PID
PID
Seorang wanita usia 35 tahun P2A0 datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri
pada perut bawah disertai keputihan yang berbau dan demam.Apa yang dialami
oleh wanita ini?
More info
Nyeri yang dirasakan terus-menerus makin hari makin sakit selama 1 minggu
ini.selain itu juga mengeluh mual tapi tidak sampai muntah, haid terakhir 1 minggu
lalu,nyeri haid (-), belakangan ini haid lebih lama dari biasanya.
Gangguan BAK dan BAB tidak ada
Wanita ini adalah akseptor AKDR sudah 2 tahun ini tidak pernah Kontrol.
Temp : 390 C
Pada pemeriksaan palpasi abdomen kiri bawah teraba suatu benjolan yang sangat
nyeri
Pada pemeriksaan dalam teraba massa kistik pada adneksa kiri dan teraba sangat
nyeri.
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai Leukosit 15.000/mm 3, dengan hitung jenis
leukosit : Neutrofil 80%.
Unfamiliar terms
Adneksa : Sesuatu atau bagian tambahan. pada uterine, organ adneksanya adalah
ovarium, tuba uterine dan ligament-ligamen uterus, disebut juga adneksa uteri
Masalah
-
Nyeri pada perut bawah disertai keputihan yang berbau dan demam
Nyeri yang dirasakan terus-menerus makin hari makin sakit selama 1 minggu
Mengeluh mual dan Hipermenorea
Page 1 of 18
Analisa masalah
Akseptor AKDR
(tidak pernah control
Trauma Serviks
Displasia
Infeksi
Keputihan ,bau,
Menekan saraf
Benjolan pada
Penebalan
Hormonal
Mual
Hipermenorea
Hipotesa
Page 2 of 18
Learning Issue 1
Page 3 of 18
Jenis- jenis AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), cara pemasangan dan efek
pemakaian
AKDR adalah alat yang terbuat dari bahan plastic berbentuk T dan berukuran kecil
yang dimasukkan ke dalam rongga uterus.
a. Jenis-jenis AKDR
Non Hormonal
Menurut bentuknya :
Hormonal
Progestasent T = AL2A T
Page 4 of 18
Page 5 of 18
juga
d. Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari
pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan
AKDR pada waktu ni antara lain ialah :
- Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak
-
Page 6 of 18
tidak ada
Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan :
i.
Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada
ii.
iii.
AKDR
dilakukan
pada
saat
yang
tidak
ada
ukuran
kecil.
diusahakan
mengatasinya
Jika
perdarahan
dengan
sedikit-sedikit,
pengobatan
konservatif.
dapat
Pada
Page 7 of 18
Rasa
nyeri
atau
kejang
diperut
dapat
terjadi
segera
setelah
AKDR
dikeluarkan
dan
diganti
dengan
AKDR
yang
iii.
iv.
v.
Page 8 of 18
f. Komplikasi AKDR
Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina,
umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang
digunakan disucihamakan, yakni tabung penyalur, pendorong, dan
AKDR. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis
sebelum pemasangan AKDR.
Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang
menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya
kontraksi uterus, AKDR terdorong lebih jauh menembus dinding uterus,
sehingga akhirnya sampai ke rongga perut.
Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacad
pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan
dinding rahim.
Learning issue 2
Pelvic Inflammatory Disease atau Penyakit Radang Panggul
Definsi
Infeksi saluran reproduksi bagian atas wanita yang terutama merupakan
penjalaran dari infeksi saluran reproduksi bagian bawah. Mis: vagina, serviks,
infeksi ini dapat melibatkan endometrium,tuba, ovarium maupun jaringan
disekitarnya.
Page 9 of 18
Nama organ
uterus
Tuba
Ovarium
Nama penyakit
Endometritis, miometritis
Salpingitis, abses tuba
Ooforitis,
abses
tuba
Parametrium
Peritoneum
Pembuluh Darah
ovarium
Parametritis, selulitis pelvis
Pelvioperitonitis
Tromboflebitis, limfadenitis
Page 10 of 18
siklus menstruasi
Nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan, yang
Page 11 of 18
Etiologi
Etiologi
Penyebab tersering adalah Neisseria Gonnorhoe
Chlamydia Trachomatis
Bakteri aerob dan anaerob endogen
Mycoplasma sp
Faktor predisposisi
Terpajan organism penyebab
Wanita yang aktif secara seksual dibawah usia 25 tahun
Berganti-ganti pasangan seksual
Lendir servikalis yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi
masukknya bakteri
Penggunaan Intra Uterine Device (IUD) / Alat kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) yang tidak pernah dikontrol
Kuretase
Patofisiologi
PID terdiri dari 2 tahap :
1. Melibatkan akuisisi dari vagina atau infeksi servikal
2. Penyebaran asenden langsung Mikroorganisme dari vagina & serviks
Penggunaan
antibiotika
& Alat pembersih
Tahap
1
Mengganggu
keseimbangan
dan membunuh
flora normal
yang ada
(+) MO
Patogen
Faktor
Predisposisi
Heteroseksual
Penyakit menular
seksual
Neisseria
Gonorrohoea
Chlamydia
Riwayat
infeksi
Sub
akut/menahu
Page 12 of 18
Hubungan
seksual
Faktor pemicu
Kontraksi uterus
yang ritmis
Infeksi
Ascending ke
uterus dan
Tahap
Lapisan
Serviks
Usia
Muda
Lendir
tipis
(-) Proteksi masuknya
bakteri
Leuko
Neutrofil
Ny
Memudahkan
terjadinya
(-)Kontro
l&
AKD
R
Pembukaan
serviks
(-) Barier
Fungsional
Proses
Aliran menstrual
Infeksi
Hilangnya
lapisan
Memfasilitasi
pergerakan
asenden
Inflamasi
Mukosa
Sel Polimorfonukleat
menyerang submukosa
diikuti oleh sel mono
Mual
Eksudat
Pelekatan lipatan
dan mukosa
Mengisi Lumen
tuba
Inflamasi
meluas
Tuba yang
tersumbat
membengkak dan
Permukaan
serosa
Terbentuk jaringan
parut
Perlengketan
fibrosa
Menekan/menye
ntuh saraf
Infertili
pembengk
Massa
Haid
tergang
Dilepaskan dari
fimbria
Adneksa
Ovarium
Infertili
Nyeri menahun
keputihan
bau
Penegakan diagnosa
Anamnesis
Penegakan diagnosa dimulai dengan anemnese, dimana pasien dapat mengeluhkan
gejala yang bervariasi. Gejala muncul pada saat awal siklus menstruasi atau pada
Page 13 of 18
saat akhir menstruasi. Nyeri abdomen bagian bawah dijumpai pada 90% kasus
dengan kriteria nyeri tumpul, bilateral, dan konstan.
Nyeri diperburuk oleh gerakan, olahraga, atau koitus. Nyeri dapat juga dirasakan
seperti tertusuk, terbakar, atau kram. Nyeri biasanya berdurasi <7 hari.
Menanyakan Umur karena berkaitan dengan lender servikalis.pada remaja biasanya
lapisan ini tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri dan usia
dibawah 25 tahun biasanya lebih rentan terkena PID.kemudian menanyakan apakah
ada penggunaan IUD/AKDR,kuretase.Sekresi cairan vagina (keptihan) terjadi pada
75% kasus. Demam dengan suhu >38, mual, dan muntah. gejala tambahan yang
lain meliputi perdarahan per vaginam, nyeri punggung bawah, dan disuria. Nyeri
organ pelvis dijumpai pada PID. Adanya nyeri pada pergerakan serviks menandakan
adanya inflamasi peritoneal yang menyebabkan nyeri saat peritoneum teregang
pada pergerakan serviks dan menyebabkan tarikan pada adnexa.
PID dapat didiagnosa dengan riwayat nyeri pelvis, sekresi cairan vagina,
nyeri tekan adnexa, demam, dan peningkatan leukosit.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, biasanya didapati :
-
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit lebih dari 100.000
pada 50% kasus.2 Hitung leukosit mungkin normal, meningkat, atau
Page 14 of 18
Pemeriksaan Radiologi
-
Prosedur Lain
Laparoskopi adalah standar baku untuk diagnosis defenitif PID. Mengevaluasi cairan
di dalam abdomen dilakukan untuk menginterpretasi kerusakan. Pus menunjukkan
adanya abses tubaovarian, rupture apendiks, atau abses uterin. Darah ditemukan
pada ruptur kehamilan ektopik, kista korpus
luteum, mestruasi retrograde, dll. Criteria minimum pada laparoskopi untuk
mendiagnosa PID adalah edema dinding tuba, eritema tube, hyperemia permukaan
tuba, dan adanya eksudat pada permukaan
tuba dan fimbriae. Massa pelvis akibat abses tubaovarian atau kehamilan ektopik
dapat terlihat.
Endometrial biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosa endometritis secara
histopatologis.
Page 15 of 18
Penatalaksanaan
Rekomendasi centers for disease control and prevention <CDC> adalah:
1.Pasien rawat inap.
Cefoxitin 2 gr iv tiap 6 jam, atau cefotetan 2 gr, iv tiap 12 jam, ditambah doksisiklin
100 mg iv tiap 12 jam sampai ada perbaikan diikuti doksisiklin oral 2 x 100 mg
selama 14 hari.
2.pasien rawat jalan.
Ceftriakson, 250 mg im atau cefoxitin 2 gr, im diikuti probenecid 1 gr oral dan diikuti
doksisiklin 2 x 100 mg selama 14 hari.
Alternatif:
1.pasien rawat inap.
Klindamisin 600 mg,iv tiap 8 jam ditambah gentamisin 2 mg/kg iv diikuti 1,5mg iv
tiap 8 jam sampai ada perbaikan dilanjutkan dengan doksisiklin 2 x 100 mg selama
14 hari.
2.pasien rawat jalan.
Ofloksasin 2 x 400 mg,oral selama 14 hari ditambah metronidazol 2 x 500 mg oral
selama 14 hari, atau klindamisin 4 x 450 mg 0ral selama 14 hari.
Rekomendasi WHO 1989.
A. Rawat jalan.
1. ceftriaxone 250 mg IM atau cefoxitin 2 gr IM dosis tunggal , ditambah doksisiklin
2 x 100mg ditambah metronidazol 3 x 500 mg oral selama 10 hari.
2. alternative regim A.
Trimetoprim/sulfametoksazol 480 mg 10 tablet/hari selama 3 hari atau 2 tablet/hari
selama 10 hari.
3.alternatif regim B.
Kanamisin 2 gr IM dosis tunggal ditambah metronidazol 3 x 500mg oral 10 hari
Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease
Page 16 of 18
B. Rawat inap.
1. Regim A, cefoxitin 2 gr / 6jam IV, ditambah doksisiklin 100 mg / 12 jam IV.
2. Regim B, kloramfenikol 500 mg / jam IV, ditambah gentamisin 1,5mg/kg/8jam IV.
3. Regimen C, klindamisin 900mg/jam IV, ditambah gentamisin 1,5mg/kg/8jam IV.
Lama pemberian 4 hari, dilanjutkan dengan doksisiklin 2 x 100 mg oral selama 1014 hari.
seperti :
Nyeri berkepanjangan
Infertilitas
Kehamilan abnormal
Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran
tuba. Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi
Prognosis
Jika didiagnosis dan ditangani dengan cepat, hasil (prognosis) akan
baik. Prognosis menjadi kurang baik, apabila pasien menunda-nunda
pengobatan dan/atau melanjutkan hubungan seksual yang tidak aman.
Kesimpulan
Page 17 of 18
pemeriksaan dalam teraba massa kistik pada adneksa kiri dan terasa sangat
nyeri.pada pemeriksaan laboratorium Leukosit dan Neutrofil meningkat.ini semua
merupakan tanda dan gejala yang umum untuk penegakan diagnose terhadap PID.
Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah dilakukan rawat inap Cefoxitin 2 gr iv tiap
6 jam, atau cefotetan 2 gr, iv tiap 12 jam, ditambah doksisiklin 100 mg iv tiap 12
jam sampai ada perbaikan diikuti doksisiklin oral 2 x 100 mg selama 14 hari
Daftar Pustaka
1. Cunningham, F. Gary. 2005.Obstetri williams edisi 21. Jakarta : EGC
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta : P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. Sinopsis obstetri edisi 2. Jakarta : EGC
Page 18 of 18