya pada tahun 2009 masih
dibawah 10 persen.

Status Pekerjaan
Sebagian besar status pekerjaan

Persentase Penduduk yang Bekerja


Menurut Status Pekerjaan Tahun 2009

penduduk Aceh

yang bekerja pada tahun 2009 adalah sebagai


buruh/karyawan/pegawai, yaitu mencapai 31,44
persen. Kemudian yang berstatus bekerja sendiri
sebanyak 20,54 persen, berusaha dibantu buruh
tidak tetap/tidak dibayar sebesar 19,14 persen, dan
pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar 19,14
persen. Sedangkan status pekerjaan lainnya masih
dibawah 5 persen.

14

Uraian

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Susenas 2009

PENDIDIKAN
Dunia pendidikan di Aceh masih menghadapi banyak masalah
Keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai dan tenaga pengajar yang
kurang berkualitas merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan di Aceh

Pendidikan

merupakan

proses

pemberdayaan

peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam


membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat
pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi
pembangunan pendidikan secara formal maupun nonformal.

Dunia
Salah satu bangunan sekolah di Aceh

Keadaan Sekolah Umum di Aceh


Tahun 2009/2008
Jenjang
Sekolah

Jumlah
Skolah

Kelas

Guru

Murid

SD Negeri

3.140

20.826

42.979

500.787

SD Swasta

136

741

1.258

15.690

SMP Negeri

692

6.816

16.922

184.151

SMP Swasta

135

589

1.751

15.926

SMU Negeri

273

4.050

11.956

124.743

SMU Swasta

93

579

3.259

16.336

SMK Negeri

78

1.718

2.996

25.779

SMK Swasta

34

347

821

5.156

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Keadaan Sekolah Agama di Aceh


Tahun 2009/2010
Jenjang
Sekolah
MI Negeri

433

MI Swasta
MTs Negeri
MTs Swasta

Kelas

Guru

Murid

3.701

6.093

104.115

137

727

5.187

13.761

109

1.299

2.529

44.831

234

910

5.187

29.406

MA Negeri

68

771

1.541

28.210

MA Swasta

128

500

2.731

14.705

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

di

Provinsi

Aceh

masih

menghadapi banyak masalah, salah satunya adalah


keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan
yang kurang memadai dan tenaga pengajar yang
kurang berkualitas. Untuk itu berbagai cara telah
dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan
mengembangkan kurikulum, sehingga diharapkan
dapat menciptakan lulusan yang lebih berkualitas
yang dapat meningkatkan mutu sumber daya
manusia.

Jumlah Sekolah
Pada

tahun ajaran 2009/2010 di Provinsi Aceh

terdapat sekolah umum menurut tingkatan dengan


rincian SD negeri sebanyak 3.140 sekolah ditambah
136 SD swasta, SLTP negeri sebanyak 692 sekolah
ditambah 135 SLTP swasta, SMU negeri sebanyak
273 sekolah ditambah 93 SMU swasta, dan SMK
negeri sebanyak 78 sekolah serta SMK swasta
sebanyak 34 sekolah. Keseluruhan sekolah tersebar
di 23 kabupaten/kota se Provinsi Aceh.

Sedangkan untuk

Jumlah
Skolah

pendidikan

sekolah agama pada tahun ajaran

2009/2010 terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri


sebanyak 433 sekolah dan 137 MI Swasta. Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Negeri sebanyak 109 sekolah dan
234 MTs Swasta. Madrasah Aliyah (MA) Negeri
sebanyak 68 sekolah dan 128 MA Swasta. Untuk
sekolah agama pada tingkatan MTs dan MA jumlah
sekolah berstatus swasta lebih banyak daripada
sekolah berstatus negeri.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

15

PENDIDIKAN
Rata-rata jumlah murid dalam satu rombongan belajar masih tinggi
Jumlah murid dalam satu rombongan belajar (kelas) pada jenjang SMU negeri mencapai 31 orang,
pada MA negeri sebanyak 37 orang dan MTs negeri sebanyak 35 orang

Rasio Murid-Guru
Rasio murid guru merupakan

salah satu indikator

terukur untuk mengetahui rata-rata beban tanggung


jawab satu orang guru terhadap anak didiknya. Rasio
murid guru adalah perbandingan jumlah guru
terhadap jumlah murid. Semakin besar nilai rasio,
semakin berat beban tanggung jawab guru dalam
proses belajar mengajar.

Rasio

Rasio Murid-Guru, Murid-Rombel dan


Guru-Rombel pada Sekolah Umum
Tahun 2009/2010

murid terhadap guru pada sekolah umum

jenjang pendidikan SD Negeri sebesar 12 dan SD


Swasta sebesar 13, SMP Negeri sebesar 11 dan SMP
Swasta sebesar 9, SMU Negeri sebesar 10 dan SMU
Swasta sebesar 5, SMK Negeri sebesar 9 dan SMK
Swasta sebesar 6. Sedangka rasio murid terhadap
guru pada sekolah agama pada umumnya lebih besar
pada sekolah/madrasah negeri dibandingkan sekolah
swasta.

Rombel = Rombongan Belajar (Kelas)


Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Rasio Murid-Rombel, Guru-Rombel


Rasio murid terhadap rombongan belajar (rombel)
menunjukkan rata-rata jumlah murid untuk setiap
rombel (kelas). Semakil besar angkanya maka
semakin berat beban kelas, proses belajar mengajar
tidak efektif karena terlalu banyak murid dalam satu
kelas, yang bisa jadi ruangan kelas juga tidak
memadai. Sedangkan rasio guru terhadap rombel
menjadi ukuran ketersediaan guru untuk setiap
rombel.

Pada

sekolah umum rasio murid-rombel tertinggi

Sumber Foto: Aceh Desain

Rasio Murid-Guru, Murid-Rombel dan


Guru-Rombel pada Sekolah Agama
Tahun 2009/2010

pada SMU Negeri yaitu sebesar 31, dan pada sekolah


agama rasio diatas 30 terdapat pada MTs Negeri,
MTs Swasta dan MA Negeri.

Sedangkan untuk rasio Guru-Rombel pada umumnya


setiap rombel terdapat 2 sampai 3 orang guru, kecuali
pada SMU Swasta sebesar 6, dan pada sekolah
agama swasta. Artinya pada sekolah swasta pada
umumnya ketersediaan jumlah guru untuk setiap
rombel lebih banyak dibandingkan pada sekolah
negeri.

16

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

PENDIDIKAN
Angka melek huruf di Aceh lebih baik dibandingkan rata-rata Nasional
Jumlah murid dalam satu rombongan belajar (kelas) pada jenjang SMU negeri mencapai 31 orang,
pada MA negeri sebanyak 37 orang dan MTs negeri sebanyak 35 orang

Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota


Tahun 2009

Angka Melek Huruf


Angka melek huruf (AMH) sering digunakan sebagai
indikator keberhasilan pembangunan dibidang
pendidikan, karena dapat merefleksikan out come
pelaksanaan pendidikan dasar di suatu daerah.
Disamping itu, AMH dapat dijadikan alat ukur
keberhasilah program-program pengentasan buta
huruf, kemampuan penduduk menyerap informasi dari
berbagai
media,
dan
kemampuan
untuk
berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Angka melek
huruf dihitung berdasarkan persentase penduduk usia
15 tahun keatas yang mampu membaca dan menulis
huruf latin atau huruf lainnya.

Capaian AMH Provinsi Aceh dua tahun terakhir sudah


cukup baik yaitu 96,20 persen pada tahun 2008,
kemudian naik menjadi 96,39 persen pada tahun
2009. Angka ini merefleksikan jumlah penduduk usia
15 tahun atau lebih yang bisa membaca dan menulis
serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Angka Melek Huruf Aceh dan Nasional


Tahun 2008-2009

Angka

Melek Huruf (AMH) kabupaten/kota pada

tahun 2009 sudah menunjukkan kondisi yang lebih


baik walaupun masih ada beberapa kabupaten/kota
dengan AMH yang masih rendah. Masih terdapat 8
kabupaten/kota dengan AMH dibawah rata-rata
provinsi dan selebihnya sudah berada diatas rata-rata
provinsi.

Kabupaten

dengan AMH tertinggi adalah Kota

Lhokseumawe
yaitu
sebesar
99,22
persen,
sedangkan terendah adalah Kabupaten Gayo Lues
sebesar 86,97 persen.

Selama

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

tahun 2008-2009 AMH Provinsi Aceh lebih

tinggi dibandingkan rata-rata Nasional. Pada tahun


2008 AMH Nasional sebesar 92,19 persen, kemudian
naik menjadi 92,58 pada tahun 2009. Sedangkan
AMH Aceh pada tahun 2008 sebesar 96,20 persen
dan naik menjadi 96,39 persen pada tahun 2009.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

17

PENDIDIKAN
Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Banda Aceh tertinggi di Aceh
Tahun 2009 penduduk Kota Banda Aceh usia 15 tahun atau lebih rata-rata sudah menamatkan
pendidikan pada jenjang SMP/sederajat, dengan angka rata-rata lama sekolah 11,91 tahun

Rata-rata Lama Sekolah


Rata-rata lama sekolah (Mean Years of
Schooling/MYS) dapat dijadikan indikator rata-rata
tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk.
Semakin tinggi angka rata-rata sekolah, semakin
tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan. Target
yang ditetapkan oleh UNDP untuk rata-rata lama
sekolah sebesar 15 tahun, atau setara dengan tingkat
pendidikan Diploma III atau Akademi di Indonesia.
Jika dirinci, sembilan tahun untuk pendidikan dasar,
tiga tahun tingkat pendidikan menengah, dan selama
tiga tahun pada tingkat Akademi/D3.

Rata-rata Lama Sekolah


Kabupaten/Kota Tahun 2009

Rata-rata lama sekolah di kabupaten/kota pada tahun


2009 tertinggi berada di Kota Banda Aceh yaitu
sebesar 11,91 tahun. Artinya rata-rata penduduk Kota
Banda Aceh umur 15 tahun sudah menamatkan
pendidikan di SMP (selama 9 tahun) dan menduduki
jenjang pendidikan SMU/sederajat selama 2,91 tahun.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata
secara Provinsi Aceh yang mencapai 8,63 tahun.

Sedangkan

daerah dengan rata-rata lama sekolah

terendah terdapat di Kabupaten Nagan Raya yaitu


sebesar 7,34 tahun, atau baru menamatkan
SD/sederajat (selama 6 tahun) dan menduduki
jenjang pendidikan SMP/sederajat selama 1,34 tahun.
Masih terdapat 10 kabupaten/kota dengan rata-rata
lama sekolah dibawah angka rata-rata provinsi.

Perkembangan

Rata-rata Lama Sekolah Provinsi


Aceh dan Nasional Tahun 2008-2009

rata-rata lama sekolah di Provinsi

Aceh periode 2008-2009 sudah cukup baik dibanding


capaian secara Nasional. Rata-rata lama sekolah
Provinsi Aceh tahun 2008 sebesar 8,50 tahun, dan
naik menjadi 8,63 tahun pada tahun 2009. Sedangkan
capaian Nasional pada tahun 2008 sebesar 7,52
tahun, kemudian meningkat menjadi 7,72 pada tahun
2009. Namun jika dibandingkan dengan target UNDP
yaitu selama 15 tahun, capaian rata-rata lama sekolah
di Provinsi Aceh maupun Nasional masih jauh
tertinggal.

18

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

PENDIDIKAN
APS Kota Banda Aceh dan Pidie Jaya tertinggi tahun 2009
Di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Pidie Jaya APS kelompok umur 7-12 tahun sudah mencapai
100 persen. Sedangkan untuk usia 13-15 tahun sebesar 100 persen di Kota Banda Aceh

Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Tahun 2008-2009
Kelompok usia dan
jenis kelamin
7-12

13-15

16-18

2008

Untuk

2009

Laki-laki

99,08

98,83

Perempuan

99,05

99,35

Laki-laki + Perempuan

99,06

99,07

Laki-laki

93,70

93,15

Perempuan

94,57

95,57

Laki-laki + Perempuan

94,12

94,31

Laki-laki

71,50

70,49

Perempuan

73,13

74,92

Laki-laki + Perempuan

72,32

72,72

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

Angka Partisipasi Sekolah Menurut


Kabupaten/Kota Tahun 2009
Kelompok Umur Sekolah
Kabupaten/Kota
7-12

13-15

16-18

1. Simeulue

99,64

96,60

2. Aceh Singkil

99,35

91,33

69,72

3. Aceh Selatan

99,34

96,68

76,00

85,65

4. Aceh Tenggara

99,63

96,81

75,22

5. Aceh Timur

98,03

89,89

59,34

6. Aceh Tengah

99,01

93,82

67,09

7. Aceh Barat

98,68

95,70

80,33

8. Aceh Besar

98,82

95,09

77,45

9. Pi d i e

98,66

93,98

73,28

10. Bireuen

98,97

92,71

75,41

11. Aceh Utara

99,18

93,72

72,90

12. Aceh Barat Daya

99,68

89,80

73,37

13. Gayo Lues

99,26

96,14

78,00

14. Aceh Tamiang

99,73

96,48

70,22

15. Nagan Raya

98,85

88,86

65,78

16. Aceh Jaya

99,58

95,55

61,93

17. Bener Meriah

99,00

93,69

76,57

18. Pidie Jaya

100,00

97,63

70,59

19. Banda Aceh

100,00

100,00

72,38

20. Sabang

99,75

98,87

74,45

21. Langsa

99,13

97,98

76,73

22. Lhokseumawe

98,83

96,82

79,72

23. Subulussalam

97,96

91,50

76,64

99,07

94,31

72,72

ACEH

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

melihat seberapa banyak penduduk usia

sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas


pendidikan yang ada dapat dilihat dari persentase
penduduk yang masih bersekolah pada usia tertentu
yang lebih dikenal dengan angka partisipasi sekolah
(APS). Meningkatnya APS berarti menunjukkan
adanya keberhasilan di bidang pendidikan terutama
yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan
pelayanan pendidikan.

APS

anak-anak kelompok umur 7-12 tahun di

Provinsi Aceh pada tahun 2009 telah mencapai 99,07


persen, mengalami sedikit peningkatan dibandingkan
dengan tahun 2008 sebesar 99,06 persen. APS pada
kelompok umur ini tidak jauh berbeda antara laki-laki
dan perempuan.

Pada

kelompok umur 13-15 tahun APS mencapai

94,14 persen pada tahun 2008 dan naik menjadi


94,31 persen pada tahun 2009. APS perempuan
sedikit lebih tingggi dibandingkan laki-laki.

Sedangkan

pada kelompok umur 16-18 tahun yang

merupakan kelompok umur sekolah pada jenjang


pendidikan SMU/sederajat, APS Provinsi Aceh pada
tahun 2008 sudah mencapai 72,32 persen dan
meningkat menjadi 72,72 persen pada tahun 2009.

APS

menurut kabupaten/kota tahun 2009 pada

kelompok umur 7-12 tahun sudah cukup baik dengan


interval antara 97,96 persen (Kota Subulussalam)
sampai 100 persen. Sedangkan pada kelompok umur
13-15 tahun nilai APS berada pada interval 88,86
persen (Kabupaten Nagan Raya) sampai 100 persen.

Untuk

kelompok umur 16-18 tahun capaian APS di

beberapa kabupaten/kota masih rendah antara lain di


Aceh Timur sebesar 59,34 persen, Kabupaten Aceh
Jaya, Nagan Raya, Aceh Tengah dan Aceh Singkil
yang masih dibawah 70 persen. Sedangkan daerah
lainnya sudah mencapai angka diatas 70 persen.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

19

PENDIDIKAN
Di Aceh APM masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan APS
Siswa yang terlalu cepat masuk SD/sederajat, atau banyaknya siswa yang mengulang
(tidak naik kelas) akan mengakibatkan capaian APM jauh lebih rendah dari APS.

Angka Partisipasi Murni


Angka

partisipasi murni (APM) mengukur proporsi

anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam


tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD (usia 7-12
tahun), SLTP (usia 13-15 tahun) dan SLTA (usia 1618 tahun). Pada saat ini pemerintah telah
melaksanakan program wajib belajar sembilan tahun,
maka sasaran dari program tersebut adalah anakanak usia 7-12 tahun (SD) dan 13-15 tahun (SLTP).

APM SD selama tahun 2008-2009 mengalami sedikit


peningkatan, yaitu dari sebesar 96,16 persen menjadi
sebesar 96,95 persen. Begitupun APM tingkat SLTP
meningkat cukup besar yaitu dari sebesar 76,67
persen menjadi sebesar 77,40 persen. Demikian juga
dengan APM tingkat SLTA sedikit naik dari sebesar
62,05 persen menjadi sebesar 62,10 persen.

Untuk

jenjang pendidikan SD dan SMU, ternyata

capaian APM perempuan lebih besar dibandingkan


laki-laki. Hal ini memberikan informasi bahwa proporsi
perempuan yang bersekolah pada jenjang pendidikan
tersebut lebih banyak dibandingkan laki-laki.

APM

menurut kabupaten/kota tahun 2009 pada

kelompok umur 7-12 tahun berada pada rentang


91,04 persen (di Kabupten Aceh Selatan) hingga
98,90 persen (di Kabupaten Goyo Lues). Sedangkan
untuk kelompok umur 13-15 tahun terendah berada di
Kota Sabang (54,62 persen) dan tertinggi di
Kabupaten Pidie (85,70 persen). Untuk kelompok
umur 16-18 tahun APM tertinggi dicapai oleh
Simeulue sebesar 74,00 persen dan terendah di
Kabupaten Aceh Timur sebesar 49,15 persen.

Beberapa daerah

yang mempunyai APS yang tinggi

sedangkan APM rendah, memberikan gambaran


bahwa di daerah tersebut banyak siswa yang
bersekolah tidak tepat pada jenjang sekolah yang
seharusnya. Ini disebabkan oleh usia masuk sekolah
yang tidak sesuai dengan ketentuan, atau banyaknya
siswa yang mengulang (tidak naik kelas).

20

Angka Partisipasi Murni


Tahun 2008-2009

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Kelompok usia dan


jenis kelamin
7-12

13-15

16-18

2008

2009

Laki-laki

95,90

96,95

Perempuan

96,44

96,96

Laki-laki + Perempuan

96,16

96,95

Laki-laki

75,87

77,53

Perempuan

77,55

77,25

Laki-laki + Perempuan

76,67

77,40

Laki-laki

60,67

61,09

Perempuan

63,39

63,08

Laki-laki + Perempuan

62,05

62,10

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

Angka Partisipasi Murni Menurut


Kabupaten/Kota Tahun 2009
Kelompok Umur Sekolah
Kabupaten/Kota
7-12

13-15

16-18

1. Simeulue

94,82

77,60

2. Aceh Singkil

94,58

81,33

74,00
56,74

3. Aceh Selatan

91,04

83,58

51,83

4. Aceh Tenggara

98,16

84,92

70,51

5. Aceh Timur

97,56

80,43

49,15

6. Aceh Tengah

97,48

73,15

53,14

7. Aceh Barat

93,83

79,36

65,52

8. Aceh Besar

98,82

81,17

63,99

9. Pi d i e

97,32

85,70

64,34

10. Bireuen

97,25

75,15

65,57

11. Aceh Utara

97,55

71,46

65,42

12. Aceh Barat Daya

96,55

65,50

65,54

13. Gayo Lues

98,90

81,28

69,21

14. Aceh Tamiang

98,25

76,83

60,64

15. Nagan Raya

95,59

70,90

56,82

16. Aceh Jaya

97,60

73,55

54,87

17. Bener Meriah

97,29

79,73

64,89

18. Pidie Jaya

98,43

70,63

60,88

19. Banda Aceh

96,26

73,92

64,11

20. Sabang

96,66

54,62

73,84

21. Langsa

97,09

68,43

69,16

22. Lhokseumawe

97,62

85,46

67,79

23. Subulussalam

97,38

70,42

54,52

96,95

77,40

62,10

ACEH

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

KESEHATAN
Angka Harapan Hidup di Aceh masih dibawah angka Nasional
Pada tahun 2009 AHH Nasional sudah mencapai 69 tahun sementara Aceh 68,50 tahun,
dan tahun 2009 Nasional sudah mencapai 69,21 persen, Aceh sebesar 68,60 tahun

Tingkat

Sumber Foto : Serambinews.com

kesehatan merupakan salah satu indikator

dari tingkat kesejahteraan penduduk. Penduduk yang


mempunyai proporsi terbanyak dengan keluhan
penyakit mengindikasikan tingkat kesejahteraan yang
lebih rendah. Upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan penduduk terus dilakukan seperti
penyediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit
dan puskesmas, penyediaan tenaga kesehatan yang
cukup, dan kampanye budaya hidup sehat. Beberapa
indikator statistik yang dapat menggambarkan tingkat
kesehatan penduduk antara lain angka harapan
hidup, tingkat kesakitan, angka kematian bayi, angka
kematian ibu, balita kurang gizi, dan sebagainya.

Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup Aceh dan
Nasional Tahun 2008-2009

Angka

Angka
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah


kemungkinan
lamanya
seseorang
menjalani hidup sejak dia lahir sampai
meninggal. AHH Aceh tahun 2009 sebesar
68,60 tahun artinya peluang seorang bayi
yang lahir di Aceh pada tahun 2009 akan
menjalani hidup selama 68,60 tahun,
dalam situasi morbilitas yang berlaku di
Wilayah Provinsi Aceh.

harapan hidup (life expectancy) merupakan

salah satu indikator untuk mengevaluasi kinerja


pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup
yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program
sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,
kecukupan gizi dan kalori termasuk program
pengentasan kemiskinan.
harapan hidup (AHH) Provinsi Aceh periode

2008-2009 mengalami sedikit peningkatan. Pada


tahun 2008 AHH Provinsi Aceh mencapai 68,50
tahun, kemudian meningkat menjadi 68,60 tahun
pada tahun 2009. AHH Provinsi Aceh tahun 2009
sebesar 68,60 tahun dapat didefinisikan sebagai ratarata lama hidup yang akan dijalani oleh seseorang
yang lahir pada tahun 2009, dalam suatu situasi
morbilitas yang berlaku di lingkungan Provinsi Aceh.

AHH

Provinsi Aceh tahun 2008-2009 lebih rendah

dibandingkan angka Nasional. Pada tahun 2008 AHH


mencapai
69,00
tahun,
kemudian
Nasional
mengalami peningkatan menjadi 69,21 tahun pada
tahun 2009.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

21

KESEHATAN
Masih ada kabupaten yang belum punya rumah sakit
Pada tahun 2009 masih terdapat tiga kabaten yang belum mempunyai fasilitas kesehatan
berupa rumah sakit, yaitu Kabupaten Bener Meriah, Aceh Jaya dan Pidie Jaya

Berdasarkan

AHH

kabupaten/kota

tahun

2009,

terdapat 14 kabupaten/kota yang mempunyai AHH


diatas rata-rata provinsi (diatas 68,60) dan 9
kabupaten/kota
dengan
AHH
dibawahnya.
Kabupaten/kota yang mempunyai AHH dibawah ratarata angka provinsi pada umumnya kabupaten/kota
yang berada di pesisir pantai Barat-Selatan Aceh
yaitu Kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh
Selatan, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya dan Kota
Subulussalam. Untuk wilayah tengah Aceh terdapat
Kabupaten Gayo Lues dan Bener Meriah. Sedangkan
di pantai Utara-Timur Aceh terdapat Kabupaten Aceh
Tamiang. Sedangkan yang terendah adalah
Kabupaten Simeulue dengan AHH sebesar 62,91
tahun.

Kabupaten/kota

dengan

AHH

tertinggi

Angka Harapan Hidup Menurut


Kabupaten/Kota Tahun 2009

pada

umumnya berada pada wilayah Utara-Timur Aceh


yaitu tertinggi adalah Kabupaten Bireuen sebesar
72,32 tahun, kemudian Kota Sabang, Kabupaten
Aceh Besar, Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, Pidie
Jaya, Kota Banda Aceh, Lhokseumawe dan Langsa,
serta Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya di
wilaya Barat-Selatan Aceh dan Kabupaten Aceh
Tengah dan Tenggara di wilayah Tengah Aceh.

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Jumlah RS dan Dokter Tahun 2009


Kabupaten/ Kota

Fasilitas Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan

berupa rumah sakit di

Provinsi Aceh pada tahun 2009 sebanyak 47 unit


yang tersebar di 19 kabupaten/kota. Jumlah rumah
sakit terbanyak terdapat di ibu kota provinsi yaitu
Banda Aceh sebanyak 11 buah. Masih ada
kabupaten/kota yang belum mempunyai rumah sakit
pada tahun 2009 yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Bener
Meriah dan Pidie Jaya. Tiga kabupaten ini merupakan
daerah pemekaran, sehingga berbagai fasilitas
kesehatan masih mengandalkan kabupaten induknya.

Dengan

jumlah

fasilitas

rumah

sakit

di

Aceh

sebanyak 47 buah dan penduduk Aceh tahun 2009


sebanyak 4,3 juta jiwa maka rasio ketersedian rumah
sakit per jumlah penduduk sekitar 1 : 92 ribu jiwa.

22

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

RS

Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pi d i e
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Pidie Jaya
Banda Aceh
Sabang
Langsa
Lhokseumawe

1
1
1
1
2
2
1
1
2
3
1
1
1
2
1
11
2
5
8

Jumlah

47

Jumlah Dokter
Umum Spesialis Gigi
12
1
13
27
10
4
21
1
1
37
4
18
25
7
26
8
4
67
21
36
4
24
2
4
54
5
28
4
1
10
1
35
9
23
3
9
19
2
10
3
105
97
18
24
6
20
7
24
10
649

126

Catatan : termasuk dokter di Puskesmas


Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

129

KESEHATAN
Angka kesakitan di Aceh masih tinggi
Pada tahun 2009 di Kabupaten Aceh Timur 47,34 persen pendduknya mempunyai keluhan sakit,
termasuk Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Jaya dengan angka kesakitan diatas 40 persen

Angka Kesakitan (%) Tahun 2007-2008

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Sementara itu jumlah tenaga kesehatan berupa


dokter umum dan dokter spesialis sebanyak 775
orang diperoleh rasio tenaga kesehatan dokter per
jumlah penduduk Aceh tahun 2009 sebesar 1: 5.600
jiwa. Dokter umum dan dokter spesialis ini termasuk
yang bertugas di rumah sakit dan puskesmas yang
ada di kabupaten/kota. Namun tidak semua
kabupaten/kota memiliki dokter spesialis bahkan 15
kabupaten/kota belum mempunyai dokter spesialis.
Sedangkan ketersedian dokter gigi di Aceh pada
tahun 2009 tercatat sebanyak 129 orang.

Angka Kesakitan dan Rata-rata


Lama Sakit
Angka

Angka Kesakitan (%) Tahun 2009

kesakitan adalah persentase penduduk yang

mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu


aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum
pencacahan. Angka ini memberikan indikasi tentang
kondisi kesehatan penduduk di suatu wilayah.

Penduduk

yang mengalami keluhan kesehatan dan

merasa terganggu aktivitasnya pada tahun 2009


mengalami penurunan dibandingkan keadaan tahun
2008, yaitu dari 36,80 persen menjadi 35,28 persen.
Bahkan jauh menurun jika dibandingkan dengan
tahun 2007 yang mencapai 40,81 persen. Namun
angka ini masih berada diatas angka rata-rata
Nasional yaitu pada tahun 2007 sebesar 30,90 persen
dan tahun 2008 sebesar 33,24 persen.

Jika

dilihat menurut kabupaten/kota tahun 2009

ternyata terdapat 10 kabupaten/kota dengan tingkat


kesakitan yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata
provinsi. Angka kesakitan tertinggi terdapat di
Kabuptaen Aceh Timur yang mecapai 47,34 persen.
Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Jaya juga dua
daerah dengan angka kesakitan diatas 40 persen.

Sementara
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

itu persentase penduduk yang paling

sedikit mempunyai keluhan kesehatan pada tahun


2009 berada di Kabupaten Aceh Tenggara yaitu
sebanyak 18,76 persen.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

23

6
Indikator

KESEHATAN
Dukun tradisional di Aceh masih berperan dalam proses kelahiran
13,31 persen dari total kelahiran di Aceh tahun 2009 dibantu oleh dukun tradisional dalam
proses kelahiran, sedangkan setahun sebelumnya mencapai 16,03 persen

berikutnya ialah rata-rata lama sakit, yaitu

rata-rata lamanya keluhan sakit dirasakan yang


menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.
Rata-rata lama sakit tahun 2009 di Aceh sebesar 3,10
hari. Angka ini mengalami penurunan jika
dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 5,39 hari.
Berdasarkan kabupaten/kota pada tahun 2009,
jumlah hari sakit terlama berada di Kabupaten Aceh
Selatan yaitu rata-rata selama 5,41 hari, sedangkan
paling pendek berada di Kota Sabang yaitu rata-rata
selama 2,26 hari.

Rata-rata Lama Sakit (Hari)


Tahun 2009

Penolong Kelahiran Bayi


Selama

periode 2008-2009, persentase persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan


dan tenaga medis lain) meningkat yaitu dari 83,08
persen menjadi 85,85 persen. Paling banyak
persalinan bayi ditolong oleh bidan yaitu sebesar
73,09 persen pada tahun 2008 meningkat menjadi
76,49 persen pada tahun 2009.

Disisi

lain penolong persalinan oleh bukan tenaga

kesehatan masih cukup tinggi walaupun sudah


mengalami penurunan. Tenaga persalinan bukan
medis umumnya adalah dukun tradisional yaitu
mencapai 16,03 persen pada tahun 2008 dan 13,31
persen pada tahun 2009.

Namun

jika dilihat menurut kabupaten/kota tahun

2009, persentase tertinggi kelahiran yang dibantu


dukun tradisional terjadi di Kabupaten Aceh Barat,
yaitu sebesar 43,56 persen, kemudian diikuti oleh
Kabupaten Singkil sebesar 35,71 persen. Sedangkan
persentase terendah penolong kelahiran oleh dukun
tradisional terdapat di Kota Banda Aceh, Langsa dan
Lhokseumawe.

Tahukah Anda?
***Kabupaten Aceh Barat juga dikenal
dengan nama Bumi Teuku Umar***

24

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

Persentase Penolong Kelahiran Bayi


Tahun 2008-2009

Penolong Kelahiran Bayi

2008

2009

Tenaga Kesehatan
Dokter
Bidan
Tenaga Paramedis Lain

83,08
9,38
73,09
0,61

85,85
8,78
76,49
0,58

Bukan Tenaga Kesehatan


Dukun Tradisional
Famili/Lainnya

16,92
16,03
0,89

14,15
13,31
0,84

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN


Rumah dan Lingkungan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
Rumah
dapat sebagai
dijadikan sebagai
salahindikator
satu indikator
kesejahteraan
pemiliknya
umah dapat
dijadikan
salah satu
bagi bagi
kesejahteraan
pemiliknya

Manusia

dan alam lingkungannya baik lingkungan

fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak


dapat dipisahkan. Lingkungan fisik bisa berupa alam
sekitar yang alamiah dan yang buatan manusia.
Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam,
maka
manusia
berusaha
membuat
tempat
perlindungan, yang pada akhimya disebut rumah atau
tempat tinggal. Manusia sebagai makhluk sosial
selalu ingin hidup bersama dengan orang lain dan
berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga
satu persatu bangunan rumah tempat tinggal
bermunculan sampai terbentuk suatu pemukiman
rumah penduduk.

Rumah adat Aceh masih digunakan oleh


penduduk aceh terutama di daerah
perkampungan

Dalam

sepanjang kehidupannya, manusia selalu

membutuhkan rumah yang merupakan salah satu


kebutuhan pokok hidupnya selain sandang dan
pangan. Dengan kata lain, rumah merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat
terus bertahan hidup. Apabila rumah sebagai salah
satu kebutuhan pokok tersebut tidak dapat tersedia
maka manusia akan sulit untuk hidup secara layak.

Manusia

Rumah shelter merupakan rumah bantuan untuk


rakyat Aceh pasca tsunami

membutuhkan rumah disamping sebagai

tempat untuk berteduh atau berlindung, dari hujan


dan panas, rumah juga diperlukan untuk memberi
rasa aman penghuninya dari gangguan yang tidak
diinginkan. Rumah menjadi tempat berkumpul bagi
para penghuni rumah yang biasanya merupakan satu
ikatan keluarga. Rumah dapat dijadikan sebagai salah
satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya.
Semakin baik fasilitas yang dimiliki, dapat
diasumsikan semakin sejahtera rumah tangga yang
menempati rumah tersebut. Berbagai fasilitas yang
dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut
antara lain dapat dilihat dari jenis atap, jenis dinding,
jenis dan luas lantai rumah, sumber air minum,
fasilitas tempat buang air besar rumah tangga dan
juga tempat penampungan kotoran akhir.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

25

PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN


Tahun 2009 sebagian besar status kepemilikan rumah adalah milik sendiri
Sebanyak 77 persen lebih rumah tempat tinggal penduduk Aceh sudah berstatus milik sendiri,
sisanya berstatus kontrak/sewa, milik orang tua dan lainnya

Status kepemilikan rumah


Status

kepemilikan

rumah

tempat

tinggal

bisa

dijadikan indikator tingkat kesejahteraan penghuni


rumahnya. Penduduk yang menempati rumah sendiri
berarti sudah mempunyai aset atau kekayaan,
walaupun tingkat kekayaan yang dimiliki sangat
tergantung pada jenis, luas dan fasilitas rumah yang
dimiliki tersebut.

Pada

tahun 2009 persentase penduduk Aceh yang

menempati rumah dengan status milik sendiri


sebanyak 77,27 persen. Angka ini mengalami sedikit
penurunan dibanding tahun 2008 sebesar 77,95
persen. Hal ini bisa disebabkan oleh peningkatan
jumlah rumah tangga pada tahun 2009 tidak serta
merta mereka juga mempunyai rumah sendiri.

Sedangkan

persentase

kepemilikan

Persentase kepemilikan rumah


tahun 2008-2009

Status
kepemilikan rumah

2008

2009

(1)

(2)

(3)

77,95

Milik sendiri

77,27

Kontrak/sewa

6,82

6,60

Milik orang tua/keluarga

9,03

10,45

Lainnya

6,20

5,68

rumah

kontrak/sewa tahun 2009 sebanyak 6,60 persen, milik


orang tua/keluarga 10,45 persen dan lainnya seperti
rumah dinas, rumah bebas sewa dan lain-lain
sebanyak 5,68 persen (Tabel 7.1)

Kualitas perumahan
Salah satu ukuran kesehatan perumahan diantaranya

Sumber: Google Search

adalah luas lantai rumah. Luas lantai rumah selain


digunakan
sebagai
indikator
untuk
menilai
kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung
juga dikaitkan dengan sistem kesehatan lingkungan
keluarga atau tempat tinggal (perumahan). Luas lantai
erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau
rata-rata luas ruang untuk tiap anggota keluarga.

Persentase perumahan menurut kualitas


tahun 2008-2009

Persentase rumah penduduk Aceh dengan luas lantai


2

rata-rata perkapita kurang dari 10 m masih terdapat


sebanyak 30,14 persen pada tahun 2009. Angka ini
sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun
2008 yang mencapai angka 34,29 persen.

26

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Indikator
kualita perumahan
(1)

2008

2009

(2)

(3)

34,29

30,14

Air Minum Ledeng/ Kemasan

23,33

28,80

Jamban Sendiri

56,05

56,62

Jenis Kloset Leher Angsa

65,72

66,01

Luas Lantai Perkapita < 10 m

PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN


Kualitas perumahan dari sisi luas bangunan rumah di Aceh Timur belum memadai
Sebesar 48,70 persen dari total rumah tempat tinggal di Aceh Timur berukuran sempit yaitu
dengan luas kurang dari 10 m2 per setiap orang pernghuninya

Persentase rumah menurut luas lantai


dan sumber air minum
tahun 2009

Kabupaten/ Kota

% rumah
% rumah
dengan air
dengan luas
minum ledeng/
lantai perkapita
isi ulang/
2
< 10m
kemasan

(1)

Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pi d i e
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Pidie Jaya
Banda Aceh
Sabang
Langsa
Lhokseumawe
Subulussalam
Aceh

(2)

(3)

35,91
31,38
25,29
36,68
48,70
23,59
20,61
27,50
24,30
31,39
36,11
30,32
39,74
29,02
27,79
29,52
26,82
20,68
24,00
19,59
25,57
29,09
39,39

16,15
16,19
7,79
18,14
15,28
36,46
28,30
41,47
17,89
26,67
20,51
15,42
17,11
35,15
6,99
22,91
23,99
14,39
92,91
86,10
52,75
71,35
13,66

30,14

28,80

Jika

dilihat menurut kabupaten/kota tahun 2009, di

Kabupaten Aceh Timur sebanyak 48,70 persen rumah


tempat tinggal penduduknya mempunyai luas kurang
2
dari 10 m perkapita. Artinya hampir separo rumah di
Aceh Timur mempunyai ukuran luas yang relatif
sempit jika luas rumah yang ditempati dibagi dengan
jumlah anggota rumah tangga yang mendiaminya.
Sedangkan persentase terkecil terdapat di Sabang
yaitu hanya 19,59 persen rumah dengan rata-rata
luas lantai dibagi dengan jumlah penghuninya kurang
2
dari 10 m .

Sumber

air minum rumah tangga juga sangat

menentukan status kesejahteraan dan tingkat


kesehatan penghuni rumahnya. Kualitas air minum
yang tidak terjamin akan memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan. Air minum yang layak untuk
dikonsumsi berasal dari sumber yang sudah terjamin
kebersihannya. Sumber air minum yang berasal dari
ledeng atau isi ulang atau air minum dalam kemasan
dianggap lebih sehat dikonsumsi dibanding sumber
air minun lainnya seperti air sumur, air sungai, air
hujan dan sejenisnya.

Pada

tahun 2009 sebanyak 28,80 persen rumah

tangga di Aceh sudah menkonsumsi air minum yang


berasal dari ledeng/isi ulang/air kemasan. Namun
kondisi ini sedikit menurun dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai angka 30,14 persen.

Sumber : BPS, Inkesmas 2010

Jika

Sumber: Google Search

dilihat menurut kabupaten/kota, persentase

tertinggi jumlah rumah tangga yang menggunakan


sumber air minum ini terdapat di Kota Banda Aceh
yaitu mencapai angka 92,91 persen. Hal ini dapat
dimaklumi disamping distribusi air ledeng (PDAM)
sudah menjangkau hampir seluruh rumah tangga di
Kota Banda Aceh, juga air isi ulang sangat mudah
diperoleh di kota ini dengan harga yang cukup murah.
Sedangkan Kabupaten Nagan Raya dan Aceh
Selatan merupakan dua daerah dengan persentase
yang sangat sedikit rumah tangga pengguna air
ledeng/isi ulang/kemasan yaitu kurang dari 10 persen.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

27

PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN


Rumah tempat tinggal di Kabupaten Pidie banyak yang tidak memiliki jamban sendiri
Hanya 24,70 persen rumah tangga di Pidie yang mempunyai jamban sendiri, dan sisanya adalah rumah
tangga dengan jamban bersama, umum dan sebagian tidak punya jamban

Persentase

rumah dengan fasilitas jamban milik

sendiri secara rata-rata sebanyak 56,62 persen.


Sisanya masih menggunakan jamban secara
bersama, jamban umum, atau tidak mempunyai
jamban sama sekali. Rumah tangga yang tidak
mempunyai jamban biasanya berada di daerah aliran
sungai sehingga untuk keperluan buang air besar
tidak ada tempat khusus, melainkan di tempat
sepanjang aliran sungai tersebut.

Berdasarkan

wilayah kabupaten/kota, persentase

rumah tangga yang paling sedikit mempunyai jamban


sendiri adalah Kabupaten Pidie yaitu hanya 24,70
persen rumah tangga yang memiliki jamban sendiri.
Sedangkan persentase terbesar adalah di Kabupaten
Aceh Tamiang yaitu sebanyak 88,35 persen.
Jenis kloset yang digunakan oleh rumah tangga yang
memiliki jamban sendiri terbagi atas beberapa jenis
yaitu kloset leher angsa, plengsengan, cemplung atau
cubluk. Jenis kloset yang memenuhi standar
kesehatan adalah jenis kloset leher angsa karena
mempunyai bagian (leher) untuk menampung
genangan air sehingga tidak menimbulkan aroma
yang tidak sedap terhadap lingkungan perumahan.

Pada

tahun 2009 secara rata-rata sebanyak 66,01

persen rumah tangga yang mempunyai jamban


sendiri sudah menggunakan jenis kloset leher angsa.
Berdasarkan kabupaten/kota persentase tertinggi
terdapat di Kota Banda Aceh yaitu 98,75 persen.
Kemudian Kota Sabang sebanyak 94,50 persen dan
Kabupaten Aceh Besar sebanyak 94,46 persen.

Sedangkan

persentase

terendah

terdapat

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Kabupaten/Kota

% rumah
% rumah
dengan jamban
dengan jamban
kloset leher
milik sendiri
angsa

(1)

Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pi d i e
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Pidie Jaya
Banda Aceh
Sabang
Langsa
Lhokseumawe
Subulussalam
Aceh

di

Kabupaten Aceh Timur sebanyak 28,97 persen dan


Kabupaten Gayo Lues sebanyak 33,87 persen.
Artinya di dua kabupaten ini walaupun rumah tangga
menggunakan jamban sendiri/hanya untuk anggota
rumah tangga sendiri tetapi jenis kloset yang
digunakan masih belum sesuai dengan syarat
kesehatan rumah tangga dan lingkungan.

28

Persentase rumah menurut kepemilikan


jamban dan jenis kloset
tahun 2009

Sumber: Google Search

(2)

(3)

54,59
55,46
44,87
27,24
64,91
60,56
57,33
64,24
24,70
68,00
58,15
30,36
26,06
88,35
43,15
61,80
64,33
31,00
85,00
77,78
81,53
75,61
71,75

79,80
47,69
66,28
56,42
28,97
62,77
73,88
94,46
72,86
57,02
56,29
66,35
33,87
66,04
63,00
83,07
46,16
76,81
98,75
94,50
79,68
69,26
49,40

56,62

66,01

PEMBANGUNAN MANUSIA
Perubahan pencapaian pembangunan manusia di Aceh melambat
Pada tahun 2007 dan 2008 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Aceh masih diatas rata-rata nasional,
namun pada tahun 2009 IPM Aceh lebih rendah dibanding rata-rata nasional

Indeks Pembangunan Manusia


Perkembangan IPM Aceh dan Nasional
Tahun 2007-2009

Sumber : BPS, 2010

Secara khusus, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


mengukur capaian pembangunan manusia berbasis
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM
dihitung
berdasarkan
data
yang
dapat
menggambarkan keempat komponen yaitu angka
harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan;
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah
mengukur capaian
pembangunan di bidang
pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari
rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai
pendekatan pendapatan yang mewakili capaian
pembangunan untuk hidup layak.

Periode
Tahukah Anda?
***Peringkat IPM Aceh pada
tahun 2009 adalah posisi ke17 dari 33 provinsi. Peringkat
ini sudah dicapai mulai dari
dua tahun sebelumnya yaitu
tahun 2007 dan 2008***

tahun

perkembangan

IPM

Provinsi Aceh menunjukkan peningkatan setiap


tahunnya. Pada tahun 2007 IPM Provinsi Aceh
sebesar 70,35 dan meningkat menjadi 70,76 pada
tahun 2008. Tahun 2009 meningkat lagi menjadi
71,31. Jika dibandingkan dengan capaian IPM secara
Nasional, IPM Provinsi Aceh pada tahun 2007 dan
2008 berada diatas angka IPM Nasional. Namun
pada tahun 2009, IPM Aceh berada dibawah angka
Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun
2009 rata-rata perubahan capaian pembangunan
manusia secara Nasional lebih cepat dibandingkan
dengan yang terjadi di Aceh.

Perubahan

SMA.N.1. Pante Raja Aceh Selatan, sarana


peningkatan kualitas SDM dibidang pendidikan

2007-2009

nilai IPM dari tahun ke tahun pada

dasarnya merupakan pengurangan jarak IPM


terhadap nilai idealnya yaitu 100. Besarnya
perubahan tersebut digambarkan oleh angka reduksi
shortfall. Angka ini juga menjelaskan seberapa besar
atau seberapa cepat terjadi perubahan pembangunan
yang terjadi selama satu tahun di suatu wilayah
terutama pada dimensi penghitungan IPM yaitu
bidang kesehatan, pendidikan dan standar hidup
layak, yang berdampak pada capaian peningkatan
kualitas hidup. Semakin besar nilai reduksi shortfall
semakin besar terjadinya peningkatan angka IPM.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

29

8
Reduksi

PEMBANGUNAN MANUSIA
Tiga wilayah dengan IPM tertinggi tidak berubah pada tahun 2008-2009
Pada tahun 2008 dan 2009 rangking teratas IPM di Aceh tidak berubah yaitu tertinggi diperoleh
oleh Kota Banda Aceh, kemudian Kota Lhokseumawe dan Kota Sabang

shortfall IPM Aceh pada tahun 2008

(perubahan IPM dari 2007 ke 2008) mencapai angka


1,39, dan pada tahun 2009 naik menjadi 1,90. Ini
memberikan informasi bahwa peningkatan kualitas
hidup penduduk selama dua tahun terakhir terus
meningkat dan semakin membaik. Peningkatan
tersebut lebih cepat terjadi pada periode tahun 2008
ke tahun 2009 dibandingkan pada periode tahun
2007 ke tahun 2008.

Namun

jika

dibandingkan

dengan

Perkembangan Reduksi Shortfall IPM


Aceh dan Nasional

capaian

pembangunan manusia secara nasional, perubahan


capaian IPM rata-rata secara Nasional lebih cepat
dibandingkan dengan yang terjadi di Provinsi Aceh.
Hal ini terlihat dari angka reduksi shortfall Nasional
lebih tinggi dibandingkan dengan angka Provinsi
Aceh. Reduksi Shortfall Nasional pada tahun 20072008 mencapai 1,98 dan pada tahun 2008-2009
sebesar 2,06.

Sumber : BPS, 2010

IPM Kabupaten/Kota
IPM

kabupaten/kota

periode

tahun

2008-2009

semuanya memperlihatkan suatu peningkatan.


Perbedaan kecepatan peningkatan IPM antara satu
kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya
menyebabkan pergeseran urutan posisi IPM
kabupaten/kota.

Urutan

lima kabupaten/kota dengan IPM tertinggi

tahun 2009 adalah Kota Banda Aceh pada posisi


pertama yang diikuti oleh Kota Lhokseumawe, Kota
Sabang, Kabupupaten Aceh Tengah dan Kota
Langsa. Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2008
berada pada urutan ke lima, tahun 2009 naik ke posisi
empat menggantikan Kabupaten Aceh Besar yang
tidak masuk lima besar lagi pada tahun 2009. Pada
tahun 2009 Kabupaten Aceh Besar turun ke peringkat
enam. Sedangkan Kota Langsa pada tahun 2008
berada pada peringkat enam, naik menjadi peringkat
lima pada tahun 2009.

Potret kehidupan anak-anak di salah satu


kampung nelayan di Aceh

IPM Kabupaten/Kota Tertinggi dan


Terendah Tahun 2008-2009
Urutan IPM Tertinggi
Kabupaten/Kota

2008

2009

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

IPM

Kabupaten/Kota

IPM

Kota Banda Aceh

76,74 Gayo Lues

Kota Lhokseumawe

75,00 Aceh Singkil

68,12

Kota Sabang

75,00 Subulussalam

68,42

Aceh Besar

72,84 Nagan Raya

68,47

Aceh Tengah

72,81 Simeulue

68,60

Kota Banda Aceh

77,00 Gayo Lues

67,59

Kota Lhokseumawe

75,54 Aceh Singkil

68,29

67,17

68,74

Kota Sabang

75,49 Nagan Raya

Aceh Tengah

73,22 Subulussalam

68,85

Kota Langsa

73,20 Simeulue

68,92

Sumber : BPS, 2010

30

Urutan IPM Terendah

Tahun

PEMBANGUNAN MANUSIA
IPM Aceh pada tahun 2009 terendah 67,59 dan tertinggi 77,00
Pada tahun 2009 Kabupaten Gayo Lues mempunyai IPM terendah di Aceh yaitu sebesar 67,59 dan
Kota Banda Aceh mempunyai IPM tertinggi yaitu sebesar 77,00

IPM Kabupaten/Kota Tahun 2009

Untuk

lima urutan terendah IPM tahun 2009 adalah

Kabupaten Gayo Lues pada urutan terakhir yaitu


urutan ke 23 dari 23 kabupaten/kota. Kemudian diikuti
oleh Kabupaten Aceh Singkil, Nagan Raya,
Subulussalam
dan
Simeulue.
Untuk
lima
kabupaten/kota dengan IPM terendah ini terjadi
pergeseran posisi jika dibandingkan dengan IPM
tahun 2008, yaitu Kabupaten Nagan Raya pada tahun
2008 pada urutan ke 20, turun menjadi urutan ke 21
pada tahun 2009. Sedangkan Kota Subulussalam
yang semula urutan ke 21 meningkat menjadi urutan
ke 20 pada tahun 2009.

Variasi

pencapaian

IPM

antar

kabupaten/kota

memberikan gambaran adanya ketidakmerataan


perkembangan di berbagai sektor pembangunan.
Ketidakmerataan
ini
dapat
dilihat
dengan
menggunakan indikator IPM karena indikator yang
terangkum dalam IPM merupakan indikator penting
dan mendasar dibidang kesehatan, pendidikan, dan
standar hidup layak.
Sumber : BPS, 2010

Tahukah Anda?
*** IPM tertinggi di wilayah
pantai Barat-Selatan Aceh
yaitu Kabupaten Aceh Barat
hampir sama dengan IPM
terendah di wilayah pantai
Utara-Timur Aceh yaitu
Kabupaten Aceh Timur***

Pada tahun 2009 IPM tertinggi sebesar 77,00 yaitu di


Kota Banda Aceh, sedangkan terendah di Kabupaten
Gayo Lues sebesar 67,59. Dengan IPM Provinsi Aceh
tahun 2009 sebesar 71,31, maka terdapat 10
kabupaten/kota dengan IPM diatas angka provinsi
dan 13 kabupaten/kota dengan IPM berada
dibawahnya.

Keseluruhan kabupaten/kota yang berada di wilayah


pantai Barat-Selatan Aceh yaitu Kabupaten Aceh
Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya,
Aceh Selatan, Aceh Singkil, Simeulue, dan Kota
Subulussalam mempunyai IPM dibawah angka IPM
Provinsi Aceh. Untuk wilayah pantai Utara-Timur Aceh
terdapat Kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Timur
dengan IPM berada dibawah angka provinsi.
Sedangkan wilayah Tengah Aceh terdapat Kabupaten
Gayo Lues, Bener Meriah dan Aceh Tenggara
dengan IPM berada dibawah angka provinsi.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

31

PEMBANGUNAN MANUSIA
Kemiskinan di Aceh masih tinggi dan berada diatas rata-rata nasional
Pada periode tahun 2007-2009 persentase penduduk miskin di Aceh lebih tinggi dibandingkan
persentase penduduk miskin di Indonesia

Penduduk Miskin
Dalam analisis kemiskinan dikenal beberapa indikator
penting yang dapat digunakan untuk mengukur
fenomena kemiskinan. Indikator yang paling sering
digunakan adalah head-count ratio (P0). Ukuran ini
memberikan gambaran tentang proporsi (persentase)
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Garis kemiskinan merupakan suatu batasan minimal


jumlah rupiah per jiwa yang dikeluarkan rumah tangga
selama sebulan untuk kebutuhan dasar minimum
anggota rumah tangga, baik untuk makanan maupun
untuk non makanan (pengeluaran untuk pakaian,
pendidikan,
kesehatan,
dan
perumahan).
Penghitungan didasarkan pada hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) setiap tahunnya.

Garis

Garis Kemiskinan (rupiah)


Daerah
2007

2008

2009

Kota

246.375

266.168

292.428

Desa

206.724

229.237

249.546

Kota+Desa

218.143

239.873

261.898

Kota

187.942

204.896

222.123

Desa

146.837

161.831

179.835

Kota+Desa

166.697

182.636

200.262

ACEH

NASIONAL

Sumber : BPS, 2010

Persentase Penduduk Miskin Aceh


dan Nasional Tahun 2007-2009
Jumlah Penduduk Miskin (%)
Daerah

kemiskinan tahun 2009 Provinsi Aceh untuk

daerah perkotaan sebesar 292.428 rupiah, meningkat


sebesar 9,87 persen dari tahun 2008 yang besarnya
266.168 rupiah. Sedangkan garis kemiskinan daerah
perdesaan juga mengalami peningkatan sebesar 8,86
persen yaitu dari 229.237 rupiah pada tahun 2008
menjadi 249.546 rupiah pada tahun 2009. Secara
rata-rata garis kemiskinan di Provinsi Aceh tahun
2009 sebesar 261.898 rupiah atau meningkat sebesar
9,18 persen dibanding tahun 2008 yang besarnya
239.873 rupiah. Garis kemiskinan Provinsi Aceh jauh
lebih tinggi bila dibandingkan dengan garis
kemiskinan rata-rata secara nasional.

Periode

2007

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

2008

2009

ACEH
Kota

18,68

16,67

15,44

Desa

29,87

26,30

24,37

Kota+Desa

26,65

23,53

21,80

Kota

12,65

11,65

10,72

Desa

20,37

18,93

17,35

Kota+Desa

16,58

15,45

14,15

NASIONAL

Sumber : BPS, 2010

Perkembangan Penduduk Miskin


Aceh dan Nasional

tahun 2007-2009 tingkat kemiskinan di

Provinsi Aceh terus mengalami penurunan. Pada


tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat sebesar
26,65 persen, kemudian turun menjadi 23,53 persen
pada tahun 2008 dan turun lagi menjadi 21,80 persen
pada tahun 2009. Persentase penduduk miskin di
Aceh jauh berada di atas persentase penduduk
miskin secara nasional. Pada tahun 2007 penduduk
miskin di Indonesia sebesar 20,37 persen, kemudian
turun menjadi 18,93 persen pada tahun 2008 dan
turun lagi menjadi 17,35 persen pada tahun 2009.

32

Garis Kemiskinan Aceh dan Nasional


Tahun 2007-2009

Sumber : BPS, 2010

PEMBANGUNAN MANUSIA
Berdasarkan indikator kemiskinan, ketimpangan pembanguan antar wilayah masih tinggi
Pada tahun 2009 persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 27,97 persen yaitu di Kabupaten
Pidie Jaya dan terendah sebesar 8,64 persen di Kota Banda Aceh

Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk


Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten/Kota Tahun 2009

miskin masih banyak terkonsentrasi di daerah


perdesaan daripada di daerah perkotaan, meskipun
tingkat penurunan persentase penduduk miskin di
daerah perdesaan lebih besar dari pada daerah
perkotaan. Pada tahun 2007, terdapat sebesar 29,87
persen penduduk miskin yang tinggal di daerah
perdesaan kemudian turun menjadi 26,30 persen
pada tahun 2008, dan turun lagi menjadi 24,37 persen
pada tahun 2009.

Sedangkan persentase penduduk miskin di perkotaan


tahun 2007 sebesar 18,68 persen, kemudian turun
menjadi 16,67 persen pada tahun 2008, dan turun lagi
menjadi 15,44 persen pada tahun 2009. Secara
nasional persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan juga lebih tinggi dibanding di daerah
perkotaan selama periode 2007-2009.

Jika

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

dilihat menurut kabupaten/kota tahun 2009,

terdapat 11 kabupaten/kota dengan persentase


penduduk miskin berada diatas persentase penduduk
miskin Provinsi Aceh. Persentase penduduk miskin
tertinggi terdapat di Kabupaten Pidie Jaya yaitu
sebesar 27,97 persen. Kemudian diikuti oleh
Kabupaten Aceh Barat, Kota Subulussalam,
Kabupaten Bener Meriah, Nagan Raya, Pidie, Aceh
Utara, Simeulue, Goyo Lues, Kota Sabang dan
Kabupaten Aceh Jaya.

Sementara

Pendataan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan


Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

itu terdapat 12 kabupaten/kota dengan

persentase penduduk miskin dibawah angka


persentase penduduk miskin Provinsi Aceh. Daerah
tersebut adalah Kabupaten Bireuen, Aceh Tengah,
Aceh Barat Daya, Aceh Timur, Aceh Singkil, Aceh
Besar, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Aceh Tenggara,
Kota Langsa, Kota Lhokseumawe dan Kota Banda
Aceh. Sedangkan daerah dengan persentase
penduduk miskin terendah adalah Kota Banda Aceh
yaitu sebesar 8,64 persen, dan merupakan satusatunya kabupaten/kota dengan tingkat penduduk
miskin berada dibawah angka 10 persen.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

33

PEMBANGUNAN MANUSIA
Ketimpangan distribusi pendapatan di Aceh relatif lebih rendah dibanding Nasional
Pada tahun 2009 gini rasio di Aceh sebesar 0,29, lebih rendah dibandingkan capaian Nasional
yaitu sebesar 0,35

Gini Rasio
Gini

rasio adalah salah satu ukuran ketimpangan

pendapatan penduduk secara menyeluruh. Gini rasio


didasarkan pada kurva Lorenz yaitu kurva 2 dimensi
antara distribusi penduduk (persentase kumulatif
penduduk) dan distribusi pengeluaran perkapita
(persentase kumulatif pengeluaran perkapita). BPS
menghitung gini rasio berdasarkan data survei sosial
ekonomi nasional (Susenas) khususya dari modul
konsumsi yang dilakukan setiap tiga tahun sekali.

Gini Rasio Aceh dan Nasional


Tahun 2008-2009

Pada tahun 2009 angka gini rasio Aceh sebesar 0,29,


sedikit meningkat dibandingkan tahun 2008 yang
besarnya 0,27. Hal ini meggambarkan bawah tingkat
ketimpangan pendapatan penduduk Aceh tahun 2009
lebih besar dari pada tahun 2008.

Angka

gini

rasio

Nasional

juga

Sumber : www.bps.go.id

menunjukkan

peningkatan yaitu dari 0,35 pada tahun 2008 menjadi


0,37 pada tahun 2009. Jika dibandingkan dengan
angka gini rasio Nasional, gini rasio Aceh masih jauh
lebih rendah. Artinya secara rata-rata ketimpangan
pendapatan penduduk di Aceh lebih rendah
dibandingkan ketimpangan pendapatan penduduk
secara rata-rata di Indonesia.

Tahukah Anda?
*** Angka Gini Rasio
Kabupaten/Kota se Indonesia
belum bisa dihitung BPS
disebabkan jumlah sampel
Susenas yang belum
mencukupi ***

34

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber Foto : Geoggle image

Potret kemiskinan akibat disparitas pendapatan

PERTANIAN
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Aceh
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Aceh tahun 2009 mencapai 33,69 persen dan
terdapat 50,87 persen penduduk yang bekerja di sektor pertanian

Usaha
Komposisi Wilayah Aceh Menurut Jenis
Penggunaan Tahun 2009 (hektar)

sektor pertanian masih medapat perhatian

utama
oleh
pemerintah
dalam
mewujudkan
peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini sangat
relevan karena sebagian besar rakyat Indonesia
masih berusaha di sektor pertanian (tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan).

Demikian

juga di Propinsi Aceh, sektor pertanian

masih memberikan sumbangan terbesar pada PDRB


Aceh. Kontribusi sektor pertanian pada pembentukan
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun
2009 mencapai 33,69 persen tanpa migas, dan sekitar
27,40 persen dengan migas. Sedangkan penduduk
yang bekerja di sektor pertanian mencapai 860,5 ribu
jiwa atau sekitar 50,87 persen dari seluruh penduduk
Aceh yang bekerja.

Lahan pertanian

yang tersedia di Aceh masih cukup

luas untuk budidaya tanaman pertanian. Tahun 2009


terdapat 310.880 hektar sawah, 494.573 hektar
tegal/kebun, 270.893 hektar ladang dan 817.357
hektar perkebunan. Lahan pertanian yang sementara
belum diusahakanpun cukup luas.

Membangun
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

sektor pertanian berarti meningkatkan

ketahanan pangan, meningkatkan daya serap tenaga


kerja sektor pertanian, yang berarti menekan
pengangguran, dan yang paling utama adalah
meningkatkan kesejahteraan petani.

Pemerintah

telah dan sedang mencanangkan upaya

peningkatan produksi komoditi pertanian guna


memenuhi kebutuhan pangan nasional. Untuk
maksud tersebut, diperlukan dukungan sarana dan
prasarana produksi yang memadai dari hulu sampai
ke hilir, termasuk dukungan kebijakan Pemerintah
terhadap rumah tangga usaha tani.

Beberapa program
Hamparan tanaman padi sawah yang luas di
Provinsi Aceh

pemerintah terkait dengan usaha

peningkatan produksi tanaman pangan khususnya


padi telah membuahkan hasil. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya produksi padi di Aceh dari tahun ke
tahun.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

35

PERTANIAN
Produksi padi Aceh mengalami peningkatan
Dengan tersedianya benih unggul dan adanya pupuk di setiap daerah serta didukung oleh
kecukupan air sehingga produksi padi pada tahun 2009 mencapai 1,57 juta ton

Padi

Perkembangan Luas Panen dan


Produksi Padi Tahun 2006-2009

Dalam empat tahun terakhir (2006-2009), luas panen,


produktivitas dan produksi padi di Aceh berfluktuasi.
Pada tahun 2006 produksi padi sawah dan ladang
sebanyak 1,35 juta ton gabah kering giling (GKG),
selanjutnya pada tahun 2007 produksi padi melonjak
menjadi 1,53 juta ton GKG (naik 12,58 %).
Sedangkan pada tahun 2008 produksi padi
mengalami penurunan menjadi 1,40 juta ton GKG
(8,87 persen). Penurunan produksi pada tahun 2008
disebabkan luas panen merosot tajam dari 360,72
ribu hektar tahun 2007 menjadi 329,11 ribu hektar
pada tahun 2008.

Pada

tahun 2009 produksi padi kembali meningkat

mencapai 1,57 juta ton GKG. Peningkatan produksi


padi pada tahun 2009 disebabkan oleh peningkatan
luas panen dari 329,11 hektar tahun 2008 menjadi
359,38 hektar pada tahun 2009 atau naik 9,19 persen
dan juga produktivitas mengalami peningkatan dari
42,61 kwintal per hektar di tahun 2008 menjadi 43,32
kwintal per hektar tahun 2009.

Peningkatan

produksi

tidak

terlepas

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

produktivitas tanaman padi setiap

tahunnya tidak terlepas dari berhasilnya berbagai


progam peningkatan produktivitas yang dilakukan
instansi terkait seperti program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN) dengan menggantikan benih
lokal menjadi benih hibrida atau unggul dan
kecukupan pupuk di seluruh daerah sentra produksi
padi serta didukung dengan beberapa irigasi yang
sudah diperbaiki akibat rusak pada saat musibah
gemba dan gelombang tsunami.

36

Perkembangan Produktivitas Padi


(Kwintal/Hektar)

dari

meningkatnya produktivitas setiap tahunnya dalam


periode 2006-2008 yaitu pada tahun 2006 sebesar
42,11 kwintal per hektar, tahun 2007 produktivitas
42,35 kwintal per hektar, tahun 2008 sebesar 42,61
kwintal per hektar. Sedangkan pada tahun 2009
kembali mengalami peningkatan menjadi 43,32
kwintal per hektar.

Meningkatnya

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Padi Sawah di Provinsi Aceh

PERTANIAN
Produksi beras Aceh melebihi kebutuhan konsumsi masyarakatnya
Pada tahun 2009 produksi beras mencapai 889,82 ribu ton, sedangkan kebutuhan konsumsi
sekitar 606,53 ribu ton, sehingga kelebihan beras sebanyak 283,29 ribu ton

Produksi Beras
Seiring
Perbandingan Data Produksi dan
Kebutuhan Beras Tahun 2009

dengan pertumbuhan penduduk di Provinsi

Aceh yang terus meningkat tentu memerlukan


ketersedian pangan yang cukup terutama beras.
Pada tahun 2009 jumlah penduduk Aceh telah
mencapai 4.363,5 (ribu) jiwa. Dengan asumsi
konsumsi beras pertahun/kapita sebanyak 139 kg,
maka diperlukan beras untuk tahun 2009 sebanyak
606,53 ton dan dari hasil angka tetap tahun 2009
produksi padi di Provinsi Aceh sebanyak 1,57 juta ton
GKG atau setara beras 889,82 ribu ton, berarti
Provinis Aceh untuk tahun 2009 surplus beras
sebanyak 283,29 ribu ton.

Selama

ini kebutuhan

beras

masyarakat

Aceh

semuanya terpenuhi dari produksi sendiri, namun


demikian ada beberapa kabupaten/kota perlu
mengimpor beras dari kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Aceh. Kota Banda Aceh pada tahun 2009
dengan jumlah penduduk sekitar 224,21 ribu jiwa
membutuhkan beras per tahun sebanyak 31,16 ribu
ton sementara beras produksi sendiri hanya mencapai
237 ton sehingga Kota Banda Aceh menduduki
peringkat pertama yang harus mengimpor beras untuk
kebutuhan konsumsi yaitu sebanyak 30,93 ribu ton.
Disusul Kota Lhokseumawe 18,98 ribu ton, Kota
Langsa 18,01 ribu ton dan Kabupaten Singkil 11,64
ribu ton.

Untuk

Tahukah Anda?
***Tahun 2009 Aceh surplus beras,
namun juga impor beras***

daerah dataran tinggi yang ada di Provinsi

Aceh yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener


Meriah kedua kabupaten ini lebih terfokus pada
tanaman hortikultura sehingga untuk kebutuhan beras
perlu mengimpor dari daerah lain masing-masing
sebesar 7,90 ribu ton dan 9,84 ribu ton. sedangkan
kabupaten lumbung beras dan harus mengekspor
karena surplus adalah Kabupaten Aceh Utara
diperingkat pertama sebanyak 59,16 ribu ton,
kemudian Kabupaten Aceh Timur sebanyak 48,19
ribu ton, Pidie sebanyak 46,12 ribu ton dan Aceh
Besar sebanyak 44,16 ribu ton

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

37

PERTANIAN
Wilayah Utara-Timur Aceh sentra produksi tanaman padi
Hampir 50 persen luas sawah yang ada di Aceh berada di empat kabupaten di wilayah Utara-Timur
Aceh yaitu Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie dan Aceh Besar

Lahan Sawah

Persentase Luas Lahan Sawah


Menurut Jenis Irigasi Tahun 2009

Lahan sawah yang sudah mempunyai irigasi di Aceh


pada tahun 2009 seluas 194,62 ribu hektar (62,60%
dari 310,88 hektar yaitu luas sawah yang ditanami).
Sebagian besar luas lahan sawah irigasi merupakan
irigasi teknis yaitu sebesar 50 persen. Sedangkan
irigasi teknis masih sebesar 5 persen. Lainnya adalah
irigasi sederhana 23 persen dan irigasi desa/non PU
22 persen.

Luas

lahan sawah secara keseluruhan baik yang

beririgasi maupun tidak seluas 398,97 ribu hektar


dengan rinciannya adalah yang bisa ditanami padi
tiga kali dalam setahun seluas 1,22 ribu hektar, dua
kali dalam setahun seluas 170,93 ribu hektar dan satu
kali dalam setahun 138,72 ribu hektar, 34,62 ribu
hektar tidak ditanami padi dan sisanya seluas 53,47
ribu hektar sementara tidak
diusahakan. Untuk
Provinsi Aceh luas lahan sawah didominasi oleh
lahan sawah tadah hujan yaitu sekitar 50,34 persen.

Lahan

sawah yang ditanami padi pada tahun 2009

seluas 310,88 ribu hektar, yang terbesar berada di


wilayah pantai Timur yaitu Aceh Utara 47,82 ribu
hektar, Pidie 37,37 ribu hektar, Aceh Timur 35,59 ribu
hektar dan Aceh Besar 28,26 ribu hektar. Sedangkan
di wilayah pantai Barat-Selatan Aceh terdapat
Kabupaten Nagan Raya 18,59 ribu hektar, Aceh Barat
15,46 ribu hektar, Aceh Jaya 13,15 ribu hektar dan
Aceh Selatan 12,10 ribu hektar. Luas lahan sawah
terkecil berada diwilayah Kota Sabang dan Banda
Aceh masing-masing 10 hektar dan 48 hektar.

Tahukah Anda?
***50% lebih lahan sawah di Aceh masih
mengandalkan air hujan (tadah hujan) ***

38

Lahan Sawah Menurut Frekuensi


Penanaman Tahun 2009

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Distribusi Luas Lahan Sawah Tahun 2009

PERTANIAN
Sebgaian besar petani padi di Aceh adalah petani gurem
Jumlah petani gurem yaitu yang mengusahakan lahan seluas setengah hektar atau kurang
tahun 2009 mencapai 50,92 persen dari seluruh petani padi di Aceh

Penguasaan Lahan Pertanian


Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani
Padi yang Menguasai Lahan Pertanian
Tahun 2009

Sumber : Pendataan Lengkap Usaha Tani (PLUT)


Tahun 2009

Jumlah

rumahtangga usaha tanaman padi yang

menguasai lahan pertanian adalah sebanyak 430,73


ribu rumahtangga. Sebahagian besar yaitu 50,92
persen atau 219,66 ribu rumah tangga menguasai
lahan untuk menanam padi dibawah setengah hektar
(gurem). Hal ini menunjukan bahwa untuk
mensejahterakan petani padi masih jauh dari harapan
karena petani menanam padi hanya untuk memenuhi
konsumsinya sendiri dengan menghasilkan padi
sekitar 2,2 ton untuk lahan setengah hektar.
Rumahtangga yang penguasaan lahan 0,5 1 hektar
sebanyak 100,74 ribu rumahtangga atau 23,39
persen dan sisanya 110,66 ribu rumahtangga (25,69
persen) menguasai lahan pertanian diatas satu
hektar.

Jagung
Tanaman

Produksi Jagung dan Kedelai


Tahun 2009

Jagung

Kedelai

Tahun Produksi Pertum- Produksi Pertum(ton) buhan (%) (ton) buhan (%)
2006

96.838

25.495

2007

125.155

29,24

19.025

(25,38)

2008

112.894

(9,80)

43.885

130,67

2009

137.753

22,02

63.538

44,78

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

jagung merupakan tanaman pengganti

beras diantara beberapa tanaman pangan lainnya,


Provinsi Aceh dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2009 produksi jagung mengalami perubahan yang
berfluktuatif, ditahun 2007 produksi jagung mencapai
125,16 ribu ton naik sekitar 29,24 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya
berproduksi 96,84 ribu ton pipilan kering.

Karena

cuaca yang tidak menentu (ektrim) pada

tahun 2008 menyebabkan pada tahun tersebut


mengalami penurunan produksi sebesar 9,80 persen
atau sekitar 12,26 ribu ton jika dibandingkan dengan
tahun 2007. Pada tahun 2009 kembali terjadi
kenaikan produksi sebesar 22,02 persen.

Daerah sentra produksi jagung pipilan kering adalah


Kabupaten Aceh Tenggara hampir mencapai 70
persen dari total produksi yang ada di Provinsi Aceh,
sisanya berada di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh
Tamiang.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

39

PERTANIAN
Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah adalah sentra prduksi kopi
Lebih dari 85 persen produksi kopi Aceh berasal dari Kabupaten Aceh Tengah (58,26%)dan
Kabupaten Bener Meriah (27,23%)

Kedelai
Produksi Kacang kedelai ditahun 2009 mencapai
63,54 ribu ton biji kering, mengalami peningkatan
44,78 persen atau sekitar 19,65 ribu ton bila
dibandingkan dengan tahun 2008, Kabupaten
penghasil kedelai terbesar adalah di Kabupaten
Bireuen disusul Kabupaten Pidie Jaya. Produksi
kacang kedelai di Provinsi Aceh secara Nasional
berada di posisi ke empat (6,52 persen) setelah
Provinsi Jawa Timur (36,86 persen), Jawa Tengah
(17,97 persen) dan Nusa Tenggara Barat (9,84
persen).

Produksi Kedelai Beberapa Provinsi di


Indonesia Tahun 2009

Produktivitas kacang kedelai di Provinsi Aceh


mencapai 14,09 kuintal per hektar, masih di atas ratarata produktivitas Nasional yang hanya 13,48 kuintal
per hektar, hal ini menunjukan bahwa provinsi Aceh
sebagai salah satu wilayah yang sangat sesuai untuk
dikembangkan tanaman kedelai.

Kopi
Produksi

kopi tahun 2009 mencapai 48,65 ribu ton

yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Daerah


penghasil kopi terbanyak di Provinsi Aceh adalah di
dua kabupaten potensi yaitu Kabupaten Aceh Tengah
dan Bener Meriah, lebih dari setengahnya atau 58,26
persen (28,34 ribu ton) diproduksi oleh Kabupaten
Aceh Tengah, 13,25 ribu ton (27,23 persen)
dihasilkan dari Kabupaten Bener Meriah sedangkan
Kabupaten Pidie hanya menghasilkan 1,99 ribu ton
(4,08 persen), sisanya 10,42 persen menyebar di
kabupaten/kota lainnya.
Tanaman kopi di Provinsi Aceh hampir seluruhnya
menanam jenis tanaman kopi Arabica dengan
produksi 48,65 ribu ton atau sekitar 97,72 persen dari
total produksi, kopi robusta produksinya hanya 2,28
persen atau sekitar 1,14 ribu ton. Namun yang lebih
specific adalah seluruh tanaman kopi merupakan
tanaman perkebunan rakyat.

40

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Produksi Kopi Tahun 2009

PERTANIAN
Wilayah Utara-Timur Aceh potensi ternak sapi
Total populasi ternak sapi di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Tamian
dan Aceh Aceh Besar mencapai 81,91 persen dari total populasi sapi di Aceh tahun 2009

Sapi Potong
Populasi Ternak Sapi Potong dan
Kerbau Hasil PLUT tahun 2009

Hasil

pendataan lengkap usaha tani (PLUT) tahun

2009 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi


potong di Provinsi Aceh yang ada di rumahtangga
sebanyak 378,11 ribu ekor yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota. Namun populasi ternak sapi potong
terbanyak berada di wilayah pantai Utara-Timur Aceh

Kabupaten

potensi populasi sapi potong terdapat di

Aceh Utara dengan jumlah populasi sebanyak 63,93


ribu ekor dengan konstribusi sekitar 16,91 persen dari
total populasi sapi di Provinsi Aceh. Kemudian
Kabupaten Pidie 54,04 ribu ekor (14,29 persen), Aceh
Besar 52,42 ribu ekor (13,86 persen), Aceh Timur
48,79 ribu ekor (12,90 persen), Bireuen dan Aceh
Tamiang masing-masing 12,67 persen dan 11,26
persen.

Kerbau
Wilayah Utara-Timur

Aceh sebahagian besar petani

memelihara ternak sapi, sebaliknya untuk wilayah


Barat-Selatan dan Tengah Aceh (Simeulu, Aceh
Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya,
Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues) lebih
menyukai ternak kerbau.

Di

Kabupaten Simeulu terdapat 24,30 ribu ekor

kerbau dan hanya 1,74 ribu ekor populasi ternak sapi


potong. Sementara Aceh Barat populasi ternak
kerbau mencapai 19,90 ribu ekor dan sapi hanya 3,07
ribu ekor. Demikain juga dengan Aceh Selatan, Aceh
Barat Daya, Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo
Lues dimana populasi ternak kerbau jauh lebih
banyak dibandingkan dengan populasi ternak sapi.

Jenis

ternak lainnya yang banyak dibudidayakan

masyarakat Aceh adalah ternak kambing, ayam buras


dan itik.
Ternak Sapi Potong

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

41

PERTANIAN
Aceh sangata berpotensi untuk pengembangan perikanan laut
Produksi perikanan laut Aceh tahun 2009 mencapai 140,40 ribu ton, meningkat 8,56 persen
dari tahun sebelumnya.

Perikanan

Perkembangan Produksi
Perikanan Laut Aceh

Provinsi Aceh mempunyai potensi yang sangat besar


untuk perikanan laut mengingat wilayah Aceh yang
berada di ujung Utara Pulau Sumatera berbatasan
dengan dua lautan yang sangat luas yaitu Samudera
Indonesia di Pantai Barat-Selatan dan Laut Selat
Malaka di Pantai Utara-Timur Aceh. Jumlah daerah
yang mempunyai garis pantai sebanyak 18
kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Aceh.

Produksi perikanan laut tahun 2009 mencapai 40,40


ribu ton, mengalami peningkatan sebesar 8,56 persen
dibandingkan tahun 2008 yang produksinya sebesar
129,33 ribu ton. Produksi tahun 2009 juga merupakan
produksi tertinggi yang dicapai oleh Aceh dalam kurun
waktu 2006-2009. Daerah penghasil perikanan laut
terbanyak tahun 2009 adalah Kabupaten Aceh Timur.

Disamping perikanan laut, budidaya

Sumber: Aceh Dalam Angka 2010

Perkembangan Produksi
Perikanan Darat Aceh

perikanan darat

juga sangat prospek di Aceh. Pada tahun 2009


produksi perikanan darat mencapai 38,08 ribu ton,
mengalami peningkatan sebesar 9,55 persen
dibandingkan produksi tahun 2008 yang besarnya
mencapai 34,76 ribu ton.
Sumber: Aceh Dalam Angka 2010

Budidaya

perikanan darat pada umumnya dilakukan


di tambak dan kolam, disamping juga ada yang
memeliharanya di sawah, keramba dan jaring apung.
Produksi perikanan darat tahun 2009 berasal dari
budidaya tambak sebesar 67,48 persen, kolam 25,84
persen dan sisanya budidaya perikanan di sawah,
keramba dan jaring apung.

Budidaya

perikanan

darat

di

tambak

banyak

ditemukan di Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara,


Bireuen, Pidie, Kota Langsa dan Lhokseumawe.
Sedangkan budidaya perikanan darat di sawah
banyak dijumpai di Kabupaten Aceh Tenggara dan
Bireuen.

42

Produksi Perikanan Darat Menurut


Tempat Budidaya Tahun 2009

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber: Aceh Dalam Angka 2010

PERTAMBANGAN DAN ENERGI


Petumbuhan energi listrik terjual lebih besar dari pertumbuhan jumlah pelanggan
Pada periode 2005-2009 energi listrik terjual rata-rata meningkat 20,5 persen pertahun,
sedangkan jumlah pelanggan rata-rata meningkat 10 persen per tahun

Jumlah mesin pembangkit dan daya


terpasang pada PT. PLN (Persero)
Wilayah Aceh tahun 2008-2009
Jumlah
Mesin
Pembangkit

Daya
Terpasang
(KW)

1. Banda Aceh

42

22.639

2. Sigli

11

14.274

3. Meulaboh

70

48.614

4. Subulussalam

57

31.083

5. Lhokseumawe

41

29.339

6. Langsa

34

14.782

Jumlah

255

160.731

Tahun 2008

204

138.112

25,00

16,38

Cabang

% pertumbuhan
2008-2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Perkembangan jumlah energi yang


dibangkitkan dan jumlah pelanggan

Listrik
Listrik

Komposisi jumlah pelanggan PLN


tahun 2009

merupakan sumber energi yang dibutuhkan

oleh rumah tangga, industri, perkantoran dan sarana


umum seperti penerangan jalan raya. PT.PLN
(Persero) Wilayah Aceh sebagai penyedia energi
listrik di Aceh pada tahun 2009 mempunyai cabang di
enam wilayah. Keenam wilayah membawahi
sebanyak 39 ranting/subranting yang mengelola
pendistribusian energi listrik di 23 kabupaten/kota se
Provinsi Aceh.

Berdasarkan

data dari PT. PLN (Persero) Wilayah

Aceh tahun 2009, jumlah desa yang sudah mendapat


distribusi aliran listik PLN di Aceh sebanyak 6.305
desa atau sekitar 98 persen dari total 6.423 desa di
Aceh. Jumlah desa yang sudah mendapatkan aliran
listrik tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 3,5
persen dibanding tahun 2008 yang baru mencapai
6.092 desa.

Pada

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

10

tahun 2009 jumlah mesin pembangkit listrik

yang dioperasikan sebanyak 255 unit. Kapasitas


terpasang sebesar 160.731 KW. Dibanding tahun
2008
jumlah
mesin
pembangkit
mengalami
peningkatan sebesar 25 persen
dan kapasitas
terpasang mengalami peningkatan sebesar 16,38
persen.

Perkembangan

energi yang terjual pada periode

2005-2009 terus mengalami peningkatan yaitu dari


sebesar 701.485 ribu KWh pada tahun 2005 menjadi
1.276.452 ribu KWh pada tahun 2009 atau rata-rata
mengalami peningkatan sekitar 20,5 persen setiap
tahunnya. Sedangkan jumlah pelanggan juga
mengalami peningkatan dalam periode tersebut.
Jumlah pelanggan pada tahun 2005 sebanyak
147.193 pelanggan meningkat menjadi 288.325
pelanggan tahun 2009 atau rata-rata mengalami
penambahan sebesar 10 persen setiap tahunnya.

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

43

10
Sebagian

besar

PERTAMBANGAN DAN ENERGI


Pelanggan terbesar PDAM adalah kelompok non niaga
Pelanggan PDAM tahun 2008 kelompok non niaga sebanyak 87,05 persen dari total pelanggan,
sedangkan air yang dikonsumsi kelompok ini sebanyak 80,11 persen dari total air terjual

konsumen/pelanggan

PT.

PLN

(Persero) Wilayah Aceh adalah rumah tangga yaitu


mencapai 90,91 persen dari total pelanggan tahun
2009. Sisanya adalah pelanggan industri, publik dan
bisnis.

Pelanggan

PLN

berupa

perusahaan

Distribusi energi listrik terjual menurut


jenis pelanggan tahun 2009

industri,

walaupun hanya sebanyak 0,09 persen dari total


pelanggan PLN, namun jumlah konsumsi energi listrik
untuk industri mencapai 17,07 persen dari total energi
listrik yang terjual tahun 2009. Untuk keperluan
sarana publik menghabiskan energi listrik sebesar
3,22 persen, untuk bisnis sebesar 15,21 persen dan
untuk rumah tangga sebesar 64,49 persen.

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Air Bersih
Air

bersih untuk konsumsi penduduk Aceh dikelola

Komposisi jumlah pelanggan PDAM


tahun 2008

oleh perusahaan daerah air minum (PDAM). Namun


belum semua kabupaten/kota mempunyai PDAM.
Pada
tahun
2008
masih
terdapat
enam
kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota yang ada di
Aceh belum mempunyai PDAM.

Berdasarkan

data tahun 2008, total air bersih yang

terjual di semua PDAM yang ada di Aceh sebesar


3
18,99 juta m . Jumlah ini dijual kepada lima kelompok
konsumen yaitu kelompok non niaga sebanyak 15,21
3
juta m atau sebanyak 80,11 persen dari total air
terjual, kemudian kelompok niaga sebanyak 2,00 juta
3
3
m (10,54%), kelompok khusus sebanyak 1,16 juta m
3
(6,11%), kelompok sosial sebanyak 0,59 juta m
(3,10%), dan yang paling sedikit adalah kelompok
3
industri sebanyak 0,03 juta m (0,14%).

Sedangkan

Distribusi air minum terjual menurut


jenis pelanggan tahun 2008

jumlah pelanggan PDAM seluruh aceh

tercatat sebanyak 128.596 pelanggan dengan


pelanggan terbesar adalah kelompok non niaga yaitu
87,05 persen dari total pelanggan, kelompok niaga
sebesar 10,54 persen dan kelompok lainnya masingmasing masih dibawah 10 persen.

44

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

INDUSTRI PENGOLAHAN
Perusahaan industri besar/sedang tidak merata di seluruh kabupaten/kota
Jumlah perusahaan industri besar/sedang tahun 2009 mencapai 75 perusahaan yang berlokasi di
15 kabupaten/kota, sedangkan 7 kabupaten/kota lainnya tidak mempunyai industri besar sendag

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja


Industri Besar/Sedang di Aceh

Industri pengolahan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :


industri besar dan industri sedang. Pengelompokan
ini didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang
terlibat
didalamnya,
tanpa
memperhatikan
penggunaan mesin produksi ataupun modal yang
dimiliki. Industri besar adalah perusahan industri yang
mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.
Sedangkan industri sedang adalah perusahaan
industri yang mempunyai tenaga kerja 20-99 orang.

Pengumpulan

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja


Industri Besar/Sedang Tahun 2009

Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pi d i e
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Pidie Jaya
Banda Aceh
Sabang
Langsa
Lhokseumawe
Subulussalam
Aceh

Jumlah
Perusahaan

Jumlah
Tenaga
Kerja

8
5
3
2
1
10
3
4
10
11
4
1
5
2
4
2
-

176
942
96
232
609
240
114
170
1.735
1.641
1.265
406
175
62
145
108
-

75

8.116

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

data

perusahaan

industri

besar/

sedang dilakukan setiap tahun dengan cara sensus


lengkap. Pelaksanaan survei industri besar/sedang
berdasarkan direktori hasil pemutakhiran yang
dilakukan BPS setiap tahun.

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Kabupaten/Kota

11

Bila

dibandingkan dengan tahun 2008, jumlah

perusahaan dan penyerapan tenaga kerja industri


besar/sedang
pada
tahun
2009
mengalami
penurunan atau terjadi pertumbuhan negatif. Jumlah
perusahaan tahun 2008 sebanyak 92 perusahaan
turun menjadi 75 perusahaan pada tahun 2009 atau
terjadi penurunan sebesar 18,48 persen.

Penurunan

jumlah perusahaan juga diikuti oleh

penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja yaitu


berkurang sebanyak 14,98 persen. Pada tahun 2008
jumlah tenaga kerja sebanyak 9.546 orang menjadi
8.116 orang pada tahun 2009.

Sebagian

besar industri besar/sedang berlokasi di

Kabupaten Aceh Tamiang yaitu sebanyak 11


perusahaan, Aceh Utara dan Aceh Besar masingmasing sebanyak 10 perusahaan dan Kabuptaen
Simeulue sebanyak 8 perusahaan. Kemudian
Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Banda Aceh
masing-masing 5 perusahaan.

Pada

tahun 2009 masih terdapat sebanyak 7

kabupaten/kota yang tidak mempunyai industri


pengolahan yang dapat diklasifikasikan sebagai
industi besar/sedang.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

45

11
Industri

INDUSTRI PENGOLAHAN
Produktivitas tenaga kerja sektor industri meningkat
Pada tahun 2009 produktivitas tenaga kerja sektor industri mencapai 98,13 juta
rupiah/orang/tahun, naik dibandingkan tahun 2008 yang besarnya 94,39 juta rupiah/orang/tahun

besar/sedang di Kabupaten Aceh Utara

menyerap tenaga kerja sebanyak 1.735 orang


(21,38%), Sedangkan di Aceh Tamiang sebanyak
1.641 orang (20,22%). Di Kabupaten Nagan Raya
walaupun jumlah industri besar/sedangnya hanya
sebanyak 4 perusahaan, tapi mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 1.265 orang (15,59%).
Sedangkan di Kabupaten Aceh Barat, jumlah industri
besar/sedang yang terdapat di daerah ini hanya
sebanyak satu unit perusahaan, namun mempunyai
tenaga kerja mecapai 609 orang (7,50%). Sebaliknya
di Kabupaten Aceh Besar terdapat 10 unit
perusahaan
industri
besar/sedang,
namun
keseluruhan industri ini hanya menyerap tenaga kerja
sebanyak 240 orang, atau rata-rata sebanyak 24
orang tenaga kerja per unit perusahaan.

Berdasarkan

jenis/kelompok

perusahaan,

dari

Distribusi Tenaga Kerja Industri


Besar/Sedang menurut Lokasi
Tahun 2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Distribusi Tenaga Kerja Industri


Besar/Sedang di Aceh Tahun 2009

sebanyak 8.116 orang tenaga kerja industri


besar/sedang, sebagian besar yaitu 63,23 persen
bekerja pada kelompok industri makanan, minuman
dan tembakau. Kelompok ini pada umumnya
merupakan industri pengolahan buah sawit menjadi
minyak sawit atau crude palm oil (CPO).

Kelompok industri kertas, percetakan dan penerbitan


menyerap tenaga kerja sebesar 16,35 persen.
Sedangkan sisanya sebanyak 20,42 persen
merupakan tenaga kerja industri besar/sedang
kelompok industri lainnya seperti industri pakaian jadi,
barang-barang dari kayu/rotan dan sebagainya.

Untuk

keseluruhan jenis industri, jumlah penduduk

Aceh yang bekerja pada sektor industri tercatat


sebanyak 86.762 orang tahun 2008 dan turun
sebesar 6,90 persen menjadi 80.772 orang pada
tahun 2009. Jika nilai tambah yang dihasilkan sektor
industri yang dihitung pada PDRB Aceh tahun 2009
dibagi dengan jumlah penduduk yang bekerja pada
sektor industri, diperoleh produktivitas tenaga kerja
sebesar 98,13 juta rupiah/tenaga kerja/pertahun.

46

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Beberapa Indikator Sektor Industri


di Aceh
Uraian
Total Nilai Tambah pada
PDRB
(Juta rupiah)
Jumlah Tenaga Kerja
(orang)

2008

2009

8.189.799

7.926.275

86.762

80.772

Produktivitas Tenga
Kerja (Juta
94,39
rupiah/orang/tahun
Sumber : BPS Provinsi Aceh

98,13

KONSTRUKSI
Pelaporan perusahaan dan tenaga kerja tahun 2009 cukup baik
Jumlah perusahaan yang dilaporkan pada tahun 2009 mencapai 5.368 perusahaan dengan
jumlah tenaga kerja yang dipekerjaan perusahaan tesebut sebanyak 70.805 orang

Komposisi Perusahaan yang Terdaftar


Menurut Lapangan Usaha

12

Pelaporan Ketenagakerjaan
Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981

tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan, setiap


perusahaan wajib melaporkan jumlah orang atau
tenaga kerja yang diperkerjakan oleh perusahaaan.
tersebut
dapat
Perusahaan-perusahaan
dikelompokkan dalam sembilan lapangan usaha
sesuai dengan jumlah lapangan usaha yang ada
dalam penghitungan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).

Berdasarkan
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Komposisi tenaga kerja yang terdaftar


menurut lapangan usaha

Demikian
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tahukah Anda?
***Perusahaan-perusahaan pada
lapangan usaha pertanian rata-rata
mempunyai 308 orang tenaga kerja
per perusahaan, sedangkan paling
sedikit adalah perusahaan pada
lapangan usaha perdangangan
yaitu rata-rata 5 orang per
perusahaan ***

undang-undang

Wajib

Lapor

Ketenagakerjaan tersebut, jumlah perusahaan yang


terdaftar pada tahun 2009 sebanyak 5.368
perusahaan yang dikelompokkan dalam sembilan
lapangan usaha. Jumlah perusahaan pada lapangan
usaha konstruksi yang terdaftar termasuk jumlah
kedua terbesar yaitu mencapai 29,32 persen atau
sebanyak
1.574
perusahaan.
Sedangkan
perusahaan yang paling banyak terdaftar adalah
yang
bergerak
pada
perusahaan-perusahaan
lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran
yaitu sebanyak 51,08 persen atau 2.742 perusahaan.
juga untuk jumlah tenaga kerja, dari

sembilan lapangan usaha yang dilaporkan ternyata


jumlah tenaga kerja pada lapangan usaha konstruksi
yang didaftarkan mencapai 18,72 persen atau
sebanyak 13.257 orang tenaga kerja dari total tenaga
kerja yang terdaftar sebanyak 70.806 orang. Jumlah
tenaga kerja yang dilaporkan pada lapangan usaha
konstruksi juga menempati posisi kedua terbanyak.

Jumlah

tenaga kerja yang terbanyak dilaporkan

adalah tenaga kerja perusahaan-perusahaan yang


bergerak pada lapangan usaha pertanian yaitu
mencapai 25,70 persen atau sebanyak 18.194 orang.
Jumlah tenaga kerja tersebut berasal dari 59 buah
berusahaan (1,10% dari jumlah perusahaan yang
dilaporkan).

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

47

12
Jumlah

KONSTRUKSI
Jumlah perusahaan konstruksi semakin meningkat
Berdasarkan UU wajib lapor ketenagakerjaan, pada periode 2006-2009 jumlah perusahaan
maupun tenaga kerja perusahaan konstruksi mempunyai trend peningkatan

perusahaan yang terdaftar untuk lapangan

usaha konstruksi menunjukkan tren meningkat pada


periode 2006 sampai 2009. Pada tahun 2006 tercatat
jumlah perusahaan konstruksi sebanyak 1.326
perusahaan dan tahun 2009 sudah mencapai 1.574
perusahaan atau terjadi penambahan sebanyak 248
perusahaan dalam kurun waktu empat tahun.

Jika

dilihat

perkembangan

jumlah

perusahaan

konstruksi setiap tahunnya, pada tahun 2007 terjadi


peningkatan jumlah perusahaan sebesar 6,26 persen
yaitu dari 1.326 buah tahun 2006 menjadi 1.409 buah.
Tahun 2008 juga bertambah lagi sebesar 19,16
persen menjadi 1.679 perusahaan. Sedangkan tahun
2009 terjadi penurunan jumlah perusahaan konstruksi
menjadi 1.574 buah atau berkurang 6,25 persen.
Penurunan jumlah perusahaan konstruksi ini erat
kaitannya dengan mulai berkurangnya aktivitas
rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca tsunami
pada tahun 2009.

Jumlah

Perkembangan Jumlah Perusahaan


Konstruksi di Aceh

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja


pada Perusahaan Konstruksi di Aceh

tenaga kerja yang terdaftar untuk lapangan

usaha konstruksi juga menunjukkan tren meningkat


pada periode 2006 sampai 2009. Pada tahun 2006
tercatat jumlah tenaga kerja perusahaan konstruksi
sebanyak 9.519 orang dan tahun 2009 sudah
mencapai 13.257 orang atau terjadi penambahan
sebanyak 3.738 orang dalam kurun waktu empat
tahun.

Perkembangan

jumlah tenaga kerja perusahaan

konstruksi setiap tahunnya, pertumbuhan tenaga


kerja tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu
meningkat sebesar 22,22 persen dibanding tahun
2006. Kemudian bertambah lagi sebesar 13,13
persen pada tahun 2008. Hal ini dapat dimaklumi
karena banyaknya aktivitas pembangunan pasca
tsunami di Aceh pada periode 2007-2008. Sedangkan
pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja pada
perusahaan konstruksi hanya mengalami sedikit
penambahan yaitu bertambah sebesar 0,72 persen
dibandingkan tahun 2008.

48

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tahukah Anda?
***Rata-rata jumlah tenaga kerja
setiap perusahaan konstruksi di
Aceh hanya sebanyak 7 sampai 8
orang***

HOTEL DAN PARIWISATA


Hotel berbintang belum banyak di Aceh
Sebanyak 10 hotel berbintang berada di Kota Banda Aceh,masing-masing satu di
Aceh Besar, Takengon, Meulaboh, Lhokseumawe dan Subulussalam

13

Hotel
Keberadaan sarana akomodasi berupa hotel, wisma,
Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya
Di Aceh Tahun 2009
Kabupaten/Kota

Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Pidie Jaya
Banda Aceh
Sabang
Langsa
Lhokseumawe
Subulussalam
ACEH

1
1
1
10
1
1

Jumlah
Hotel
Melati dan
Akomodasi
Lainnya
20
10
14
14
2
14
9
3
7
6
3
6
2
1
6
26
15
15
14
3

15

190

Jumlah
Hotel
Berbintang

losmen, dan jenis penginapan lainnya di suatu daerah


sangat dibutuhkan dalam mendukung mobiltas
penduduk ke daerah tersebut dalam rangka tugas dan
kepentingan lainnya. Suatu daerah yang mengklaim
wilayahnya sebagai tujuan wisata tidak akan berhasil
jika tidak didukung oleh fasilitas akomodasi yang
memadai.

Hingga

yang ada di Aceh, masih terdapat tiga kabupaten


yang tidak mempunyai fasilitas akomodasi yaitu
Kabupaten Aceh Utara, Bener Meriah dan Pidie Jaya.
Kemungkinan tidak tersedianya akomodasi di daerah
tersebut disebabkan karena sudah tersedianya
fasilitas akomodasi di kabupaten/kota terdekat.
Seperti Kabupaten Aceh Utara, akomodasi yang
digunakan oleh tamu atau wisatawan yang
berkunjung ke daerah ini adalah akomodasi yang ada
di Kota Lhokseumawe.

Sedangkan

*** Sebelum tsunami hanya ada satu


hotel berbintang di Banda Aceh,
kemudian
terjadi
penambahan
sembilan hotel berbintang pasca
tsunami ***

Kabupaten

Bener

Meriah

yang

merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah


dan Kabupaten Pidie Jaya yang mekar dari
Kabupaten Pidie, kedua daerah ini masih
mengandalkan keberadaan akomodasi di ibukota
kabupaten induknya yaitu di Takengon dan Sigli.

Pada
Tahukah Anda?

tahun 2008, sebanyak 23 kabupaten/kota

tahun 2009 jumlah hotel berbintang di Aceh

terdapat di Kota Banda Aceh sebanyak 10 buah dan


masing-masing satu hotel di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah, di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, di
Kabupaten Aceh Besar, Kota Lhokseumawe dan Kota
Subulussalam.

Sedangkan hotel kelas melati atau akomodasi lainnya


seperti wisma, losmen, dan penginapan tersedia
dalam
jumlah
yang
bervariasi
di
setiap
kabupaten/kota. Jumlah akomodasi lainnya ini di
Aceh pada tahun 2009 sebanyak 190 buah.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

49

13

HOTEL DAN PARIWISATA


Hotel kelas Melati di Aceh memprihatinkan
Tingkat penghunian kamar hotel kelas melati dari tahun 2007 sampai
2009 terus mengalami penurunan dari 42,82 persen menjadi 35,34
persen

Selama periode 2007-2009 tingkat penghunian kamar


hotel berbintang dan hotel melati di Aceh masih
rendah yaitu belum mencapai 50 persen setiap
tahunnya. Artinya secara rata-rata setiap hari masih
ada separo dari kamar hotel yang tersedia dalam
keadaan kosong. Dan pada umumnya tingkat
penghunian kamar hotel kelas hotel berbintang lebih
tinggi dibandingkan kelas hotel melati.

Pada

Tingkat Penghunian Kamar Hotel


Di Aceh Tahun 2007-2009

tahun 2007 tingkat penghunian kamar hotel

berbintang mencapai 48,95 persen, kemudian naik


menjadi 49,19 persen pada tahun 2008, dan turun
kembali pada tahun 2009 menjadi 46,97 persen.

Sedangkan

tingkat penghunian kamar hotel melati

terus mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu


tahun 2007 sebesar 42,82 persen, tahun 2008
sebesar 40,85 persen dan tahun 2009 menjadi 35,34
persen.

Secara

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Jumlah Tamu Mancanegara dan


Nusantara yang Menginap
di Hotel Berbintang

keseluruhan jumlah tamu yang menginap di

hotel berbintang di Aceh mempunyai tren meningkat


setiap tahunnya. Peningkatan terlihat jelas pada tamu
Nusantara, yaitu pada tahun 2007 tercatat sebanyak
39.215 orang naik menjadi 98.714 orang pada tahun
2008 atau mengalami penambahan sebanyak 151,72
persen. Tahun 2009 meningkat lagi menjadi 123.423
orang atau bertambah 25,03 persen.

Sedangkan

tamu dari Mancanegara yang menginap

di hotel berbintang tercatat sebanyak 3.952 orang


tahun 2007, kemudian meningkat 77,20 persen
menjadi 7.003 orang tahun 2008. Pada tahun 2009
jumlah tamu Mancanegara mengalami sedikit
penurunan dibanding tahun 2008 yaitu menjadi 5.900
orang atau berkurang 15,75 persen.

Untuk jumlah tamu yang menginap pada hotel kelas


melati atau akomodasi lainnya seperti losmen,
penginapan dan wisma datanya belum tersedia.

50

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tahukah Anda?
*** Jumlah tamu mancanegara yang
datang ke Aceh tahun 2009
sebanyak 18.589 orang dan yang
menginap di hotel berbintang
sebanyak 5.900 orang (31,74%)***

HOTEL DAN PARIWISATA


Banda Aceh dan Aceh Besar tebanyak dikunjungi wisatawan
Pada tahun 2009 sebanyak 7.253 tamu mancanegara datang ke Aceh Besar dan
153.217 orang tamu nusantara yang datang ke Banda Aceh

Jumlah Tamu Mancanegara dan


Nusantara yang Berkunjung ke Aceh
Tahun 2007-2009

13

Pariwisata
Jumlah tamu atau turis yang datang ke Aceh periode
tahun 2007-2009 mengalami peningkatan setiap
tahunnya baik tamu nusantara maupun tamu
mancanegara. Pada tahun 2009 jumlah tamu
mancanegara yang datang ke Aceh sebanyak 18.589
mengalami peningkatan sebesar 7,56 persen
dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 17.282
orang.

Untuk

Jumlah Tamu Mancanegara dan


Nusantara yang Berkunjung ke Aceh
Tahun 2009
Kabupaten/Kota

Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Pidie Jaya
Banda Aceh
Sabang
Langsa
Lhokseumawe
Subulussalam
ACEH

Tamu
Mancanegara

Tamu
Nusantara

290
216
36
382
102
203
156
7.253
386
190
169
54
70
67
63
526
63
108
5.283
1.759
157
888
168

8.186
14.312
9.455
3.932
3.364
79.461
42.880
55.402
88.843
5.878
7.597
11.348
3.085
6.141
11.973
5.261
1.871
39.230
153.217
88.083
25.997
40.511
6.603

18.589

712.630

tamu nusantara yang berkunjung ke Aceh

tahun 2009 tercatat sebanyak 712.630 orang atau


mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen
dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 710.081
orang. Tamu yang berkunjung ke Aceh tentu bukan
keseluruhannya bertujuan untuk wisata, namun juga
terkait berbagai aktivitas seperti kegiatan seminar,
perdagangan, kunjungan kerja dan sebagainya.

Jika

dilihat data kunjungan menurut kabupaten/kota

tahun 2009, seluruh kabupaten/kota dikunjungi oleh


tamu nusantara maupun tamu mancanegara dengan
jumlah yang sangat bervariasi.

Kota Banda Aceh paling banyak dikunjungi oleh tamu


nusantara yaitu mencapai 153.217 orang atau sekitar
21,50 persen dari total kunjungan tamu nusantara ke
Aceh.
Sedangkan tamu mancanegara
yang
berkunjung ke Banda Aceh mencapai 5.283 orang
atau sekitar 28,42 persen dari total kunjungan tamu
mancanegara ke Aceh.

Kabupaten

Aceh Besar merupakan daerah yang

paling banyak dikunjungi oleh tamu mancanegara


pada tahun 2009 yaitu mencapai 7.253 orang atau
39,02 persen dari total tamu mancanegara yang
berkunjung ke Aceh. Sedangkan Kota Sabang yang
yang mempunyai objek wisata taman laut dikunjungi
oleh 1.759 orang (9,46%) tamu mancanegara dan
88.083 orang (12,36%) tamu nusantara.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

51

13

HOTEL DAN PARIWISATA


Situs tsunami menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi
Kapal Apung PLTD yang dibawa gelombang tsunami sejauh lebih kurang empat kilometer
ke daratan menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan

Tempat Wisata
Tempat-tempat

wisata di Aceh yang sudah terkenal

luas di dalam maupun luar negeri antara lain taman


wisata dan taman laut pulau Weh Sabang. Luas
tempat wisata taman wisata Sabang sebesar 1.300
hektar, sedangkan luas taman laut sebesar 2.600
hektar. Kedua objek wisata Kota Sabang ini paling
sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara
maupun nusantara. Di Pulau Weh Sabang juga
terdapat monumen/tugu Kilometer Nol yang
menandakan titik nol wilayah Indonesia di Bagian
Barat.

Taman

Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang

meliputi empat wilayah kabupaten yaitu Kabupaten


Gayo Lues, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Aceh
Tenggara, juga terkenal hingga mancanegara dengan
fungsinya sebagai paru-paru dunia. Luas area wisata
TNGL mencapai 623.987 hektar.

Objek Wisata yang Terkenal di Aceh


No.

Nama Objek Wisata

1 Taman Nasional Gunung Lauser

Lokasi
Gayo Lues, Aceh
Selatan, Aceh
Barat Daya dan
Aceh Tenggara

2 Taman Buru Lingge Isac

Aceh Tengah

3 Cagar Alam Serbajadi

Aceh Timur

4 Taman Wisata Pulau Weh Sabang

Sabang

Luas Area
(Ha)

623.987

80.000
300
1.300

5 Taman Laut Pulau Weh Sabang

Sabang

6 Cagar Alam Jantho

Aceh Besar

16.640

Aceh Utara

112

Hutan dengan fungsi khusus untuk


latihan gajah (PLG)

2.600

8 Taman Wisata Laut Kepulauan Banyak

Aceh Singkil

227.500

9 Suaka Margasatwa Rawa Singkil

Aceh Singkil

102.500

10 Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan

Aceh Besar/Pidie

6.220

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Objek wisata alam lainnya yang tersebar di beberapa


kabupaten/kota antara lain Taman Buru Lingge Issac
di Aceh Tenggara, Cagar Alam Serba Jadi di Aceh
Timur, Suaka Marga Satwa Rawa Singkil dan Taman
Wisata Laut di Aceh Singkil, Cagar Alam Jantho di
Aceh Besar, Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan
di Aceh Besar dan Pidie, dan banyak lagi objek wisata
lainnya yang tersebar di kabupaten/kota di Aceh.

Pasca bencana gempa bumi dan gelombang tsunami


yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 juga
meninggalkan situs-situs yang sampai saat ini
menjadi tujuan wisata kota bagi tamu yang datang ke
Kota Banda Aceh, disamping tempat wisata yang
sudah lama ada. Tempat wisata Kota Banda Aceh
antara lain Kapal PLTD Apung yang dibawa
gelombang tsunami ke daratan sejauh lebih kurang
empat kilometer, Museum Tsunami, Kerkhof,
Gunongan, Taman Putro Phang, Museum Aceh dan
Makam Syiah Kuala.

52

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

PLTD Apung menjadi salah satu objek wisata


yang banyak dikunjungi

TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI


Sebagian besar jalan negara berkondisi baik
65,18 persen dari total panjang jalan negara di Aceh mempunyai kondisi baik,
sedangkan sisanya dalam kondisi sedang dan rusak

Persentase Panjang Jalan Menurut


Status Tahun 2008

14

Panjang Jalan
Jalan

sebagai sarana transportasi darat memegang

peranan penting dalam kemajuan suatu daerah.


Daerah yang sulit diakses cederung lebih tertinggal
dibandingkan daerah lainnya yang mudah diakses
melalui perjalanan darat. Terlebih lagi jika suatu
daerah sangat tergantung dengan daerah lainnya
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya seperti
sembako, maka jalan akan menjadi urat nadi
kehidupan oleh masyarakat di daerah tersebut.
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Jalan
Persentase Panjang Jalan Negara
Menurut Kondisi Tahun 2008

menurut statusnya terbagi tiga yaitu jalan

negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota. Pada


tahun 2008 total panjang jalan ketiga jenis tersebut di
Aceh sepanjang 17.046,19 kilometer dengan rincian
masing-masing adalah; jalan negara sepanjang
1.782,78 kilometer (10,46%), jalan provinsi sepanjang
1.681,82 kilometer (9,87%) dan jalan kabupaten/kota
sepanjang 13.581,59 kilometer (79,67%).

Pembangunan

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Persentase Panjang Jalan Provinsi


Menurut Kondisi Tahun 2008

jalan baru maupun perbaikan jalan

lama terus dilakukan oleh pemerintah Aceh, terutama


pasca bencana tsunami tahun 2004 yang banyak
merusak prasarana jalan darat. Namun belum
keseluruhan jalan mempunyai kondisi yang baik.
Pada tahun 2008 jalan negara yang sepanjang
1.782,78 kilometer sebagian besar dalam kondisi
yang baik yaitu sebesar 65,18 persen (1.163,26 km).
Sedangkan kondisi sedang sebesar 17,15 persen
(306,01 km) dan kondisi rusak berat sebesar 17,68
persen (315,51 km).

Sedangkan

jalan

provinsi

sepanjang

1.681,82

kilometer, sebesar 26,31 persen aatau sepanjang


442,47 km berkondisi baik. Sedangkan kondisi
sedang dan rusak berat hampir sama yaitu 36,93
persen (621,08 km) berkondisi sedang dan 36,76
persen (618,27 km) berkondisi rusak berat.
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

53

14
Sementara

TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI


Jalan kabupaten/kota masih dalam kondisi memprihatinkan
Sebesar 30,41 persen dari total panjang jalan kabupaten/kota atau sepanjang empat ribu
kilometer lebih masih dalam kondisi rusak berat.

itu proporsi terbesar jalan di Aceh

merupakan jalan kabupaten/kota yaitu sepanjang


13.581,59 kilometer. Berbeda dengan jalan negara
yang lebih banyak berkondisi baik, jalan kabupaten/
kota hanya sebesar 17,73 persen (2.408,60 km)
dengan kondisi baik. Sedangkan kondisi sedang
sebesar 51,86 persen (7.043,28 km) dan kondisi
rusak berat sebesar 30,41 persen (4.129,71 km).

Jika

dilihat lokasi jalan kabupaten/kota di masing-

masing daerah, Kabupaten Nagan Raya dan Aceh


Jaya mempunyai persentase panjang jalan rusak
terbesar di Aceh yaitu mencapai 92,74 persen di
Nagan Raya dan 92,56 persen di Aceh Jaya.
Kemudian Kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh
Barat, dan Gayo Lues sebesar 50 sampai 60 persen
dari panjang jalan kabupaten di masing-masing
daerah berkondisi rusak. Sedangkan kabupaten/kota
lainnya
masih
dibawah
50
persen
jalan
kabupaten/kota dengan kondisi rusak (Lampiran
Tabel 14.1).

Jenis

Persentase Panjang Jalan Kabupaten/


Kota Menurut Kondisi Tahun 2008

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Persentase Panjang Jalan Kabupaten/


Kota Menurut Kondisi Tahun 2008

permukaan jalan kabupaten/kota sebagian

besar masih berupa kerikil dan tanah yaitu 4.758,20


kilometer (35,03%) permukaan kerikil dan 3.234,53
kilometer (23,82%) masih berupa jalan tanah.
Sedangkan jalan dengan permukaan aspal sepanjang
5.588,86 kilometer (41,15%).

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Jembatan

sebagai penghubung ruas jalan yang


melalui sungai (krueng dalam bahasa Aceh) pada
tahun 2008 berjumlah 794 unit, dengan total panjang
jembatan 20.393 meter. Sebagian besar jembatan
yang ada dalam kondisi baik yaitu sebanyak 659 unit
(83%).

Tahukah Anda?
***Panjang rata-rata jembatan di
Aceh adalah 25,68 meter per unit***
Pembangunan jalan baru lintas Banda Aceh - Calang

54

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI


Frekuensi penerbangan di Bandara SIM meningkat setiap tahun
Periode 2006-2009 frekuensi penerbangan datang dan berangkat serta jumlah
penumpang datang dan berangkat mengalami peningkatan setiap tahun

Perkembangan Frekuensi Penerbangan


dan Jumlah Penumpang pada Bandara
Sultan Iskanda Muda
Tahun

Pesawat
Datang

Penumpang (orang)

Berangkat

Datang

Berangkat

2006

2.391

2.390

234.927

241.460

2007

2.516

2.521

253.937

259.531

2008

2.773

2.775

282.512

287.872

2009

3.091

3.088

289.351

294.980

Angkutan Udara
Bandar udara (bandara) Sultan Iskandar Muda (SIM)
yang sudah mempunyai status sebagai bandara
internasional dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan jumlah frekuensi penerbangan baik
datang maupun berangkat. Hal ini terlihat pada
periode 2006-2009 dimana frekuensi penerbangan
datang dan berangkat terus meningkat setiap
tahunnya.

Frekuensi
Frekuensi Pesawat Berangkat pada
Bandara Sultan Iskanda Muda

14

kedatangan dan keberangkatan pesawat

hampir sama setiap tahunnya. Pada tahun 2007


frekuensi keberangkatan dan kedatangan pesawat
meningkat sekitar 5 persen dari tahun 2006. Demikian
juga pada tahun 2008 meningkat sekitar 10 persen.
Sedangkan pada tahun 2009 tercatat sebanyak 3.088
kali keberangkatan pesawat dan 3.091 kali
kedatangan pesawat. Jumlah ini mengalami
peningkatan sebesar 11 persen dibanding tahun
sebelumnya.

Demikian

juga dengan jumlah penumpang yang

datang dan berangkat mempunyai proporsi yang


sama setiap tahun. Pada tahun 2009 sebanyak
289.351 orang penumpang datang dan 294.980 orang
berangkat, meningkat sebesar 2,4 persen dibanding
tahun sebelumnya. Jumlah penumpang yang datang
dan berangkat juga mengalami peningkatan pada
tahun-tahun sebelumnya.

Perusahaan

penerbangan

yang

beroperasi

di

bandara ini antara lain Garuda Indonesia, Lion Air,


Sriwijaya, Air Asia, Firefly, MAF, NBA dan SMAC,
disamping juga terdapat penerbangan khusus seperti
dari TNI dan Polri.

Tahukah Anda?
Bandara Sultan Iskandar Muda

***Aceh mulai memberangkatkan


jamaah haji melalui Bandara SIM
mulai tahun 2000 ***

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

55

14

TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI


Tahun 2009 aktivitas pelabuhan Balohan menurun drastis
Frekuensi kapal yang datang dan berangkat di pelabuhan Balohan Sabang tahun 2009
menurun hingga 48 persen dibanding tahun 2008

Angkutan Penyeberangan
Pelabuhan

penyeberangan antar pulau di Aceh

antara lain pelabuhan Labuhan Haji dan Singkil untuk


penyeberangan menuju pelabuhan Sinabang di Pulau
Simeulue
dan
pelabuhan
Uleelhe
untuk
penyeberangan ke pelabuhan Balohan di pulau Weh
(Sabang).

Pada

Perkembangan Frekuensi Penyeberangan


Kapal Fery di Pelabuhan Balohan dan
Sinabang

Tahun

Penumpang (orang)

Datang Berangkat

Datang Berangkat

2008

1.006

1.006

122.417

113.557

2009

519

517

148.011

136.607

2008

138

139

35.371

38.328

2009

241

244

37.053

31.077

Balohan

tahun 2009 frekuensi kapal fery yang datang

dan berangkat di pelabuhan Balohan Sabang


mengalami penurunan sekitar 48 persen dibanding
tahun 2008. Namun jumlah penumpang yang datang
dan berangkat justeru mengalami peningkatan.

Frekuensi Kapal

Sinabang
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sebaliknya di pelabuhan Sinabang pada tahun 2009


frekuensi kapal fery yang datang dan berangkat
mengalami peningkatan sebesar 75 persen. Jumlah
penumpang yang datang juga meningkat dari 35.371
orang tahun 2008 menjadi 37.053 orang. Sedangkan
jumlah penumpang yang berangkat dari pelabuhan
Sinabang justeru mengalami penurunan yaitu tahun
2008 sebanyak 38.328 orang turun menjadi 31.077
orang pada tahun 2009.

Rumahtangga Akses TIK


Kapal Ferry di Pelabuhan Sinabang

Jumlah

rumahtangga yang mengakses teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) pada tahun 2009


mengalami peningkatan dibanding tahun 2008.
Peningkatan terjadi pada penggunaan telepon seluler,
penggunaan komputer, dan penggunaan internet.
Sedangkan penggunaan telepon jaringan mengalami
penurunan persentase.

Secara

persentase

jumlah

rumahtangga

yang

memiliki/menguasai telepon seluler pada tahun 2009


secara rata-rata mencapai 60,09 persen. Bahkan di
daerah
perkotaan
mencapai
81,53
persen.
Sedangkan di daerah perdesaan sebesar 51,88
persen.

56

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Persentasi Rumahtangga yang Memiliki/


Menguasai Berbagai Media Informasi dan
Komunikasi Tahun 2009
Jenis Alat yang
Dimiliki/Kuasai
Telepon

Kota
2008

2009

13,5 11,27

Desa
2008
1,77

Kota+Desa

2009
1,96

2008
5,15

2009
4,54

Telepon Selular

74,09 81,53 40,45 51,88

Komputer

17,78 20,06

3,24

3,88

7,42

8,36

13,7 19,24

4,31

3,24

7,01

7,68

Penggunaan Internet

Sumber: Inkesmas Aceh 2010

50,14 60,09

PERBANKAN DAN INVESTASI


Bank BRI mempunyai kantor pelayanan terbanyak
Kantor pelayanan perbankan jenis bank umum pemerintah yang beroperasi di Aceh mulai
Kantor Pusat sampai Kantor Unit berjumlah 271 buah, dengan 155 buah milik BRI

Bank Konvensional

Jumlah Bank Umum Pemerintah yang


Beroperasi di Aceh Kondisi April 2010

Bank

Bank Pemerintah KP KW KC KCP KK KU Jumlah


1. Bank Mandiri

14

2. Bank BNI

12

3. Bank BRI

1 10 10

8 126

155

4. Bank BTN

5. Bank BPD Aceh

- 19 68

88

1 39 92 12 126

271

Jumlah

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan Daerah

Jumlah Bank Umum Swasta Nasional


yang Beroperasi di Aceh Kondisi April
2010
KP KW KC KCP KK

KU

Jumlah

1. Bank BCA

2. Bank Bukopin

3. Bank Danamon

10

15

4. Bank BII

5. Bank Panin

6. Bank Permata

7. Bank BTPN

14

8. Bank Sinarmas

12

23

43

Jumlah

konvensional yang beroperasi di Aceh terdiri

dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).


Kedua jenis bank konvensional berstatus bank
pemerintah dan bank swasta nasional.

Jumlah

bank umum pemerintah yang beroperasi di

Aceh sampai dengan April 2010 sebanyak lima bank


yaitu empat bank pemerintah pusat yaitu Bank
Mandiri, BNI, BRI dan BTN, serta satu bank
pemerintah daerah yaitu Bank BPD Aceh dan
merupakan satu-satunya bank umum pemerintah
yang mempunyai Kantor Pusat di Aceh.

Bank

Bank Swasta
Nasional

15

BRI

merupakan

bank

pemerintah

yang

mempunyai kantor pelayanan terbanyak di Aceh yaitu


sebanyak 155 kantor dan satu-satunya bank yang
mempunyai Kantor Unit yaitu mencapai 126 kantor
unit. Kemudian Bank BPD Aceh terdapat 88 kantor,
Bank Mandiri 14 kantor, BNI 12 kantor dan BTN dua
kantor.

Disamping

bank pemerintah, juga terdapat bank

swasta nasional yang beroperasi di Aceh yaitu BCA,


Bukopin, Danamon, BII, Bank Panin, Bank Permata,
BTPN dan Bank Sinarmas. Jumlah keseluruhan
kantor pelayanan bank swasta nasional kondisi April
2010 sebanyak 43 kantor, terbanyak adalah Bank
Danamon sebanyak 15 kantor dan Bank BTPN
sebanyak 14 kantor.

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan Daerah

Sementara
Catatan :

KP
KW
KC
KCP
KK
KU

= Kantor Pusat
= Kantor Wilayah
= Kantor Cabang
= Kantor Cabang Pembantu
= Kantor Kas
= Kantor Unit

itu terdapat satu buah Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) yang dikelola oleh pemerintah daerah


yaitu BPR Mustaqim dan mempunyai kantor cabang
sebanyak 12 kantor.
Sedangkan BPR yang dikelola oleh swasta nasional
yang beroperasi di Aceh terdapat empat BPR dengan
kantor pusat di Aceh yaitu BPR Koperasi Ingin Jaya,
BPR Darul Imarah, BPR Sabee Meusampe dan BPR
Global Berlian Aceh.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

57

15

PERBANKAN DAN INVESTASI


Tabungan masyarakat meningkat tajam
Periode 2006-2009 simpanan masyarakat jenis tabungan terus meningkat
baik jumlah rekening maupun jumlah dana rupiah yang disimpan

Bank Syariah
Kegiatan

perbankan

yang

menjalankan

usaha

berdasarkan prinsip syariah di Aceh ada yang berupa


bank umum dan ada yang berupa unit usaha dari
bank umum. Kondisi April 2010 terdapat sebanyak
empat bank umum syariah dan enam bank umum
yang mempunyai unit usaha syariah. Sedangkan
berupa BPR terdapat sebanyak delapan BPR
Syariah.

BPR

Syariah yang terdapat di Aceh dan juga

mempunyai kantor pusat di Aceh adalah BPR Syariah


Baiturrahman, Hareukat, Hikmah Wakilah, Teungku
Chiek Dipante, Rahman Hijrah Agung, Renggali,
Adeco dan Kota Juang.

Dana Perbankan

Jumlah Bank Syariah yang Beroperasi


di Aceh Kondisi April 2010
Bank Syariah

Simpanan

berupa Giro mengalami peningkatan dari

sisi jumlah rekening selama periode 2006-2009 yaitu


rata-rata meningkat 16,27 persen setiap tahun. Pada
tahun 2006 terdapat 44,2 ribu rekening giro,
kemudian naik setip tahun hingga mencapai 69,4 ribu
rekening tahun 2009.

Namun

dari sisi nilai nominal rupiah yang disimpan

justeru mengalami penurunan. Pada tahun 2006


simpanan masyarakat dalam bentuk giro tercatat
sebesar 7,47 triliun rupiah. Kemudian turun menjadi
5,86 triliun rupiah pada tahun 2007, dan meningkat
lagi menjadi 6,20 triliun rupiah pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 simpanan masyarakat dalam bentuk giro
ini turun drastis menjadi 4,26 triliun rupiah, atau
selama periode 2006-2009 rata-rata nilai simpanan
giro berkurang 17,08 persen setiap tahunnya.

58

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

KU

Jumlah

A. Bank Umum

1. Bank BRI

2. Bank BSM

3. Bank Muamalat

16
11

4. Bank Syariah
Mega Indonesia
B. Unit Usaha Syariah

17

1. Bank BPD Aceh

2. Bank BNI

3. Bank Danamon

4. Bank Permata

5. Bank BII

6. CIMB Niaga

C. BPR Syariah

11

Jumlah

15

15

44

Simpanan masyarakat pada perbankan dapat berupa


uang rupiah maupun valuta asing (valas).
Perkembangan simpanan masyarakat berupa uang
rupiah pada bank umum pemerintah umumnya
mengalami peningkatan.

KP KW KC KCP KK

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan

Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah pada


Bank Umum Pemerintah
Jenis Simpanan

2006

2007

2008

2009

Rata-rata
pertumbuhan per
tahun

Giro
(000 rekening)

44,2

53,8

59,8

69,4

16,27%

Tabungan
(000 rekening)

1.310,1

1.374,1

1.408,6

1.434,1

3,06%

8,3

7,8

7,4

7,7

-2,58%

16,27

14,24

15,94

15,08

-2,51%

Giro

7,47

5,86

6,20

4,26

-17,08%

Tabungan

4,62

5,39

5,90

6,72

13,28%

Simpanan Berjangka

4,18

2,99

3,84

4,11

-0,63%

Simpanan Berjangka
(000 bilyet)
Jumlah dana
(triliun rupiah)

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan

PERBANKAN DAN INVESTASI


Jumlah simpanan masyarakat pada bank umum swasta nasional terus meningkat
Jumlah simpanan masyarakat pada bank swasta nasional tahun 2006 sebesar 1,69 triliun rupiah
dan menjadi 2,15 triliun rupiah pada tahun 2009, meningkat sebesar 8,46 persen per tahun

Perkembangan Simpanan Masyarakat


pada Bank Umum Pemerintah

Sedangkan

15

simpanan jenis tabungan mengalami

peningkatan yang cukup tinggi dari sisi nilai nominal


yaitu sebesar 4,62 triliun rupiah pada tahun 2006
menjadi 6,72 triliun rupiah pada tahun 2009, atau
rata-rata meningkat 13,28 persen setiap tahunnya.
Dari sisi jumlah rekening tabungan juga meningkat
dari 1,31 juta rekening tahun 2006 menjadi 1,43 juta
rekening tahun 2009, atau rata-rata meningkat 3,06
persen setiap tahunnya.

Untuk jenis simpanan berjangka pada periode tahun

Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah


pada Bank Umum Swasta Nasional

Jenis Simpanan

2006

2007

2008

2009

Rata-rata
pertumbuhan per
tahun

Giro
(000 rekening)

4,2

4,8

5,3

5,4

8,36%

Tabungan
(000 rekening)

104,3

129,4

132,5

173,1

18,41%

Simpanan Berjangka
(000 bilyet)

3,2

3,1

3,3

3,4

1,92%

Jumlah dana
(triliun rupiah)

1,69

1,91

2,10

2,15

8,46%

Giro

0,34

0,30

0,32

0,28

-5,66%

Tabungan

0,89

1,09

1,13

1,23

11,22%

Simpanan Berjangka

0,46

0,52

0,65

0,64

11,93%

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan

Tahukah Anda?
***Total Simpanan masyarakat
Aceh pada bank pemerintah dan
bank swasta nasional tahun 2009
mencapai 17,23 triliun rupiah***

2006-2009 mengalami fluktuasi dari sisi jumlah bilyet


maupun jumlah rupiah yang disimpan. Namun jika
dibandingkan posisi awal pada tahun 2006 dan posisi
akhir tahun 2009 nilai simpanan berjangka maupun
jumlah bilyet mengalami penurunan.

Besarnya

dana simpanan masyarakat dalam bentuk


rupiah pada bank umum swasta nasional secara
keseluruhan juga mengalami peningkatan pada
periode 2006-2009. Pada tahun 2006 posisi simpanan
masyarakat berjumlah 1,69 triliun rupiah dan pada
tahun 2009 berjumlah 2,15 triliun rupiah, atau
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,46
persen pertahun.

Jenis simpanan yang mengalami peningkatan dari sisi


dana yang disimpan adalah jenis tabungan dan
simpanan
berjangka.
Tabungan
mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 11,22 persen pertahun
dalam periode 2006-2009. Sedangkan simpanan
berjangka mengalami peningkatan rata-rata sebesar
11,93 persen per tahun pada periode yang sama.
Sementara itu jenis giro mengalami penurunan ratarata sebesar 5,56 persen pertahun.

Dari

sisi jumlah rekening atau bilyet peride 2006-

2009 terus mengalami peningkatan. Peningkatan


terbesar terjadi pada rekening tabungan yaitu dari
104,3 ribu rekening pada tahun 2006 menjadi 173,1
ribu jumlah rekening pada tahun 2009, atau rata-rata
bertambah 18,41 persen setiap tahunnya.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

59

15

PERBANKAN DAN INVESTASI


Tahun 2009 investasi melalui PMDN dan PMA 0%
Pada tahun 2009 sebesar 42,4 milyar rupiah PMDN dan 77,85 juta US$ PMA
yang sudah disetujui pemerintah tidak dapat direalisasikan

Koperasi
Lembaga

keuangan non bank berupa koperasi di

Aceh cukup berkembang dengan baik. Pada tahun


2008 terdapat 6.570 unit koperasi simpan pinjam di
Aceh dengan jumlah anggota sebanyak 494.564
orang dan total simpanan sebesar 283,02 milyar
rupiah.

Sedangkan

pada

tahun

2009

jumlah

Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam


di Aceh Tahun 2008-2009
Uraian

Satuan

Jumlah Koperasi Primer

Unit

Jumlah Anggota
Jumlah Simpanan

2008

Perubahan
(%)

2009

6.570

6.592

0,33

Orang

494.564

505.412

2,19

Juta rupiah

283.019

361.178

27,62

koperasi

bertambah 0,33 persen menjadi 6.592 unit, dan


jumlah anggota juga bertambah 2,19 persen menjadi
505.412 orang, serta jumlah simpanan anggota juga
mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar
27,62 persen, menjadi 361,18 milyar rupiah.

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Investasi
Usaha

untuk mempercepat realisasi pembangunan

Persetujuan dan Realisasi Investasi


Tahun 2008-2009

suatu daerah membutuhkan investasi, baik dari dalam


maupun luar negeri, sehingga tujuan pembangunan
untuk kesejahteraan masyarakatnya dapat segera
dicapai. Namun terkadang dalam merealisasikan
suatu investasi yang sudah direncanakan menemui
hambatan dan kendala sehingga investasi tidak dapat
diwujudkan.

1. PMDN (juta rupiah)

Pada

2. PMA (ribu US $)

tahun 2009 rencana investasi yang sudah

disetujui oleh pemerintah berupa Penanaman Modal


Dalam Negeri (PMDN) mencapai 42,4 milyar rupiah
dan berupa Penanaman Modal Asing (PMA)
mencapai 77,85 juta US$. Namun kedua jenis
investasi tersebut tidak terealisasi sebagaimana
direncakan.

Kondisi tahun 2008 sedikit lebih baik dimana rencana


investasi berupa PMDN sebesar 26 milyar rupiah
dapat direalisasikan seluruhnya (100%). Sedangkan
investasi berupa PMA sebesar 1.477,3 juta US $ yang
sudah
disetujui
ternyata
juga
tidak
dapat
direalisasikan.

60

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

2008
Jenis Investasi

Persetujuan

2009
Realisasi

26.000 100%

1.477.300

0%

Persetujuan

Realisasi

42.400

0%

77.850

0%

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tahukah Anda?
***Total rencana investasi PMA
tahun 2008 dan 2009 sebesar
1.555,15 juta US$ adalah sekitar
14,77 triliun rupiah jika nilai kurs
rupiah Rp.9.500,-***

HARGA-HARGA
Harga komoditas ditingkat konsumen terus meningkat
Perubahan harga berbagai komoditi kebutuhan masyarakat yang digambarkan oleh
IHK selama tahun 2009 mempunyai tren meningkat

16

Indek Harga Konsumen


Selama

Perkembangan IHK Umum


Tahun 2009

Laju

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Laju Inflasi Tahun 2008-2009

Tahun

Banda Aceh

Lhokseumawe

2007

11,00

4,18

6,59

2008

10,27

13,78

11,06

2009

3,50

3,96

2,78

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

tahun 2009 indek harga konsumen (IHK) di

Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe


mempunyai kecenderungan meningkat, walaupun jika
dilihat IHK setiap bulannya berfluktuasi. Hal ini
memberikan informasi bahwa secara umum harga
barang-barang yang dikonsumsi masyarakat terus
mengalami peningkatan.

Nasional

inflasi selama perode 2007-2009 yang bernilai

positif menunjukkan besarnya peningkatan hargaharga secara umum pada tahun yang bersangkutan.
Di kota Banda Aceh tahun 2007 terjadi peningkatan
harga secara umum sebesar 11 persen, kemudian
meningkat lagi sebesar 10,27 persen tahun 2008, dan
sedikit mengalami peningkatan sebesar 3,50 persen
pada tahun 2009. Artinya secara umum harga
pembelian barang-barang konsumsi masyarakat di
akhir tahun 2009 sudah mengalami peningkatan
harga sekitar 24,77 persen bila dibandingkan harga
pada awal tahun 2007.

Demikian

juga di Kota Lhokseumawe dan secara

rata-rata nasional, perkembangan harga kebutuhan


masyarakat terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya, walaupun dengan tingkat perubahan yang
berbeda-beda.

Harga beras, minyak goreng dan


gula pasir
Beras, minyak goreng dan gula pasir merupakan tiga
komoditas strategis kebutuhan hidup penduduk setiap
harinya. Gejolak harga pada ketiga jenis komoditas
sering menimbulkan dampak terhadap persoalan
ekonomi maupun persoalan sosial bahkan politik
bangsa Indonesia. Karena itu ketersedian dan
kestabilan harga komoditas strategis di pasaran terus
diupayakan oleh pemerintah.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

61

16
Periode

HARGA-HARGA
Harga gula pasir terus meningkat
Harga gula pasir selama tiga tahun terus mengalami peningkatan yaitu dari
7.104 rupiah/kg tahun 2007 menjadi 9.900 rupiah/kg tahun 2009

2007-2009 rata-rata harga minyak goreng

mengalami fluktuasi. Minyak goreng bimoli tahun


2007 rata-rata seharga 10.591 rupiah per liter,
kemudian naik menjadi 13.991 rupiah per liter tahun
2008, dan sedikit menurun tahun 2009 menjadi
13.625 rupiah per liter. Demikian juga dengan harga
minyak goreng malinda juga mengalami fluktuasi,
namun harga lebih murah dibandingkan minyak
goreng bimoli. Minyak goreng malinda merupakan
minyak goreng curah dan dijual dengan satuan
kilogram.

Sedangkan

harga gula pasir putih peride 2007-2009

terus mengalami peningkatan. Selama tahun 2007


harga gula pasir rata-rata 7.104 rupiah per kilogram,
tahun 2008 seharga 7.220 rupiah per kilogram, dan
tahun 2009 meningkat tajam menjadi 9.900 rupiah per
kilogram.

Rata-rata Harga Minyak Goreng dan Gula


Pasir di Kota Banda Aceh

Komoditi

2007

2008

2009

Minyak Goreng
Bimoli (Rp/ltr)

10.591

13.991

13.625

Minyak Goreng
Malinda (Rp/kg)

8.280

10.460

8.877

Gula Pasir Putih


(Rp/kg)

7.104

7.220

9.900

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Nilai Tukar Petani


Nilai

tukar petani (NTP) merupakan salah satu

indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli


petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya
tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk
biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif
semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli
petani.

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinis Aceh


Tahun 2008-2009
Sub Kelompok

2008

2009

1. Tanaman Pangan

95,36

98,98

2. Hortikultura

99,65

99,2

3. Perkebunan Rakyat

103,5

101,05

NTP rata-rata Aceh pada tahun 2008 dan 2009 masih

4. Peternakan

98,13

98,55

dibawah angka seratus walaupun pada tahun 2009


mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 98,64 tahun
2008 menjadi 99,76 atau naik 1,14 persen.

5. Perikanan

99,36

98,98

98,64

99,76

Jika

dilihat menurut sub sektor, hanya ada satu sub

sektor yang mempunyai NTP diatas angka seratus


yaitu sub sektor perkebunan rakyat. Pada tahun 2008
NTP sub sektor ini sebesar 103,5 dan tahun 2009
turun menjadi 101,05. Hal ini memberikan informasi
bahwa hanya petani sub sektor perkebunan yang
memiliki kelebihan nilai tukar hasil produksi mereka
dengan barang dan jasa yang dibutuhkan.

62

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Gabungan

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

PENGELUARAN PENDUDUK
Sebagian besar pendapatan penduduk dikeluarkan untuk makan
Persentase pengeluaran penduduk untuk makanan mencapai 60 persen lebih dari
total konsumsi setiap bulan pada periode 2007-2009

Rata-rata Pengeluaran Per Kapita


Per Bulan

17

Rata-rata Pengeluaran
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk
Aceh
periode
2007-2009
terus
mengalami
peningkatan setiap tahunnya yaitu sebesar 336.900
rupiah pada tahun 2007 menjadi 427.488 rupiah pada
tahun 2009. Namun rata-rata pengeluaran penduduk
Aceh masih dibawah rata-rata pengeluaran penduduk
secara Nasional yaitu mencapai 353.421 rupiah pada
tahun 2007 menjadi 430.065 rupiah pada tahun 2009.

Sumber : BPS RI 2010

Rata-rata Pengeluaran Untuk Makanan


Per Kapita Per Bulan

Pengeluaran

Persentase Pengeluaran Untuk Makanan

itu

digunakan

itu rata-rata pengeluaran untuk makanan

secara Nasional pada tahun 2007 jauh lebih rendah


dibanding di Aceh yaitu sebesar 174.028 rupiah.
Kemudian mengalami peningkatan setiap tahun
sehingga mencapai 217.720 rupiah pada tahun 2009,
namun nilai ini juga masih dibawah nilai pengeluaran
untuk makanan penduduk Aceh. Hal ini memberikan
gambaran bahwa biaya hidup di Aceh terutama untuk
memenuhi kebutuhan makanan lebih mahal
dibandingkan biaya hidup secara rata-rata Nasional.

Jika

Sumber : BPS RI 2010

sebesar

sebagai biaya hidup yaitu untuk pembelian kebutuhan


akan makanan (bahan makanan atau makanan jadi)
dan non makanan (biaya rumah tangga, pendidikan,
kesehatan dan lainnya). Pada tahun 2007 biaya yang
digunakan penduduk Aceh untuk konsumsi makanan
sebesar 204.200 rupiah perkapita perbulan.
Kemudian terus mengalami peningkatan sampai
sebesar 266.962 rupiah pada tahun 2009.

Sementara

Sumber : BPS RI 2010

penduduk

dilihat proporsi pengeluaran makanan dan non

makanan, maka penduduk Aceh menggunakan


sebagian besar pengeluarannya untuk konsumsi
makanan, yaitu mencapai 60 persen lebih selama
periode 2007-2009. Sedangkan secara rata-rata
Nasional pada periode yang sama pengeluaran untuk
makanan hanya sekitar 50 persen. Namun proporsi
pengeluaran untuk makanan baik secara Nasional
maupun di Aceh menunjukkan tren meningkat setiap
tahunnya.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

63

17

PENGELUARAN PENDUDUK
Penduduk Aceh lebih baik dibandingkan rata-rata Nasional dalam pemenuhan gizi
Konsumsi protein dan konsumsi kalori perkapita perhari penduduk Aceh lebih tinggi
dibandingkan rata-rata secara Nasional

Konsumsi Protein dan Kalori


Pada

Rata-rata Konsumsi Protein (gram)


Per Hari Per Kapita

tahun 2010 konsumsi protein penduduk Aceh

per kapita per hari rata-rata sebesar 57,45 gram.


Sedangkan secara Nasional berada dibawah Aceh
yaitu mencapai 55,01 gram. Jika dilihat tempat tinggal
penduduk yaitu desa dan kota, secara rata-rata di
Aceh tidak terjadi perbedaan jumlah protein yang
dikonsumsi oleh penduduk desa dengan penduduk
kota, yaitu daerah perkotaan sebesar 57,52 gram dan
daerah perdesaan sebesar 57,41 gram.

Namun

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

kondisi ini jauh berbeda untuk rata-rata

secara Nasional, yaitu jumlah protein yang


dikonsumsi oleh penduduk kota jauh lebih besar
dibandingkan penduduk desa. Rata-rata konsumsi
protein penduduk perkotaan secara Nasional sebesar
56,14 gram dan di perdesaan lebih rendah yaitu
sebesar 53,97 gram.

Untuk

Rata-rata Konsumsi Kalori (kkal)


Per Hari Per Kapita

konsumsi kalori perkapita perhari penduduk

Aceh juga berada diatas angka Nasional. Rata-rata


penduduk Aceh mengkonsumsi 2.075,79 kkal
perkapita perhari, sedangkan secara Nasional
sebesar 1.925,61 kkal.

Konsumsi

kalori penduduk di perdesaan ternyata

lebih tinggi dibandingkan penduduk perkotaan. Hal ini


terjadi baik di Aceh maupun secara rata-rata
Nasional. Di daerah perkotaan di Aceh konsumsi
kalori sebesar 1.993,32 kkal perkapita perhari.
Sedangkan penduduk perdesaan lebih banyak lagi
yaitu sebesar 2.109,16.

Begitu

juga

secara

Nasional

konsumsi

kalori

penduduk perkotaan sebesar 1.882,29 kkal perkapita


perhari dan di perdesaan sebesar 1.966,09 kkal
perkapita perhari. Fenomena ini sangat menarik
karena
ternyata
penduduk
perdesaan
lebih
mencukupi kebutuhannya akan kalori dibandingkan
penduduk perkotaan.

64

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Tahukah Anda?
***Kebutuhan
energi/kalori
minimal
penduduk
yang
disyaratkan dalam penghitungan
garis
kemiskinan
makanan
adalah sebesar 2.100 kkal
perkapita perhari. Secara ratarata
hanya
dipenuhi
oleh
penduduk Aceh yang berada di
pedesaan***

PERDAGANGAN
Ekspor Aceh tahun 2009 menurun
Nilai ekpor Aceh pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 49 persen dan
berat komoditi ekspor juga mengalami penurunan sebesar 18,98 persen

Ekspor

Berat dan Nilai Ekspor Aceh


Tahun 2008-2009
Indikator

18

2008

2009

Perubahan

Berat bersih (000 ton)

3.386,38

2.743,58

-18,98%

Nilai FoB (juta US$)

2.234,13

1.139,45

-49,00%

Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

Persentase Nilai Ekspor Aceh Menurut


Negara Tujuan Tahun 2009

Nilai

ekspor

Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

pada

tahun

2009

Penurunan nilai ekspor pada tahun 2009 juga diikuti


oleh penurunan jumlah volume (berat) barang-barang
yang diekspor. Volume barang-barang yang diekspor
pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
18,98 persen. Pada tahun 2008 volume ekspor Aceh
mencapai 3.386,38 ribu ton, kemudian turun menjadi
2.743,58 ribu ton pada tahun 2009.
Provinsi Aceh menurut negara tujuan pada

tahun 2009 dilakukan ke 14 negara dengan yang


didominasi oleh negara Korea Selatan sebesar 61,32
persen dari total nilai ekspor Aceh. Kemudian diikuti
oleh negara Jepang sebesar 27,71 persen, India 2,68
persen, Singapore 2,09 persen, dan sisanya sebesar
6,20 persen ke beberapa negara lainnya antara lain
Malaysia, Philipina, Myanmar, Thailand, dan
Hongkong.

Pada
Persentase Nilai Ekspor Aceh Menurut
Pelabuhan Muat Tahun 2009

Aceh

mengalami penurunan sebesar 49,00 persen


dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya.
Nilai ekspor tahun 2009 mencapai US$ 1.139,45 juta,
sedangkan tahun 2008 mencapai US$ 2.234,13 juta.

Ekspor

Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

Provinsi

tahun 2009 kegiatan ekspor dilakukan melalui

sembilan pelabuhan muat. Tiga pelabuhan yang


melakukan aktivitas muat komoditi ekspor terbanyak
adalah pelabuhan Blang Lancang di Aceh Utara yang
merupakan pelabuhan ekspor komoditi minyak dan
gas (LNG). Nilai ekspor melalui pelabuhan Blang
Lancang sebesar 90,83 persen dari total nilai ekspor
Aceh
tahun
2009.
Kemudian
pelabuhan
Lhokseumawe untuk pengiriman komoditi hasil
industri fertilizer/ammonia, sebesar 7,83 persen dan
pelabuhan Kuala Langsa sebesar 1,32 persen yang
merupakan ekspor komoditi hasil pertanian dan
industri (non migas). Negara tujuan dari ekspor non
migas Aceh antara lain Negara Australia, India dan
Columbia.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

65

18

PERDAGANGAN
Impor Aceh pada tahun 2009 mengalami penurunan
Nilai impor Aceh pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 69,54 persen namun
berat komoditi impor mengalami peningkatan sebesar 162,87 persen

Impor
Nilai impor Provinsi Aceh pada tahun 2009 mencapai
US$ 117,04 juta. Nilai ini mengalami penurunan
hingga 69,54 persen dibandingkan nilai impor tahun
2008. Nilai impor tahun 2008 mencapai US$ 384,24
juta, sedangkan tahun 2009 turun menjadi US$
117,04 juta.

Berat dan Nilai Impor Aceh


Tahun 2008-2009
Indikator

2008

2009

Perubahan

Berat bersih (000 ton)

201,81

530,48

162,87%

Nilai CIF (juta US$)

384,24

117,04

-69,54%

Penurunan nilai impor Aceh ternyata tidak diikuti oleh


penurunan volume impornya. Melainkan volume impor
tahun 2009 mengalami peningkatan dari tahun 2008
sebesar 162,87 persen yaitu dari 201,81 ribu ton
tahun 2008 menjadi 530,48 ribu ton tahun 2009.

Persentase Nilai Impor Aceh Menurut


Negara Asal Tahun 2009

Pada tahun 2009 Aceh melakukan impor barang dari


15 negara. Impor dari negara Singapura merupakan
yang tertinggi, yakni dengan nilai US$ 72,34 juta atau
mencapai 61,81 persen dari total impor Aceh.
Selanjutnya disusul oleh negara Malaysia dengan
nilai US$ 27,84 juta (23,79 persen), dan Pakistan
senilai US$ 6,65 juta (5,68 persen). Kemudian dari
China dan Jepang masing-masing sebesar 2,31
persen, dan selebihnya sebesar 4,11 persen dari total
nilai impor Aceh berasal dari 10 negara lainnya.

Total

Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

nilai impor Aceh tahun 2009 sebesar US$

117,04 juta dilakukan melalui 10 pelabuhan bongkar


yang ada di Provinsi Aceh. Pelabuhan Blang Lancang
memiliki kontribusi terbesar yaitu mencapai US$
57,23 juta atau 48,90 persen dari total impor.
Kemudian diikuti oleh pelabuhan Lhokseumawe
sebesar 23,49 persen atau senilai US $ 27,49 juta.

Aktivitas

Persentase Nilai Impor Aceh Menurut


Pelabuhan Bongkar Tahun 2009

bongkar komoditi impor di pelabuhan

Lhoknga menduduki posisi ketiga terbesar dari sisi


nilai barang yang diimpor yaitu senilai 13,70 persen
dari total nilai impor Aceh namun terbesar dari sisi
volume yang diimpor, yaitu sekitar 296 ribu ton.
Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

66

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

PENDAPATAN REGIONAL
Kontribusi minyak dan gas terus mengalami penurunan
Kontribusi minyak dan gas terhadap pembentukan PDRB Aceh tahun 2007 masih sebesar
30,07 persen, kemudian terus menurun sehingga tinggal 18,67 persen pada tahun 2009

19

Pendapatan Regional
Komposisi PDRB Aceh Menurut
Migas dan Non Migas

Pendapatan

domestik

Perkembangan

Bruto

(PDRB)

PDRB Aceh periode 2007-2009 jika

memperhitungkan komponen minyak dan gas (migas)


yang dihasilkan di wilayah Aceh, dari tahun-ketahun
terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
penurunan produksi migas dari lahan yang sudah
diekploitasi dalam waktu puluhan tahun. Oleh karena
itu pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas
mengalami pertumbuhan yang negatif.

Sumber : PDRB Aceh 2006-2009

Pada
Beberapa Indikator Ekonomi
Aceh Tahun 2007-2009
Indikator

regional

merupakan salah satu indikator untuk menilai


kemajuan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Dari
PDRB dapat diperoleh informasi tentang kemampuan
keuangan daerah, potensi daerah dan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang diperoleh dari PDRB
perkapita.

2007

2008

2009

PDRB ADHB (triliun rupiah)

71,09

73,53

70,76

PDRB ADHK (milyar rupiah)

35,98

34,09

32,18

PDRB ADHB/Kapita (juta rupiah)

16,83

17,12

16,22

PDRB ADHK/Kapita (juta rupiah)

8,52

7,94

7,38

Pertumbuhan ekonomi (%)

(2,36)

(5,27)

(5,58)

Dengan Minyak dan Gas

Tanpa Minyak dan Gas


PDRB ADHB (triliun rupiah)

49,72

54,19

57,55

PDRB ADHK (milyar rupiah)

26,02

26,51

27,55

PDRB ADHB/Kapita (juta rupiah)

11,77

12,62

13,19

PDRB ADHK/Kapita (juta rupiah)

6,16

6,17

6,31

Pertumbuhan ekonomi (%)

7,23

1,88

3,92

tahun 2007 komposisi PDRB Aceh terdiri dari

30,07 persen dari komponen migas dan 69,93 persen


dari komponen non migas. Kemudian tahun 2008
kontribusi migas turun menjadi 26,30 persen dan
kontribusi non migas 73,70 persen. Pada tahun 2009
kontribusi migas terhadap PDRB sudah dibawah 20
persen yaitu sebesar 18,67 persen, dan kontribusi
non migas sebesar 81,33 persen. Diperkirakan
kontribusi migas akan terus menurun terhadap PDRB
Aceh, kecuali jika ditemukan dan diekploitasi sumbersumber migas di lokasi lainnya di Aceh.

Seiring

dengan

penurunan

komponen

migas,

komponen non migas terus mengalami peningkatan


setiap tahunnya terhadap PDRB Aceh. Pertumbuhan
ekonomi Aceh tanpa migas tahun 2007 tercatat
sebesar 7,23 persen. Kemudian tahun 2008
perekonomian Aceh meningkat tipis yaitu sebesar
1,88 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Aceh
tahun 2009 kembali meningkat yaitu tumbuh sebesar
3,92 persen.

Sumber : PDRB Aceh 2006-2009

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

67

19

PENDAPATAN REGIONAL
Sektor pertanian masih menjadi andalan perekonomian Aceh
Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Aceh pada tahun 2009 sebesar 27,40
persen dan merupakan kontribusi terbesar dari sembilan sektor PDRB

Pendapatan Perkapita
PDRB perkapita dapat dijadikan ukuran produktivitas
masyarakat secara makro. Semakin besar PDRB
perkapita semakin produktif masyarakat di daerah
tersebut yang seharusnya juga semakin sejahtera.

PDRB

PDRB Perkapita Aceh Dengan Migas dan


Tanpa Migas

perkapita Aceh atas dasar harga berlaku

(ADHB) dengan migas tahun 2009 mencapai 16,22


juta rupiah, mengalami penurunan sebesar 5,31
persen dibanding tahun 2008. Sedangkan tanpa
migas mencapai 13,19 juta rupiah, mengalami
peningkatan sebesar 4,50 persen dari tahun 2008.

Penurunan

PDRB

perkapita

dengan

migas

disebabkan karena di satu sisi terjadi penurunan nilai


PDRB dan di sisi lain jumlah penduduk sebagai faktor
pembagi terus bertambah setiap tahunnya. Pada
tahun 2009 terjadi pertumbuhan jumlah penduduk
sekitar 1,62 persen dibandingkan jumlah penduduk
pada tahun 2008.

Peranan Sektor Terhadap PDRB Dengan


Migas Tahun 2009

Struktur Ekonomi
Struktur

perekonomian

Aceh

dengan

mengikutsertakan komponen migas dalam PDRB


pada tahun 2009 masih didominasi oleh sektor
pertanian. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar
27,40 terhadap total PDRB Aceh.

Selain sektor pertanian, terdapat enam sektor lainnya


yang cukup berperan terhadap pembentukan PDRB
Aceh dengan migas yaitu sektor perdagangan, hotel
dan restoran yang meberikan kontribusi sebesar
14,73 persen, sektor jasa-jasa (11,80%), sektor
pertambangan dan penggalian (11,59%), sektor
industri pengolahan (11,20%), sektor pengangkutan
dan komunikasi (10,67%) dan sektor konstuksi
(9,67%). Dua sektor lainnya yaitu sektor listrik dan air
bersih serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan memberikan kontribusi masih dibawah
tiga persen.

68

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Keterangan :
A. Pertanian
B. Pertambangan & Penggalian
C. Industri Pengolahan
D. Listrik dan Air Bersih
E. Konstruksi
F. Perdagangan, Hotel & Restoran
G. Pengangkutan & Komunikasi
H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
I. Jasa-jasa

PERBANDINGAN REGIONAL
Penduduk Kepulauan Riau semakin padat
Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di pulau Sumatera terjadi di Provinsi Kepulauan
Riau yaitu rata-rata bertambah 4,27 persen setiap tahun pada periode 2000-2009

Persentase Jumlah Penduduk Provinsi


se Sumatera Terhadap Total Penduduk
Indonesia
Provinsi

20001

20052

20083

20093

1. Aceh

1,92

1,86

1,88

1,89

2. Sumatera Utara

5,68

5,65

5,71

5,73

3. Sumatera Barat

2,07

2,08

2,08

2,09

4. Riau

2,41

2,20

2,27

2,29

20

Penduduk
Persentase

penduduk Provinsi Aceh terhadap total

penduduk Indonesia pada tahun 2009 sebesar 1,89


persen. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2000
mencapai 1,92 persen. Kemudian pada tahun 2005
turun menjadi 1,86 persen akibat berkurangnya
jumlah penduduk Aceh pada saat musibah tsunami
pada tanggal 26 Desember 2004 yang banyak
menelan korban jiwa.

0,58

0,64

0,65

6. Jambi

1,17

1,21

1,22

1,22

Di

7. Sumatera Selatan

3,03

3,10

3,12

3,12

8. Kep. Bangka Belitung

0,44

0,49

0,49

0,49

9. Bengkulu

0,71

0,71

0,72

0,72

10. Lampung

3,28

3,22

3,23

3,24

20,71

21,10

21,36

21,44

penduduk Indonesia dicapai oleh Provinsi Sumatera


Utara yaitu sebesar 5,73 persen pada tahun 2009.
Kemudian diikuti oleh Provinsi Lampung sebesar 3,24
persen dan Provinsi Sumatera Selatan sebesar 3,12
persen. Kontribusi terkecil diberikan oleh Provinsi
Kepulauan Riau yaitu hanya 0,65 persen dari total
penduduk Indonesia tahun 2009.

5. Kepulauan Riau

PULAU SUMATERA

Catatan :
1 Hasil Sensus Penduduk 2000
2 Hasil Sensus Penduduk Aceh Nias 2005
3 Hasil estimasi penduduk berdasarkan sensus

Secara

Sumber : Statistik Indonesia 2009

19902000

1. Aceh

1,46

20002005
(0,20)

20002008
0,66

20002009
0,77

2. Sumatera Utara

1,32

1,30

1,43

1,45

3. Sumatera Barat

0,63

1,46

1,44

1,43

4. Riau

4,35

5. Kepulauan Riau

4,14

3,47

3,46

5,05

4,79

4,27

6. Jambi

1,84

1,94

1,85

1,83

7. Sumatera Selatan

1,28

1,88

1,73

1,69

8. Kep. Bangka Belitung

0,97

3,61

2,80

2,64

9. Bengkulu

2,20

1,48

1,52

1,52

10. Lampung

1,17

1,04

1,18

1,20

1,45

1,40

1,36

1,35

INDONESIA

Sumber : Statistik Indonesia 2009

keseluruhan penduduk provinsi se Sumatera

memberikan kontribusi sebesar 21,44 persen


terhadap total penduduk Indonesia tahun 2009.
Angka ini mengalami peningkatan setiap tahunnya
mulai dari tahun 2000 yang tercatat sebesar 20,71
persen.

Laju Pertumbuhan Penduduk


Menurut Provinsi se Sumatera
Provinsi

pulau Sumatera kontribusi terbesar terhadap

Pertumbuhan

penduduk Aceh pada periode tahun

2000-2009 rata-rata sebesar 0,77 persen per tahun.


Angka ini lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan
penduduk secara Nasional tahun 2000-2009 yaitu
sebesar 1,35 persen per tahun. Provinsi lain di
Sumatera dengan angka pertumbuhan penduduk
lebih rendah dari angka Nasional adalah Provinsi
Lampung sebesar 1,20 persen per tahun. Sedangkan
delapan provinsi lainnya berada diatas angka
pertumbuhan penduduk Nasional.

Di

pulau Sumatera pertumbuhan penduduk tertinggi

terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 4,27


persen per tahun, kemudian Provinsi Riau sebesar
3,46 persen pertahun.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

69

20

PERBANDINGAN REGIONAL
Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau secara rata-rata sangat sejahtera
Pada tahun 2009 PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau mencapai 24,30 juta rupiah pertahun,
berada jauh diatas rata-rata Nasional dan angka provinsi lainnya di Sumatera

Tingkat kepadatan penduduk

yaitu jumlah penduduk

Kepadatan Penduduk per Km


Menurut Provinsi se Sumatera

dibagi luas wilayah di Aceh sebesar 75 jiwa per km .


2
Angka ini terus meningkat dari 72 jiwa per km pada
tahun 2000. Provinsi terpadat penduduknya di
Sumatera tertinggi dicapai oleh Provinsi Lampung
2
yaitu sebesar 199 jiwa per km . Kemudian diikuti oleh
2
Provinsi Kepulauan Riau sebesar 187 jiwa per km
dan Provinsi Sumatera Utara sebesar 182 jiwa per
2
km . Ketiga provinsi ini mempunyai tingkat kepadatan
penduduk diatas rata-rata Nasional sebesar 124 jiwa
2
per km .

Provinsi

2000

kepadatan

penduduk

terendah

dan

dibawah angka Provinsi Aceh adalah Provinsi Riau


2
sebesar 60 jiwa per km , Provinsi Jambi sebesar 62
2
jiwa per km , dan Provinsi Kepulauan Bangka
2
Belitung sebesar 69 jiwa per km .

74

75

2. Sumatera Utara

161

171

180

182

3. Sumatera Barat

101

108

113

114

4. Riau

56

55

59

60

5. Kepulauan Riau

158

180

187

53

58

61

62

103

113

118

120

8. Kep. Bangka Belitung

55

65

68

69

9. Bengkulu

74

79

83

84

10. Lampung

178

188

196

199

110

118

123

124

6. Jambi

INDONESIA

Sumber : Statistik Indonesia 2009

PDRB Perkapita Tanpa Migas


Atas Dasar Harga Konstan 2000

perkapita tanpa migas provinsi se Sumatera

tertinggi berada di Provinsi Kepulauan Riau yaitu


sebesar 24,30 juta pada tahun 2008. Bahkan PDRB
perkapita provinsi ini juga tertinggi selama periode
2005-2008. Nilai yang dicapai juga jauh lebih tinggi
dibandingkan PDRB perkapita provinsi lainnya di
Sumatera.

Provinsi Aceh berada pada posisi ke empat terendah


dari sepuluh provinsi di Sumatera yaitu sebesar 6,17
juta rupiah pada tahun 2008. PDRB perkapita
terendah berada di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar
4,48 juta rupiah pada tahun 2008.

Provinsi

2005

dibandingkan dengan PDRB perkapita Nasional

pada tahun 2008 sebesar 8,49 juta rupiah, ternyata


hanya terdapat dua provinsi dengan PDRB perkapita
diatas angka Nasional yaitu Provinsi Kepulauan Riau
dan Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan delapan
provinsi lainnya mempunyai PDRB perkapita dibawah
rata-rata Nasional.

70

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

2006

2007

2008

1. Aceh

5,52

5,84

6,16

6,17

2. Sumatera Utara

7,03

7,34

7,72

8,08

3. Sumatera Barat

6,38

6,68

7,01

7,35

4. Riau

6,93

7,35

7,77

8,21

22,33

22,94

23,65

24,30

5. Kepulauan Riau
6. Jambi

4,17

4,44

4,66

4,92

7. Sumatera Selatan

5,33

5,63

6,00

6,29

8. Kep. Bangka Belitung

8,80

8,05

8,36

8,66

9. Bengkulu

3,98

4,15

4,34

4,48

10. Lampung

4,07

4,22

4,42

4,59

7,30

7,65

8,07

8,49

INDONESIA

Jika

2009

68

PDRB
PDRB

2008

72

1. Aceh

7. Sumatera Selatan

Sedangkan

2005

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Tahukah Anda?
***Jika PDRB perkapita 24 juta rupiah
pertahun dibagi 12 bulan dan dikali 4
orang
rata-rata
per
rumahtangga
hasilnya adalah 8 juta perbulan per
rumahtangga***

PERBANDINGAN REGIONAL
Penduduk Kepulauan Riau semakin padat
Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di pulau Sumatera terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu
rata-rata bertambah 4,27 persen setiap tahun pada periode 2000-2009

Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut


Provinsi se Sumatera
Provinsi

2005
1,22

1. Aceh

2006
7,70

2007

2008

7,23

1,88

2. Sumatera Utara

5,52

6,26

6,89

6,40

3. Sumatera Barat

5,73

6,14

6,34

6,36

4. Riau

8,54

8,66

8,25

8,06

5. Kepulauan Riau

7,08

7,23

7,55

7,22

6. Jambi

6,25

8,35

6,59

7,36

7. Sumatera Selatan

6,91

7,31

8,04

6,34

8. Kep. Bangka Belitung

4,60

4,80

5,37

5,03

9. Bengkulu

5,82

5,95

6,03

4,93

10. Lampung

4,61

5,31

6,14

5,33

6,57

6,11

6,87

6,52

INDONESIA

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Indek Pembangunan Manusia (IPM)


Provinsi se Sumatera

Laju

20

pertumbuhan ekonomi provinsi se Sumatera

periode
2005-2008
seluruhnya
mengalami
pertumbuhan positif dengan besaran nilai yang cukup
bervariasi. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan
ekonomi terendah sebesar 1,88 persen di Provinsi
Aceh dan tertinggi sebesar 8,06 persen di Provinsi
Riau.
Pada tahun 2008 terdapat tiga provinsi dengan laju
pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata Nasional yang
besarnya 6,52 persen, yaitu Provinsi Riau, Kepulauan
Riau dan Jambi. Sedangkan tujuh provinsi lainnya
mempunyai laju pertumbuhan dibawa rata-rata
Nasional.

Indeks Pembangunan Manusia


Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

salah satu indikator keberhasilan pembangunan


manusia khususnya dibidang kesehatan, pendidikan
dan kehidupan yang layak. Ketiga bidang tersebut
dianggap sebagai permasalahan yang mendasar
yang dapat merefleksikan keberhasilan pembangunan
manusia secara menyeluruh.

Indikator

yang

digunakan

merupakan

indikator

komposit yang terdiri dari angka harapan hidup


mewakili pembangunan bidang kesehatan, angka
melek huruf dan rata-rata lama bersekolah mewakili
bidang pendidikan serta kemampuan daya beli yang
merefleksikan tingkat kehidupan yang layak.
Sumber : Statistik Indonesia 2009

Tahukah Anda?
***IPM Aceh pada tahun 2009 berada
pada peringkat ke 17 tertinggi dari 33
provinsi di Indonesia***

Pada tahun 2009 IPM provinsi se Sumatera tertinggi


diraih oleh Provinsi Riau yaitus sebesar 75,60. Angka
ini jauh lebih tinggi dibandingkan capaian IPM
Nasional tahun 2009 sebesar 71,76. Jika
dibandingkan dengan IPM Nasional tersebut, terdapat
delapan provinsi dengan IPM berada diatas angka
Nasional dan dua provinsi berada dibawahnya.
Provinsi Aceh dan Lampung termasuk provinsi
dengan IPM berada dibawah angka IPM Nasional
tahun 2009 dan juga pada tahun 2008.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

71

20

PERBANDINGAN REGIONAL
Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau secara rata-rata sangat sejahtera
Pada tahun 2009 PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau mencapai 24,30 juta rupiah pertahun,
berada jauh diatas rata-rata Nasional dan angka provinsi lainnya di Sumatera

Kemiskinan
Perkembangan

jumlah penduduk miskin provinsi se

Sumatera selama periode 2007-2009 mengalami


penurunan setiap tahunnya. Persentase penduduk
miskin terbanyak pada tahun 2009 berada di Provinsi
Aceh yaitu sebesar 21,80 persen. Bahkan pada tahun
2007 dan 2008 persentase penduduk miskin di
Provinsi Aceh tetap yang tertinggi di Pulau Sumatera.
Pada tahun 2007 dan 2008 tersebut hanya ada tiga
provinsi dengan tingkat kemiskinan diatas 20 persen
yaitu Provinsi Aceh, Bengkulu dan Lampung.

Tingkat penurunan persentase penduduk miskin dari


tahun 2007 ke tahun 2009 masing-masing provinsi se
Sumatera cukup bervariasi. Penurunan tertinggi
terjadi di Provinsi Aceh sebesar 4,85 persen poin
yaitu dari 26,65 persen pada tahun 2007 menjadi
21,80 persen pada tahun 2008. Kemudian Provinsi
Bengkulu sebesar 3,54 persen poin yaitu dari 22,13
persen pada tahun 2007 menjadi 18,59 persen pada
tahun 2009. Sedangkan provinsi lainnya terjadi
penurunan dibawah tiga persen poin. Secara
Nasional penurunan persentase penduduk miskin dari
tahun 2007 ke 2009 terjadi sebesar 2,43 persen poin.

Jika

Penduduk Miskin (%)


Provinsi
2007
1. Aceh

26,65

2008

2009

23,53

21,80

2. Sumatera Utara

13,90

12,55

11,51

3. Sumatera Barat

11,90

10,67

9,54

4. Riau

11,20

10,63

9,48

5. Kepulauan Riau

10,30

9,18

8,27

6. Jambi

10,27

9,32

8,77

7. Sumatera Selatan

19,15

17,73

16,28

9,54

8,58

7,46

8. Kep. Bangka Belitung


9. Bengkulu

22,13

20,64

18,59

10. Lampung

22,19

20,98

20,22

16,58

15,42

14,15

INDONESIA

Persentase Penduduk Miskin Provinsi


se Sumatera Tahun 2009

dibandingkan dengan persentase penduduk

miskin secara Nasional pada tahun 2009 yang


mencapai 14,15 persen, terdapat empat provinsi di
Sumatera dengan tingkat kemiskinan berada di atas
angka Nasional yaitu Provinsi Aceh, Lampung,
Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sedangkan enam
provinsi lainnya berada dibawah angka kemiskinan
Nasional, dengan tingkat kemiskinan terendah di
Pulau Sumatera adalah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yaitu sebesar 7,46 persen.

***Persentase penduduk miskin adalah


proporsi penduduk yang hidup dibawah
garis kemiskinan***

72

Perkembangan Jumlah Penduduk


Miskin Provinsi se Sumatera

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Tahukah Anda?
***Persentase penduduk miskin di Aceh
tahun 2009 tertinggi di Pulau Sumatera
dan urutan ke 7 tertinggi dari 33 provinsi
di Indonesia***

PERBANDINGAN REGIONAL
Penduduk Kepulauan Riau semakin padat
Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di pulau Sumatera terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu
rata-rata bertambah 4,27 persen setiap tahun pada periode 2000-2009

20

Gini Rasio
Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran
Angka Gini Rasio Provinsi
se Sumatera Tahun 2007-2009
Gini Rasio
Provinsi
2007

2008

2009

yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat


ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Angka
koefisien gini rasio akan bernilai dari 0 (nol) sampai
dengan 1 (satu). Nilai 0 menggambarkan pemerataan
yang sempurna, dan nilai 1 menggambarkan ketidakmerataan (ketimpangan) yang sempurna.

1. Aceh

0,27

0,27

0,29

2. Sumatera Utara

0,31

0,31

0,32

3. Sumatera Barat

0,31

0,29

0,30

Perkembangan

4. Riau

0,32

0,31

0,33

5. Kepulauan Riau

0,30

0,30

0,29

6. Jambi

0,31

0,28

0,27

7. Sumatera Selatan

0,32

0,30

0,31

8. Kep. Bangka Belitung

0,26

0,26

0,29

provinsi se Sumtera sangat bervariasi. Beberapa


provinsi mengalami penurunan angka gini rasio setiap
tahunnya seperti Provinsi Jambi dan Bengkulu. Hal ini
menggambarkan tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan semakin mengecil setiap tahunnya.

9. Bengkulu

0,34

0,33

0,30

10. Lampung

0,39

0,35

0,35

0,36

0,35

0,37

INDONESIA

Angka Gini Rasio Provinsi


se Sumatera Tahun 2009

angka gini rasio tahun 2007-2009

Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera


Selatan mengalami peningkatan angka gini rasio
pada tahun 2009 yang berarti distribusi pendapatan
semakin memburuk dan semakin timpang dibanding
tahun sebelumnya. Sedangkan beberapa provinsi
lainnya mengalami penurunan angka gini rasio pada
tahun 2008 namun kembali terjadi peningkatan pada
tahun 2009, seperti Provinsi Sumatera Barat, Riau,
dan Sumatera Selatan.

Secara umum angka gini rasio provinsi se Sumatera


lebih baik dibandingkan rata-rata Nasional. Pada
tahun 2009 angka gini rasio seluruh provinsi di
Sumatera berada dibawah rata-rata Nasional yang
besarnya 0,37. Angka gini rasio provinsi se Sumatera
tahun 2009 berada dalam rentang 0,27 yaitu Provinsi
Jambi, sampai 0,35 yaitu Provinsi Lampung.

Tahukah Anda?
Nilai gini ratio (G), jika:
s G < 0,3
:ketimpangan rendah
s 0,3 G 0,5 :ketimpangan sedang
s G > 0,5
:ketimpangan tinggi

***Gini rasio Provinsi Aceh tahun 2009


sebesar 0,29 berada pada posisi kedua
terkecil setelah Provinsi Jambi sebesar
0,27***

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

73

20

PERBANDINGAN REGIONAL
Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau secara rata-rata sangat sejahtera
Pada tahun 2009 PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau mencapai 24,30 juta rupiah pertahun,
berada jauh diatas rata-rata Nasional dan angka provinsi lainnya di Sumatera

Ketenagakerjaan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)


Provinsi se Sumatera

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) seluruh provinsi


se Sumatera pada tahun 2009 lebih rendah
dibandingkan kondisi tahun 2007. Namun ada
beberapa provinsi yang mengalami penurunan yang
tajam pada tahun 2008 namun kembali meningkat
pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 Provinsi Aceh mempunyai TPT
tertinggi se Sumatera yaitu sebesar 8,71 persen. TPT
Provinsi Aceh juga berada diatas rata-rata Nasional
yang besarnya 7,87 persen. Bahkan pada tahun 2007
dan 2008 TPT Provinsi Aceh juga masih berada
diatas rata-rata Nasional.

Tiga

provinsi yang mempunyai TPT terendah pada

tahun 2009 adalah Provinsi Bengkulu yaitu sebesar


5,09 persen, Provinsi Jambi sebesar 5,54 persen dan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 6,14
persen. Sedangkan TPT tertinggi setelah Aceh adalah
Provinsi Riau sebesar 8,56 persen, Sumatera Utara
sebesa 8,45 persen dan Kepulauan Riau sebesar
8,11 persen.

Provinsi

Tingkat Pengangguran Terbuka


(%)
2007

1. Aceh

2008

2009

9,84

9,56

8,71

2. Sumatera Utara

10,10

9,10

8,45

3. Sumatera Barat

10,31

8,04

7,97

4. Riau

9,79

8,20

8,56

5. Kepulauan Riau

9,01

8,01

8,11

6. Jambi

6,22

5,14

5,54

7. Sumatera Selatan

9,34

8,08

7,61

8. Kep. Bangka Belitung

6,49

5,99

6,14

9. Bengkulu

4,68

4,90

5,09

10. Lampung

7,58

7,14

6,62

9,11

8,39

7,87

INDONESIA

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)


Provinsi se Sumatera Tahun 2009

Pada tahun 2009 terdapat lima provinsi di Sumatera


dengan TPT diatas rata-rata Nasional yaitu Provinsi
Aceh, Riau, Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan
Sumatera Barat. Sedangkan provinsi dengan TPT
dibawah angka Nasional adalah Provinsi Bengkulu,
Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung dan
Sumatera Selatan.
Pengangguran Terbuka adalah penduduk
usia 15 tahun keatas dan tidak bekerja:
s Yang mencari pekerjaan
s Yang sedang mempersiapkan usaha
s Yang tidak mencari pekerjaan karena
merasa
tidak
mungkin
dapat
pekerjaan
s Mereka yang baru diterima bekerja
namun belum mulai bekerja

74

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Tahukah Anda?
***TPT Provinsi Aceh tahun 2009
sebesar 8,71 persen berada pada
rangking 7 terbesar dari 33 provinsi di
Indonesia***

LAMPIRAN TABEL

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

75

Tabel 1.1
Kondisi Klimatologi Provinsi Aceh Tahun 2009

Bulan

Suhu
Udara
Rata-Rata
0
( C)

Rata-rata
Penyinaran
Matahari
(%)

Rata-rata
Kelembaban
Udara (%)

Jumlah
Hari
Hujan

Curah
Hujan
(mm)

Tekanan
Udara
(atm)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Januari

25,4

34,8

84

21

276,5

1.010,9

Februari

26,1

64,4

81

113,0

1.009,8

Maret

26,3

48,1

84

15

114,6

1.009,7

April

27,5

66,5

80

11

7,3

1.009,1

Mei

27,5

61,0

78

15

178,1

1.008,2

Juni

28,2

69,0

69

21,9

1.009,1

Juli

28,3

61,5

69

6,2

1.009,1

Agustus

27,2

39,2

76

18

118,3

1.009,4

September

27,3

49,6

74

12

126,8

1.009,8

Oktober

26,8

48,6

78

43,5

1.010,1

November

26,2

30,9

85

22

316,5

1.009,6

Desember

26,4

40,9

86

19

254,0

1.010,3

26,9

51,2

79

13,2

131,4

1.008,8

Rata-rata

76

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Tabel 1.2
Jumlah Gempa Bumi di Provinsi Aceh Tahun 2009
Frekuensi Gempa yang Tercatat
Bulan
Pusat di Provinsi
Aceh

Pusat di Luar
Provinsi Aceh

Jumlah

(2)

(3)

(4)

Januari

164

16

180

Februari

110

112

Maret

149

152

April

128

134

Mei

97

97

Juni

102

107

Juli

133

13

146

Agustus

134

13

147

September

102

15

117

Oktober

101

15

116

November

106

14

120

Desember

106

11

117

1.432

113

1.545

(1)

Jumlah

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

77

Tabel 2.1
Wilayah Administrasi Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota

Ibukota

Jumlah
Kecamatan

Jumlah
Mukim

Jumlah
Gampong/
Desa

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

1. Simeulue

Sinabang

29

137

2. Aceh Singkil

Singkil

10

16

116

3 . Aceh Selatan

Tapaktuan

16

43

248

4. Aceh Tenggara

Kutacane

16

51

385

5. Aceh Timur

Idi

24

46

511

6. Aceh Tengah

Takengon

14

18

268

7. Aceh Barat

Meulaboh

12

33

321

8. Aceh Besar

Kota Jantho

23

68

604

9. Pi d i e

Sigli

23

94

727

10. Bireuen

Bireuen

17

75

609

11. Aceh Utara

Lhoksukon

27

67

852

12. Aceh Barat Daya

Blangpidie

20

132

13. Gayo Lues

Blangkejeren

11

25

136

14. Aceh Tamiang

Karang Baru

12

27

213

15. Nagan Raya

Suka Makmue

29

222

16. Aceh Jaya

Calang

21

172

17. Bener Meriah

Sp. Tiga Redelong

12

232

18. Pidie Jaya

Meureudu

34

222

19. Banda Aceh

Banda Aceh

17

90

20. Sabang

Sabang

18

21. Langsa

Langsa

66

22. Lhokseumawe

Lhokseumawe

68

23. Subulussalam

Subulussalam

74

276

755

6.423

Jumlah

78

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Tabel 3.1
Wilayah Administrasi Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota

Luas Wilayah
2
Km

Jumlah
Rumah
Tangga

Jumlah
Penduduk

Kepadatan
Penduduk
2
per Km

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

1. Simeulue

1.678,00

19.934

82.344

49

2. Aceh Singkil

2.597,00

23.672

102.505

39

3 . Aceh Selatan

3.851,69

52.497

215.315

56

4. Aceh Tenggara

4.231,41

43.742

177.024

42

5. Aceh Timur

6.040,60

76.561

340.728

56

6. Aceh Tengah

4.315,14

48.196

189.298

44

7. Aceh Barat

2.927,95

40.179

158.499

54

8. Aceh Besar

2.969,00

80.673

312.762

105

9. Pi d i e

2.856,52

106.882

386.053

135

10. Bireuen

1.946,96

80.084

359.032

184

11. Aceh Utara

3.288,83

133.775

532.537

162

12. Aceh Barat Daya

2.334,01

29.095

124.813

53

13. Gayo Lues

5.719,57

18.393

75.165

13

14. Aceh Tamiang

1.939,72

56.115

241.734

125

15. Nagan Raya

3.331,24

34.328

125.425

38

16. Aceh Jaya

3.817,00

23.811

82.904

22

17. Bener Meriah

1.457,34

30.137

114.464

79

438,12

38.649

135.345

309

61,36

54.020

212.241

3.459

20. Sabang

238,00

7.669

29.184

123

21. Langsa

262,41

33.023

140.415

535

22. Lhokseumawe

256,07

37.350

159.239

622

23. Subulussalam

1.391,00

13.927

66.451

48

57.948,94

1.082.712

4.363.477

75

18. Pidie Jaya


19. Banda Aceh

Jumlah

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

79

Tabel 5.1
Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota

Angka Melek Huruf


(%)

Rata-Rata Lama Sekolah


(Tahun)

(1)

(2)

(3)

1. Simeulue

98,58

8,30

2. Aceh Singkil

96,22

7,74

3 . Aceh Selatan

96,47

8,28

4. Aceh Tenggara

97,10

9,34

5. Aceh Timur

97,51

8,49

6. Aceh Tengah

98,13

9,44

7. Aceh Barat

94,08

8,23

8. Aceh Besar

96,95

9,51

9. Pi d i e

95,56

8,65

10. Bireuen

98,37

9,23

11. Aceh Utara

96,42

9,12

12. Aceh Barat Daya

96,25

7,63

13. Gayo Lues

86,97

8,71

14. Aceh Tamiang

98,25

8,77

15. Nagan Raya

89,78

7,34

16. Aceh Jaya

93,78

8,71

17. Bener Meriah

97,45

8,53

18. Pidie Jaya

94,23

8,38

19. Banda Aceh

99,10

11,91

20. Sabang

98,81

10,36

21. Langsa

99,10

10,04

22. Lhokseumawe

99,22

9,91

23. Subulussalam

96,53

7,58

96,39

8,63

Rata-Rata

80

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Tabel 6.1
Angka Harapan Hidup, Angka Kesakitan dan Rata-Rata Lama Sakit
Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota
(1)

Angka Harapan
Hidup (Tahun)
(2)

Angka Kesakitan
(%)

Rata-Rata Lama
Sakit (Hari)

(3)

(4)

1. Simeulue

62,91

22,40

3,57

2. Aceh Singkil

64,69

35,52

3,41

3 . Aceh Selatan

66,82

34,73

5,41

4. Aceh Tenggara

69,19

18,76

3,98

5. Aceh Timur

69,63

47,34

2,64

6. Aceh Tengah

69,53

39,44

4,14

7. Aceh Barat

69,87

26,96

4,32

8. Aceh Besar

70,64

39,70

2,50

9. Pi d i e

69,32

34,83

2,76

10. Bireuen

72,32

34,01

2,76

11. Aceh Utara

69,63

39,24

2,78

12. Aceh Barat Daya

66,74

29,00

3,70

13. Gayo Lues

66,96

32,11

3,50

14. Aceh Tamiang

68,27

35,02

2,77

15. Nagan Raya

69,53

34,60

2,81

16. Aceh Jaya

67,97

42,02

2,99

17. Bener Meriah

67,52

42,36

3,61

18. Pidie Jaya

69,13

39,39

3,01

19. Banda Aceh

70,56

20,34

3,42

20. Sabang

70,69

20,57

2,26

21. Langsa

70,36

36,19

2,44

22. Lhokseumawe

70,41

38,15

2,39

23. Subulussalam

65,71

33,68

3,25

68,60

35,28

3,10

Jumlah

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

81

Tabel 8.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Penduduk Miskin
di Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota
(1)

Penduduk Miskin
(%)

(2)

(3)

1. Simeulue

68,92

24,72

2. Aceh Singkil

68,29

21,06

3 . Aceh Selatan

69,64

17,50

4. Aceh Tenggara

71,23

16,77

5. Aceh Timur

70,19

21,33

6. Aceh Tengah

73,22

21,43

7. Aceh Barat

70,32

27,09

8. Aceh Besar

73,10

20,09

9. Pi d i e

71,60

25,87

10. Bireuen

72,86

21,65

11. Aceh Utara

71,90

25,29

12. Aceh Barat Daya

69,81

21,33

13. Gayo Lues

67,59

24,22

14. Aceh Tamiang

70,50

19,96

15. Nagan Raya

68,74

26,22

16. Aceh Jaya

69,39

21,86

17. Bener Meriah

70,38

26,58

18. Pidie Jaya

71,71

27,97

19. Banda Aceh

77,00

8,64

20. Sabang

75,49

23,89

21. Langsa

73,20

16,20

22. Lhokseumawe

75,54

15,08

23. Subulussalam

68,85

26,80

71,31

21,80

Rata-Rata

82

IPM

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Tabel 9.1
Populasi Ternak Sapi Potong dan Kerbau
di Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota

Sapi Potong
(ekor)

(1)

(2)

Kerbau
(ekor)
(3)

1. Simeulue

1.739

24.298

2. Aceh Singkil

2.180

538

3 . Aceh Selatan

1.439

6.075

4. Aceh Tenggara

3.430

1.200

48.791

11.092

6. Aceh Tengah

3.293

12.052

7. Aceh Barat

3.070

19.901

8. Aceh Besar

52.418

13.396

9. Pi d i e

54.039

12.753

10. Bireuen

47.922

2.444

11. Aceh Utara

63.926

5.853

457

3.435

3.293

8.783

42.593

638

15. Nagan Raya

5.573

7.376

16. Aceh Jaya

9.046

2.491

211

1.274

16.299

2.671

19. Banda Aceh

2.392

132

20. Sabang

2.332

128

21. Langsa

4.736

315

22. Lhokseumawe

8.144

166

23. Subulussalam

783

32

378.106

137.043

5. Aceh Timur

12. Aceh Barat Daya


13. Gayo Lues
14. Aceh Tamiang

17. Bener Meriah


18. Pidie Jaya

Rata-Rata

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

83

Tabel 14.1
Panjang Jalan Kabupaten/Kota Menurut Kondisi Jalan Tahun 2008
Baik

Sedang

Rusak

Jumlah

Kabupaten/ Kota
(1)

km

km

km

km

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Simeulue

17,50

4,58

136,41

35,70

228,24

59,73

382,15

100,00

Aceh Singkil

30,00

7,49

151,60

37,87

218,70

54,63

400,30

100,00

Aceh Selatan

148,00

16,02

560,05

60,63

215,65

23,35

923,70

100,00

Aceh Tenggara

140,55

19,76

352,30

49,54

218,30

30,70

711,15

100,00

24,10

3,41

599,01

84,80

83,30

11,79

706,41

100,00

247,78

31,99

141,83

18,31

384,86

49,69

774,47

100,00

Aceh Barat

66,55

10,08

229,60

34,76

364,30

55,16

660,45

100,00

Aceh Besar

205,90

15,56

973,10

73,52

144,50

10,92

1.323,50

100,00

Pi d i e

444,52

42,85

248,45

23,95

344,32

33,19

1.037,29

100,00

Bireuen

64,80

8,23

491,65

62,42

231,20

29,35

787,65

100,00

Aceh Utara

366,92

16,01

1.440,66

62,84

484,95

21,15

2.292,53

100,00

Aceh Barat Daya

113,45

21,87

178,31

34,38

226,94

43,75

518,70

100,00

64,00

12,20

193,95

36,96

266,75

50,84

524,70

100,00

147,85

19,25

608,99

79,27

11,40

1,48

768,24

100,00

Nagan Raya

8,00

7,26

102,20

92,74

110,20

100,00

Aceh Jaya

26,80

7,44

333,20

92,56

360,00

100,00

174,35

49,07

61,11

17,20

119,87

33,73

355,33

100,00

Pidie Jaya*)

Banda Aceh

30,73

9,27

244,70

73,84

55,94

16,88

331,37

100,00

Sabang

25,45

18,66

101,52

74,43

9,43

6,91

136,40

100,00

Langsa

29,97

11,84

140,52

55,51

82,66

32,65

253,15

100,00

Lhokseumawe

66,18

29,56

155,20

69,32

2,50

1,12

223,88

100,00

Subulussalam*)

Jumlah

2.408,60

17,73

7.043,76

51,86

4.129,21

30,40

13.581,57

100,00

Aceh Timur
Aceh Tengah

Gayo Lues
Aceh Tamiang

Bener Meriah

Catatan : *) Data masih tergabung dengan induk; Pidie Jaya dengan Pidie, Subulussalam dengan Aceh Singkil

84

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Tabel 16.1
Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Strategis di Provinsi Aceh

Minyak Goreng Bimoli (Rp/liter)

Minyak Goreng Malinda (Rp/kg)

Gula Pasir Putih (Rp/kg)

Bulan
2007

2008

2009

2007

2008

2009

2007

2008

2009

Januari

9.000

13.900

14.250

7.600

10.350

8.354 7.420 7.000

7.675

Februari

9.500

13.791

14.000

7.000

11.250

8.688 7.175 7.166

8.833

Maret

9.500

14.312

13.750

7.000

13.375

8.750 7.100 7.187

8.959

April

9.617

13.500

13.500

7.600

11.700

9.375 7.275 7.600

9.459

Mei

9.853

13.500

13.500

8.173

11.833

10.188 7.227 7.312 10.000

Juni

10.917

13.687

13.500

9.092

12.000

10.063 7.050 7.500

9.938

Juli

11.300

13.750

13.500

8.740

11.800

8.625 7.000 7.000

9.563

Agustus

11.000

13.750

13.500

8.575

10.500

8.500 7.050 7.000 10.000

September

11.000

14.200

13.500

8.500

9.400

8.500 6.950 7.146 11.500

Oktober

11.400

14.500

13.500

8.580

8.062

8.563 7.000 7.083 11.000

November

12.000

14.500

13.500

9.375

7.250

8.313 7.000 7.083 10.750

Desember

12.000

14.500

13.500

9.125

8.000

8.604 7.000 7.567 11.125

Rata-rata

10.591

13.991

13.625

8.280

10.460

8.877 7.104 7.220

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

9.900

85

Tabel 19.1
Struktur Ekonomi Provinsi Aceh Tahun 2007-2009

Sektor Ekonomi

2007
(%)

2008
(%)

2009
(%)

(1)

(2)

(3)

(4)

1. Pertanian

25,51

26,19

27,40

2. a. Pertambangan & Penggalian


b. Pertambangan & Penggalian tanpa migas

22,48

18,88

11,59

1,07

1,07

1,06

3. a. Industri Pengolahan
b. Industri Pengolahan tanpa minyak dan gas

11,16

11,14

11,20

2,51

2,65

3,06

4. Listrik & Air Bersih

0,24

0,27

0,41

5. Konstruksi

7,62

8,52

9,67

12,98

13,95

14,73

7. Pengangkutan & Komunikasi

8,08

8,89

10,67

8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan

1,90

2,03

2,53

10,02

10,14

11,80

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

100,00

100,00

100,00

4 Kontribusi Minyak dan Gas

30,07

26,30

18,67

4 Kontribusi Bukan Minyak dan Gas

69,93

73,70

81,33

6. Perdagangan, Hotel, & Restoran

9. Jasa-jasa

86

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

Anda mungkin juga menyukai