oleh
Moch Salman Alfarisi
082311101071
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cronic Kidney
Disease (CKD) dengan etiologi Hipertensi di Ruang Poli Hemodialisa RSD dr.
Soebandi Jember telah disetujui dan disahkan pada:
tanggal: September 2015
tempat : Ruang Poli Hemodialisa RSD dr. Soebandi Jember
Pembimbing Akademik
)
NIP.
(
NIP.
Pengertian
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan
fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Kegagalan ginjal kronis terjadi bila
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang
konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada
kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang
menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun.
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). Gagal ginjal kronik merupakan
perkembangan
gagal
ginjal
yang
progresif
dan
lambat,biasanya
Etiologi
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis,
penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit
kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit
endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas,
antara lain:
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
penyakit
ginjal
menahun.
Apakah
hipertensi
yang
kerusakan
vaskularisasi
di
ginjal
oleh
adanya
proteinuria
ringan.
Nokturia
dapat
terjadi
karena
untuk
menghindari
kerusakan
ginjal
yang
C.
Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium yaitu:
D.
Manifestasi Klinis
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin
juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem
renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem
pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi
pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah,
dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
Pitting edema
Edema periorbital
b. Sistem Pulmoner
Krekel
Nafas dangkal
Kusmaull
c. Sistem gastrointestinal
Perdarahan saluran GI
d. Sistem muskuloskeletal
Kram otot
Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
f.
E.
Pruritis
Ekimosis
Sistem Reproduksi
Amenore
Atrofi testis
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD
dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem
dan membantu menetapkan etiologi.
2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk
mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit
F.
Pencegahan
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat
lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa
kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat
mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan
kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan
urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu
yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan
ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan
mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi,
kehamilan). (Barbara C Long, 2001)
G.
Penatalaksanaan
1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal
HEMODIALISA
a. Pengertian
Dialisis
menghilangkan
nitrogen
sebagai
produk
limbah,
mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4
ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring
ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan
lagi.
e. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari hemodialisa adalah hipotensi yang tidak
responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak
organik. Sedangkan kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak
mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler
sulit,
instabilitas
hemodinamik
dan
koagulasi.
Kontra
indikasi
Konsentrasi (mmol/l)
135-145
0-4
1,5
0,25-0,5
102-106
30-39
11
2.0-4.0
Blood line untuk proses hemodialisa terdiri dari dua bagian yaitu
bagian arteri berwarna merah dan bagian vena berwarna biru. BL yang
baik harus mempunyai bagian pompa, sensor vena, air leak detector
(penangkap udara), karet tempat injeksi, klem vena dan arteri dan
bagian untuk heparin (Misra, 2005). Fungsi dari BL adalah
h. Peralatan hemodialisa
1) Pompa darah
Pompa ini berguna untuk memompa darah dari dalam tubuh ke alat
hemodialisa dan mengalirkannya ke blood path. Pompa juga berguna
untuk memompa darah dari alat ke dalam tubuh.
Pompa Hemodialisa
2) Blood path (jalur darah)
Blood path ini merupakan saluran darah pada proses hemodialisa.
Digunakan untuk mengalirkan darah dari pasien ("arterial" catheter
port) menuju filter dan detektor udara gumpalan dan kembali ke
pasien.
3) Ultrafiltrate path
Ultrafiltrate path
merupakan
jalur
yang
digunakan
untuk
mengeluarkan air, zat terlarut, creatinin, dan zat tertentu lainnya dari
darah pasien. Zat-zat tersebut dikeluarkan melewati detektor dan
kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut dapat melewati
membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah dibersihkan,
darah dialirkan kembali ke dalam tubuh
Skema Hemodialisa
Proses Hemodialisa
1. Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem
pengaturan larutan dialisat, dan sistem monitor. Pompa darah
Prosedur Hemodialisis
Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan
dialysis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung
tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.
Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buata diantara arteri dan vena (fistula
arteriovenosa), lebih populer disebut (Brescia-) Cimino Fistula, melalui
pembedahan yang cukup baik agar dapat diperoleh aliran darah yang cukup
besar. Fistula arteriovenosa dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh
darah vena di leher atau paha dan bersifat temporer.
Pohon masalah
Hipertensi keruskan vaskularisasi di ginjal nefropati hipertensi
GFR turun
Gagal ginjal
Keruskan reabsorbsi bikarbonat
dan produksi amonia
asidosis metabolik
Hiperkapnea
retensi natrium
volume interstitial meningkat
Ketidakseimbangan
suplai O2 dengan
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan
pola napas
Intoleransi aktivitas
Perubahan status
kesehatan
Kekhawatiran terhadap
kesehatan
Ansietas
f. Neurosensori
Gejala:
1) Sakit kepala, penglihatan kabur
2) Kram otot/kejang
3) Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah
(neuropati perifer)
Tanda:
1) Gangguan status mental, contohnya ketidakmampuan
konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma
2) Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
1) Sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
Tanda:
1) Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
h. Pernapasan
Gejala:
1) Nafas pendek, batuk dengan/tanpa sputum
Tanda:
1) Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
i. Keamanan
Gejala:
1) Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
1) Pruritus
2) Demam (sepsis, dehidrasi)
j. Seksualitas
Gejala:
1) Penurunan libido, amenorea, infertilitas
k. Interaksi sosial
Gejala:
1) Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
l. Penyuluhan
1) Riwayat DM keluarga (resiko tinggi GGK)
2) Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
Diagnosa keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan
(edema)
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Rencana tindakan keperawatan
No
Diagnosa
Kelebihan
volume
cairan berhubungan
dengan
akumulasi
cairan (edema)
Itoleransi
aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan dan
kriteria hasil
Tujuan:
NOC
Fluid balance
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24
jam kelebihan
volume cairan
dapat
terkontrol
Kriteria Hasil:
1. Terbebas dari
edema
dan
efusi
2. Terbebas dari
distensi vena
jugularis
3. Tanda
vital
normal
Tujuan:
NOC
Activity
Tolerance
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24
jam
pasien
Intervensi
Rasional
dapat
berpartisipasi 3. Bantu mengidentifikasi 3. memudahkan
untuk
mendapatkan
untuk
dalam kegitan
sumber
yang
mendapatkan
fisik
diperlukan
ketika
sumber
selama
Kriteria Hasil:
1. Berpartisipasi
beristirahat
aktivitas
4. Bantu pasien untuk 4. meningkatkan
dalam
mengembangkan
percaya diri pasien
kegiatan fisik
2. Mengungkapk
motivasi diri
an keinginan 5. Monitor respon fisik 5. mengetahui
adanya tanda tanda
selam beraktivitas.
untuk
itoleransi aktivitas
beraktivitas
3. Tanda
vital
normal
3
1. Meningkatkan
pengetahuan
tentang tindakan
pengobatan
2. Mengetahui tingkat
kecemasan
3. Membantu
mengetahui
hal
yang mencemaskan
4. Mengetahui tingkat
stress pasien
5. Menigkatkan
kenyamanan pasien
selama
hospitalisasi
6. Meningkatkan
6. Gunakan pendekatan
keberhasilan
yang menyenangkan
intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI