PENDAHULUAN
1.1. Maksud
Mengetahui tekstur dan struktur pada batuan metamorf.
Mengetahui mineral mineral yang terdapat pada batuan metamorf.
Menentukan petrogenesa dan fasies metamorfisme.
1.2. Tujuan
Mampu mengetahui tekstur dan struktur pada batuan metamorf.
Mampu mengetahui mineral mineral yang terdapat pada batuan metamorf.
Mampu menentukan petrogenesa dan fasies metamorfisme.
Hari/tanggal
Waktu
: 16. 30 selesai
Tempat
BAB II
DASAR TEORI
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan
tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya di mana batuan memasuki
kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan
tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara
200-800 derajat C.
Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan
batuan asalnya, baik tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan
tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya akan mengubah mineral dan hubungan
antar butiran/kristalnya bila batas kestabilannya terlampaui. Selain faktor tekanan
dan temperatur, pembentukan batuan metamorf juga tergantung pada jenis batuan
asalnya.
1. Tipe-tipe metamorfosa Tipe-tipe metamorfosa :
breksi sesar (dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh
rekristalisasi.
Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah
batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batusabak).
Tekstur relic (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada
batuan metamorf tersebut.
terdiri
dari
mineral-mineral
granular
o Granuloblastik
terdiri
dari
mineral-mineral
granular
BAB III
HASIL DESKRIPSI
3.1 Batuan Nomor Peraga 202
Deskripsi Megaskopis
Warna
: Abu-Abu
Struktur : Foliasi Schistosic
Tekstur :
Ketahan
: Kristaloblastik
Ukuran Butir
: Fanerik
Bentuk Kristal : Euhedral
Bentuk Mineral : Nematoblastik
Deskripsi Komposisi
Petrogenesa
Dilihat dari struktur dan komposisi mineral Penyusun Batuan, maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dari batuan asal yang mengalami
proses metamorfisme di mana faktor yang paling dominan ialah tekanan,
sehingga terbentuk struktur foliasi atau penjajaran mineral. Oleh karena itu
pembentukan batuan ini dipengaruhi oleh metamorfisme regional
Foto Batuan
:
Hornblend
Kuarsa
Plagioklas
Warna
: Hijau
Struktur : Foliasi Schistosic
Tekstur :
Ketahan
: Kristaloblastik
Ukuran Butir
: Fanerik
Bentuk Kristal : Subhedral
Bentuk Mineral : Lepidoblastik
Deskripsi Komposisi
Klorit ( 65%)
Kuarsa (35%)
Petrogenesa
Dilihat dari struktur dan komposisi mineral Penyusun Batuan, maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dari batuan asal yang mengalami
proses metamorfisme di mana faktor yang paling dominan ialah tekanan,
sehingga terbentuk struktur foliasi atau penjajaran mineral. Selain itu terjadi
rekristalisasi terhadap mineral yang ada. Oleh karena itu metamorfisme yang
dominan ialah Regional.
Foto Batuan
:
Klorit
Kuarsa
Nama Batuan
Warna
: Putih
Struktur : Foliasi Gneissic
Tekstur :
Ketahan
: Kristaloblastik
Ukuran Butir
: Fanerik
Bentuk Kristal : Subhedral
Bentuk Mineral : Lepidoblastik
Deskripsi Komposisi
Klorit (30%)
Mika ( 35%)
Kuarsa (35%)
Petrogenesa
Dilihat dari struktur dan komposisi mineral Penyusun Batuan, maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dari batuan asal yang mengalami
proses metamorfisme di mana faktor yang paling dominan ialah tekanan,
sehingga terbentuk struktur foliasi atau penjajaran mineral. Selain itu terjadi
rekristalisasi terhadap mineral yang ada. Oleh karena itu metamorfisme yang
dominan ialah Regional.
Foto Batuan
:
Klorit
Kuarsa
Mika
Nama Batuan
Warna
: Putih
Struktur : Non- Foliasi
Tekstur :
Ketahan
Ukuran Butir
Bentuk Kristal
Bentuk Mineral
Deskripsi Komposisi
: Kristaloblastik
: Afanit
: Euhedral
: Granuloblastik
Kalsit ( 85%)
Mineral Pengotor (15%)
Petrogenesa
Foto Batuan
:
Klasit
Mineral pengotor
Nama Batuan
Warna
: Hitam
Struktur : Foliasi Slaty Cleavage
Tekstur :
Ketahan
: Relict
Ukuran Butir
: Fanerik
Bentuk Kristal : Anhedral
Bentuk Mineral : Granoblastik
Deskripsi Komposisi
Biotit (80%)
Mika (20%)
Petrogenesa
Dilihat dari struktur dan komposisi mineral Penyusun Batuan, maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dari batuan asal yang mengalami
proses metamorfisme di mana faktor yang paling dominan ialah tekanan,
sehingga terbentuk struktur foliasi atau penjajaran mineral. Selain itu terjadi
rekristalisasi terhadap mineral yang ada. Oleh karena itu metamorfisme yang
dominan ialah Regional.
Foto Batuan
:
Biotit
Mika
Nama Batuan
Warna
: Hitam kehijauan
Struktur: Non foliasi
Tekstur
Ketahanan Terhadap Metamorfosa
: Relict
Ukuran Butir
: Fanerik
Bentuk Individu Kristal
: Euhedral
Bentuk Mineral
: Nematoblastik
Deskripsi Komposisi
Serpentine 75%
Kuarsa 20%
Mika 10%
Petrogenesis :
Batuan ini merupakan batuan metamorf serpentinite
yang proses
adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau
retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia
sehingga tergolong ke dalam metamorfosa hidrotermal atau metasomatisme
Foto Batuan:
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Batuan Nomor Peraga 202
pipih
yang
prismatic
sehingga
digolongkan
sebagai
dominan
ialah
Regional.
Fasies
metamorfisme
pembentukan batuan ini berad pada fasies Amphibolite dengan tekanan dan
temperatur yang tinggi pada daerah Volcanic arc.
Tekstur
batuan
ini
berdasarkan
ketahanannya
terhadap
proses
Dilihat dari struktur dan komposisi mineral Penyusun Batuan, maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dari batuan asal yang mengalami
proses metamorfisme di mana faktor yang paling dominan ialah tekanan,
sehingga terbentuk struktur foliasi atau penjajaran mineral. Oleh karena itu
metamorfisme yang dominan ialah Regional. Secara metamorfisme, batuan
ini terbentuk pada fasies metamorfisme greenschist pada daerah burial deknan
tekana yang sedang dan suhu yang sedang sekitar 200 0C.
mineralnya
bersifat teratur
sehingga tekstur
Komposisi pada batuan ini terdiri dari mineral berbentuk bulatan-bulatan dan
berbentuk pipih. Dimana yang berbentuk bulatan yang memiliki warna hitam
dan padat. Sedangkan yang pipih memiliki warna kehijauan.
Diinterpretasikan batuan ini merupakan batuan metamorf yang
mengalami proses lanjutan dari batuan schiss atau dapat berasal dari batuan
beku yang berbutir halus. Karena penyusun batuan yang bulat , maka disebut
granuloblastik ditandai dengan susunan mineralnya yang tidak teratur dan
mineral pipihnya terpotong oleh mineral granular. Dari struktur dan tekstur
batuan ini dapat dikenali proses pembentukkannya. Dimana penyusun batuan
tesebut berbentuk bulatan agak runcing. Ukurannya cukup besar maka dapat
diketahui asal keberadaannya yang cukup dekat/metamorfisme regional.
Batuan ini mengalami metamorfisme regional yang ditandai dengan
ditemukannya penjajaran mineral pada sayatan yang nampak di batuan ini.
Penjajaran mineral ini menandakan batuan ini terbentuk dalam waktu yang
cukup lama dan terkristalisasi sehingga tekstur batuan induknya sudah tidak
nampak lagi. Tipe metamorfisme yang regional terjadi akibat perubahan
kenaikan tekanan temperatur secara bersamaan. Dilihat dari mineralnya yang
padat, dapat diinterpretasikan batuan ini mengalami tekanan yang intensif,
biasanya terjadi pada zona subduksi yang terjadi pada cakupan daerah yang
luas.
Dilihat
dari
mineral-mineralnya
yang
dominan
granular,
dari
strukturnya
yang
foliasi
diduga
faktor
mineral,
dimana
dapat
diketahui
persejajaran
mineral
kontak yang terjadi pada batuan ini mengalami pemanasan di sekitar kontak
massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif.
Menurut diagram fasies metamorfisme, Fasies metamorfisme pada
batuan ini dilihat berdasarkan komposisi mineralnya berupa keterdapatan
mineral kalsit. Stuktur yang menampakan struktur non foliasinya berupa
hornflesic, jadi fasies metamorfisme batuan ini hornfles hornblende.Fasies
ini terbentuk pada tekanan yang rendah, tetapi dengan suhu yang sedikit lebih
tinggi . Pada Diagram fasies metamorfisme menjelaskan bahwa batuan ini
mampu termetamorfisme pada suhu 250-800C dan pada tekanan antara 0-2
kbar.
ukuran butir yang afanitik. Batuan ini memiliki kristal yang dibatasi oleh
bidang permukaan kristal lumayan jelas (subhedral). Mineral penyusun pada
batuan ini berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat
teratur sehingga tekstur berdasarkan bentuk mineralnya adalah granuloblastik.
Batuan ini memiliki komposisi mineral berupa mineral lempung sebanyak
70%, serta mineral mika sebanyak 30%
Diinterpretasikan batuan ini merupakan batuan metamorf yang
mengalami proses lanjutan dari batuan schiss atau dapat berasal dari batuan
beku yang berbutir halus. Karena penyusun batuan yang bulat , maka disebut
granuloblastik ditandai dengan susunan mineralnya yang tidak teratur dan
mineral pipihnya terpotong oleh mineral granular. Dari struktur dan tekstur
batuan ini dapat dikenali proses pembentukkannya. Batuan ini mengalami
metamorfisme regional yang ditandai dengan ditemukannya penjajaran
mineral pada sayatan yang nampak di batuan ini. Penjajaran mineral ini
menandakan batuan ini terbentuk dalam waktu yang cukup lama dan
terkristalisasi sehingga tekstur batuan induknya sudah tidak nampak lagi. Tipe
metamorfisme yang regional terjadi akibat perubahan kenaikan tekanan
temperatur secara bersamaan. Dilihat dari mineralnya yang padat, dapat
diinterpretasikan batuan ini mengalami tekanan yang intensif, biasanya terjadi
pada zona subduksi yang terjadi pada cakupan daerah yang luas. Dilihat dari
mineral-mineralnya yang dominan granular, diinterpretasikan batuan ini
mengalami metamorfisme regional berupa metamorfosa burial yakni terjadi
akibat kenaikan tekanan dan termperatur yang intensif sehingga mineralmineral yang ada mengalami rekristalisasi. Dilihat dari strukturnya yang
foliasi diduga faktor pembentukkannya lebih dominan oleh pengaruh tekanan.
Dari hal tersebut dapat diinterpretasikan batuan ini terbentuk pada daerah
subduksi karena pada zona subduksi memiliki tekanan yang besar dengan
cakupan luasan daerah yang luas (regional).
Berdasarkan diagram fasies metamorfisme, batuan ini dapat
ditemukan pada Fasies Zeolit dengan fasies metamorf tipe regional derajat
terendah, yakni jika suhu dan tekanan berkurang maka akan terjadi proses
batuan ini tidak dapat dilihat dengan jelas sehingga ukuran butirnya afanitik.
Karena bentuk kristalnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral (dibatasi
oleh bidang permukaan kristal sendiri) maka tekstur berdasarkan bentuk
kristal pada batuan ini adalah idioblastik.Komposisi mineral yang terkandung
dalam batuan ialah mineral serpentin(80%) dan piroksen 10%. Komposisi
mineral pada batu Serpentinit terdapat mineral mineral pada batu
Serpentinit terdiri dari batuan beku ultra basa.
Diinterpretasikan batuan ini merupakan batuan metamorf yang
terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses hidrotermal) dengan
batuan beku ultra basa. Mineral serpentinit merupakan mineral hasil ubahan
dari mineral olivin dan piroksen yang mengalami proses hidrothermal.
Pengubahan ini sangat penting di dasar laut pada batas lempeng
tektonikterbentukpada suhu rendahakibat proses malihan melibatkan panas
dan air yang rendah silika mafic dan batu-batuan ultramafic teroksidasi dan
terhidrolisis dengan air ke serpentinite. Metamorfisme hidrothermal pada
batuan ini terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas panas pada jaringan
antar butir atau retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi
mineral dan kimia pada batuan.
Berdasarkan diagram metamorfisme, fasies metamorfisme peraga batuan
ini yang dlihat berdasarkan komposisinya berupa mineral piroksen dan olivin
yang terubahkan melalui proses serpentinisasi sehingga menicirikan fasies
metamorfnya berupa fasies hornfles piroksen dimana terbentuk pada suhu
yang tinggi dan tekanan yang rendah. Batuan ini akan termetaforfisme pada
suhu 250-800c dan tekanan sekitar 0-2 kbar
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Huang 1962)
Berdasarkan deskripsi kenampakan megaskopis batuan peraga 215 yang
dilihat dengan kenampakan strukutr foliasi berupa adanya penjajaran
mineral pipih dan mineral granular yang menampakan struktur schistossic
maka nama batuan yang dideskripsi ini ialah Sekis(Klasifikasi W T Huang
1962)
Berdasarkan deskripsi kenampakan megaskopis batuan peraga 237 yang
dilihat dengan kenampakan strukutr foliasi berupa adanya penjajaran
mineral pipih dan mineral granular yang menampakan struktur gneiisic
maka nama batuan yang dideskripsi ini ialah Gneis(Klasifikasi W T Huang
1962)
Berdasarkan kenampakan megaskopis dari batuan peraga 13, dimana lebih
ke komposisi penyusun yang utamanya disusun oleh mineral kalsit maka
diinterpretasikan bahwa nama batuan ini ialah Marmer (berdasrkan
komposisi).
Berdasarkan kenampakan megaskopis yang telah dideksripsi, batuan
207disimpulkan bahwa batuan yang dideskripsi merupakan jenis batuan
penamaan
batuan
ini
dilihat
berdasarkan
kenampakan
Dalam praktikum ini, setiap praktikan harus lebih teliti dalam mendeskripsikan
setiap batuan
Batuan metamorf sangat komple dan telah melewati serangkaian prose yang
kemungkinan memiliki nilai ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA