Anda di halaman 1dari 31

TAHAP TAHAP

PERJANJIAN
INTERNASIONAL
Achmad Bagus C. (01)
Boing Anggit J. (05)
Dyah Ayu F. (10)
Ristya Maratus S. (24)
Yulia Rani (29)
M.Hafidz (19)

SKEMA TAHAP PERJANJIAN


INTERNASIONAL
TAHAP PERJANJIAN
INTERNASIONAL

MAKNA PERJANJIAN INTERNASIONAL


MENURUT PARA AHLI
Prof Dr. Mochtar Kusumaatmadja,
perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antar bangsa
yang bertujuan untuk menciptakan
akibat-akibat hukum tertentu.
Oppenheimer-Lauterpacht, perjanjian
internasional adalah suatu persetujuan
antar negara yang menimbulkan hak
dan kewajiban di antara pihak-pihak
yang mengadakannya.
G. Schwarzenberger, perjanjian
internasional adalah suatu persetujuan
antara subjek-subjek hukum
internasional yang menimbulkan
kewajiban-kewajiban yang mengikat
dalam hukum internasional.

KLASIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL


BERDASARKAN JUMLAH
PESERTA

Bilateral
hubungan kerjasama antara 2negara.
Contoh: PemerintahIndonesiabekerja sama
dengan China dalam rangka perluasan
Industri.

Multilateral
hubungan kerjasama antara suatu
negara dengan banyak negara lainnya
Contoh: Pemerintah Indonesia
tergabung dalam ASEAN (Organisasi
Asia tenggara) .

BERDASARKAN
STRUKTUR

LAW MAKING
Perjanjian yang mengandung kaidah hukum
yang berlaku bagi semua bangsa di dunia.
Contoh : konvensi wina tahun 1961 tentang
hubungan diplomatik. Dan konvensi tahun
1958 tentang hukum laut.
Contract
perjanjian yang hanya menimbulkan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban bagi para pihak
yang mengadakan perjanjian saja.
contoh : Indonesia mengadakan perjanjian
dengan malaysia mengenai batas wilayah
yang di sepakati.

BERDASARKAN OBYEK

Politik
contoh : Indonesia dan
Cina mendirikan
hubungan diplomatik
pada 13 April 2007
Ekonomi
contoh : PT. Semen
indonesia melakukan
perjanjian ternasional
dengan negara vietnam
dalam rangka perluasan
industri semen
indonesia.

BERDASARKAN CARA
BERLAKUNYA

Self executing (berlaku


dengan sendirinya)
contoh : Indonesia dapat
tergabung dengan ASEAN
karena Indonesia
merupakan Negara di
kawasan Asia Tenggara.
Non self executing ( tidak
berlaku dengan sendirinya)
contoh : jika indonesia
ingin bergabung dengan
PBB maka indonesia harus
menyesuaikan dengan
peraturan dalam organisasi
PBB.

BERDASARKAN
INSTRUMEN

Perjanjian Internasional tertulis


Perjanjian
internasional
yang
dituangkan dalam instrumen-instrumen
pembentuk perjanjian yang tertulis dan
formal
contoh : Deklarasi Djuanda tahun 1967
Perjanjian internasional lisan
Setiap perjanjian internasional yang di
ekspresikan melalui instrumen
instrumen tidak tertulis.
contoh : The London agreement tahun

Deklarasi unilateral
(deklarasi sepihak)
contoh : pada 17 agustus
1945 rakyat indonesia
menyatakan kemerdekaanya .

Persetujuan diam
diam
Perjanjian ini dibuat secara
tidak tegas artinya adanya PI
tersebut
dapat
diketahui
hanya melalui penyimpulan
suatu tingkah laku, baik aktif
maupun pasif dari suatu
negara atau subyek hukum
internasional lainnya.

BERDASARKAN
SUBYEKNYA

Perjanjian antar negara yang


dilakukan oleh banyak negara
yang merupakan sumber hukum
internasional.
Contoh: Bali Concord III yaitu deklarasi negaranegara ASEAN untuk beperan dalam komunitas
global dan memecahkan segala persoalan yang
terjadi di wilayah Asia Tenggara melalui cara damai

P.I antar negara dan


subyek hukum
internasional lainya.
contoh : SUMMIT 2011
antara ASEAN dan Asia
Timur
Perjanjian antar
sesama subyek
hukum internasional
lainya
contoh: KTT ASEAN-PBB
ke-4 di Bali International
Convention Center
(BICC), Nusa Dua.

BERDASARKAN
ISINYA

SEGI
POLITIS

SEGI
EKONOMI

SEGI
KESEHATAN

SEGI BATAS
WILAYAH

SEGI HUKUM

BERDASARKAN
PROSES
Penting
melalui proses perundingan,
penandatanganan dan
ratifikasi.
contoh : Indonesia bersama
Jepang menjalin kerjasama
dalam pembangunan area
prioritas metropolitan
(MPA).
Sederhana
Melalui proses perundingan
dan penandatanganan.

BERDASARKAN
FUNGSINYA

Law Making
Treatis
contoh : konferensi
Wina tahun 1958
tentang hubungan
diplomatik
Treaty Contract
contoh : Perjanjian
RI dengan Jepang
tentang
Lingkungan hidup

ISTILAH DALAM PERJANJIAN


INTERNASIONAL

Treaties(traktat)
Perjanjian paling formal yang
merupakan persetujuan dari dua
Negara atau lebih. Perjanjian ini
khusus mencakup bidang politik dan
bidang ekonomi.
Contoh : Traktat tentang larangan
Melakukan Percobaan Senjata Nuklir
di Atmosphir, Angkasa Luar, dan di
Bawah Air, tanggal 5 Agustus 1963

Konvensi (Convention)
Pesetujuan formal yang bersifat
multilateral, dan tidak berurusan
dengan kebijaksanaan tingkat tinggi
(high policy). Persetujuan ini harus
dilegalisasi oleh wakil-wakil yang
berkuasa penuh (plaenipotentiones).
Contoh : Konvensi mengenai
Pemberantasan Tindakan-Tindakan
Melawan Hukum Terhadap
Keselamatan Penerbangan Sipil, 23
September 1971.

Pesetujuan (Agreement)
Perjanjian yang bersifat teknis
atau administratif. Agreement tidak
diartikan karena sifatnya tidak
seresmi trakat dan konvensi.
Contoh : Persetujuan antara
Pemerintah Republik Indonesia dan
Persemakmuran Australia tentang
Penetapan Garis-Garis Batas Dasar
Laut Tertentu, tanggal 18 Mei 1971.

Perikatan (Arrangement)
Istilah yang digunakan untuk
transaksi-transaksi yang bersifat
sementara. Perikatan ini tidak
seresmi trakat dan konvensi.
contoh : ArrangementStudi Kelayakan
Proyek Tenaga Uap di Aceh yang
ditandatangani tanggal 19-02-1976 antara
Departemen Pertambangan RI
danPresident the Canadian International
Development Agency.

Piagam (Statute)
Himpunan peraturan yang
ditetapkan oleh persetujuan
internasional baik mengenai pekerjaan
maupun kesatuan-kesatuan tertentu
seperti pengawasan internasional yang
mencakup tentang minyak atau
mengenai lapangan kerja lembagalembaga internasional.
contoh : PBB yang piagamnya secara
otentik disebut Charter of the United
Nations, demikian juga Organisasi
Persatuan Afrika Unity, dan Charter of

Protokol (Protocol)
Persetujuan yang tidak resmi dan pada
umumnya dibuat oleh kepala Negara, mengatur
masalah-masalah tambahan seperti penafsiran
klausul-klausul tertentu.
contoh : konvensi internasional mengenai hakhak sipil dan politik tahun 1966.

Modus (Vivendi)
dokumen untuk mencatat persetujuan
internasional yang bersifat sementara, sampai
berhasil diwujudkan perjumpaan yang lebih
permanen, terinci, dan sistematis serta tidak
memerlukan ratifikasi.

Deklarasi (Declaration)
Perjanjian internasional yang
berbentuk trakat, dan dokumen tidak
resmi. Deklarasi sebagai trakat bila
menerangkan suatu judul dari batang
tubuh ketentuan trakat, dan sebagai
dokumen
tidak
resmi
apabila
merupakan lampiran pada trakat
atau konvensi.
Contoh : Declaration of Human
Rights 1947,Declaration of Zone of
Peace, Freedom and Neutrality, 1971.

TAHAP-TAHAP PERJANJIAN INTERNASIONAL

1. Mochtar Kusumaatmadja
. P.I dibentuk melalui 3 tahap

Contoh : KERJASAMA
INDONESIA-KORSEL di Bali
Nusa Dua Convention
Centre untuk meningkatkan
hubungan kedua negara
dibidang ekonomi.

P.I dibentuk melalui 2


tahap.

Dipakai untuk perjanjian


yang tidak begitu
penting dan perlu
penyelesaian yang cepat.
Contoh : kerjasama
pertahanan RI-Korea
Selatan di bidang
ALUSISTA.

Pierre Fraymond
a. Prosedur normal (klasik)
Mengharuskan adanya persetujuan
parlemen melalui tahap perundingan,
penandatanganan, persetujuan
parlemen dan ratifikasi.
b. Prosedur yang disederhanakan
(simplified) Tidak mensyaratkan
persetujuan parlemen dan
ratifikasi.Prosedur ini timbul karena
pengaturan hubungan internasional
memelukan penyelesaian yang cepat.

3. Menurut konvensi Wina 1969


Perundingan (Negotiation)
Dilakukan untuk melaksanakan perjanjian tahap pertama antara pihak atau
negara terhadap obyek tertentu.Dalam melaksanakan negoisasi , suatu
negara dapat diwakili oleh pejabat, kepala negara, kepala pemerintahan,
menteri luar negeri atau duta besar yang bersangkutan.
Penandatanganan (Signature)
Dilakukan para menteri luar negeri atau kepala pemerintahan.Perundingan
yang bersifat multilateral penandatanganan teks perjanjian sudah dianggap
syah jika 2/3 suara peserta yang hadir memberikan suara, kecuali jika
ditentukan lain.
Pengesahan (Ratification)
Apabila suatu negara mengikatkan diri pada suatu perjanjian maka dengan
syarat telah disyahkan oleh badan yang berwenang di negaranya.Ratifikasi
perjanjian internasional dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Ratifikasi oleh badan eksekutif (biasa dilakukan oleh
raja-raja absolut dan pemerintahan otoriter).
b. Ratifikasi oleh badan legislatif (jarang digunakan).
c. Ratifikasi campuran DPR dan Pemerintah
(paling banyak digunakan karena peranan legislatif
dan ekse-kutif sama-sama menentukan dalam
proses ratifikasi.

4. Menurut Hukum positif Indonesia


Dalam pasal 11 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR
membuat perjanjian dengan negara lain.
Suatu perjanjian menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat,
maka pembuatan perjanjian internasional tersebut harus dengan persetujuan DPR.
5. Menurut UU No. 24 tahun 2000
Dalam UU tersebut ditegaskan bahwa dalam pembuatan perjanjian internasional
dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu
a. Penjajakan
Tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang berunding mengenai kemungkinan
dibuatnya suatu perjanjian internasional.
b. Perundingan
Tahap kedua untuk membahas subtansi dan masalah yang bersifat teknis dan akan
disepakati dalam perjanjian internasional.
c. Perumusan naskah
Tahap merumuskan rancangan suatu perjanjian internasional.
d. Penerimaan
Tahap menerima naskah perjanjian yang telah dirumuskan dan disepakati oleh para
pihak yang mengadakan perjanjian.
e. Penandatanganan
Tahap untuk melegalisasi suatu naskah perjanjian internasional yang telah disepakati.
f. Pengesahan
Perbuatan hukum untuk mengikatkan diri pada perjanjian internasional dalam bentuk
ratifikasi, aksesi, penerimaan dan persetujuan.

PEMBATALAN DAN BERAKHIRNYA PERJANJIAN


INTENASIONAL

a.Pembatalan Perjanjian Internasional


Berdasarkan Konvensi Wina tahun 1969, suatu
perjanjian internasional dapat batal, antara lain :
.Negara peserta melanggar ketentuan-ketentuan
hukum nasionalnya.
.Adanya unsur kesalahan (error) pada saat perjanjian
dibuat.
.Adanya unsur penipuan dari negara peserta tertentu
terhadap negara peserta lain waktu pembentukan
perjanjian.
.Terdapat
penyalahgunaan
atau
kecurangan
(corruption)
.Adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara
peserta.

b. Berakhirnya Perjanjian Intenasional


Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja,S.H engatakan bahwa
suatu perjanjian berakhir karena :
1.Telah tercapai tujuan dari perjanjian internasional itu.
2.Masa beraku perjanjian internasional itu sudah habis.
3.Salah satu pihak peserta perjanjian menghilang atau
punahnya objek perjanjian itu.
4.Adanya
persetujuan
dari
peserta-peserta
untuk
mengakhiri perjanjian itu.
5.Adanya perjanjian baru antara peserta yang kemudian
meniadakan perjanjian yang terdahulu.
6.Syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai
dengan ketentuan perjanjian itu sudah dipenuhi.
7.Perjanjian secara sepihak diakhiri oleh salah satu peserta
dan pengakhiran itu diterima oleh pihak lain.

MATUR SUWUN..

Anda mungkin juga menyukai