Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dalam dunia usaha, keuntungan dan kerugian adalah dua hal yang biasa terjadi. Ada
kalanya sebuah usaha mengalami keuntungan dan ada kalanya juga sebuah usaha mengalami
kerugian. Dalam konteks Pajak Penghasilan, keuntungan yang diperoleh adalah objek Pajak
Penghasilan, sebaliknya kalau terjadi kerugian, maka Wajib Pajak tidak akan terkena Pajak
Penghasilan. Bahkan kerugian yang didapatkan dalam satu tahun pajak dapat digunakan
untuk menutupi keuntungan pada tahun-tahun berikutnya sehingga pada tahun-tahun tersebut
Pajak Penghasilan nya menjadi lebih kecil atau tidak terutang sama sekali. Nah, proses
membawa kerugian dalam satu tahun pajak ke tahun-tahun pajak berikutnya ini dinamakan
sebagai Kompensasi Kerugian (Carrying Loss).
Kompensasi kerugian dalam Pajak Penghasilan diatur dalam Pasal 6 ayat (2)
Undang-undang Pajak Penghasilan. Adapun beberapa point penting yang perlu
diperhatikan dalam hal kompensasi kerugian ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Kompensai kerugian hanya untuk Wajib Pajak, baik badan maupun orang pribadi,
yang melakukan kegiatan usaha yang penghasilannya tidak dikenakan PPh Final
dan perhitungan Pajak Penghasilannnya tidak menggunakan norma
penghitungan.
4.
3. Kerugian Fiskal terjadi karena penghasilan bruto dikurangi dengan biaya (yang
diperbolehkan menurut ketentuan fiskal) hasilnya mengalami kerugian.
4. Kerugian Fiskal tersebut dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai tahun
pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
5. Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal mulai berlaku tahun
2009 sedangkan untuk tahun pajak sebelumnya berlaku ketentuan Undang-undang
no.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan.
6. Apabila kemudian ternyata berdasarkan ketetapan pajak hasil pemeriksaan
menunjukkan jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari kerugian menurut SPT
Tahunan PPh atau hasil pemeriksaan menjadi tidak rugi, kompensasi kerugian fiskal
menurut SPT Tahunan PPh tersebut harus segera dibetulkan sesuai dengan ketentuan
dan prosedur pembetulan SPT sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang
Ketentuan Umum Perpajakan.
Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan
dan penghasilan tidak termasuk penghasilan yang bersifat final dapat menghitung
Kompensasi kerugian sesuai ketentuan tersebut diatas sedangkan penggunaan norma
penghitungan penghasilan netto tidak diperkenankan.
Contoh:
PT ABC dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000,00 (satu
miliar dua ratus juta rupiah). Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT ABC
sebagai berikut:
2010 : laba Rp200.000.000,00
2011 : rugi (Rp300.000.000,00)
2012 : laba Rp N I H I L
2013 : rugi (Rp100.000.000,00) menerapkan PPh Final PP No. 46 Tahun 2013
2014 : laba Rp800.000.000,00
Perhitungan Kompensasi kerugian PT ABC dilakukan sebagai berikut :
Rugi fiskal tahun 2009
(Rp1.200.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2010
Rp 200.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009
(Rp1.000.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2011
(Rp 300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal tahun 2009
(Rp1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2012
Rp
NIHIL
(+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009
(Rp1.000.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2013
(Rp 100.000.000,00) (+) >> tidak bisa dikompensasi
Sisa rugi fiskal tahun 2009
(Rp1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2014
Rp 800.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009
(Rp 200.000.000,00)
Penjelasan
1. Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang
masih tersisa pada akhir tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba
fiskal tahun 2015 karena jangka waktu 5 tahun telah selesai di tahun 2014
2. Rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hanya
boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena
jangka waktu lima tahun yang dimulai sejak tahun 2012 dan berakhir pada akhir
tahun 2016.
3. Pada tahun 2014, perusahaan menerapkan ketentuan PPh Final berdasarkan PP
No. 46 Tahun 2013. Maka rugi fiskal tahun 2013 sebesar Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) tidak boleh dikompensasikan. Hal ini sesuai dengan PP
No.46/2013 Pasal 8 bahwa kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak
Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat
dikompensasikan pada Tahun Pajak berikutnya.
4. Sehingga untuk Tahun Pajak 2009 sampai dengan 2014 tidak ada PPh Badan yang
terutang.
Perhitungan Laba/Rugi Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang menggunakan pembukuan berdasarkan fiscal mengalami
kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan
mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima)
tahun. Perhitungan pajak penghasilan Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang bersifat final, berdasarkan ketentuan Peraturan
Pemerintah maka jangka waktu kompensasi kerugian tetap dihitung.
Namun, atas kerugian akibat pemberlakuan PPh Final tersebut tidak dapat
dikompensasikan dengan Tahun Pajak berikutnya.
2 0 0 6
2 0 0 6
DAN
0 1
6 6 2
9 0 0
0 3 5
0 0 0
PT ABC
KOMPENSASI KERUGIAN F
TAHUN
RUPIAH
TH. 2002
(RUPIAH)
TH. 2003
(RUPIAH)
TH. 2004
(RUPIAH)
TH. 2005
(RUPIAH)
200
2
38.679.907,00
---
---
---
---
200
3
169.956,00
---
---
---
---
200
4
373.929,00
---
---
---
---
200
5
562.633,00
---
---
---
---
200
6
50.000.000,00
---
---
---
---
---
30.000.000,00
JUMLAH :
CATATAN :
*)
**)
10.000.000,00
---