1223 1337 1 PB PDF
1223 1337 1 PB PDF
Muyassaroh
Departemen Telinga, Hidung, dan Tenggorokan,
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang
Abstract: Presbycusis is a type of hearing impairment caused by progressive bilateral symmetrical degeneration of the auditory organ. Reduction of risk factors can reduce the incidence
of presbycusis. Age, sex, hypertension, diabetes mellitus, hypercholesterolemia, smoking,
and exposure to noise can affect the event of presbycusis. J Indon Med Assoc. 2012;62:153-6.
Keywords: presbycusis, risk factors
Korespondensi: Musyassaroh,
Email: muyastht@gmail.com
155
vus auditorius meningkatkan nilai ambang dengar atau compound action potensial (CAP). Fungsi input-output dari
CAP terefleksi juga pada fungsi input-output pada potensial
saraf pusat, memungkinkan terjadinya asinkronisasi aktifitas
nervus auditorius dan penderita mengalami kurang
pendengaran dengan pemahaman bicara buruk.9
Mekanisme Molekuler
Faktor Genetik
Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu
C57BL/6J merupakan protein pembawa mutasi dalam gen
cadherin 23 (Cdh23), yang mengkode komponen ujung sel
rambut koklea.10,11 Pada jalur intrinsik sel mitokondria
mengalami apoptosis pada strain C57BL/6J yang dapat
mengakibatkan penurunan pendengaran.12,13
Stres oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat
stress oksidatif bertambah dan menumpuk selama bertahuntahun yang akhirnya menyebabkan proses penuaan. Reactive oxygen species (ROS) menimbulkan kerusakan mitokondria mtDNA dan kompleks protein jaringan koklea
sehingga terjadi disfungsi pendengaran.14
Gangguan Transduksi Sinyal
Ujung sel rambut organ korti berperan terhadap
transduksi mekanik, merubah stimulus mekanik menjadi sinyal
elektrokimia Gen famili cadherin 23 (CDH23) dan protocadherin 15 (PCDH15) diidentifikasi sebagai penyusun ujung
sel rambut koklea yang berinteraksi untuk transduksi
mekanoelektrikal. Terjadinya mutasi menimbulkan defek dalam
interaksi molekul ini dan menyebabkan gangguan pendengaran.15,16
Diagnosis
A. Anamnesis
Gejala yang timbul adalah penurunan ketajaman
pendengaran pada usia lanjut, bersifat sensorineural, simetris
bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama terhadap
suara atau nada yang tinggi dan kadang disertai tinitus.1
B. Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pemeriksaan fisik telinga biasanya normal dan tes penala
didapatkan tuli sensorineural.2 Pemeriksaan timpanometri tipe
A (normal), audiometri nada murni, menunjukkan tuli saraf
nada tinggi, bilateral dan simetris, terdapat penurunan yang
tajam (sloping) setelah frekuensi 2000 Hz dan berangsurangsur terjadi pada frekuensi yang rendah.2 Variasi nilai
ambang audiogram antara telinga satu dengan lainnya pada
presbikusis ini dapat terjadi sekitar 5-10 dB.17 Otoacoustic
emission (OAE) dapat menunjukkan fungsi koklea,
Presbikusis merupakan degenerasi koklea sehingga hasil
yang didapatkan refer (emisi tidak muncul). Pemeriksaan
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012
menimbulkan neuropati.
National Health Survey USA melaporkan bahwa 21%
penderita diabetik menderita presbikusis terutama pada usia
60-69 tahun. Hasil audiometri penderita DM menunjukkan
bahwa frekuensi derajat penurunan pendengaran pada
kelompok ini lebih tinggi bila dibandingkan penderita tanpa
DM .5
Hiperkolesterol
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar
lemak dalam darah (dislipidemia) di mana kadar kolesterol
dalam darah lebih dari 240 mg/dL.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan penumpukan
plak/atherosklerosis pada tunika intima. Patogenesis
atherosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis yang
terdapat secara bersama. Arteroma merupakan degenerasai
lemak dan infiltrasi zat lemak pada dinding pembuluh nadi
pada arteriosklerosis atau pengendapan bercak kuning keras
bagian lipoid dalam tunika intima arteri sedangkan
arteriosklerosis adalah kelainan dinding arteri atau nadi yang
ditandai dengan penebalan dan hilangnnya elastisitas/
pengerasan pembuluh nadi. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan gangguan aliran darah dan transpor oksigen.
Teori ini sesuai dengan penelitian Villares22 yang menyatakan
terdapat hubungan antara penderita hiperkolesterolemia
dengan penurunan pendengaran.
Merokok
Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang
mempunyai efek mengganggu peredaran darah, bersifat
ototoksik secara langsung, dan merusak sel saraf organ
koklea. Karbonmonoksida menyebabkan iskemia melalui
produksi karboksi-hemoglobin (ikatan antara CO dan haemoglobin) sehingga hemoglobin menjadi tidak efisien
mengikat oksigen. Seperti diketahui, ikatan antara hemoglobin dengan CO jauh lebih kuat ratusan kali dibanding dengan
oksigen. Akibatnya, terjadi gangguan suplai oksigen ke organ korti di koklea dan menimbulkan efek iskemia. Selain itu,
efek karmonmonoksida lainnya adalah spasme pembuluh
darah, kekentalan darah, dan arteriosklerotik.23,24
Insufisiensi sistem sirkulasi darah koklea yang diakibatkan oleh merokok menjadi penyebab gangguan pendengaran
pada frekuensi tinggi yang progresif. Pembuluh darah yang
menyuplai darah ke koklea tidak mempunyai kolateral sehingga tidak memberikan alternatif suplai darah melalui jalur lain.24
Mizoue et al.6 meneliti pengaruh merokok dan bising
terhadap gangguan pendengaran melalui data pemeriksaan
kesehatan 4 624 pekerja pabrik baja di Jepang. Hasilnya
memperlihatkan gambaran yang signifikan terganggunya
fungsi pendengaran pada frekuensi tinggi akibat merokok
dengan risiko tiga kali lebih besar.
Riwayat Bising
Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan
157
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
158