7 Kehamilan Dengan TB
7 Kehamilan Dengan TB
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih,
2004). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.
Komplikasi. Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus.
Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah. Sejauh ini, Asia termasuk kawasan
dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Setiap 30 detik, ada satu pasien di
Asia meninggal dunia akibat penyakit ini. Sebelas dari 22 negara dengan angka kasus TB
tertinggi berada di Asia, di antaranya Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan.
Empat dari lima penderita TB di Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007). Di
Indonesia, angka kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun atau 8 persen dari
korban meninggal di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru TB,
dan 75 persen penderita termasuk kelompok usia produktif. Jumlah penderita TB di Indonesia
merupakan ketiga terbesar di dunia setelah India dan China.
Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil. Stressor
tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik dan mental ibu hamil. Efek TB pada
kehamilan tergantung pada beberapa faktor antara lain tipe, letak dan keparahan penyakit,
usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada
tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa
dan pengobatan TB. Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus,
terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke
janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB kongenital).
Mengingat akan bahaya TB paru dan pentingnya memberikan pelayanan pada ibu untuk
mempersiapkan kehamilan, terutama untuk mendeteksi dini, memberikan terapi yang tepat
serta pencegahan dan penanganan TB pada masa prakonsepsi, maka dalam makalah ini akan
di bahas segala teori tentang TB paru dan hubungannya dengan masa prakonsepsi wanita
untuk mempersiapkan kehamilan. Selain itu, dalam makalah ini juga akan dibahas peranan
bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan prakonsepsi, utamanya terhadap klien penderita
TB paru.
2.2 Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan
asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang
sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.
2.4 Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di dalam
paru-paru meliputi: penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di
sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel.
Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi
paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan
membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan
rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.
aktif, diameter indurasi 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan oleh keadaan infeksi
berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia), dapat pula oleh gizi
buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.
Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus, paratrakeal, dan
mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas dan gambaran milier.
Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari bilasan lambung, namun memerlukan
waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa diantaranya dengan cara ELISA (Enzyime Linked
Immunoabserben Assay) untuk mendeteksi antibody atau uji peroxidase anti peroxidase
(PAP) untuk menentukan IgG spesifik. Teknik bromolekuler, merupakan pemeriksaan sensitif
dengan mendeteksi DNA spesifik yang dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain
Reaction). Uji serodiagnosis maupun biomolekular belum dapat membedakan TB aktif atau
tidak.
Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :
1.
Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit.
2.
3.
4.
5.
Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang dengan lesi
aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.
2.
Masa inkubasi
Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu empat
sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa beberapa tahun.
3.
Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang dibatukkan atau
dibersinkan.
4.
Immunitas
Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi diberi
vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.
2.7 Stadium TBC
1. Kelas 0
Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar, reaksi terhadap
tes kulit tuberkulin tidak bermakna).
1. Kelas 1
Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (riwayat pemaparan, reaksi tes tuberkulosis
tidak bermakna)
1. Kelas 2
Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin bermakna,
pemeriksa bakteri negatif, tidak bukti klinik maupun radiografik).
Status kemoterapi (pencegahan) :
Tidak ada
Tidak komplit
1. Kelas 3
Tuberkuosis saat ini sedang sakit (Mycobacterium tuberkulosis ada dalam biakan, selain itu
reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau bukti radiografik tentang adanya penyakit). Lokasi
penyakit : paru, pleura, limfatik, tulang dan/atau sendi, kemih kelamin, diseminata (milier),
menigeal, peritoneal dan lain-lain.
Status bakteriologis :
a.
Positif dengan :
Mikroskop saja
Biakan saja
b.
Negatif dengan :
Tidak dikerjakan
Status kemoterapi :
Dalam pengobatan kemoterapi sejak kemoterapi diakhiri, tidak lengkap reaksi tes kulit
tuberkulin :
a.
Bermakna
b.
Tidak bermakna
1. Kelas 4
Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat mendapat pengobatan
pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang stabil pada orang yang reaksi
tes kulit tuberkulinya bermakna, pemeriksaan bakteriologis, bila dilakukan negatif. Tidak ada
bukti klinik tentang adanya penyakit pada saat ini).
Status kemoterapi :
a.
b.
c.
Komplit
d.
Tidak komplit
1. Kelas 5
b.
2.8 Komplikasi
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB usus.
Menurut Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru stadium
lanjut: 1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2) Kolaps dari lobus akibat
retraksi bronkial. 3) Bronkiectasis dan fribosis pada Paru. 4) Pneumotorak spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan Paru. 5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. 6) Insufisiensi Kardio Pulmoner
2.9 Penanganan
a.
Promotif
1.
2.
Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara
pencegahan, faktor resiko
3.
b.
Preventif
1.
Vaksinasi BCG
2.
3.
4.
Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini.
c.
Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu
yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada
seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis harus
mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat.
Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan
etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10
mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF
600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah Neuritis retrobulbar disertai penurunan
ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan
tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang
paling berat adalah hepatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20
tahun dan mencapai puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti terbukti
dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada 10-20% yang
mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konversi biakan sputum
menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi dengan INH saja selama satu
tahun.
Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan pernyataan
mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat
tuberkulosis paru pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan resimen yang terdiri dari INH
dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis
paru tanpa komplikasi, misalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau
kanker didiagnosis TBC setelah batuk darah, padahal mengalami batu dan mengeluarkan
keringat malam sekitar 3 minggu.
wanita pengidap TB mengobati TB-nya terlebih dulu sampai tuntas. Namun, jika sudah
telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.
lingkungan sekitarnya melalui batuk atau dahak yang dikeluarkan si penderita. Hal yang
penting adalah bagaimana menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.
Seseorang yang terpapar kuman TB belum tentu akan menjadi sakit jika memiliki daya tahan
tubuh kuat karena sistem imunitas tubuh akan mampu melawan kuman yang masuk.
Diagnosis TB bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti pemeriksaan BTA dan rontgen
(foto torak). Diagnosis dengan BTA mudah dilakukan,murah dan cukup reliable.
Kelemahan pemeriksaan BTA adalah hasil pemeriksaan baru positif bila terdapat kuman
5000/cc dahak. Jadi, pasien TB yang punya kuman 4000/cc dahak misalnya, tidak akan
terdeteksi dengan pemeriksaan BTA (hasil negatif). Adapun rontgen memang dapat
mendeteksi pasien dengan BTA negatif, tapi kelemahannya sangat tergantung dari keahlian
dan pengalaman petugas yang membaca foto rontgen. Di beberapa negara digunakan tes
untuk mengetahui ada tidaknya infeksi TB, melalui interferon gamma yang konon lebih baik
dari tuberkulin tes.
Diagnosis dengan interferon gamma bisa mengukur secara lebih jelas bagaimana beratnya
infeksi dan berapa besar kemungkinan jatuh sakit. Diagnosis TB pada wanita hamil dilakukan
melalui pemeriksaan fisik (sesuai luas lesi), pemeriksaan laboratorium (apakah ditemukan
BTA?), serta uji tuberkulin.
Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB, sedangkan penentuan
sakit TB perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto torak. Pasien dengan hasil uji
tuberkulin positif belum tentu menderita TB. Adapun jika hasil uji tuberkulin negatif, maka
ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi TB, pasien sedang mengalami masa inkubasi
infeksi TB, atau terjadi anergi.
Kehamilan tidak akan menurunkan respons uji tuberkulin. Untuk mengetahui gambaran TB
pada trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di perut bisa dilakukan, terutama jika
hasil BTA-nya negatif.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan
oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui
udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.
1. Tanda
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
2. Gejala
a. Demam
b. Batuk
c.Sesak nafas.
d. Nyeri dada
e.Malaise
Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil.
Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Efek
TB pada kehamilan tergantung pada beberapa faktor antara lain tipe, letak dan
keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis,
status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan
kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.
Jika kuman TB menyerang paru, maka risiko juga meningkat pada janin, seperti
abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya
penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB
congenital).
Peran bidan dalam menangani klien dengan TB paru adalah dengan memberikan
konseling mengenai definisi, penyebab, cara pencegahan dan penularan serta terapi
TB Paru, juga menjelaskan pada klien tentang dampak yang ditimbulkan terhadap
kehamilan. Di samping itu juga menawarkan alternatif solusi dan melakukan asuhan
kebidanan untuk wanita TB Paru masa prakonsepsi dalam mempersiapkan
kehamilannya.
3.2 Saran
Dalam menjalankan tugasnya, bidan melakukan Asuhan Kebidanan yang tidak hanya
pada ibu hamil dan bersalin, tapi juga pada wanita yang menginginkan kehamilan.
SUMBER :
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC