Anda di halaman 1dari 10

Agung Podomoro Land Tbk. (APLN.

JK)
PT. Agung Podomoro Land
pengembang
delapan

properti

proyek

merupakan konsorsium dari tujuh

terkemuka

prestisius

yang

gemilang

dibangun

di Jakarta dan Bandung. Agung

Podomoro Group, perusahaan induknya, telah tampil di bisnis


properti selama lebih dari 40 tahun, tanggal kembali ketika Anton
Haliman mulai membangun proyek pertama di Simprug, Jakarta
Selatan.
Salah satu karya terkenal Anton Haliman adalah pengembangan
lahan di Sunter, Jakarta Utara, berubah menjadi sebuah kompleks
perumahan elit. Proyek ini diresmikan sebagai pencapaian paling
luar biasa dalam industri real estate di Jakarta. Pada tahun 1986,
kepemimpinan adalah Trihatma Haliman didelegasikan kepada
Kusuma, putra Anton Haliman.
Sebelas tahun kemudian, memprakarsai pengembangan rendahbiaya proyek-proyek perumahan di dekat daerah pusat bisnis di
Jakarta.

Konsep

lain

dalam

mengakomodasi

terobosan

perumahan urgensi dekat kota yang hidup dikenal sebagai


Sertifikasi "Kembali ke Kota" telah mengakibatkan ISO 9001.
Prospek dan peluang yang mendasari telah mendorong Agung
Podomoro kelompok untuk bekerja dalam sinergi strategis di
bawah Tanah Agung Podomoro. Sekarang, perusahaan sedang
melakukan berdirinya sebelas perkembangan senyawa utama.

Analisis Fundamental
1. Analisa Perusahaan
a. Rasio laba terhadap jumlah saham
beredar (earning per share atau EPS) :
EPS = Keuntungan bersih dibagi jumlah
saham yang beredar.
Lalu kita akan dapatkan nilai keuntungan
setiap lembar saham. Indikator ini untuk
menilai

berapa

sehingga

keuntungan

perusahaan

bisa

memprediksi

kita

kenaikan/penurunan harga saham.

b. Rasio harga saham terhadap laba


(price earning ratio atau P/E ratio)
P/E ratio = harga saham dibagi EPS.

287
=6.52
44

2. Analisa Industri
Tahun ini penjualan dan permintaan bisnis properti di
Jabodetabek

secara

umum

meningkat,

meski

tidak

sesignifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selain


itu, kondisi politik di tahun 2014 membuat pengusaha dan
konsumen properti sangat berhati-hati dalam mengambil
keputusan bisnisnya. Sehingga kondisi tersebut membuat
pengembang properti, investor dan konsumen menahan
diri untuk mengambil keputusan di akhir tahun 2013
hingga awal tahun 2014. Inflasi sendiri mencapai angka

7,49

persen

pada

bulan

Agustus

2013.

Sedangkan

kenaikan suku bunga sendiri mencapai 7,25 persen.

Harga sewa untuk sektor properti diperkirakan stabil di


tahun
sendiri

2014.
pada

pertumbuhan

Permintaan
tahun
sebesar

sektor

2013
3,9

properti

perumahaan

diperkirakan
persen.

mengalami

Namun

besarnya

penjualan sebanyak 11.152 unit pada tahun ini justru lebih


rendah 13 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Tahun 2014, diperkirakan pasokan akan berjalan lambat.
Pertumbuhan

hanya

persen.

Sedangkan

untuk

permintaanya sendiri diperkirakan hanya sebesar 3,7


persen, lebih rendah 2 persen dibandingkan tahun lalu.

Sedangkan, pasar sektor apartemen sewa Jakarta di tahun


2014 diperkirakan akan mengalami penurunan tingkat huni
rata-rata sebesar 0,8 persen sehingga menjadi 60,7
persen. Hal ini disebabkan tingginya angka pasokan baru
apartemen

yang

Sedangkan

sektor

bertambah
properti

sebanyak
hotel

pada

16,529

unit.

tahun

2014

mengalami pertumbuhan permintaan. Diperkirakan tingkat


hunian hotel keseluruhan mencapai 74,4 persen, angka
tersebut naik dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 73
persen. Harga sewa kamar sendiri juga akan mengalami
peningkatan

rata-rata

menjadi

Rp

950

dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 865 ribu.

ribu,

naik

Grup Agung Podomoro


Saham Summarecon

Tawar

Perseroan pada pekan depan akan meluncurkan produk


hunian baru menengah atas di Serpong.
VIVAnews - Grup pengembang properti ternama domestik
kabarnya

berminat

membeli

Summmarecon

Agung

Sumber VIVAnews mengatakan,


adalah

Agung

kepemilikan

Podomoro

saham

Tbk
pengembang

Group

tersebut

PT

(SMRA).
yang

disinyalir

dikabarkan

akan

membeli saham Summarecon dengan cara menawar saham milik


salah satu pemegang saham perseroan.
"Bahkan, mereka juga isunya sudah mengumpulkan barang
melalui pasar sekunder," ujarnya kepada VIVAnews di Jakarta,
Jumat

malam,

24

April

2008.

Dia menambahkan, Agung Podomoro tertarik memiliki saham di


Summarecon karena perseroan rajin meluncurkan produk baru
dan berhasil mengembangkan hunian elit di Kelapa Gading
maupun Serpong. "Dalam waktu dekat, SMRA luncurkan produk
baru

di

Serpong,

Tangerang,"

tutur

sumber.

Presiden Direktur Summarecon Agung Johanes Mardjuki


ketika dimintai konfirmasi menuturkan, perseroan tidak
menerima tawaran dari pihak manapun yang berniat membeli
saham perseroan. "Jadi, tidak ada ya, baik dari Agung Podomoro
Group maupun Capital Land," ujarnya kepada VIVAnews di
Jakarta, Senin, 27 April 2009. Namun, dia mengakui, perseroan
pada pekan depan memang berniat meluncurkan produk hunian
baru menengah atas dengan kisaran harga Rp 700-800 juta di
Serpong. "Kami selalu memperkenalkan produk baru untuk
memuaskan konsumen," kata Johanes.

Per 31 Maret 2009, HSBC-Fund Service Clients A/C


menguasai saham berkode SMRA sebanyak 10 persen, PT
Semarop Agung 22 persen, dan PT Sinarmegah Jayasentosa
tercatat 7 persen. Sedangkan sisanya dimiliki publik.
Pada perdagangan Jumat, 24 April 2009, SMRA ditutup mengut
Rp 5 (2,22 persen) ke level Rp 230. Broker PT Danareksa
Sekuritas dengan kode broker OD tercatat sebagai broker yang
paling banyak mengoleksi saham Summarecon Agung.
Menurut pengamat pasar modal Teguh Ramadhani,
bergabungnya Agung Podomoro dengan perseroan sudah tepat,
karena dari sisi pendanaan dan pemasaran akan sangat
membantu kinerja Summarecon ke depan. "Apalagi, sektor
properti saat ini masih belum membaik di saat likuiditas yang
sulit tahun ini," ujarnya. Sedangkan peluncuran produk baru, dia
mengatakan belum bisa berdampak positif bagi kinerja
perseroan, karena baru saja diluncurkan. "Ya, mungkin baru satu
atau dua tahun ke depan mulai kelihatan," kata Teguh.
Diketahui, pendapatan bersih perseroan dalam sampai akhir
2008 meningkat 23,35 persen menjadi Rp 1,27 triliun dari Rp
1,03 triliun di periode yang sama 2007. Namun, laba bersih
Summarecon menurun 41,10 persen menjadi Rp 94,14 miliar
pada kuartal IV-2008 dari kuartal yang sama tahun sebelumnya
Rp 159,84 miliar.
Analisa:
Agung

Podomoro

kapitalnya
kompetisi

untuk
di

mencoba

menggunakan

mendominasi

bidang

properti

pesaingnya seperti Summarecon.

dan
dengan

kekuatan

menghilangkan
mengakuisisi

3. Analisa Ekonomi
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mencatatkan
marketing sales (pra penjualan) mencapai Rp 1,82 triliun
hingga kuartal I 2014 dari periode sama 2013 sebesar Rp
1,7 triliun.
Investor Relation PT Agung Podomoro Land Tbk,
Wibisono mengatakan, kontribusi besar pra penjualan
berasal dari Harco Glodok mencapai 32%. Lalu pra
penjualan kuartal I 2014 disumbangkan dari Orchard Park
Batam sebesar 27,2%, Podomoro City Deli Medan sebesar
12,7%.
Selanjutnya
menyumbang

proyek

kontribusi

Podomoro
sebesar

City

8%,

Extension

Borneo

Bay

Residences sebesar 5,4%, Vimala Hills sebesar 5%, Metro


Park Residences sebesar 44% dan Grand Taruma sekitar
3,8%.
Perusahaan

properti

ini

mengincar

marketing

sales/pra penjualan sekitar Rp 6,5 triliun pada 2014. Pra


penjualan terbesar akan disumbangkan dari proyek di
Medan dan Batam.
PT Agung Podomoro Land Tbk mencatatkan laba
bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk naik tipis menjadi Rp 851,4 miliar sepanjang 2013.
Pencapaian laba tumbuh 4,9% dari periode 2012 sebesar
Rp 811,7 miliar.

Kenaikan laba ini didukung dari kenaikan pendapatan


perseroan sebesar 4,5% menjadi Rp 4,9 triliun pada 2013.
Kontribusi kinerja penjualan berasal dari porsi mal dan
hotel berkontribusi sebesar 20,5% dari total penjualan dan
pendapatan usaha pada 2013.
Pada perdagangan saham Kamis (15/4/2014), saham
APLN naik 2,23% ke level Rp 275 per saham. Frekuensi
perdagangan saham mencapai 926 kali dengan transaksi
Rp 5,7 miliar.

Analisa:
Agung

Podomoro

Land

masih

menjadi

salah

satu

perusahaan property terbesar di Indonesia, terlihat dari


hasil penjualan di kuartal I tahun 2014 dan juga harga
saham yang naik ke level Rp 275 per saham.

Analisa Teknikal

Simple Moving Average (SMA)


Simple Moving Average adalah Moving Average paling
sederhana dan tidak menggunakan pembobotannya dalam
perhitungan terhadap pergerakan closing price. Jika garis moving
average berada diatas candle maka itu menunjukkan kondisi
bearish dan sebaliknya jika berada dibawah maka menunjukkan

keadaan bullish. Selain itu indikator SMA menunjukkan tren pada


saham.
Analisa:
Garis Simple Moving Average pada Agung Podomoro Land berada
di bawah candlestick jadi Bullish, maka pada saat itu dianjurkan
untuk beli saham dari Agung Podomoro Land.
Relative Strength Index (RSI)
Relative Strength Index memberikan signal untuk kapan
membeli dan menjual saham yang kita hold. Jika grafik berada
dibawah garis maka tanda untuk membeli saham tersebut dan
menjual ketika berada diatas garis. Pada grafik RSI diatas dapat
dilihat sebelah kanan terdapat angka 0-100. Di kisaran angka 5080 itu merupakan over bought dan di kisaran angka 20-50
merupakan over sold.
Analisa:
Garis RSI masih stabil berada di centerline maka kita bisa beli
pada posisi ini lalu melakukan hold sampai grafik RSI menuju 80
dan lalu bisa kita jual.
Moving Average Convergence Difference (MACD)
MACD memiliki 2 garis utama, Garis pertama adalah garis
indikator MACD (selisih moving average jangka pandek dan
panjang) dan garis kedua adalah garis sinyal (garis moving
average). Periode yang umum digunakan adalah 26 hari dan 12
hari serta 9 hari untuk sinyal.
Sinyal jual adalah pada saat garis sinyal memotong garis
moving average dari bawah dan kebalikannya sinyal jual ketika
garis sinyal memotong garis moving average dari atas. Sinyal
beli akan terlihat jika MACD mengalami apa yang sering disebut
Golden Cross (GC), yaitu kondisi dimana garis MACD memotong
garis sinyal dari bawah sehingga posisi garis MACD akan berada

di atas garis sinyal. Saat inilah pada umumnya kita akan


mengambil posisi.
Analisa:

Garis indikator MACD (biru) menuju garis sinyal (merah)


dari bawah keatas akan memotong garis sinyal (merah)
maka akan terjadi Golden Cross maka harga akan naik. Di

posisi ini sebaiknya beli.


Histogram juga menunjukan sinyal naik jadi cocok untuk
beli.

Anda mungkin juga menyukai