Anda di halaman 1dari 30

Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan menjadi 2

kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang
menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari
1000 mg/hari, sedangkan mineral mikro (trace) merupakan mineral yang dibutuhkan dengan
jumlah kurang dari 100 mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0.01% dari total berat badan.

(polton) Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral
mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam
jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. 2 (zainal arifin)
Senyawa anorganik yang terdapat dalam tubuh manusia dapat berupa berbagai jenis
unsur logam dalam jumlah yang sangat kecil atau sering disebut sebagai unsur runutan (trace
element). Di dalam biomedik tidak ada definisi yang pasti dari unsur runutan. Sebutan tersebut
muncul setelah ditemukan jumlah yang sangat kecil dari beberapa unsur dalam sistem biologi
yaitu dalam orde-pikogram sampai mikrogram per gram berat basah jaringan. Seiring dengan
perkembangan dalam teknik analisis unsur, muncul berbagai sebutan lain untuk trace element
seperti mikro nutrien, trace mineral, dan trace constituent, tetapi pada akhirnya trace element
atau unsur runutan tetap lebih dikenal. Mungkin dengan alasan tertentu pula Fe dan I sekalipun
konsentrasinya relatif tinggi digolongkan dalam unsur runutan. 3 (Rochestri )
Di antara 60 unsur yang terdapat dalam tubuh manusia, 11 unsur yaitu C, H, O, N, S, P,
Ca, K, Na, Cl, dan Mg merupakan unsur utama, sedang sebanyak 15 unsur yang lain dinyatakan
sebagai unsur runutan yang esensial yaitu F, Si, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Se, Mo, Sn, I, dan
As. Dikatakan esensial karena defisiensi dari unsur tersebut dapat menimbulkan sindrom yang
mengakibatkan gangguan kesehatan. Selain unsur runutan esensial, terdapat juga unsur yang
mungkin esensial, belum pasti betul diperlukan atau tidak di dalam struktur atau fisiologi tubuh,
seperti Cr, Mo, Ni, Sn, Va dan Si. Ada pula beberapa digolongkan dalam unsur runutan non
esensial yaitu Al, B, Pb, Hg, Ag, Br, Cd. Dikatakan non esensial unsur ini tidak diperlukan dalam
tubuh atau peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam
jaringan sangat kecil. Jenis ini terdapat didalam tubuh karena terbawa tidak sengaja bersama
bahan makanan, jadi sebagai kontaminan (pencemaran). 2 (zainal arifin) Hingga saat ini tidak ada
satu bukti yang memastikan bahwa Al dan Br sebagai unsur runutan esensial dalam tubuh
manusia. Akan tetapi apabila konsentrasinya dalam tubuh manusia melampaui nilai batas
ambang dapat membahayakan kesehatan. Sebaliknya beberapa unsur lain seperti Cd, Hg dan Pb

merupakan unsur yang toksik karena mempunyai efek yang membahayakan kesehatan sekalipun
terdapat dalam konsentrasi yang relatif kecil. 3
Kadar unsur runutan dan perilaku metabolismenya pada tubuh manusia merupakan hal
yang sangat penting dalam penelitian biomedik. Sekalipun unsur tersebut terdapat dalam jumlah
yang sangat kecil, akan tetapi merupakan kunci penentu kehidupan. Perlu diingat bahwa baik
aktivitas hidup normal maupun timbulnya penyakit dan perkembangan dalam penyembuhan,
tidak satupun yang berlangsung tanpa bantuan unsur runutan. 3(Rochestri)
Fungsi Unsur Runutan
Secara garis besar, mineral esensial dapat dikelompokkan menurut fungsi metaboliknya
atau fungsinya dalam proses metabolism zat makanan. Dalam tubuh, mineral ada yang
bergabung dengan zat organik, ada pula yang berbentuk ion-ion bebas. Tiap unsur esensial
mempunyai fungsi yang berbeda-beda, bergantung pada bentuk atau senyawa kimia serta
tempatnya dalam cairan dan jaringan tubuh. 2(zainal arifin)
Ditinjau dari fungsinya unsur runutan esensial pada umumnya merupakan bagian dari
sistem enzim, yaitu berupa metaloenzim dan kompleks logam-enzim. Pada metaloenzim unsur
logam terdapat dalam jumlah tertentu dan merupakan bagian integral dari molekul enzim. Unsur
Zn merupakan logam yang pertama kali teridentifikasi masuk dalam kategori ini yaitu dalam
karbonik-anhidrase. Perkembangan selanjutnya membuktikan bahwa metaloenzim-Zn berperan
sangat luas dalam proses metabolisme karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat, yaitu
metaloenzim alkohol- dehidrogenase, laktat-dehidrogenase, karboksi-peptidase A dan B, serta
alkali-fosfatase. Unsur Zn juga merupakan bagian yang vital dari DNA dan RNA-polimerase.
Metaloenzim lain yang mulai jelas fungsinya dalam fisiologi dan patologi tubuh manusia adalah
metaloenzim-Mn (piruvat-karboksilase); metaloenzim-Cu (sitokromoksidase, lisin-oksidase,
tirosinase); metaloenzimSe (glutation-peroksidase); serta metaloenzim-Mo (xantinoksidase,
sulfit-oksidase). Kompleks logam-enzim merupakan golongan yang relatif luas. 3
Berbeda dengan metaloenzim, dalam kompleks logam-enzim ikatan antara enzim
dengan unsur logam lebih renggang. Dalam hal ini logam bertindak sebagai pembentuk ikatan
sementara antara enzim dengan substrat selama reaksi berlangsung. Selain bertindak sebagai
penstabil kompleks enzim-substrat, logam juga dapat menstabilkan produk reaksi, jadi
memfasilitasi reaksi yaitu sebagai kofaktor enzim. Sejauh ini unsur runutan yang telah

teridentifikasi sebagai kofaktor enzim meliputi Mn, Co, Ni, Cu, dan Zn. Selain berperan dalam
katalisis secara enzimatis, unsur runutan juga tergabung dalam reaksi oksidasi-reduksi, proses
transpor pada membran sel, konduksi syaraf dan kontraksi otot. Sebagai contoh, unsur Na, K,
Mg, dan Ca berperan pada eksitasi syaraf dan otot, unsur Fe berperan dalam keseimbangan
asam-basa dan transfer oksigen dari paru-paru ke jaringan, unsur Zn berperan pada multiplikasi
sel, serta unsur Ca dan F berperan pada pertumbuhan tulang dan gigi, serta unsur Ca juga
berperan pada permeabilitas biomembran. 3
Selain itu unsur runutan berperan pula dalam sintesis dan penstabil struktur biomolekul,
contoh nyata adalah Co yang menunjang fungsi biologi sebagai komponen nutrien spesifik, yaitu
satu atom Co terdapat di pusat molekul vitamin B12. Terakhir diduga bahwa unsur tertentu
mempunyai peranan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh. Kekurangan Zn erat
hubungannya dengan gangguan imunitas tubuh misalnya pada penyakit acrodermatitis
enterophatica. Walaupun demikian semua unsur runutan baik yang esensial maupun yang non
esensial apabila limit keamanannya dilampaui dapat menjadi toksik. Seperti misalnya intake
yang berlebih dari Cu dan Zn dapat memberikan reaksi yang berlawanan, sehingga unsur logam
dapat bertindak sebagai inhibitor enzim, mengubah permeabilitas membran, mengganggu
sintesis protein, atau merusak struktur asam nukleat. Pada umumnya sindrom klinis dapat
didefinisikan secara jelas seperti gangguan syaraf karena kelebihan Mn, cardiomyopathy karena
kelebihan Co, anemia dan neuropathy karena kelebihan Sn, serta alzheimer karena kelebihan Al.3
Teknik Analisis
Perkembangan yang pesat dalam teknik analisis yang diikuti dengan kecanggihan dalam
instrumentasi nuklir telah memunculkan suatu kelompok teknik analisis yang disebut sebagai
teknik analisis radiometri, yaitu teknik analisis yang berdasarkan pada pengukuran radiasi. Di
antara teknik analisis radiometri yang paling sesuai untuk penelitian biomedik adalah PIXE
(proton induced X-ray emmission) dan NAA (neutron activation analysis). Setelah munculnya
teknik analisis yang mampu menentukan unsur runutan dengan presisi yang sangat tinggi dan
batas deteksi yang relatif sangat kecil (orde mg/g ng/g), sains biomedik dari unsur runutan
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Penelitian fisiologi anatomi dalam fungsi makro dari
organ, jaringan, cairan tubuh dan sistem syaraf berkembang ke penelitian fungsi mikrokomponen
dan mekanismenya. Jadi dengan munculnya teknik nuklir untuk analisis unsur, dapat diperoleh

pengertian yang lebih mendalam tentang hubungan antara defisiensi unsur runutan dengan
beberapa penyakit, seperti myocardial infarction, liver cirrhosis, renal insufficiency, cerebellum
atropy, dan kanker. Bahkan perkembangan selama penyembuhan pascaterapi dapat diikuti secara
objektif. 4
Proton Induced X-ray Emission (PIXE)
PIXE merupakan teknik tidak merusak yang telah banyak diaplikasikan dalam berbagai disiplin
ilmu termasuk bidang kesehatan. Berkas proton dengan energi sekitar 2 MeV yang bersumber
dari akselerator Van de Graf mampu menembus suatu bahan sampai setebal 80 mm tanpa banyak
kehilangan energi. Apabila berkas proton tersebut ditembakkan pada permukaan sampel, maka
dapat mengeksitasi atom/unsur yang terkandung di dalamnya. Atom yang tereksitasi akan
mengalami deeksitasi diikuti dengan memancarkan sinar X yang karakteristiknya sesuai dengan
jenis unsur yang terdapat dalam sampel. Selanjutnya analisis secara kualitatif dilakukan dengan
jalan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan tabel standar sinar X yang sudah
tersedia, sedang analisis secara kuantitatif dilakukan dengan membuat cuplikan standar yang
telah diketahui komposisi dan konsentrasinya untuk kemudian dibandingkan. 5
Dewasa ini PIXE merupakan teknik analisis untuk penggunaan rutin dengan ketelitian
dan sensitivitas yang sangat tinggi. Teknik PIXE sangat cepat, sekitar sepuluh kali lebih cepat
dari XRF dengan limit deteksi antara 0,11 mg/g. Ditinjau dari sensitivitasnya sangat cocok
untuk penentuan unsur dengan nomor atom antara 26 80 (FeHg). Keunikannya adalah
sensitivitasnya sangat tinggi, dan sampel yang diperlukan sangat sedikit yaitu sekitar 1mg. PIXE
telah dimanfaatkan secara luas oleh para peneliti yang menentukan unsur runutan pada cairan
tubuh termasuk plasma dan serum darah. Preparasi sampel cukup sederhana yaitu dengan cara
liofilisasi atau pengabuan, kemudian serbuk yang diperoleh diletakkan pada foil plastik dan
ditutup dengan foil aluminium jenis khusus dengan nama perdagangan Mylar. PIXE telah
menjadi andalan untuk menentukan unsur Cu, Co, Mo, Sn, Zn, Se dan unsur lain pada serum
darah manusia, kecuali Al, V, Cr, dan Mn. 6
Neutron Activation Analysis (NAA)
NAA atau dalam bahasa Indonesia analisis aktivasi neutron (AAN) mempunyai
keunggulan dapat menentukan unsur secara simultan dengan kepekaan tinggi dan batas
deteksinya sampai orde submikrogram, sehingga jumlah cuplikan yang diperlukan juga sangat

sedikit. Pada dasarnya PIXE dengan AAN dapat saling melengkapi karena beberapa unsur di luar
jangkauan PIXE bisa ditentukan dengan AAN. 7
Berbeda dengan PIXE yang memerlukan akselerator sebagai sumber proton, pada AAN
diperlukan reaktor nuklir sebagai fasilitas sumber neutron. Pertama-tama sampel diiradiasi
dengan flux neutron thermal, sehingga terjadi aktivasi dan beberapa unsur menjadi isotop
radioaktif. Setelah proses iradiasi karakteristik maka energi radiasi yang dipancarkan isotop
radioaktif dan laju peluruhannya dapat dideteksi dengan perangkat alat cacah. Karakteristik jenis
serta energi radiasi melambangkan jenis isotop unsur, sedang laju cacahan atau aktivitasnya
sebanding dengan kadar unsur. Dengan demikian AAN dapat digunakan untuk penentuan jenis
(kualitatif) dan kadar atau konsentrasi (kuantitatif) unsure dalam suatu cuplikan. Penentuan
secara kuantitatif dapat dilakukan dengan mengiradiasi standar acuan (standard reference
materials, SRM) yang diperlakukan secara simultan dengan sampel. 7
Setelah iradiasi, cuplikan dapat langsung dianalisis secara Instrumental NAA (INAA)
atau setelah dilakukan pemisahan radiochemical NAA (RNAA-). Cara INAA dapat memberikan
informasi secara langsung tentang jenis dan jumlah unsur dalam cuplikan. Unsur-unsur utama
dalam cuplikan biologi seperti hidrogen, karbon, oksigen, nitrogen, fosfor maupun sulfur tidak
atau hanya sedikit teraktivasi membentuk radioisotop yang berumur pendek sehingga tidak
mengganggu dalam analisis unsur. Akan tetapi cara INAA ini sangat diganggu oleh adanya
aktivasi matriks cuplikan terutama 24Na, 38Cl, dan 82Br sehingga kemampuan INAA terbatas
untuk unsur dengan radioisotop yang berumur relative panjang (T1/2 > 2 minggu) seperti Fe, Co,
Zn, Se, Rb, dan Cs. Unsur-unsur tersebut pada kadar sekitar ng/ml dapat ditentukan pada tingkat
presisi yang baik dengan INAA. Untuk radioisotop yang berumur pendek (T1/2 < 1 minggu)
ataupun untuk penentuan radioisotop yang kadarnya sangat rendah dilakukan secara RNAA.
Pada cara ini cuplikan dilarutkan dan ditambah unsur pengemban non radioaktif (carrier-non
radioactive element) yang selanjutnya diikuti dengan perlakuan pemisahan kimia biasa (classical
separation procedure) untuk pemisahan unsur secara individu atau golongan kelompok unsur.
Hasil pemisahan kemudian dicacah untuk analisis radioisotop. Dengan cara ini unsur V, Cr, Mn,
As, Mo, Cd dan lainnya yang terdapat dalam serum dalam jumlah nanogram atau lebih kecil
dapat ditentukan dengan mudah. Pada Tabel 1 ditampilkan daftar unsur yang dapat ditentukan
secara RNAA dan INAA dalam plasma atau serum darah. Hal lain yang menguntungkan pada
penggunaan INAA dan RNAA untuk analisis unsur adalah kemungkinan kontaminasi sangat

kecil dibandingkan dengan teknik analisis yang lain karena pemisahan maupun manipulasi kimia
lainnya dilakukan setelah iradiasi, sehingga penambahan pereaksi yang nonradioaktif tidak
mengganggu pengukuran radiometri. Hal ini pada analisis nonradiometri dapat menimbulkan
masalah kontaminasi. 8
Unsur
Cr
Mn
V
Co
Cu
Zn
As
Se
Br

INAA

RNAA
x
x
x

x
x
x
x

x
x
x
x

Unsur
Rb
Mo
Ag
Sn
Sb
Cd
Cs
Hg

INAA
x

RNAA
x
x
x

x
x
x
x

Tabel 1. Unsur-unsur Runuan yang dapat Ditentukan Secara INAA dan RNAA,
dalam Sampel atau Serum Darah.12
Radioaktivitas yang diukur dapat berupa partikel , atau sinar . Penentuan sinar
dengan resolusi tinggi banyak digunakan yaitu dengan alat spektrometer multisaluran yang
dilengkapi dengan detektor germanium murni. Dengan cara tersebut AAN benar-benar
merupakan teknik analisis multielemen yang handal. Apalagi akhir-akhir ini pengembangan
AAN telah mengarah pada metode absolute yang dikenal dengan metode standardisasi Ko. Pada
metode ini tidak lagi menggunakan pembanding multielemen sehingga harus melakukan
preparasi dari berbagai standar acuan, melainkan menggunakan metode absolut dengan cara
memasukkan beberapa parameter yang berhubungan dengan karakteristik reaktor, detektor dan
sampel. Metode standardisasi Ko sedang banyak dikembangkan karena dari segi biaya dan waktu
lebih efisien. 9
Unsur Mineral Runutan Essensial
1. Besi ( Fe )

Besi adalah sebuah nutrien esensial yang diperlukan oleh setiap sel manusia. Sebagai
logam transisi dengan nomor atom 26 dan berat atom 55,85, besi dapat berperan sebagai
pembawa oksigen dan elektron serta sebagai katalisator untuk oksigenisasi, hidroksilasi dan
proses metabolik lainnya, melalui kemampuannya berubah bentuk antara fero (Fe 2+)dan fase
oksidasi Fe3+. Besi ditransportasi dan disimpan bukan sebagai kation bebas tapi dalam bentuk Fe
yang terikat. Besi ionik dapat berpartisipas alam berbagai reaksi yang menghasilkan radikal
bebas yang selanjutnya dapat merusak sel. Adanya penurunan atau peningkatan besi dalam tubuh
mungkin menghasilkan efek yang signifikan secara klinis. Jika terlalu sedikit besi yang ada
(defisiensi besi) akan terjadi pembatasan sintesis komponen yang mengandung besi aktif
sehingga secara normal mungkin berbahaya. Demikian pula jika terlalu banyak besi terakumulasi
(kelebihan besi) dan melebihi kapasitas tubuh untuk mentransport dan menyimpannya akan
menimbulkan toksisitas besi yang selanjutnya memicu terjadinya kerusakan dan kematian organ
yang luas. 10
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia
dewasa.dan hewan yaitu sebanyak 3-5 gr didalam tubuh manusia dewasa. Besi di alam berasal
dari sumber hewani dan nabati. Kualitas atau bioavailibilitas besi yang dihasilkan dari kedua
sumber zat besi tersebut juga berbeda oleh karena kemampuan tubuh manusia untuk menyerap
besi ikut dipengaruhi. Bagaimana besi di alam dapat diserap oleh tubuh manusia, dialirkan,
disimpan serta digunakan, kemudian di ekskresikan. 10
Sumber :
Sumber baik besi adalah makanan hewani ,seperti daging,ayam dan ikan .Sumber baik
lainnya adalah telur ,serealia tumbuk ,kacang kacangan, sayuran hijau dan bebebrapa jenis buah.
Pada umumnya besi didalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologic tinggi,
besi didalam serealia dan kacang kacangan mempunyai ketersediaan biologic sedang dan besi
didalam sebagian besar sayuran ,terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam
mempunyai ketersediaan biologic rendah. 10
Tabel : Nilai besi berbagai bahan makanan ( mg/100gram)
Nilai Fe
Bahan makanan

Bahan makanan

Nilai Fe

Tempe kacang kedelai murni


Kacang kedelai kering
Kacang hijau
Kacang merah
Kelapa tua,daging
Udang besar
Hati sapi
Daging sapi
Telur bebek
Telur ayam
Ikan segar
Ayam
FUNGSI

10,0
8,0
6,7
5,0
2,0
8,0
6,6
2,8
2,8
2,7
2,0
1,5

Biscuit
Jagung kuning ,pipil lama
Roti putih
Beras setengah giling
Daun kacang panjang
Bayam
Sawi
Daun katuk
Kangkung
Daun singkong
Pisang ambon
keju

2,7
2,4
1,5
1,2
6,2
3,9
2,9
2,7
2,5
2,0
0,5
1,5

Besi berperan dalam proses respirasi sel,yaitu sebagai kofaktor bagi enzim enzim yang
terlibat didalam reaksi oksidasi reduksi. Metabolisme energy ,didalam tiap sel ,besi bekerja sama
dengan rantai protein pengangkut elektron ,yang berperan dalam langkah-langkah akhir
metabolism energi. Sebanyak lebih dari 80 % besi yang ada dalam tubuh berada dalam
hemoglobin. Menurunnya produktivitas kerja pada kekerangan besi disebabkan oleh dua hal
yaitu : 10

Berkurangnya enzim enzim mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim enzim
yang terlibat dalam metabolism tinggi,

Menurunnya hemoglobin darah.akibatnya metabolisme energy didalam otot terganggu


dan terjadi penumpukan asam laktat yang akan menyebabkan rasa lelah.
Kemampuan belajar,ada perbedaan antara keberhasilan belajar anak anak yang menderita

anemia gizi besi dan anak-anak sehat, defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi
otak,terutama fungsi neurotransmitter ( kepekaan saraf ). Sistem kekebalan ,respon kekebalan sel
oleh limfosit T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel sel tersebut,yang kemungkinan
disebabakan oleh berkuranggnya sintesisi DNA.Berkurangnya sisntesis DNA ini disebabkan oleh
gangguan enzim reduktalase ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.
Pelarut obat obatan , obat obatan tidaka larut air oleh enzim mengandung besi dapat dilarutkan
sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh. 10

ANGKA KECUKUPAN BESI YANG DIANJURKAN


Widya karya pangan dan gizi tahun 1998 menetapkan AKG besi untuk Indonesia sbb:

Bayi : 3-5 mg

Anak, balita : 8-9 mg

Anak sekolah : 10 mg

Remaja laki laki : 14 17 mg

Remaja perempuan : 14 25 mg

Dewasa laki laki : 13 mg

Dewasa perempuan : 14 26 mg

Ibu hamil : +20 mg

Ibu menyusui : + 2 mg

Manula perempuan : 14 mg

Manula laki laki : 13 mg

DAMPAK
1. KELEBIHAN
Kelebihan besi jarang terjadi karena makanan ,tetapi dapat disebabkan oleh suplemen
besi ,gejalanya adalah rasa nek,muntah .diare,denyut jantung meningkat,sakit kepala ,mengigau
dan pingsan.

2. KEKURANGAN
Menurunnya kemampuan kerja,kekurangan energy pada umumnya menyebaabkan pucat,
rasa lemah, letih pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran kekebalan dan gangguan
penyembuhan luka.kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.
METABOLISME :
Besi dalam tubuh manusia terbagi dalam 3 bagian yaitu senyawa besi fungsional, besi
cadangan dan besi transport. Besi fungsional yaitu besi yang membentuk senyawa yang
berfungsi dalam tubuh terdiri dari hemoglobin, mioglobin dan berbagai jenis ensim. Bagian
kedua adalah besi transportasi yaitu transferin, besi yang berikatan dengan protein tertentu untuk
mengangkut besi dari satu bagian ke bagian lainya. Bagian ketiga adalah besi cadangan yaitu
feritin dan hemosiderin, senyawa besi ini dipersiapkan bila masukan besi diet berkurang. Untuk
dapat berfungsi bagi tubuh manusia, besi membutuhkan protein transferin, reseptor transferin
dan feritin yang berperan sebagai penyedia dan penyimpan besi dalam tubuh dan iron regulatory
proteins (IRPs) untuk mengatur suplai besi. 11
Transferin merupakan protein pembawa yang mengangkut besi plasma dan cairan
ekstraseluler untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Hoffman, 2000). Reseptor transferin adalah
suatu glycoprotein yang terletak pada membrane sel, berperan mengikat transferin-besi komplek
dan selanjutnya diinternalisasi ke dalam vesikel untuk melepaskan besi ke intraseluler. Kompleks
transferin-reseptor transferin selanjutnya kembali ke dinding sel, dan apotransferin dibebaskan
ke dalam plasma. Feritin sebagai protein penyimpan besi yang bersifat nontoksik akan
dimobilisasi saat dibutuhkan. Iron regulatory proteins (IRP-1 dan IRP-2 yang dikenal sebagai
iron responsive element-binding proteins [IRE-BPs], iron regulatory factors [IRFs], ferritinrepressor proteins [FRPs] dan p90) merupakan messenger ribonucleic acid (mRNA) yang
mengkoordinasikan ekspresi intraseluler dari reseptor transferin, feritin dan protein penting
lainnya yang berperan dalam metabolisme besi, seperti terlihat pada gambar 1. 11

Gambar 1. Struktur protein transport. 11


Bagian A adalah struktur apotransferin. Secara skematik struktur apotransferin terdiri atas
cincin polipeptid yang terbagi dalam dua lobus, masing-masing berbentuk elip dan mengandung
single iron-binding site yang ditampilkan dengan sebuah tanda titik. Setiap lobus disusun dengan
dua domain yang berbeda, diberi label I dan II. Selain itu dikenal juga adanya dua lobus yaitu
lobus N-terminal dan C-terminal. Bagian B adalah reseptor transferin. Skema di atas
menampilkan reseptor transferin di atas permukaan sel. Transferin reseptor merupakan dimer
glikoprotein transmembran terdiri atas dua subunit yang identik dihubungkan dengan ikatan
disulfide. Transferin reseptor bersifat ampipatik dengan ekor sitoplasmik hidrofilik yang kecil
dan domain ekstraseluler hidropilik yang luas. Reseptor dapat mengikat dua molekul transferin. 11
(Beutler at al, 2000).
Mekanisme Molekuler dari Ambilan Besi Seluler
Ambilan besi sel melalui transferrintransferrin reseptor terjadi melalui proses endositosis.
Jalur utama peran transferin, reseptor transferin dan feritin dalam penyimpanan dan penyediaan
besi seluler ditunjukkan secara sistematik pada gambar 2. Gambar 2 menunjukkan distribusi besi
ke sel secara skematik yang dimulai dengan terikatnya satu atau dua molekul transferin mono
atau diferik pada reseptor transferin dan proses ini tergantung energi dan suhu serta selesai dalam
waktu 2-3 menit. Pada pH plasma netral, kompleks transferin-besi jauh lebih stabil dengan

mengikatkan transferin pada reseptor transferin baik untuk transferin monoferik maupun diferik.
Efisiensi dari distribusi besi ke sel tergantung pada jumlah transferin plasma mono dan diferik
yang ada. Pada keadaan erytropoesis normal dan saturasi transferin normal yaitu sekitar 33%,
afinitas tertinggi dari reseptor untuk transferin diferik menghasilkan aliran besi yang banyak ke
sel, dengan dilengkapi empat atom besi pada tiap siklusnya. Saat saturasi tranferin sekitar 19%,
besi dalam jumlah sama dihantarkan melalui transferin mono atau diferik, sementara pada
saturasi yang rendah, kebanyakan besi dihantarkan dari bentuk monoferik.

10

(Beutler at al,

2000).
Peranan Reseptor Tranferin dalam Melepaskan Besi dari Transferin di dalam Endosome
Reseptor transferin memainkan peran penting dalam pelepasan besi dari kedua transferrin pada
saat endosom berada dalam pH asam. Pada saat pH 5,6, besi akan terlepas dari sisi N-terminal
transferin. Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada sel eritroid, dimana besi terlepas dari kedua
sisi transferin dalam waktu 2-3 menit. Tampaknya interaksi antara reseptor transferin dengan
transferin mempengaruhi pelepasan besi. Pada pH 5,6, besi dilepaskan dari transferrin monoferik
dan bentuk N-terminal (FeNTf) 3 kali lebih cepat daripada C-terminal (FeCTf). Ikatan dengan
reseptor transferin sedikit mempengaruhi pelepasan FeN Tf namun terjadi peningkatan pada sisi
C-terminal. Ikatan reseptor transferin pada pH 5,6 mengubah kedua sisi transferin yang mengikat
besi dimana besi pada lobus N-terminal bersifat stabil, tidak pada sisi C-terminal. Reseptor
transferin yang terikat transferin dalam endosomal mempengaruhi jumlah besi yang dilepaskan
dari transferin dalam sel eritroid, selain itu juga meminimalkan perbedaan antara sisi C-terminal
dan N-terminal. 10
Transport Besi Melewati Membran Endosom melalui Nramp2
Setelah dilepaskan besi harus ditransportasikan melewati membran endosomal.
Pergerakan besi keluar endosom dan absorsinya di usus, diperantarai oleh Nramp2 (Natural
resistance-assosiated macrophage protein 2) yaitu protein pengangkut besi transmembran.

12

(Beutler at al, 2000; Hoffman, 2000).


Mekanisme Kembalinya Komplek Reseptor transferin-Transferin ke Permukaan
Sel.

Keasaman dalam endosom meningkatkan afinitas apotransferrin terhadap reseptor


transferin sehingga menghasilkan kompleks apotransferinreseptor transferin dan selanjutnya di
hantarkan ke permukaan sel endosom. Paparan dengan pH plasma menyebabkan apotransferin
kehilangan afinitasnya terhadap reseptor transferin sehingga terlepas dari membran endosom.
Hal ini memungkinkan apotransferin dan reseptor transferin bisa digunakan kembali.

12

(Beutler

at al, 2000; Hoffman, 2000).


Pengaturan, Penyimpanan dan Ambilan Besi Seluler
Di dalam sel, IRP-1 dan IRP-2 tersedia untuk mengatur penyimpanan dan ambilan besi
melalui pengontrolan translasi untuk sintesis reseptor transferin dan feritin. Sintesis reseptor
transferin disesuaikan dengan jumlah citoplasmic transferin reseptor mRNA. Regio 3 yang tidak
ditranslasikan (3 UTR) dari reseptor transferin mRNA mengandung 5 IRE. Ikatan IRP dengan
IRE pada 3 UTR memperlambat degradasi dan meningkatkan konsentrasi cytoplasmic
transferring receptor mRNA serta jumlah sintesis reseptor transferin. Dengan meningkatnya
jumlah reseptor sel, ambilan besi meningkat. Sintesis ferritin dikontrol (tanpa mengubah jumlah
ferritin yang ada) dengan menekan translasi ferritin mRNA. Regio 5 yang tidak ditranslasikan
(5 UTR) dari ferritin mRNA mengandung IRE tunggal. Ikatan antara IRP-IRE menghentikan
translasi ferritin mRNA sehingga sedikit ferritin yang diproduksi dan sekuester besi dikurangi.
Pengaturan besi intrasel dilakukan oleh IRP sehingga menghasilkan efek yang berlawanan
terhadap sintesis reseptor. transferin dan ferritin. Penurunan besi intraseluler menyebabkan
peningkatan proporsi tingginya afinitas IRP. Peningkatan IRP-IRE meningkatkan produksi
reseptor transferin tapi menurunkan feritin. Meningkatnya besi intrasel menyebabkan
terangkainya 4Fe-4S dengan kehilangan aktivitas binding IRP-1 dan untuk IRP-2 akan
menyebabkan proteolisis yang spesifik. Sedikit IRP yang terikat IRE akan menurunkan produksi
reseptor transferin dan meningkatkan produksi ferritin. Keseimbangan dan efek berlawanan ini
mengubah ambilan besi dan penyimpanannya oleh IRP dalam rangka mempertahankan
homeostasis besi intraseluler tetap konstan dan dapat merespon pada oksidatif stres serta
inflamasi. IRP juga terikat pada Functional IRE pada 5 UTR dari mRNA yang ada pada sintesis
erytroidspecifik-d-amino levolinic acid (eALAS) dan mitokondrial aconitase serta menghambat
sintesisnya dibawah kondisi kekurangan besi, berkaitan dengan penggunaan besi dan energi sel
untuk mengatur homeostasis besi. 12 (Beutler at al, 2000; Hoffman, 2000).

Siklus Besi dalam Tubuh


Konsentrasi besi tubuh normal adalah 40-50 mg Fe/Kg BB dimana laki-laki lebih besar
dari perempuan. Kebanyakan besi yang ada berupa senyawa dengan berikatan pada protein
tertentu, bukan dalam bentuk logam bebas. Besi ditransport dalam bentuk ikatan dengan
transferin plasma dan transferin cairan ekstrasel. Jumlah besi sekitar 5-6 mg Fe/Kg pada wanita,
10-12 mg Fe/Kg pada laki-laki disimpan dalam bentuk ferritin dan hemosiderin, dalam hepatosit,
makrofag dihati, sumsum tulang, limpa dan otot sebagai persiapan saat kehilangan darah.

13

(Bakta, 2000).
Besi diet yang diserap usus kemudian diikat oleh transferin plasma. Pada laki-laki dewasa
dengan berat badan 70 kg, jumlah besi-transferin dalam plasma sekitar 3 mg, meskipun besi
harian yang ditransport melalui cara ini lebih dari 30 mg. Sebagian besar besi 24 mg/hari
berada di prekursor erythroid sumsum tulang, dan sebagian besar dari jumlah ini yaitu sekitar 17
mg/hari menjadi hemoglobin di dalam erithrosit disirkulasi yang nantinya akan dikatabollisme
oleh makrofag dalam sumsum tulang, limpa dan hati. Besi kemudian dilepaskan dari hemoglobin
dan kembali ke transferin plasma. Beberapa dari besi dalam erythroid sumsum tulang sekitar 7
mg Fe/hari dikatabolisme langsung oleh makrofag karena fagositosis pada prekursor erythroid
yang terganggu atau perpindahan dari feritin erytrosit menyebabkan makrofag mengembalikan
besi ke transferin plasma 22 mg Fe/hari. Besi dalam erytron yang mengalami pergantian
berasal dari beberapa besi yang baru diabsorpsi dari GI tract dan dari fraksi minor sekitar 2 mg
Fe/hari besi Hb yang masuk ke plasma melalui enukleasi normoblas atau hemolisis intravaskuler.
Selanjutnya akan terikat dengan haptoglobin/hemopexin dan dihantarkan ke hepatosit. 14
(Andrew, 1999).
Keseimbangan Besi dalam Tubuh
Keseimbangan besi ditentukan oleh perbedaan antara asupan besi dan keluaran besi dari
tubuh. Jika persediaan besi tubuh menurun maka absorpsinya meningkat, sebaliknya absorbsi
akan meningkat jika persediaan besi tubuh menurun. Besi yang diserap usus atau dikeluarkan
setiap hari berkisar antara 1-2 mg. Besi heme dan nonheme diabsorpsi melalui brush border pada
usus kecil bagian atas. Absorpsi besi yang terkandung dalam diet, ditentukan oleh jumlah dan
bentuk besi, komposisi diet dan faktor gastro intestinal (GI tract). Besi heme biasanya

terkandung sedikit dalam diet namun absorpsinya sekitar 20-30%. Kebanyakan besi yang
terkandung dalam diet berupa besi non heme yaitu sekitar 90% dan absorpsinya dipengaruhi
oleh keseimbangan antara inhibitor seperti phytate, tanat, fosfat dan ditingkatkan oleh asam
amino dan asam askorbat. Biasanya kurang dari 5% besi non heme yang terabsorpsi.
Ketersediaan besi juga dipengaruhi oleh faktor gastrointestinal seperti sekresi gaster, gerakan
usus dan akibat dari operasi atau penyakit usus. 14

Gambar 3. Keseimbangan besi tubuh. 14 (Andrew, 1999)


Absorpsi besi diatur oleh sel mukosa usus kecil bagian proksimal. Regulasi mokusal dari
absorpsi besi mungkin terjadi melalui satu atau lebih langkah berikut ini yaitu: (1) mukosa
mengambil besi yang melewati vili dan membran, (2) retensi besi dalam mukosa, (3)
pemindahan besi dari sel mukosa ke plasma. Secara umum mekanisme absorpsi besi melalui sel
mukosa ini mampu memenuhi kebutuhan cadangan besi dan tingkat eritropoesis dimana absorpsi
meningkat jika cadangan besi menurun dan aktivitas eritropoesis meningkat. Sekitar 3,5mg
Fe/hari diabsorpsi dari diet dengan bioavalaibilitas yang cukup dan pada fase defisiensi besi
Gambar 3. Keseimbangan besi tubuh terdapat faktor yang meningkatkan absorpsi besi.
(Andrew, 1999).

Absorbsi Besi

14

Besi diet yang berasal dari makanan diserap dalam usus. Proses absorbsi besi dalam usus
terdiri atas 3 fase yaitu fase luminal, fase mucosal dan fase sistemik atau korporeal (Bakta,
2000). Pada fase luminal ikatan besi dari bahan makanan dilepaskan atau dirubah menjadi bentuk
terlarut dan terionisasi. Kemudian besi dalam bentuk feri ( Fe3+) direduksi menjadi bentuk fero
(Fe2+) sehingga siap diserap usus. Dalam proses ini getah lambung dan asam lambung memegang
peranan penting. Absorbsi paling baik terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal. Hal ini
dihubungkan dengan jumlah reseptor pada permukaan usus dan pH usus. Di dalam usus, besi
akan dibedakan menjadi besi non haem dan besi haem. Kedua jenis besi ini mempunyai sifat
sangat berbeda. Besi haem diserap secara langsung, tidak dipengaruhi oleh bahan penghambat
atau pemacu dan presentase absorbsinya besar yaitu 4 kali dari besi non haem. Sedangkan
absorbsi besi non haem sangat dipengaruhi oleh zat pengikat (ligand) yang dapat menghambat
ataupun memacu absorbsi. Senyawa besi haem terdapat dalam daging, ikan dan hati. Besi haem
ini diserap secara utuh dan setelah berada dalam epitel usus (enterosit) akan dilepaskan dari
rantai porfirin oleh ensim haemoxygenase, kemudian ditransfer ke dalam plasma atau disimpan
dalam ferritin. Persentase besi yang diserap sangat tinggi yaitu 10-25%. Penyerapan besi non
haem sangat dipengaruhi oleh adanya zat-zat yang mempertahankan besi tetap dalam keadaan
terlarut. Bahan ini disebut zat pemacu atau promoter atau enhancer. Sedangkan zat penghambat
atau inhibitor adalah zat yang membentuk kompleks yang mengalami presipitasi sehingga besi
sulit diserap. Bahanbahan yang bekerja sebagai pemacu utama ialah. daging, ikan dan hati, asam
askorbat atau vitamin C. 10
Beberapa bahan yang terdapat dalam daging yang dikenal sebagai meat factor seperti
asam amino, cysteine dan glutathion dapat meningkatkan absorbsi besi melalui pembentukan
soluble chelate yang mencegah polimerisasi dan presipitasi besi. Asam askorbat merupakan
bahan pemacu absorbsi yang sangat kuat yang berfungsi sebagai reduktor yang dapat mengubah
feri menjadi fero, mempertahankan pH usus tetap rendah sehingga mencegah presipitasi feri dan
bersifat sebagai monomeric chelator yang membentuk iron-ascorbate chelate yang lebih mudah
diserap. Zat penghambat absorbs besi sebagian besar terdapat dalam makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Penghambat paling kuat ialah senyawa polifenol seperti tanin dalam teh. Teh
dapat menurunkan absorbsi sampai 80 % sebagai akibat terbentukknya kompleks besi-tanat.
Kopi juga mengandung polipenol tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan

teh. Bahan penghambat lain ialah phytate, bekatul, kalsium, posfat, oksalat dan serat (fibre) yang
dapat membentuk kompleks polemer besar. 10
Fase absorbsi yang ke dua adalah fase mukosal. Pada fase mukosal besi diserap secara
aktif melalui reseptor. Jika dosis terlalu besar besi akan masuk secara difusi pasif. Dalam sel
enterosit besi akan diikat oleh suatu karier protein spesifik dan ditransfer melalui sel ke kapiler
atau disimpan dalam bentuk feritin dalam enterosit kemudian dibuang bersamaan dengan
deskuamasi epitel usus. Susunan karier protein ini belum diketahui dengan pasti. Ada yang
menduga sebagai suatu transferin like protein. Pada fase sistemik (korporeal) besi yang masuk
ke plasma diikat oleh apotransferin menjadi transferin dan diedarkan ke seluruh tubuh, terutama
ke sel eritroblast dalam sumsum tulang. Semua sel mempunyai reseptor transferin pada
permukaannya. Transferin ditangkap oleh reseptor ini dan kemudian melalui proses pinositosis
(endositosis) masuk dalam vesikel (endosome) dalam sel. Akibat penurunan pH, besi, transferin
dan reseptor akan terlepas dari ikatannya. Besi akan dipakai oleh sel sedangkan reseptor dan
transferin dikeluarkan dan dipakai ulang. Besar kecilnya penyerapan besi oleh usus ditentukan
oleh faktor intraluminal dan faktor regulasi eksternal. Faktor intraluminal ditentukan oleh jumlah
besi dalam makanan, kualitas besi (besi haem atau non haem), perbandingan jumlah pemacu dan
penghambat dalam makanan. Faktor regulasi luar ditentukan oleh cadangan besi tubuh dan
kecepatan eritropoesis. 10
Gangguan Metabolisme Besi
Anemia diakibatkan oleh karena berkurangnya penyediaan besi atau gangguan utilisasi
besi dalam susmsum tulang. Anemia hipokromik mikrositer dengan gangguan metabolisme besi
merupakan penyebab anemia paling sering dijumpai baik dalam praktek klinik maupun di
lapangan (Bakta, 2000). Salah satu anemia yang termasuk dalam anemia ini adalah anemia
defisiensi besi. Patogenesis anemia defisiensi besi diawali dengan adanya perdarahan menahun.
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin menurun.
Jika cadangan kosong maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi
berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan
gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi atau sering disebut iron
deficient erythropoiesis. Selanjutnya muncul anemia hipokromik mikrositer yang disebut iron
deficiency anemia. 13 (Bakta, 2000).

2. SENG (Zn)
Seng merupakan komponen penting pada struktur dan fungsi membran sel, sebagai
antioksidan, dan melindungi tubuh dari serangan lipid peroksidase. Seng berperan dalam sintesis
dan transkripsi protein, yaitu dalam regulasi gen. Pada suhu tinggi, hewan banyak mengeluarkan
keringat dan seng dapat hilang bersama keringat sehingga perlu penambahan (Richards 1989;
Ahmed et al. 2002). Ikatan enzim seng yang merupakan katalis reaksi hidrolitik melibatkan
enzim pada bagian aktif yang bertindak super efisien. Enzim karbonik anhidrase mengkatalisis
CO2 dalam darah, enzim karboksi peptidase mengkatalisis protein dalam prankreas, enzim
alkalin fosfatase meng hindrolisis fosfat dalam beberapa jaringan, dan enzim amino peptidase
menghidrolisis peptida dalam ginjal. Seng juga berperan dalam menstabilkan struktur protein,
seperti insulin, alkohol dehidrogenase hati, alkalin fosfat, dan superoksida dismutase.

15

(Fraker

et al. 1986; Brown et al. 2002).


FUNGSI Zn
Zn memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh, yaitu : 15

Zn Sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pads kegiatan lebih dari 200 enzim.

Zn berperan dalam berbagai aspek metabolisme seperti reaksi yang berkaitan dengan
sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat.

Zn berperan dalam pemeliharaan keseimbangan asam basa.

Zn sebagai bagian integral enzim DNA polymerase dan RNA polymerase yang
diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA.

Zn berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka.

Zn berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma.

Zn berperan dalam kekebalan yaitu, dalam sel T dan pembentukan antibody oleh sel B.
SUMBER Zn

Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang, bijibijian(lengkap), sserelia, leguminosa dan telur.serelia tumbuk dan kacang-kacangan merupakan
sumber yang terbaik namun mempunyai ketersediaan biologic yang rendah. 15
ANGKA KECUKUPAN Zn YANG DIANJURKAN
Angka kecukupan seng pada tingkat :
1.

Bayi

: 3-5 mg

2.

Anak-anak

: 8-10 mg

3.

Remaja dan dewasa

: 15 mg(baik pria maupun wanita)

4.

Ibu hamil

: + 5 mg

5.

Ibu menyusui

: + 10 mg

DAMPAK
KEKURANGAN SENG (Zn)
1. Akibat kekurangan seng pertumbuhan badan tidak sempurna(kerdil).
2. Gangguan dan keterlambatan pertumbuhan kematangan seksual misalnya pencernaan
terganggu, gangguan fungsi pangkreas, gangguan pembentukan kilomikron dan
kerusakan permukaan saluran cerna.
3. Kekurangan Zn menganggu pusat system saraf dan ungsi otak.
4. Kekurangan Zn menganggu metabolisme dalam hal kekurangan vitamin A, gangguan
kelenjar tiroid, gangguan nafsu makan serta memperlambat penyembuhan luka.
KELEBIHAN SENG(Zn)
1. Kelebihan Zn hinggga 2 sampai 3 kali menurunkan absorpsi tembaga.

2. Kelebihan sampai 10 kali mempengaruhi metabolism kolesterol, mengubah nilai


lipoprotein dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis.
3. Kelebihan sampai sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare,
demam, kelelahan, anemia, dan gangguan reproduksi.
PENCERNAAN DAN PENYERAPAN
Enzim yang sama berperan dalam pengeluaran amoniak dan didalam produksi
hidroklorida yang diperlukan untuk pencernaan sebagai bagian dari enzim peptidase karbosil
yang terdapat didalam cairan pangkreas, dan dalam pencernaan protein. Zn juga dihubungkan
dengan hormone insulin yang dibentuk dida;lam pangkreas walaupun tidak berperan langsung
terhadap kegiatan insulin. 15
Seperti halya besi, zink diabsorpsi relatif sedikit. Dari konsumsi zink 4-14 mg/hari, hanya
10-40 %-nya yang diabsorpsi. Absorpsi menurun dengan adanya agen pengikat atau kelat
sehingga mineral tersebut tidak terserap. Zink berikatan dengan ligan yang mengandung sulfur,
nitrogen atau oksigen. Zink membentuk kompleks dengan fosfat (PO4), klorida (Cl-) dan
karbonat (HCO3). Buffer N-2-hydroxyethyl-pysera-zine-N-2-ethanesulfonic acid (HEPES)
berefek kecil terhadap ikatan zink dengan ligan tersebut. Zink dapat berikatan dengan ligan
tersebut dan diekskresikan melalui feces. Orang yang menderita geophagic dan/atau yang
mengkonsumsi makanan tinggi fitat (khususnya produk sereal) berresiko defisiensi zink.
Oberleas (1993) diacu dalam Berdanier (1998) telah memperhitungkan bahwa diet dengan rasio
fitat dan zink lebih besar daripada 10, menyebabkan defisiensi zink, tanpa memperhatikan
jumlah total zink dalam diet tersebut. Pada sistem pencernaan, mineral dicerna di usus halus. 16
Tingkat penyerapannya sedikit banyaknya ada hubungan dengan status Zn lebih besar
dari normal dalam defesiensi Zn. daya guna Zn makanan juga merupakan faktor dalam
menentukan penyerapan, walaupun ini tidak banyak variasinya atau tidak sekritis Fe. Pitat dan
serat yang banyak dalam biji-bijian merupakan faktor-faktor utama yang menurunkan nilai
gunanya pada waktu bersamaan tingkat konsumsinya, keseimbangan Zn sedikit kurang pada
orang yang dengan diet berserat tinggi. Penyerapan Zn sedikit banyak berkompetisi dengan ionion metal transisi, terutama Fe2+ , Fe3+, dan Cu2+. Penyerapan Zn memerlukan energy dan

tingkatan oleh sitrat.dalam air susu manusia banyak Zn terikat dalam sitrat dan daya gunanya
lebih tinggi dari Zn yang terikat oleh protein. Setelah penyerapan dan pemindahan Zn dalam
plasma, Zn terikat dalam 3 komponen yang satu dengan yang lainnya.sebagian diikat oleh
albumin, walauoun cukup besar yang terikat pada antiprotease, -makroglobulin. 16
METABOLISME
Didalam pangkres seng digunkan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu
makan dikeluarkan ke dalam saluran cerna. Dengan demikaian saluran cerna menerima seng dari
dua sumbar, yaitu dri makanan dan dari cairan pencernan yang kembali ke pankreas dinamakan
sikrulasi entropangkreatik. Bila di komsumsi seng tinggi, di dalam sel dinding saluran cerna
sebagian diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absobrsi berkurang. Seperti
halnya dengan besi, bentuk simpanan ini akan dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang
umurnya adalah 2-5 hari. Metalotionien did lam hati mengikat seng hingga di butuhkn oleh
tubuh. Metalotionien di duga mempunyai peranan dalam mengtur kandungan seng didalam
cairan intarseluler. 2
3. TEMBAGA (Cu)
Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro karena keberadaannya dalam tubuh sangat
sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di alam, Cu ditemukan dalam bentuk senyawa
sulfida (CuS). Walaupun dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat
mengganggu kesehatan atau mengakibatkan keracunan. Namun bila terjadi kekurangan Cu
dalam darah dapat menyebabkan anemia yang merupakan gejala umum, pertumbuhan terhambat,
kerusakan tulang, depigmentasi rambut dan bulu, pertumbuhan bulu abnormal, dan gangguan
gastrointestinal. 17(Davis dan Mertz 1987; Baker et al. 1991; Clark et al. 1993).
FUNGSI TEMBAGA (Cu)
1. Fungsi utama enzim di dalam adalah sebagai bagian dari enzim. Enzim-enzim
mengandung tembaga mempunyai berbagai macam peranan yang berkaitan dengan
reaksi yang menggunakan oksigen atau radikal oksigen.

2. Tembaga berpernan dalam mencegah anemia dengan cara membanu absorbs besi,
merangsang sisntesis hemoglobin , melepas simpanan besi dari feritin dalam hati dan
sebagai bagian dari enzim seruloplasmin.
3. Tembaga berperan dalam oksidasi besi bentk fero menjadi feri.
4. Tembaga berperan dalam perubahan asam amino tirosin menjadi melanin, yaitu
pigmen dan kulit.
5. Tembaga juga berperanan dlam pngikatan silanh kolagen yang diperluka untuk
menjaga kekuatannya.

SUMBER TEMBAGA 2
Tembaga terdapat luas didalam makanan. Sumber utama tembaga adalah tiram, kerang,
hati, ginjal, kacang-kacangan, unggas, biji-bijian , serelia, dan cokelat. Air juga mengandung
tembaga dan jumlahnya bergantung pada jenis pipa di gunakan sebagai sumber air.
ANGKA KECUKUPAN TEMBAGA (Cu) YANG DIANJURKAN
Kekurangan tembaga karena makanan jarang terjadi, oleh karena itu, AKG untuk tembaga
diindonesia belum ditentukan. Amerika serikat menetapkan jumlah tembaga yang aman untuk
dikonsumsi adalah sebanyak 1,5-3,0 mg sehari.
DAMPAK TEMBAGA 17
1. KEKURANGAN TEMBAGA
Kekeurangan tembaga dapat menganggu pertumbuhan dan metabolism, disamping itu
terjadi demineralisasi tulang-tulang. Bayi gagal tumbuh kembang edema dengan serum albumin
rendah. Gangguan fungsi kekebalan.
2.KELEBIHAN TEMBAGA

Menyebabkan nekrosis hati atau serosis hati. Konsumsi sebanyak 10 -15 mg tembaga
sehari dapat menimbulkan muntah muntah dan diare.Berbagai tahap perdarahan intravascular
dapat terjadi ,begitupun nekrosis sel sel hati dan ginjal. Konsumsi dosis tinggi dapat
menyebabakan kematian.
PENCERNAAN DAN PENYERAPAN
Absorsi sedikit terjadi didalam lambung dan sebagian besar di bagian atas usus halus
secara aktif dan pasif.absorsi terjadi dengan alat angkut protein pengikat tembaga metalotionin
yang juga berfungsi dalam absorbsi seng dan kadmium.Tembaga diangkut keseluruh tubuh oleh
seruloplasminin dan transkuprein.Tembaga juga dikeluarkan dari hati ,sebagai bagian dari
empedu.Didalam saluran cerna tembaga dapat diabsorsi kembali atau dikeluarkan dari tubuh
bergantung kebutuhan tubuh.Pengeluaran melalui empedu meningkat bila terdapat kelebihan
tembaga dalam tubuh. 17
METABOLISME
Dalam plasma darah ,tembaga mula mula diikat pada albumin dan suatu protein baru
dam dibawa kehati dimana kan mendapat proses: 17

Diinkorporasikan ke dalam seruloplasmin dan protein / enzim hati yang spesifik

Hilang

melalui

empedu

,seruloplasmin

disekresi

kedalam

plasma

disamping

kemungkinan fungsi enzimatiknya ,juga mengangkut tembaga kedalam sel seluruh tubuh

Sebagian kecil cu diangkut melalui transkuprein dan albumin ; rendahnya berat molekul
dari pool cu dalam plsma mungkin tidak merupakan sumber Cu seluler yang nyata.
Hanya sedikit tembaga yang disimpan didalam jaringan tubuh ,keuali untuk fets ; kadar

tembaga sangat konstan kecuali kalau sakit tau defisiensi cu.Tembaga disimpan dalam / melekat
pada metalotionin intraseluler.,protein 6700 dalton .1/3 bagian sistein ,yang juga mengikat zn ,cd,
hg dan beberapa ion metal lainnya
3. MANGAN

Mangan berkaitan dengan jumlah enzimdalm beberapa proses metabolism ,termasuk


piruvatanya dan karboksilse asetil CoA dan dehidrogenase isositrat dalam siklus krebs dan
mitokondria; bentuk mitokondria ;dismutase super oksida yang menolong melindungi membrane
mitokondria Yang lebih menarik adalah hubungannya dengan enzim

mukopolisakarida,

glikoprotein dan produksi lipopolisakarida, termasuk trasferase galaktose dan trasferse glikosil
lain yang terikat dalam membran. 2
SUMBER : Beras giling. Pisang & sayuran hijau
FUNGSI :
Dalam tubuh, Mn berperan sebagai katalisator dari beberapa reaksi metabolik yang
penting pada protein, karbohidrat, dan lemak. Pada metabolisme protein, Mn mengaktifkan
interkonversi asam amino dengan enzim spesifik seperti arginase, prolinase, dipeptidase. Pada
metabolism karbohidrat, Mn berperan aktif dalam beberapa reaksi konversi pada oksidasiglukosa
dan sintesis oligosakharida. Pada metabolisme lemak, Mn berperan sebagai kofaktor dalam
sintesis asam lemak rantai panjang dan kolesterol. metabolisme energi & sintesis lemak. 2
AKG : 3- 4 gr/hari
DAMPAK 2
KELEBIHAN :
Keracunan krena kelebihan mangan dapat terjadi bila lingkungan terkontaminasi oleh
mangan. Pekerja tambang yang mengisap manga yang ada pada debu tambang untuk jangka
waktu lama, menunjukkn gejal-gejala kelainan otak disertai penampilan dan tingkah laku
abnormal, yang menyerupai penyakit parkinson.
KEKURANGAN :
Kekurangan mangan pernah terlihat pada manusia. Kebutuhan mangan kecil, sedangkan
mangan banyak terdapat dalam makanan nabati. Kekurangan mangan menyebabkan steril pada
hewan jantan dan betina. Keturunan dari induk yang menderita kekurangan mangan,

menunjukkan kelainan kerangka dan gangguan kerangka otot. Penggunaan suplementasi besi dan
kalsium perlu diperhatikan karena kedua zat gizi ini menghambat absorbsi mngan.kekurngan
mangan sering terjadi bersamaan dengan kekurangan besi. Malkanan tinggi protein dapat
melindungi tubuh dari kekurangan mangan.
Kobalt (Co)
Kobalt (Co) paling banyak terdapat dalam ginjal, kelenjar adrenal, limpa, dan pankreas.
Kobalt terdapat pula dalam jumlah cukup banyak dalam limfoglandula, sumsum tulang, dan
empeduKobalt (Co) merupakan unsur mineral esensial untuk pertumbuhan hewan, dan
merupakan bagian dari molekul vitamin B12. Konversi Co dari dalam tanah menjadi vitamin
B12 pada makanan hingga dicerna hewan nonruminansia kadang-kadang disebut sebagai siklus
kobalt. Ternak ruminansia (sapi, domba, dan kambing) memakan hijauan pakan, di mana
tanaman menyerap kobalt dari dalam tanah dan bakteri-bakteri yang ada di dalam lambung
(rumen) menggunakan kobalt dalam penyusunan vitamin B12. Hewan menyerap vitamin B12
dan mendistribusikannya ke

seluruh jaringan tubuh. Semua bangsa hewan membutuhkan

vitamin sehingga secara tidak langsung memerlukan kobalt. Ternak babi dan unggas tidak
mempunyai mikroflora dalam saluran pencernaan untuk mengubah kobalt dalam ransum
sehingga harus mendapat vitamin B12 yang cukup dalam ransum. 18 (Lee et al. 1999).
SUMBER:
Mikroorganisme dapat membentuk vitamin B12 hewan memamah biak memperoleh
kobalmin melalui hubungan simbiosis dengan mikrorganise dalam saluran cerna. Manusia tidak
dapat melakukan simbiosis ini, sehingga harus memperoleh kobalamin dari makanan hewani
seperti hati, ginjal, dan daging. Makanan nabati mengandung sedikit kobal, bergantung pada
kandungan tanah tempat tumbuhnya. Pengikut vegetarian (hanya makan makanan nabati) perlu
berhati-nati terhadap kemungkinana kekuranagan vitamin B12. 19
FUNGSI :
Kobal merupakan vitamin B12 (kobalmin). Vitamin ini diperlukan untuk mematangkan sel
darah merah dan menormalkan fungsi semua sel. Kobal mungkin juga berperan dalam fungsi
berbagai enzim

AKG:
Sebagian besar kobalt dalam tubuh terikat dalam vitamin B 12 plasma darah mengandung
kurang lebih 1 g kobal/100
PENCERNAAN DAN PENYERAPAN :
Absorbsi terjadi pada bgain atas usus halus mengkuti mekanisme absorbsi besi. Absorbsi
mningkat bila konsumsi besi rendah. Sebanyak 85% ekskresi kobal dilakukan melalui urin,
selebihnya fses dan keringat.

Iodium
Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah anion
monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon tiroid. Hormon-hormon
ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolis dan
produksi kalori atau energi disemua kehidupan. Jumlah iodium yang terdapat dalam makanan
sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian kecil secara kovalen mengikat asam amino. Iodium
diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid digunakan untuk memproduksi hormon
thyroid. Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini
merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi
(status iodium) yang rendah (25 20 g I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan
bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya. 20(Brody, 1999).
Dalam saluran pencernaan, iodium dalam bahan makanan dikonversikan menjadi Iodida
yang mudah diserap dan ikut bergabung dengan pool-iodida intra/ekstraseluler. Iodium tersebut
kemudian memasuki kelenjar tiroid untuk disimpan. Setelah mengalami peroksidasi akan
melekat dengan residu tirosin dari tiroglobulin. Struktur cincin hidrofenil dari residu tirosin
adalah iodinate ortho pada grup hidroksil dan berbentuk hormon dari kelenjar tiroid yang dapat
dibebaskan (T3 dan T4) (Linder, 1992).

Iodium adalah suatu bagian integral dari hormon

tridothyronine tiroid (T3) dan thyroxin (T4). Hormon tiroid kebanyakan menggunakan, jika tidak
semua, efeknya melalui pengendalian sintesis protein.

Efek-efek tersebut adalah efek

kalorigenik, kardiovaskular, metabolisme dan efek inhibitor pada pengeluaran thyrotropin oleh
pituitary. 21 (Sauberlich, 1999).
Kebanyakan Thyroxine (T4) dan Triidothyronine (T3) diangkut dalam bentuk terikatplasma dengan protein pembawa. Thyroxine-terikat protein merupakan pembawa hormon tiroid
utama yang beberapa di antaranya juga terikat dengan thyroxin-terikat prealbumin. Berikut
adalah gambar bagan metabolisme hormon tiroid. 21

Gambar 1. Metabolisme hormon tiroid 21


Tingkat bebasnya hormon-hormon tersebut dalam plasma dimonitor oleh hipotalamus
yang kemudian mengontrol tingkat pemecahan proteolitis T3 dan T4 dari tiroglobulin dan
membebaskannya ke dalam plasma darah, melalui tiroid stimulating hormon (TSH). Kadar T4
plasma jauh lebih besar dari pada T3, tetapi T3 lebih potensial dan turn overnya lebih cepat.
Beberapa T3 plasma dibuat dari T4 dengan jalan deiodinasi dalam jaringan non-tiroid. Sebagian
besar dari kedua bentuk terikat pada protein plasma, terutama thyroid-binding-globulin (TBG),
tetapi hormon yang bebas aktivitasnya pada sel-sel target. Dalam sel-sel target dalam hati,
banyak dari hormon tersebut didegradasi dan iodidat dikonversikan untuk digunakan kembali
kalau memang dibutuhkan. 21(Linder, 1992).
Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian
iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid disekresikan

sekitar 80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon tiroid. Selanjutya T3 dan
T4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan lainnya. Sehingga dari hepar
dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus
dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses
dan urin. 22
Dengan mengkonsumsi pangan yang kaya iodium dapat menekan atau bahkan
mengurangi besarnya prevalensi gondok. Rata-rata kandungan iodium dalam bahan makanan
antara lain : Ikan Tawar 30 g; Ikan Laut 832 g; Kerang 798 g; Daging 50 g; Susu 47 g;
Telur 93 g; Gandum 47 g; Buah-buahan 18 g; Kacang-kacangan 30 g dan Sayuran 29 g.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi

seseorang.

Dengan demikian diharapkan untuk mengkonsumsi pangan yang beraneka ragam sehingga
dapat memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh kerja tubuh.

23

(Harper, Deaton and

Driskel, 1985)
Dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100 150 g perhari.
Iodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam g I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi
lebih kecil dari 50 g/g kreatinin sudah menjadi indikator kekurangan intake. Konsumsi iodium
sangat bervariasi antar berbagai wilayah di dunia, diperkirakan sekitar 500 g per hari di USA
(sekitar 5 kali RDA). Adapun kecukupan iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara
lain : 1) umur 0 sampai 9 tahun kebutuhannya sebesar 50 120 g ; 2) umur 10 59 dan > 60
tahun sebesar 150 g (Pria) ; 3) umur 10 59 dan > 60 tahun sebesar 150 g ; 4) Wanita Hamil
mendapat tambahan + 25 g ; wanita laktasi 0 12 bulan sebesar + 50 g.

24

(Muhilal, dkk.

1998).
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau kelainan
yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus menerus dalam
waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
(manusia dan hewan) Makin banyak tingkat kekurangan iodium yang dialami makin banyak
komplikasi atau kelainan yang ditimbulkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai
stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme. 25 (DepKes RI, 1996).

SUMBER :

1.
2.

Irawan MA. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit & Mineral. Sports Science Brief. 1 (1): pp. 1-5.
Arifin, Zainal. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro dalam Sistem Biologi dan Metode

3.

Analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian. 27 (3): pp. 99-105.


Sofyan, Rochestri. 2007. Variabilitas Biologi pada Penentuan Unsur Runutan dalam Sains Biomedik. Maj

4.

Kedokt Indon. 57 (1): pp. 15-25.


Hernandez-Caraballo EA. 2005. Evaluation of Chemometric Techniques and Artificial Neural Network for
Cancer Screening Using Cu, Fe, Se and Zn Concentration in Blood Serum. Analytica Chemica Acta,

5.

533:1618.
Ma Xin Pei, Wang Jun Ke. 1991. PIXE Analysis of Cerebrospinal Fluid Before and After Brain
Transplantation. Proceeding of the International Conference on Evolution in Beam Applications, JAERI,

6.
7.

Takasaki, Japan. 579-82.


Sofyan, Rochestri. 1998. Aplikasi PIXE dalam Penelitian Biomedik Otak. Buletin BATAN. 1: pp. 27-35.
Ehmann WD, Vance DE. 1991. Radiochemistry and Nuclear methods of analysis. New York: John Wiley &

8.

Sons Inc. pp. 56-78.


Cornelis R. 1998. Radiochemical Methods, Especially Neutron Activation Analysis. In: Mc Kenzie HA,
Smythe LE, editor. Quantitative Trace Analysis of Biological Materials. Amsterdam: Elsevier/North

9.

Holland Biochemical Press. 90-8.


Muhayatun. 2005. Analisis Iradiasi Pendek Sampel Partikulat Udara Menggunakan Metode Analisis
Aktivasi Neutron K0. Prosiding Seminar Sains dan Teknik Nuklir, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Teknik Nuklir-BATAN. 100-13.


10. Luh Seri Ani. 2011. Metabolisme Zat Besi pada Tubuh Manusia. Widya Biologi. ISSN 2086-5783. 2 (1).
pp. 1-9.
11. Thomas H, Bothwell, 2000. Iron Requirement in Pregnancy and Strategies to Meet Them. Am J Clin Nutr
72(1): 257S-264S.
12. Hoffman, 2000. Iron metabolism, Basic Principle and Practice 3 rd ed, Churchill Livingstone, Inc: pp. 39945.
13. Bakta IM, 2000. Hematologi klinik ringkas. Percetakan Universitas Udayana Denpasar.
14. Andrews NC, 1999. Disorders of Iron metabolism. N Engl J Med. 341: 1986-90
15. Brown, K.H., J.M. Peerson, J. Rivera, and L.H. Allen. 2002. Effect of Supplemental Zinc on the Growth
and Serum Zinc Concentrations of Prepubertal Children: A Meta-Analysis of Randomized Controlled
Trials. Am. J. Clin. Nutr. 75: pp. 1.0621.071.
16. Adam, Moh. Awaludin. 2011. Metabolisme mineral. Fakultas perikanan dan ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya.
17. Davis, G.K. and W. Mertz. 1987. Copper. Trace Elements in Human and Animal Nutrition. In W. Mertz
(Ed.). Academic Press, Inc. San Diego, CA. pp. 301 364.
18. Lee, J., D.G. Master, C.L. White, N.D. Grace, and G.J. Judson. 1999. Current issues in trace element
nutrition of grazing livestock in Australia and New Zealand. Aust. J. Agric. Res. 50(8): pp. 1.3411.354.
19. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
20. Hetzel, B.S. 1989. An Overview of the Prevention and Control of Iodine Deficiency Disorder. in Hetzel,
J.T. Dunn and J.B. Stanbury (ed) Hal. 7-29. Elvsevier Science Plubbisher. New York.
21. Sauberlich, H.E. 1999. Assessment of Nutritional Status. Second Edition. CRC Press. Boca Raton London
New York Washington, DC.
22. Ganong, W.F. 1989. Review of medical Physiology, 14th Ed. A Lange Medical Book. Prentice Hall
International Inc.
23. Harper, L.J., Deaton and J.A. Driskel. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press, Jakarta.

24. Muhilal, Jalal & Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan. Widyakarya
Pangan dan Gizi Nasional VI. LIPI. Jakarta.
DepKes RI. 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium. Pusat

25.

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai