Anda di halaman 1dari 18

Pemicu

Seorang wanita usia 35 tahun P2A0 datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri
pada perut bawah disertai keputihan yang berbau dan demam.Apa yang dialami
oleh wanita ini?
More info
Nyeri yang dirasakan terus-menerus makin hari makin sakit selama 1 minggu
ini.selain itu juga mengeluh mual tapi tidak sampai muntah, haid terakhir 1 minggu
lalu,nyeri haid (-), belakangan ini haid lebih lama dari biasanya.
Gangguan BAK dan BAB tidak ada
Wanita ini adalah akseptor AKDR sudah 2 tahun ini tidak pernah Kontrol.
Temp : 390 C
Pada pemeriksaan palpasi abdomen kiri bawah teraba suatu benjolan yang sangat
nyeri
Pada pemeriksaan dalam teraba massa kistik pada adneksa kiri dan teraba sangat
nyeri.
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai Leukosit 15.000/mm 3, dengan hitung jenis
leukosit : Neutrofil 80%.
Unfamiliar terms
Adneksa : Sesuatu atau bagian tambahan. pada uterine, organ adneksanya adalah
ovarium, tuba uterine dan ligament-ligamen uterus, disebut juga adneksa uteri
Masalah
-

Nyeri pada perut bawah disertai keputihan yang berbau dan demam
Nyeri yang dirasakan terus-menerus makin hari makin sakit selama 1 minggu
Mengeluh mual dan Hipermenorea

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 1 of 18

Analisa masalah

Akseptor AKDR
(tidak pernah control

Trauma Serviks

Displasia

Infeksi

Keputihan ,bau,

Menekan saraf

Benjolan pada

Penebalan

Hormonal

Mual
Hipermenorea

Hipotesa

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 2 of 18

Pelvic Inflamatory Disease (PID)


Learning issue
1. Jenis-jenis AKDR, cara pemasangan, dan efek pemakaian
2. Pelvis Inflammatory Disease
a) Definisi
b) Klasifikasi dan sign and symptom
c) Differensial Diagnosa ( DD)
d) Etiologi dan Faktor Predisposisi
e) Patofisiologi
f) Penegakan Diagnosa
g) Penatalaksanaan
h) Komplikasi dan Prognosis

Learning Issue 1

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 3 of 18

Jenis- jenis AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), cara pemasangan dan efek
pemakaian
AKDR adalah alat yang terbuat dari bahan plastic berbentuk T dan berukuran kecil
yang dimasukkan ke dalam rongga uterus.
a. Jenis-jenis AKDR
Non Hormonal
Menurut bentuknya :

Bentuk yang terbuka linear


Lipees loop
Saf T coil
Multiload 250
Cu 7
Cu T
Cu T 380 A
Spring coil
Marguiles spiral
Bentuk tertutup sebagai cincin
Ota Ring
Antigon F
Ragab Ring
Cincin Gravenberg
Cincin Hall stone
Birnberg bow

Hormonal
Progestasent T = AL2A T

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 4 of 18

b. Teknik pemasangan AKDR


Di Indonesia, AKDR jenis lipees loop yang paling sering digunakan.
Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 5 of 18

Cara pemakaian/ pemasangannya adalah :


1) Kandung kemih dikosongkan dan akseptor dibaringkan diatas meja
ginekologik dalam posisi litotomi
2) Kemudian, dilakukan pemeriksaan Bimanual untuk mengetahui letak,
bentuk dan besar uterus
3) Spekulum dimasukkan kedalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan
dengan larutan antiseptic (sol. Betadine / tingtura jodii)
4) Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri dan
dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan
panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri
5) Kemudian AKDR dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri
eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cumin serviks
6) Tabung penyalur digerakkan didalam uterus, sesuai dengan arah poros
kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah
ditentukan lebih dahulu dengan sonde uterus
7) Kemudian, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan,
pendorong (plunger) menahan AKDR dalam posisinya
8) Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong

juga

dikeluarkan, cunam dilepaskan


9) Benang AKDR diguntin g sehingga 21/2 3 cm keluar dari ostium uteri,
dan akhirnya speculum diangkat.
c. Cara mengeluarkan AKDR
Biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang keluar dari
ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan cunam.

d. Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari
pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan
AKDR pada waktu ni antara lain ialah :
- Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak
-

terbuka dan lembek


Rasa nyeri tidak seberapa keras
Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa
dirasakan

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 6 of 18

Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil

tidak ada
Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan :
i.
Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada
ii.

wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit


Secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam

iii.

masa tiga bulan setelah partus atau abortus


Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang
sesudah masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau
pemasangan

AKDR

dilakukan

pada

saat

yang

tidak

ada

hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.


Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi.
Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk
bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR
dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk AKDR yang
dipasang, dan bagaimana AKDR tersebut terletak dalam uterus setelah
terpasang.

e. Efek samping pemakaian AKDR


Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR terjadi perdarahan sedikit-sedikit
yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid,
perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor.
Keluhan yang sering terdapat pada pemakai AKDR ialah menoragia,
spotting metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat
diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang
mempunyai

ukuran

kecil.

diusahakan

mengatasinya

Jika

perdarahan

dengan

sedikit-sedikit,

pengobatan

konservatif.

dapat
Pada

perdarahan yang tidak berhenti dengan tindakan-tindakan tersebut


diatas, sebaiknya AKDR diangkat, dan digunakan cara kontrasepsi lain.
Rasa nyeri dan kejang diperut

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 7 of 18

Rasa

nyeri

atau

kejang

diperut

dapat

terjadi

segera

setelah

pemasangan AKDR; biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang


dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan
dengan jalan member analgetika. Jika keluhan berlangsung terus,
sebaiknya

AKDR

dikeluarkan

dan

diganti

dengan

AKDR

yang

mempunyai ukuran yang lebih kecil.


Gangguan pada suami
Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu
bersenggama. Ini disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari
porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk mengurangi
atau menghilangkan keluhan ini, benang AKDR yang terlalu panjang
dipotong sampai kira-kira 2-3 cm dari porsio, sedang jika benang AKDR
terlalu pendek, sebaiknya AKDRnya diganti. Biasanya dengan cara ini
keluhan suami akan hilang.
Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulsi
biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh :
i.
Umur dan paritas : pada paritas yang rendah, 1 atau 2,
kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar daripada paritas 5
atau lebih; demikian pula pada wanita muda ekspulsi lebih
ii.

sering terjadi daripada wanita yang umurnya lebih tua.


Lama pemakaian : ekspulsi paling sering terjadi pada tiga bulan
pertama setelah pemasangan; setelah itu angka kejadian

iii.

menurun dengan tajam.


Ekspulsi sebelumnya : pada wanita yang pernah mengalami
ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya, kecenderungan
terjadinya ekspulsi lagi ialah kira-kira 50%. Jika terjadi ekspulsi,
pasangkanlah AKDR dari jenis yang sama, tetapi dengan ukuran

iv.

yang lebih besar daripada sebelumnya.


Jenis dan ukuran : jenis dan ukuran AKDR yang dipasang sangat
mempengaruhi frekuensi ekspulsi. Pada lipees loop, makin besar

v.

ukuran AKDR makin kecil kemungkinan terjadnya ekspulsi.


Faktor psikis : oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi
oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai
pada wanita-wanita yang emosional dan ketakutan, yang psikis
labil.

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 8 of 18

f. Komplikasi AKDR
Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina,
umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang
digunakan disucihamakan, yakni tabung penyalur, pendorong, dan
AKDR. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis
sebelum pemasangan AKDR.
Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang
menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya
kontraksi uterus, AKDR terdorong lebih jauh menembus dinding uterus,
sehingga akhirnya sampai ke rongga perut.
Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacad
pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan
dinding rahim.

Learning issue 2
Pelvic Inflammatory Disease atau Penyakit Radang Panggul

Definsi
Infeksi saluran reproduksi bagian atas wanita yang terutama merupakan
penjalaran dari infeksi saluran reproduksi bagian bawah. Mis: vagina, serviks,
infeksi ini dapat melibatkan endometrium,tuba, ovarium maupun jaringan
disekitarnya.

Klasifikasi dan tanda dan gejala


Klasifikasi
Menurut Monif

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 9 of 18

Nama organ
uterus
Tuba
Ovarium

Nama penyakit
Endometritis, miometritis
Salpingitis, abses tuba
Ooforitis,
abses
tuba

Parametrium
Peritoneum
Pembuluh Darah

ovarium
Parametritis, selulitis pelvis
Pelvioperitonitis
Tromboflebitis, limfadenitis

Stadium Pelvic Inflammatory disease


Stadium I : salpingitis akut
Stadium II : salpingitis akut disertai pelvioperitonitis
Stadium III : pembentukan abses; piosalping abses ovarium,

TOA, abses pelvic


Stadium IV : rupture abses

Tanda dan gejala

Nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk


Mual dan muntah
Metroragia
Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau

yang abnormal (leukorea)


Demam dan menggigil
Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-

bercak kemerahan di celana dalam)


Kram karena menstruasi
Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (dispareunia)
Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
Nyeri punggung bagian bawah
Kelelahan
Nafsu makan berkurang
Poliuria dan disuria

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 10 of 18

Diagnosis Banding (DD)


1. Appendicitis
Mual dan muntah
Nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah
Deman : dengan suhu 37,8 38,8 oC
Dapat terjadi nyeri kolik
2. KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
Nyeri yang tidak begitu berat disekitar perut bagian bawah
Dapat menyebabkan shock/pingsan
Amenorea
Perdarahan pervaginam menunjukkan kematian janin
3. Endometriosis
Dismenorea
Dispareunia
Nyeri waktu defekasi (pembuangan tinja dari rectum)
Poli dan hipermenorea
Infertilitas
4. Kista ovarium pecah/ kista ovarium terpelintir
Nyeri abdomen bagian bawah yang memburuk secara intermitten
Sifat nyeri : nyeri tajam atau kram
Mual dan muntah
Dapat terjadi nyeri tekan atau nyeri lepas
5. Nyeri ovulasi (Mittleschmez)
Nyeri diperut bawah pada sebelah kiri atau kanan saat pertengahan

siklus menstruasi
Nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan, yang

kadang-kadang berupa getah berwarna coklat


Tidak disertai mual dan muntah
6. Diverticulitis

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 11 of 18

Etiologi

Nyeri abdomen bagian kiri bawah


Demam
Adanya mual dan muntah
dan faktor predisposisi

Etiologi
Penyebab tersering adalah Neisseria Gonnorhoe
Chlamydia Trachomatis
Bakteri aerob dan anaerob endogen
Mycoplasma sp
Faktor predisposisi
Terpajan organism penyebab
Wanita yang aktif secara seksual dibawah usia 25 tahun
Berganti-ganti pasangan seksual
Lendir servikalis yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi
masukknya bakteri
Penggunaan Intra Uterine Device (IUD) / Alat kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) yang tidak pernah dikontrol
Kuretase

Patofisiologi
PID terdiri dari 2 tahap :
1. Melibatkan akuisisi dari vagina atau infeksi servikal
2. Penyebaran asenden langsung Mikroorganisme dari vagina & serviks

Penggunaan
antibiotika
& Alat pembersih

Tahap
1

Mengganggu
keseimbangan
dan membunuh
flora normal
yang ada
(+) MO
Patogen

Faktor
Predisposisi

Heteroseksual

Penyakit menular
seksual

Neisseria
Gonorrohoea
Chlamydia

(+) vagina &


Servikal

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Riwayat
infeksi
Sub
akut/menahu

Page 12 of 18

Hubungan
seksual

Faktor pemicu

Kontraksi uterus
yang ritmis

Infeksi
Ascending ke
uterus dan

Tahap

Lapisan
Serviks

Usia
Muda

Lendir
tipis
(-) Proteksi masuknya
bakteri
Leuko
Neutrofil

Ny

Memudahkan
terjadinya

(-)Kontro
l&

AKD
R
Pembukaan
serviks

(-) Barier
Fungsional

Proses

Aliran menstrual

Infeksi

Hilangnya
lapisan

Memfasilitasi
pergerakan
asenden

Inflamasi
Mukosa

(-) Proteksi masuknya


bakteri

Sel Polimorfonukleat
menyerang submukosa
diikuti oleh sel mono

Mual
Eksudat
Pelekatan lipatan
dan mukosa

Mengisi Lumen
tuba

Inflamasi
meluas

Tuba yang
tersumbat
membengkak dan

Permukaan
serosa
Terbentuk jaringan
parut

Perlengketan
fibrosa

Menekan/menye
ntuh saraf
Infertili
pembengk

Massa

Haid
tergang

Dilepaskan dari
fimbria

Adneksa
Ovarium

Infertili

Nyeri menahun
keputihan

bau

Penegakan diagnosa

Anamnesis
Penegakan diagnosa dimulai dengan anemnese, dimana pasien dapat mengeluhkan
gejala yang bervariasi. Gejala muncul pada saat awal siklus menstruasi atau pada

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 13 of 18

saat akhir menstruasi. Nyeri abdomen bagian bawah dijumpai pada 90% kasus
dengan kriteria nyeri tumpul, bilateral, dan konstan.
Nyeri diperburuk oleh gerakan, olahraga, atau koitus. Nyeri dapat juga dirasakan
seperti tertusuk, terbakar, atau kram. Nyeri biasanya berdurasi <7 hari.
Menanyakan Umur karena berkaitan dengan lender servikalis.pada remaja biasanya
lapisan ini tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri dan usia
dibawah 25 tahun biasanya lebih rentan terkena PID.kemudian menanyakan apakah
ada penggunaan IUD/AKDR,kuretase.Sekresi cairan vagina (keptihan) terjadi pada
75% kasus. Demam dengan suhu >38, mual, dan muntah. gejala tambahan yang
lain meliputi perdarahan per vaginam, nyeri punggung bawah, dan disuria. Nyeri
organ pelvis dijumpai pada PID. Adanya nyeri pada pergerakan serviks menandakan
adanya inflamasi peritoneal yang menyebabkan nyeri saat peritoneum teregang
pada pergerakan serviks dan menyebabkan tarikan pada adnexa.
PID dapat didiagnosa dengan riwayat nyeri pelvis, sekresi cairan vagina,
nyeri tekan adnexa, demam, dan peningkatan leukosit.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, biasanya didapati :
-

Nyeri tekan perut bagian bawah


Pada pemeriksaan pelvis dijumpai : sekresi cairan mukopurulen, nyeri
pada pergerakan serviks, nyeri tekan uteri, nyeri tekan adnexa yang bilateral
Mungkin ditemukan adanya massa adnexa

Beberapa tanda tambahan adalah :


- Temperatur 380 C
Pemeriksaan Laboratorium
-

Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit lebih dari 100.000
pada 50% kasus.2 Hitung leukosit mungkin normal, meningkat, atau

menurun, dan tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan PID.


Peningkatan erythrocyte sediment rate digunakan untuk membantu diagnose
namun tetap tidak spesifik.

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 14 of 18

Peningkatan c-reaktif protein, tidak spesifik.


Peningkatan Neutrofil
Pemeriksaan DNA dan kultur gonorrhea dan chlamidya digunakan untuk
mengkonfirmasi PID.

Pemeriksaan Radiologi
-

Transvaginal ultrasonografi : pemeriksaan ini memperlihatkan adnexa,


uterus, termasuk ovaroium.6 Pada pemeriksaan ini PID akut Nampak dengan
adanya ketebalan dinding tuba lebih dari 5 mm, adanya septa inkomplit
dalam tuba, cairan mengisi tuba fallopi, dan tanda cogwheel. Tuba fallopi

normal biasanya tidak terlihat pada USG.


CT digunakan untuk mendiagnosa banding PID. Penemuan CT pada PID
adalah servisitis, ooforitis, salpingitis, penebalan ligament uterosakral, dan
adanya abses atau kumpulan cairan pelvis.1,2 Penemuan CT scan tidak

spesifik pada kasus PID dimana tidak bukati abses.


MRI jarang mengindikasikan PID. Namun jika digunakan akan terlihat
penebalan, tuba yang berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis bebas
atau kompleks tubaovarian.

Prosedur Lain
Laparoskopi adalah standar baku untuk diagnosis defenitif PID. Mengevaluasi cairan
di dalam abdomen dilakukan untuk menginterpretasi kerusakan. Pus menunjukkan
adanya abses tubaovarian, rupture apendiks, atau abses uterin. Darah ditemukan
pada ruptur kehamilan ektopik, kista korpus
luteum, mestruasi retrograde, dll. Criteria minimum pada laparoskopi untuk
mendiagnosa PID adalah edema dinding tuba, eritema tube, hyperemia permukaan
tuba, dan adanya eksudat pada permukaan
tuba dan fimbriae. Massa pelvis akibat abses tubaovarian atau kehamilan ektopik
dapat terlihat.
Endometrial biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosa endometritis secara
histopatologis.

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 15 of 18

Penatalaksanaan
Rekomendasi centers for disease control and prevention <CDC> adalah:
1.Pasien rawat inap.
Cefoxitin 2 gr iv tiap 6 jam, atau cefotetan 2 gr, iv tiap 12 jam, ditambah doksisiklin
100 mg iv tiap 12 jam sampai ada perbaikan diikuti doksisiklin oral 2 x 100 mg
selama 14 hari.
2.pasien rawat jalan.
Ceftriakson, 250 mg im atau cefoxitin 2 gr, im diikuti probenecid 1 gr oral dan diikuti
doksisiklin 2 x 100 mg selama 14 hari.
Alternatif:
1.pasien rawat inap.
Klindamisin 600 mg,iv tiap 8 jam ditambah gentamisin 2 mg/kg iv diikuti 1,5mg iv
tiap 8 jam sampai ada perbaikan dilanjutkan dengan doksisiklin 2 x 100 mg selama
14 hari.
2.pasien rawat jalan.
Ofloksasin 2 x 400 mg,oral selama 14 hari ditambah metronidazol 2 x 500 mg oral
selama 14 hari, atau klindamisin 4 x 450 mg 0ral selama 14 hari.
Rekomendasi WHO 1989.
A. Rawat jalan.
1. ceftriaxone 250 mg IM atau cefoxitin 2 gr IM dosis tunggal , ditambah doksisiklin
2 x 100mg ditambah metronidazol 3 x 500 mg oral selama 10 hari.
2. alternative regim A.
Trimetoprim/sulfametoksazol 480 mg 10 tablet/hari selama 3 hari atau 2 tablet/hari
selama 10 hari.
3.alternatif regim B.
Kanamisin 2 gr IM dosis tunggal ditambah metronidazol 3 x 500mg oral 10 hari
Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 16 of 18

B. Rawat inap.
1. Regim A, cefoxitin 2 gr / 6jam IV, ditambah doksisiklin 100 mg / 12 jam IV.
2. Regim B, kloramfenikol 500 mg / jam IV, ditambah gentamisin 1,5mg/kg/8jam IV.
3. Regimen C, klindamisin 900mg/jam IV, ditambah gentamisin 1,5mg/kg/8jam IV.
Lama pemberian 4 hari, dilanjutkan dengan doksisiklin 2 x 100 mg oral selama 1014 hari.

Komplikasi dan prognosis


Komplikasi
Dapat menyebabkan berbagai kelainan didalam kandungan,

seperti :
Nyeri berkepanjangan
Infertilitas
Kehamilan abnormal
Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran
tuba. Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi

saluran tuba sehingga dapat menyebabkan infertilitas.


Parut ini juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat melalui
jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET)

Prognosis
Jika didiagnosis dan ditangani dengan cepat, hasil (prognosis) akan
baik. Prognosis menjadi kurang baik, apabila pasien menunda-nunda
pengobatan dan/atau melanjutkan hubungan seksual yang tidak aman.

Kesimpulan

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 17 of 18

Wanita ini menderita penyakit radang panggul ( Pelvic Inflammatory Diseases).


Dilihat dari keluhan yang dirasakan wanita ini dari anamnesis didapati Nyeri perut
bawah disertai keputihan, demam, mual, haid lebih lama dari biasanya,dan didapati
wanita ini akseptor AKDR yang tidak pernah control 2 Tahun ,dan ini merupakan
faktor predisposisi terjadinya PID,pada pemeriksaan fisik didapati pada palpasi
abdomen kiri bawah teraba suatu benjolan yang

sangat nyeri, dan pada

pemeriksaan dalam teraba massa kistik pada adneksa kiri dan terasa sangat
nyeri.pada pemeriksaan laboratorium Leukosit dan Neutrofil meningkat.ini semua
merupakan tanda dan gejala yang umum untuk penegakan diagnose terhadap PID.
Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah dilakukan rawat inap Cefoxitin 2 gr iv tiap
6 jam, atau cefotetan 2 gr, iv tiap 12 jam, ditambah doksisiklin 100 mg iv tiap 12
jam sampai ada perbaikan diikuti doksisiklin oral 2 x 100 mg selama 14 hari
Daftar Pustaka
1. Cunningham, F. Gary. 2005.Obstetri williams edisi 21. Jakarta : EGC
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta : P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. Sinopsis obstetri edisi 2. Jakarta : EGC

Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 18 of 18

Anda mungkin juga menyukai