BAB I
LAPORAN KASUS
1.1. Identitas Pasien
Nama
: Tn. J
Umur
: 46 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Tempat/tanggal lahir
Suku/Bangsa
:-
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Pekerja Lepas
Alamat
: Serang
Tanggal pemeriksaan
: 23 - 06 - 2015
1.2. Anamnesa
Keluhan utama
Muncul bercak putih pada mata kanan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu.
Keluhan tambahan
: Buram
Pasien datang dengan keluhan muncul bercak putih pada mata kanan sejak kurang
lebih 2 minggu yang lalu yang disertai dengan buram. Keluhan buram muncul jauh
sebelum timbulnya bercak putih pada mata. Terdapat riwayat mata merah berulang,
namun pasien tidak berobat ke dokter. Pasien pernah bekerja sebagai tukang ojek
selama kurang lebih 15 tahun, saat ini pasien pekerja lepas. Tidak ada riwayat
diabetes pada pasien maupun keluarga. Riwayat hipertensi juga disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
:-
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 60 x/menit
Suhu
: 36.5 C
Frekuensi nafas
: 20x/menit
Berat badan
:-
Kepala
: Normochephal
Mata
Telinga,hidung,tenggorok : dbn
Leher
: dbn
: dbn
Ekstremitas
: dbn
1.4.
Status Oftalmologis
1.5.
Diagnosa Kerja
Katarak Komplikata
1.6.
Pemeriksaan Penunjang
Funduskopi
1.7. Penatalaksanaan
Phakoemulsifikasi OD + IOL OD
1.8. Prognosis
Ad vitam
: Bonam
Ad functionam
: Dubia ad malam
OS
Ortotrofia
1/
17,3
Tumbuh teratur
Normal
Normal
Tenang
Tenang
Tenang
Jernih
6/6
14,6
Tumbuh teratur
Normal
Normal
Tenang
Tenang
Tenang
Jernih
Normal
Bulat
RC Menurun
Sinekia (-), Atrofi (-)
Keruh
Samar
Normal
Bulat
RC +
Sinekia (-), Atrofi (-)
Jernih
(+)
Ad sanasionam
: Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Katarak adalah segala keadaan berupa kekeruhan pada lensa mata yang dapat
terjadi akibat gangguan hidrasi lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat keduaduanya.1,2
2.2.
Epidemiologi
Pada suatu studi cross-sectional 50% prevalensi katarak terjadi pada pasien yang
telah berusia 65 tahun dan meningkat sekitar 70% pada mereka yang berusia lebih
dari 75 tahun.1 Prevalensi katarak di Indonesia sebesar 1,8% dan tertinggi di Sulawesi
Utara sebesar 3,7% diikuti oleh Jambi 2,8 % dan Bali 2,7%. Sedangkan prevalensi
terkecil terdapat di DKI Jakarta sebesar 0,9% dan diikuti Sulawesi Barat sebesar
1,1%.3
2.3.
Etiologi
Penuaan merupakan penyebab tersering dalam kejadian katarak, tetapi banyak
faktor lain yang berperan dalam katarak, seperti trauma, toksin, penyakit sistemik
(seperti diabetes), penyakit lain pada bola mata merokok dan faktor keturunan.1,2
2.4.
Patofisiologi
Perjalanan penyakit dari katarak belum sepenuhnya dipahami. Bagaimanapun
juga, proses katarak pada lensa ditandai dengan agregasi protein yang menghalangi
jaras cahaya dan mengurangi kejernihan.1 Alterasi protein lainnya mengakibatkan
warna kuning ataupun coklat.1
2.5.
Klasifikasi
Klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan keadaan lensa dan etiologinya.
intumesen dan hipermatur serta terdapat juga katarak morgagnian. Pada katarak matur
semua bagian protein lensa atau keseluruhan lensa menjadi putih. Sedangkan katarak
imatur adalah keadaan dimana bagian putih hanya menutupi sebagian atau tidak
penuh pada lensa. Katarak imatur akan mudah menyerap air, sehingga lensa akan
menjadi bengkak yang dikenal dengan katarak intumesen. Katarak hipermatur adalah
keadaan dimana kortek lensa mencair atau meleleh. Pada keadaan ini dapat berlanjut
dengan lensa yang mengambang bebas atau jatuh didalam kapsul yang dikenal
dengan katarak morgagnian.1
Katarak dapat juga dibagi berdasarkan usia yang terdiri atas katarak kongenital,
katarak juvenil, dan katarak senilis. Selain itu katarak juga dibagi atas katarak
komplikata dan katarak sekunder.2
Katarak kongenital adalah katarak yang muncul sebelum atau segera setelah bayi
lahir dan kurang dari usia 1 tahun yang dapat muncul pada ibu dengan riwayat
galaktosemia, riwayat pemakaian obat, infeksi rubela, diabetes dan idiopatik. Katarak
juvenil adalah katarak yang muncul pada anak usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari
3 bulan. Sedangkan katarak senilis dalah katarak yang muncul pada usia diatas 50
tahun.2
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang
dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor
intra okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma
dan pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit
sistemik endokrin seperti diabetes melitus hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia
distrofi. Selain itu dapat juga disebabkan oleh keracunan obat. 2 Katarak sekunder
adalah katarak yang muncul sebagai bentuk komplikasi dari tindakan pembedahan
katarak sebelumnya, berupa pembentukan jaringan fibrosis pada sisa lensa yang
masih tertinggal.2
2.6.
Manifestasi Klinis
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatannya buram seperti tertutup asap atau
kabut dan tajam penglihatan yang turun secara bertahap sebanding dengan tingkat
kekeruhan pada lensa.2,4 Selain itu pasien akan mengeluhkan rasa sialu atau sulit
melihat di tempat terang.2,4 Dapat pula dijumpai diplopia monokular karena adanya
perbedaan indeks refraksi antara satu bagian lensa yang mengalami kekeruhan
dengan bagian lensa lainnya.4
2.7.
Diagnosis
Diagnosis katarak ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan oftalmologis dan
pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis yang perlu digali adalah manifestasi klinis, progresifitasnya, onset
dan faktor risiko. Pasien akan mengeluh penglihatannya buram yang semakin lama
semakin bertambah. Keluhan seperti ada asap atau kabut yang menghalangi
penglihatannya.2 Penting digali apakah keluhan yang muncul terlebih dahulu,
penurunan tajam penglihatan (buram) ataukah muncul putih pada mata. Adakah
perasaan sialau di tempat terang? Apakah pasien merasa lebih nyaman ditempat
teduh? Apakah pasien melihat ganda? Apakah pasien melihat halo di sekitar sinar?
Apakah pasien pernah mengalami trauma langsung pada bola mata? Apakah sering
mengalami mata merah yang berulang atau kronis?.2
Faktor risiko yang perlu digali meliputi riwayat penyakit dahulu pasien, riwayat
penyakit keluarga, riwayat pembedahan pada mata, terpapar cahaya matahari dalam
waktu yang lama.2
Pemerisaan visus pada pasien katarak sangat perlu, untuk melihat apakah
kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pemeriksaan dengan
slitlamp dilakukan untuk dapat melihat tingkat kekeruhan lensa. Pemeriksaan
funduskopi dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya penyakit penyerta, bila
katarak belum matur.2
2.8.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien katarak dilakukan dengan tindakan bedah berupa
Prognosis
DAFTAR PUSTAKA