I. PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuri
massif, hipoalbuminemia
yang disertai atau tidak dengan edema dan hiperkolestrolemia.
(1)
1. III. KLASIFIKASI
Glomerulonefritis membranosa
1. Sklerosis mesangial difus (SMD, diffuse mesangial sclerosis)
Difus eksudatif
Fokal
Mesangial
Membranoproliferatif
1. Nefropati membranosa
2. Glomerulonefritis kronik
1. IV. ETIOLOGI
Sindrom nefrotik bisa terjadi akibat berbagai glomerulopati atau penyakit menahun
yang luas. Sejumlah obat-obatan yang merupakan racun bagi ginjal juga bias
menyebabkan sindroma nefrotik. Sindrom nefrotik bias berhubungan dengan
kepekaan tertentu. Beberapa jenis sindrom nefrotik sifatnya diturunkan. (3,4,5)
1. Penyebab primer (1)
Umumnya tidak diketahui kausanya dan terdiri dari sindrom nefrotik idiopatik
dengan kelainan histologik menurut pembagian ISKDC.
1. Penyebab sekunder, dari penyakit kelainan: (1,5)
Sistematik
Obat-obatan/allergen:
1. V. PATOGENESIS
Pada pemabahasan selanjutnya, yang dimaksud dengan SN adalah Sindrom
Nefrotik yang idiopatik dengan kelainan histologik yang berupa SNKM. Terdapat
beberapa teori yang terjadi pada anak yaitu: (2,4)
1. Soluble Antigen Antibody Complex (SAAC)
Antigen yang mausk ke sirkulasi menimbulkan antibody sehingga terjadi reaksi
antigen amtibody larut dalam darah. SAAC ini kemudian menyebabkan system
komplemen dalam tubuh bereaksi sehingga komplemen C 3 akan bersatu dengan
SAAC membentuk deposit yang kemudian terperangkap dibawa epitel capsula
bowman yang secara imunofloresensi terlihat beberapa benjolan yang disebut
HUMPS sepanjang membran basalis glomerulus berbentuk granuler atau noduler.
Komplemen C3 yang ada dalam HUMPS inilah yang menyebabkan permeabilitas
mbg terganggu sehingga eritrosit, protein, dan lain-lain dapat melewati mbg
sehingga dapat dijumpai didalam urin. (2,4)
1. Perubahan elektrokemis
Selain perubahan struktur mbg, maka perubahan elektrokemis dapat juga
menimbulkan proteinuria. Dari beberapa percobaan terbukti bahwa kelainan
terpenting pada glomerulus berupa gangguan fungsi elektrostatik (sebagai sawar
glomerulus terhadap filtrasi protein) yaitu hilangnya fixed negatif ion yang terdapat
pada lapisan sialo-protein glomeruli. Akibat hilangnya muatan listrik ini maka
permeabilitas mbg terhadap protein berat molekul rendah seperti albumin
meningkat sehingga albumin dapat keluar bersama urin. (2,4)
Bila ISP > 0,2 berarti ISP menurun (poorly selective proteinuria) yang secara klinik
menunjukan:
1. Darah (2,4,7)
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/100ml)
Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/100ml). hal ini disebut sebagai
hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5 gram/100 ml). SN
kelainan ini dapat disebabkan oleh:
Proteinuria
Nutricional deficiency
Kolestrol
Akibat hipoalbuminemia, sel-sel hepar terpacu unutk membuat albumin sebanyakbanyaknya. Bersamaan dengan sintetis albumin ini, sel-sel hepar juga akan
membuat VLDL. Dalam keadaan normal VLDL diubah menjadi LDL oleh
lipoprotein lipase. Tetapi pada SN, aktivitas enzim ini terhambat dengan adanya
hipoalbuminemia dan tingginya kadar asam lemak bebas. Disamping itu
menurunnya aktivitas lipoprotein lipase ini disebabkan oleh rendahnya kadar
apolipoprotein plasma sebagai akibat keluarganya protein dalam urin. Jadi
hiperkolestrolemia ini tidak hanya disebabkan oleh produksi yang berlebihan,
tetapi juga akibat gangguan katabolisme fosfolipid.
1. VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis
ditegakkan
laboratorium. (,2,4,5,6)
berdasarkan
gejala
dan
hasil
pemeriksaan
1. IX. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sindrom nefrotik adalah:
(2,5)
1. Infeksi sekunder
: mungkin karena kadar immunoglobulin yang rendah
akibat hipoalbuminemia
2. Syok
: terjadi terutama hipoalbuminemia berat
1mg/100ml) yang menyebabkan hipovolemi berat sehingga terjadi syok
(<
3. Thrombosis vaskuler
: mungkin karena gangguan system koagulasi
sehingga terjadi peninggian fibrinogen atau faktor V,VII,VIII dan X.
Trombus lebih sering terjadi pada sistem vena apalagi bila disertai
pengobatan kortikosteroid.
4. Malnutrisi
5. Gagal ginjal
1. X. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi penyebabnya. Mengobati infeksi
penyebab sindrom nefrotik dapat menyembuhkan sindrom ini. Jika penyebabnya
adalah penyakit yang dapat diobati (misalnya: penyakit Hodgkin atau kanker
lainnya), maka mengobatinya akan mengurangi gejala ginjal. Jika penyebabnya
adalah kecanduan heroin, maka menghentikan pemakaian heroin pada stadium
awal sindrom nefrotik, bias menghilangkan gejala-gejalanya. Penderita yang peka
terhadap cahaya matahari, racun pohon ek, racun pohon ivy atau gigitan serangga,
sebaiknya menghindari bahan-bahan tersebut. Desensitisasi bias menyembuhkan
sindrom nefrotik akibat racun pohon ek, racun pohon ivy atau gigitan serangga.
Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka untuk mengatasi sindrom nefrotik,
pemakaian obat harus dihentikan. (5)
Pengobatan yang umum adalah diet yang mengandung protein dan kalium dengan
jumlah yang normal dengan lemak jenuh dan natrium yang rendah. Terlalu banyak
protein akan meningkatkan kadar protein dalam air kemih. ACE inhibitors
(misalnya captopril, lisinopril) biasanya menurunkan pembuangan protein dalam
kandung kemih dan menurunkan kosentrasi lemak dalam darah. Tetapi penderita
yang mempunyai kelainan fungsi ginjal yang ringan atau berat, obat tersebut dapat
meningkatkan kadar kalium darah. Jika cairan tertimbun di perut, untuk
mengurangi gejala dianjurkan makan dalam porsi kecil tetapi sering.
Tekanan darah tinggi biasanya diatasi dengan diuretic. Diuretic juga dapat
mengurangi penimbunan cairan dan mengurangi pembengkakan jaringan, tetapi
bisa meningkatkan resiko terbentuknya pembekuan darah (5)
1. Pengobatan Umum
2. Diet harus banyak mengandung protein dengan nilai biologik tinggi dan
tinggi
kalori.
Protein
3-5gr/kgBB/hari.
Kalori
rata-rata:
Hipovolemia
Hipokalemia
Alkalosis
Hiperuricemia
1. Antibiotik: hanya diberikan bila ada tanda-tanda infeksi sekunder
2. Pengobatan dengan kortikosteroid
Pengobatan dengan kortikosteroid terutama diberikan pada SN yang sensitif
terhadap kortikosteroid yaitu pada SNKM. Bermacam-macam cara yang dipakai
tergantung pengalaman dari tiap senter, tetapi umumnya dipakai cara yang
diajukan oleh International Colaborative Estudy of Kidney Disease in Children
(ISKDC, 1976).
1. XI. PROGNOSIS
Prognosisnya tergantung kepada penyebabnya, usia penderita dan jenis kerusakan
ginjal yang bias diketahui dari pemeriksaan mikroskopik pada biopsi. Gejalanya
akan hilang seluruhnya jika penyebabnya adalah penyakit yang dapat diobati atau
DAFTAR PUSTAKA
1. Pardede, Sudung O. Sindrom Nefrotik Infantil. In: Cermin Dunia
Kedokteran hal: 134. 2002. [online] [cited 2007 April 12];[7 screens].
Available from: www.kabelfarma.com
2. Rauf, Syariffudin. Catatan Kuliah Nefrologi Anak. Makassar : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUH, 2002.
3. Nelson, waldo E. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. California : EGC, 2002.
4. Nephrotic Syndrome. [online] 2007 April 3 [cited 2007 April 12];[3
screens].Available
from:
URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Nephrotic syndrome
5. Sindrom Nefrotik. [online] [cited 2007 April 10]:[4 screens]. Available
from: URL: www.medicastore.com
DAFTAR ISI
Halaman
Pengesahan
Daftar
Isi
ii
1. Pendahuluan
2. Insidens
1
3. Klasifikasi
1
4. Etiologi
5. Patogenesis
6. Gambaran Klinis
4
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Diagnosis
9. Komplikasi
7
10.Penatalaksanaan
7
11. Prognosis
9
Daftar
Pustaka
iii
Daftar
Hadir
Peserta
Pembacaan
PKMRS
iv
Lampiran
Referensi