Anda di halaman 1dari 3

Perang Dingin

Perang Dingin atau dalam bahasa Ingrris disebut Cold War, adalah sebutan bagi suatu
periode terjadinya ketegangan politik dan militer antara Dunia Barat, yang dipimpin oleh
Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Dunia Komunis, yang dipimpin oleh Uni
Soviet beserta sekutu negara-negara satelitnya. Perang Dingin berlangsung dari tahun 1947
1991. Peristiwa ini dimulai setelah keberhasilan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi di
Perang Dunia II, yang kemudian menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet yang bersaing
sebagai negara adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer yang besar.
Uni Soviet, bersama dengan negara-negara di Eropa Timur yang didudukinya,
membentuk Blok Timur. Proses pemulihan pasca-perang di Eropa Barat difasilitasi oleh
program rencana Marshall Amerika Serikat, dan untuk menandinginya, Uni Soviet kemudian
juga membentuk COMECON bersama sekutu Timurnya. Amerika Serikat membentuk aliansi
militer NATO pada tahun 1949, sedangkan Uni Soviet juga membentuk Pakta Warsawa pada
tahun 1955. Beberapa negara memilih untuk memihak salah satu dari dua negara adidaya ini,
sedangkan yang lainnya memilih untuk tetap netral dengan mendirikan Gerakan Non-Blok.
Pada akhir Perang Dunia II, penulis dan jurnalis Inggris George Orwell menggunakan
istilah perang dingin sebagai istilah umum dalam esainya yang berjudul "You and the
Atomic Bomb" (Anda dan Bom Atom), yang diterbitkan oleh surat kabar Inggris, Tribune,
pada tanggal 19 Oktober 1945. Esai tersebut menggambarkan dunia yang hidup di bawah
ancaman perang nuklir. Peristiwa ini dinamakan Perang Dingin karena kedua belah pihak
tidak pernah terlibat dalam aksi militer secara langsung, namun masing-masing pihak
memiliki senjata nuklir yang dapat menyebabkan kehancuran dan kerusakan besar.
Perang Dingin juga mengakibatkan ketegangan tinggi yang pada akhirnya memicu
konflik militer regional seperti Blokade Berlin (19481949), Perang Korea (19501953),
Krisis Suez (1956) dan beberapa konflik regional lainnya. Alih-alih terlibat dalam konflik
secara langsung, kedua belah pihak berkompetisi melalui koalisi militer, penyebaran ideologi
dan pengaruh, memberikan bantuan kepada negara klien, spionase, kampanye propaganda
secara besar-besaran, perlombaan nuklir, menarik negara-negara netral, bersaing di ajang
olahraga internasional, dan kompetisi teknologi seperti Perlombaan Angkasa. Amerika
Serikat dan Uni Soviet juga bersaing dalam berbagai perang proksi; di Amerika Latin dan
Asia Tenggara, Uni Soviet membantu revolusi komunis yang ditentang oleh beberapa negara-

negara Barat, Amerika Serikat berusaha untuk mencegahnya melalui pengiriman tentara dan
peperangan. Dalam rangka meminimalkan resiko perang nuklir, kedua belah pihak sepakat
melakukan pendekatan Dtente pada tahun 1970-an untuk meredakan ketegangan politik.
Pada tahun 1980-an, Amerika Serikat, yang merupakan pemimpin blok barat, kembali
meningkatkan tekanan diplomatik, militer, dan ekonomi terhadap Uni Soviet di saat negara
komunis itu sedang menderita kemacetan perekonomian (stagnasi). Pada pertengahan 1980an, Presiden Uni Soviet yang baru, Mikhail Gorbachev, memperkenalkan kebijakan reformasi
liberalisasi Perestroika (rekonstruksi dan reorganisasi) dan Glasnost (keterbukaan).
Kebijakan ini menyebabkan Uni Soviet dan negara-negara satelitnya dilanda oleh gelombang
revolusi damai yang berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan pada
akhirnya menyisakan Amerika Serikat sebagai satu-satunya kekuatan militer yang dominan di
dunia. Uni Soviet terpecah menjadi lima belas negara baru yang independen. Perang Dingin
dan berbagai peristiwa yang menyertainya telah menimbulkan dampak besar terhadap dunia
dan sering disebutkan dalam budaya populer, khususnya dalam media yang menampilkan
tema spionase dan ancaman perang nuklir.
Setelah berakhir, Perang Dingin masih terus mempengaruhi dunia. Setelah
pembubaran Uni Soviet, dunia pasca-Perang Dingin secara luas dianggap sebagai dunia yang
unipolar, menyisakan Amerika Serikat sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia. Perang
Dingin juga menandai puncak pengembangan industri-militer, terutama di Amerika Serikat,
dan pendanaan militer secara besar-besaran. Pengembangan industri militer ini memiliki
dampak besar terhadap negara yang bersangkutan; membantu membentuk kehidupan
kemasyarakatan, kebijakan, dan hubungan luar negeri negara tersebut.
Di sisi lain, konflik-konflik antar-negara di Dunia Ketiga (negara yang tidak terlibat
dalam Blok Barat maupun Blok Timur) tidak sepenuhnya terhapus pasca Perang Dingin.
Ketegangan ekonomi dan sosial yang dulu dimanfaatkan sebagai pemicu Perang Dingin terus
berlangsung di Dunia Ketiga. Kegagalan kontrol negara di sejumlah wilayah yang dulunya
dikuasai oleh pemerintah komunis telah menghasilkan konflik sipil dan etnis baru, terutama
di negara-negara bekas Yugoslavia. Berakhirnya Perang Dingin telah menghantarkan Eropa
Timur pada era pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah negara demokrasi liberal,
sedangkan di bagian lain dunia, seperti di Afganistan, kemerdekaan diikuti dengan kegagalan
negara.

Anda mungkin juga menyukai