PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di
negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga
diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di
Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel,
penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan
maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada
akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan
gizi serta mengobati penyakit penyerta. Pemberian cairan intravena diperlukan jika
terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan
vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan
antibiotika yang spesifik dan antiparasit.
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang
berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes.
diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini
meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare
masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2%
dengan peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan
secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi
rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta
dollar di Amerika Serikat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia
sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian
sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya.
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2 episode
per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 20022003, prevalensi diare pada anak anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia
adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi
terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0) (Biro pusat
statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang telah
turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di Indonesia
angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun
1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun
angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di
negara maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.
2.3 Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
2
Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi
oleh usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di
lumen usus meningkat yang akan menarik cairan.
Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP
dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi
usus serta hipertiroid.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi
usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang,
villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik,
akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga
timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare
oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi)
sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga
dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua
bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
2.5 Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijauan karena bercampur dengan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet
karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi
mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung
(bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung
menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah
dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria).
Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam
(pernafasan kusmaul).
2.6. Komplikasi Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
4
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi
tingkat dehidrasi anak dengan diare yaitu :
DEHIDRASI BERAT
Mata cekung
DEHIDRASI
Mata cekung
Tidak
cukup
tanda-tanda
RINGAN/SEDANG
untuk
5
TANPA DEHIDRASI
ringan/sedang
Kriteria Dehidrasi menurut WHO 2000
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan perdarahan
di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila tidak segera
ditangani penderita dapat meninggal.
2.7. Kriteria Diagnosis
a. Anamnesis
Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi
tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan
yang tidak biasa
b. Pemeriksaan fisik
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu,
dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering
Turgor sangat kurang dan akral dingin
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur
dan kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
-
cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus tetap diberikan.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak
mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)
10
Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum
dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi
12
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam
sendok teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti
sebelum 10 hari)
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi
tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali
hingga satu dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan
tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur yang
tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila diberikan
sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan
bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen
saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri
probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena
tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian
antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated diarrhea ) dan travellerss diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare
akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan
efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare
kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua
pemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam
pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan
anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen
pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus
dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan
sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid
13
Bacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam
laktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah
Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff,
pada awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan
untuk menguji kemanfaatannya pada populasi anak.
suplemen Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan
plasebo (95% CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada
mereka dengan etiologi rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare akut
pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan
pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab
terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di
bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah
mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan
secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan
darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan
loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial
overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
14
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan untuk
menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila timbul dehidrasi
15
maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6 jam dan kemudian
dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau lebih sudah bisa
menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau lebih
harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul dehidrasi
makanan ini harus di hentikan 4 6 jan untuk rehidrasi untuk kemudian di lanjutkan lagi.
Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi kecil tetapi sering (6
kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam
penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama 5
hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta durasi
penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan, dengan
meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam
antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari
frekuensi defekasi secara drastis dalam <3 hari
memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat dan
durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga
mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.
2.10. Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,
kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi
insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran mikroorganisme
penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan
meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi, kebersihan
perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman
dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
16
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas
panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang
terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan
enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
3.2
IDENTITAS PENDERITA
Nama
:MRDA
Umur
: 2 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
: Bali
Agama
: Hindu
Alamat
Tanggal MRS
Tanggal Pemeriksaan
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Mencret disertai muntah
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien dikeluhkan mencret sejak 1 hari SMRS. Mencret lebih dari 10x sehari, kurang
lebih setengah gelas belimbing setiap mencret, konsistensi cair dan terdapat ampas
berwarna kekuningan, terdapat darah di sangkal dan lendir di sangkal. Sebelum mencret
penderita juga mengalami muntah 4x sebanyak kurang lebih setengah gelas belimbing tiap
muntah. muntah terutama setelah makan minum dan muntah berisikan makanan dan
cairan. Pada awalnya anak rewel dan terus menangis dengan minum sangat bernafsu
(seperti kehausan). Menurut Ibu pasien, anaknya juga mengalami demam sejak mencret
muncul. Demam terus menerus, muncul mendadak, dan langsung tinggi. Riwayat kejang
disangkal. Pasien masih bisa BAK dengan lancar, sehari 3 kali BAK. Pada saat sebelum
rumah sakit, pasien hanya sekali BAK sore sampai keesokan pagi. Gejala mimisan atau
gusi berdarah disangkal. Dirumah tidak ada yang menderita demam berdarah dan tidak ada
penyemprotan pada hari hari terakhir. Keluhan nyeri telinga disangkal. Nyeri saat buang
air kecil disangkal, nyeri saat menelan disangkal, nyeri perut disangkal.
18
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4V5M6
Nadi
Respirasi
: 24 kali / menit
Suhu axila
: 37,5 0 Celcius
VAS
: 0/10
Status Antropometri
Berat Badan
: 10,5 kg
Status General
Kepala
Bentuk
Mata
: Cekung (+), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, air mata
Hidung
Telinga
Mulut
Pulmo
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Ekstremitas :
20
Hasil
7.4
Normal
4.5-11.0
Lymp (103/L)
1.9
1.0-4.0
Mid (103/L)
0.5
0.1-1.2
Gran (103/L)
5.2
2.5-7.5
Lymp (%)
25.9%
13.0-40.0
Mid (%)
3.7%
3.0-14.0
Gran (%)
70.4%
47.0-80.0
RBC (106/L)
5.78
4.5-5.30
HGB (g/dL)
11.2
13.5-17.5
HCT (%)
37.9
41.0-53.0
MCV (fl)
65.6
80.0-100.0
MCH (pg)
19.3
26.0-34.0
MCHC (g/dL)
29.5
31.0-37.0
RDW(%)
16.1
11.6-14.8
PLT (103/L)
300
150-400
Negatif
2-4
Negatif
Negatif
Negatif
Tidak ditemukan
Positif
Negatif
DIAGNOSIS
3.7
Kuning
Khas
Encer
Negatif
Positif
PENATALAKSANAAN
21
MRS
IVRL RL 24 tpm (makro) jika urine output membaik, 14 tpm (makro)
Ondansentron inj 3 x 2mg
Cefotaxime inj 3 x 1/3 vial (1gr)
Lacto-B 2x1 sachet
3.8
PLANNING
Bila pasien tidak membaik dilakukan
-
Biakan kuman
Kadar gula darah pada kasus dengan malnutrisi dan dehidrasi berat dan atau
dengan ensefalopati
3.9
MONITORING
-
Keluhan
Vital Sign
3.10 PROGNOSIS
Dubius ad bonam
3.11 FOLLOW UP
Tanggal
31-12- 2014
S
O
A
Diare 8x dengan N : 100 x/menit Diare akut
ampas.
Darah RR : 24 x/menit
(+)
Suhu: 36.9 C
dengan
dehidrasi
ringan-
lancar.
sedang e.c
Makan/minum
Bacterial
+/+
infection +
Parasite
ampas.
(+)
Darah RR : 25 x/menit
Suhu: 37 C
dengan
dehidrasi
P
Cek FL
Parasit (-)
IVRL RL 14
tpm (makro)
Ondansentron
inj 3 x 2mg
Cefotaxime inj
3 x 1/3 vial
(1gr)
Metronidazole
3 x C1
Lacto-B 2x1
sachet
IVRL RL 14
tpm (makro)
Ondansentron
inj 3 x 2mg
22
ringan-
lancar.
sedang e.c
Makan/minum
Bacterial
+/+
infection +
Parasite
2-1-2015
dehidrasi
lancer.
ringan-
Makan/minum
sedang e.c
+/+
Bacterial
Cefotaxime inj
3 x 1/3 vial
(1gr)
Metronidazole
3 x C1
Lacto-B 2x1
sachet
Aff infuse
Metronidazole
3 x C1
Lacto-B 2x1
sachet
BPL
Kontrol Poli
infection +
Parasite
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien merupakan anak laki-laki dengan usia 2 tahun dengan keluhan diare lebih dari
10 kali dalam sehari dan tanda dehidrasi ringan yang terjadi sejak 1 hari SMRS. Keluhan
ini terjadi setelah pasien mengkonsumsi makanan berupa bakso yang dibeli di pedagang
kaki lima. Berdasarkan definisi pasien termasuk kasus diare akut pada anak karena
memiliki keluhan buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 7 hari. Epidemiologi kejadian diare di Indonesia menunjukkan
prevalensi diare pada anak anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah :
laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada
usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8%) dan 24-35 bulan (12,0%)
Berdasarkan anamnesis didapatkan diare dominan berupa air dengan sedikit ampas.
Lama kelamaan diare tersebut menjadi hanya air sebelum masuk rumah sakit. Warna tinja
menjadi seikit kehijauan. Tidak ada darah disampaikan oleh orang tua pasien. Pasien juga
menglami muntah sebelum terjadi diare. Anak terlihat haus dan tidak seaktif biasanya,
namun pasien masih sadar baik. Buang air kecil terakhir sebelum masuk rumah sakit
sekitar 12 jam. Tidak ada perut kembung. Pasien masih bisa minum karena merasa haus.
Pasien tidak mau makan karena setiap makan pasien merasa perutnya sakit dan ingin diare.
Pasien dan keluarga meimiliki sumber air dari PDAM, namun untuk minum menggunakan
air kemasan.
Hal ini sesuai dengan anamnesis dari diare akut dimana mencakup lama diare
berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi tinja, lendir dan atau
darah dalam tinja. Adanya muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun,
buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung. Selain itu perlu diketahui jumlah
cairan yang masuk selama diare, jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa. Hal lain adalah sumber air minum pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang dan tampak
haus. Berat badan saat di bidan adalah 10,5kg. Orang tua pasien lupa berat badan sebelum
sakit. Pada mata ditemukan mata sedikit cekung dengan bila menangis mengeluarkan air
mata. Pada mulut ditemukan mukosa yang kering. Pemeriksaan abdomen menunjukkan
tidak kembung, bising usus meningkat dengan turgor kulit normal. Extrimitas hangat pada
keempat alat gerak.
24
Pemeriksaan fisik pada kasus diare akut haruslah mencakup keadaan umum,
kesadaran, dan tanda vital. Pada tanda utama kita melihat keadaan umum gelisah/cengeng
atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun. Tanda tambahan yang
diperhatikan adalah pada ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu,
dan lidah, berat badan. Pada tahap lanjut pemeriksaan meliputi tanda gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan dalam (asidosos
metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia).
Dari anamnesis dan pemeriksaan ini menunjukkan pasien menderita diare akut
dengan dehidrasi. Derajat dehidrasi dapat dinilai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada kasus ini didapatkan pasien tampak lemas, mata yang sedikit cekung, dan merasa
haus. Tanda ini menunjukkan pasien mengalami dehidrasi drajat ringan-sedang karena
memilki 3 gejala.
Sehingga pasien ini dengan diagnosis kerja diare akut dengan dehidrasi ringansedang ec. Suspect virus dengan diagnosis banding e.c. susp virus, bakteri, atauparasit.
Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah
lengkap dan feses lengkap.
Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan dalam batas normal. Sedangkan pada feses
lengkap menunjukkan adanya bakteri. Sehingga ini didiagnosis dengan diare akut e.c.
bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang.
Diare akut pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus (40-60%). Rotavirus
sebagai patogen penyebab tersering pada usia 6-24 bulan. Di RSUP Sanglah, Rotavirus
merupakan 61% dari penyebab diare pada anak usia kurang dari 5 tahun. Hanya 10% diare
disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama pada beberapa bulan awal kehidupan (bayi
muda) dan pada anak usia sekolah. Infeksi di luar usus yang sering disertai diare adalah
otitis media akut, infeksi saluran kemih dan penyakit paru, yang biasanya menyebabkan
diare ringan dan dapat sembuh sendiri seiring dengan sembuhnya penyakit dasar.
Penggunaan beberapa obat, terutama antibiotik, sering dihubungkan dengan Clostridium
difficile. Alergi terhadap protein susu sapi (CMPA) merupakan satu diagnosis banding
yang perlu dipikirkan selain sindrom malabsorpsi bila diare tidak sembuh dalam10-14 hari.
Berdasarkan diagnosis tersebut maka pasien mendapatkan penanganan berupa pasien
di MRS-kan dengan pengobatan rehidrasi, antibiotik, dan simptomatis lainnya. Untuk
rehidrasi diberikan cairan RL 24 tpm sampai urine membaik, kemudian dijadikan 14 tpm
menggunakan tetes makro. Cairan melalui intravena diberikan karena pasien memiliki
keluhan muntah sehingga tidak memungkinkan memberikan oral. Jumlah cairan intravena
25
pada kasus ini adalah 175ml/kgBB/hari sehingga diberikan sebanyak 24 tpm. Keberhasilan
rehidrasi dinilai dengan urine output. Jika telah mencapai urine output yang optimal,
jumlah cairan intravena disesuaikan dengan berat badan. Pasien memiliki berat badan 10kg
sehingga cairan yang dibutuhkan adalah 100ml/kgBB/24jam. Tetesan pasien menjadi 14
tpm dengan menggunakan infus makro. Obat simptomatis juga diberikan berupa
antiemetik berupa ondansentron dengan dosis 0,15mg/kgBB sehingga diberikan 3 x 2mg.
Antiemetik bertujuan mengurangi cairan yang hilang. Pasien juga diberikan antibiotik
karena terdapat bakteri pada pemeriksaan fesesnya. Pilihan antibiotik adalah Cefotaxime
dengan dosis 50-200mg/kgBB/hari yang dibagi tiga dosis, sehingga diberikan 3x1/3 vial.
Hari pertama perawatan pasien menunjukkan keadaan dehidrasi telah teratasi. Nafsu
makan sudah ada tapi pasien tetap merasa haus. Pasien masih mengalami kehilangan
cairan dikarenakan saat itu dalam 1 hari pasien diare lebih dari 8 kali. Orang tua pasien
mengatakan diare pasien terdapat darah. Kemudian pasien dilakukan cek feses ulang.
Namun tidak ditemukan parasit. Adanya darah pada kotoran menunjukkan adanya parasit.
Pengobatan
dilanjutkan
dengan
menambahkan
metronidazole
dengan
dosis
26
BAB V
KESIMPULAN
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama,
karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut adalah
infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan
dengan
antibiotika.
Pemakaian
antibitika
hanya
untuk
kasus-kasus
yang
diindikasikan.Masalah utama diare akut pada anak berkaitan dengan risiko terjadinya
dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan rehidrasi oral merupakan satu-satunya
pendekatan terapi yang paling dianjurkan. Penggantian cairan dan elektrolit merupakan
elemen yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan
mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare dan
mengobati penyakit penyerta.
27
DAFTAR PUSTAKA
4.
Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005
5. Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak
FK. Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 2001
6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2004
7. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
28